Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Geopolitik Indonesia


2.1.1 Pengertian
Geopolitik mempunyai pengertian ilmu tentang pengaruh faktor
geografi terhadap ketatanegaraan. Selanjutnya geopolitik mempunyai
kebijakan yang di dorong oleh strategi nasional yang menitik beratkan
kepada pertimbangan geografi, wilayah atau torotorial dalam arti luas.
Dampak dari kebijakan yang dibuat, yang apabila dilaksanakan dan
berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kapada sistem
politik suatu negara. Sebaliknya politik negara itu secara langsung akan
berdampak langsung kepada geografi sebuah negara.
Dalam hubungan dengan kehidupan manusia dalam suatu negara
manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang
Maha Esa dan sebagai pemimpin. Kedudukan manusia tersebut mencakup
tiga segi hubungan, yaitu: hubungan antara manusia dengan Tuhan,
hubungan antar manusia, dan hubungan antara manusia dengan makhluk
lainnya. Manusia dalam melaksanakan tugas dan kegiatan hidupnya
bergerak dalam dua bidang, universal filosofis dan sosial politis. Bidang
universal filosofis bersifat transenden dan idealistik. Sedangkan bidang
sosial politis bersifat imanen dan realitis yang bersifat lebih nyata dan
dapat dirasakan. Di Indonesia yang termasuk dalam bidang sosial politik
adalah produk politik yang berupa UUD 1945 dan aturan perundangan
lainnya yang mengatur proses pembangunan nasional.
Sebagai negara kepulauan dan berineka Indonesia mempunyai
kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan
geografi yang strategis dan kaya sumberdaya alam. Sementara
kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman

3
4

masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah
air,sebagaimana telah diperjuangkan oleh para faunding father bangsa ini.
Dorongan kuat untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan melalui Sumpah
Pemuda tahun 1928 dan berlanjut pada proklamsi Kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 1945. Dalam pelaksaannya Indonesia tidak bebas dari pengaruh
interaksi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan, regional, nasional
maupun internasional. Dalam hal ini Indonesia harus memiliki pedoman.
Salah satu pedoman Indonesia adalah wawasan geopolitik dan geostrategi
yang berpijak pada wujud wilayah nusantara dan kebijakan yang di ambil
oleh pemerintah untuk mempertahankan wilayah negara indonesia yang
selanjutnya kita sebut dengan wawasan kebangsaan atau wawasan
nusantara.
2.1.2 Wawasan Kebangsaan/Nusantara

Syarat utama berdirinya sebuah negara adalah adanya wilayah,


wilayah disini mempunyai peran sebagai tempat tinggal penduduk,
walaupun cecara gamblang masyarakat juga bagian dari syarat sebuah
negara. Dalam menjalankan negara yang sudah terbentuk negara
memerlukan sebuah konsep atau cara pandang yang bertujuan untuk
menjamin kelangsungan hidup dan keutuhan wilayah serta jati diri sebagai
bangsa yang berdaulat. Indonesia sebagai begara yang berdaulat
mempunyai pandangan besar yang dinamakan wawasan nusantara. Istilah
wawasan nusantara secara etimologi berasal dari kata wawas yang berarti
pandangan, cara melihat atau tujuan, sedangkan nusantara berasal dari kata
nusa yang berati pulau dan antara yang berarti diapit diantara dua hal.
Istilah nusantara selanjutnya berfungsi sebagai pandangan geografis
indonesia secara umum yang terletak di antara dua benua (asia dan
australia) dan 2 samudra besar (hindia dan pasifik).
5

Secara terminologi wawasan nusantara di definisikan sebagai cara


pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah Nusantara
yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita
nasionalnya. Salah satu tujuan besar nasional indonesia tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 secara terang di jelaskan bahwa “untuk membentuk
suatu pemerintahan indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia
dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk kesejahteran umum,
mencerdakan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
dan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial ”1.
segenap aspek kehidupan nasional indonesia juga selalu dituntut menganut
dimatunggal secara serasi dan berimbang, sesuai dengan makna nekara
Bhineka Tunggal Ika yang merupakan ciri asasi dari falsafah negara
Pancasila.
Indonesia sebagai negara yang berdaulat mempunyai wilayah dalam
hal ini di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2000 tentang
Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah Presiden Republik
Indonesia2. wilayah sebuah negara mempunyai potensi yang beragam
wilayah indonesia kaya akan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang
sangat melimpah yang seharusnya di kelola oleh negara untuk kemakmuran
masyarakat dalam hal ini di atur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang
menegaskan bahwa “bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat“.
Indonesia terletak di benua Asia bagian Tenggara (Asia Tenggara)
pada koordinat 6°LU – 11°08′LS dan dari 95°’BB – 141°45′BT, melintang
di antara benua Asia dan Australia/Oseania serta antara Samudra Pasifik

1
Pembukaan UUD 1945
2
Lihat Kepres Tahun 2008
6

dan Samudra Hindia (terbentang sepanjang 3.977 mil). Karena letaknya


yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai
Nusantara (Kepulauan Antara). Indonesia adalah negara kepulauan terbesar
di dunia, dengan jumlah pulau sebanyak 18.110 buah pulau besar dan kecil,
6000 pulau di antaranya tidak berpenghuni, menyebar di sekitar
khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis.
Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya
3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana
setengah populasi Indonesia hidup. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar,
yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatra dengan luas 473.606 km²,
Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km²,
dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia searah
penjuru mata angin, yaitu:
A. Utara: Negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut China Selatan
B. Selatan: Negara Australia, Timor Leste, dan Samudera Hindia
C. Barat: Samudera Hindia
D. Timur: Negara Papua Nugini, Timor Leste, dan Samudera Pasifik
Dari beberapa definisi dan penjelasan tentang wilayah di atas kita
bisa sedikit mengerti tentang peran penting wawasan nusantara sebagai
mekanisme kontrol dalam menjalankan kelangsungan sebuah negara.
2.1.3 Peranan Geopolitik
A. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan
potensi alam yang tersedia.
B. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan
dengan situasi dan kondisi alam.
C. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam
negeri.
7

D. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya


pembangunan.
E. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan
suatu negara berdasarkan teori negara sebagai
organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya.
F. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang
dijalankan oleh suatu negara.
2.1.4 Konsep Geopolitik
A. Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Haushofer
menyimpulkan bahwa ruang merupakan wadah dinamika
politik dan militer, teori ini disebut pula teori kombinasi
ruang dan kekuatan. 
B. Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara).
C. Konsepsi politik kekuatan yag terkait dengan
kepentingan nasional.
D.Konsepsi keamanan negara dan bangsa sama dengan
konsep ketahanan nasional.
2.1.5 Pandangan Para Pemikir Geopolitik
Semula geopolitik adalah ilmu bumi politik yang membahas
masalah politik dalam suatu negara, namun berkembang menjadi ajaran
yang melegitimasikan Hukum Ekspansi suatu negara. Hal ini tidak terlepas
dari para penulis;
A. Friedrich Ratzel (1844-1904)
Teori Ruang : bangsa yang berbudaya tinggi akan membutuhkan ruang
hidup yang makin meluas, karena kebutuhan sumber daya yang tinggi
dan akhirnya mendesak wilayah bangsa yang “primitif”.
B. Rudolf Kjellen (1864 – 1922)
8

Teori Kekuatan : behwa negara adalah satuan politik yang menyeluruh


serta sebagai satuan biologis yang memiliki intelektualitas. Dengan
kekuatan yang dimiliki ia mampu mengeksploitasi negara “primitif”
agar negaranya dapat ber-swasembada. (Darwinisme Sosial).
C. Karl Haushover (1869 – 1946)
Teori Pan Regional, empat kawasan benua : untuk menjadi jaya, bangsa
harus mampu menguasai benua- benua di dunia yang dibagi atas empat
kawasan benua dan masing- masing dimpimpin satu bangsa (Pan
Amerika, Asia Timur, Rusia India, Eropa Afrika).
D. Sir Halford Mackinder (1861-1947)
Teori Daerah Jantung (wawasan benua) : bila ingin menguasai dunia,
suatu bangsa harus menguasai daerah jantung dan untuk itu diperlukan
kekuatan darat yang memadai. Daerah jantung terdiri dari : Rusia,
Siberia, Sebagian Mongolia, Daerah bulan sabit dalam (eropa barat,
eropa selatan, timur tengah, asia selatan, asia timur) dan Bulan sabit luar
(afrika, australia, amerika, benua baru)
E. Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-1914)
Teori Kekuatan Maritim: ”Siapa yang menguasai laut akan menguasai
perdagangan/kekayaan dunia dan akhirnya akan menguasai dunia. Oleh
karena itu ia harus memiliki armada laut yang kuat. Laut untuk
kehidupan dan sumber daya banyak di laut, oleh karena itu harus
dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya.
F. Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1989-1936)
Bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga garis belakang lawan
serta kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.
G. Nicholas J. Spijkman (1893-1943)
Teori Daerah Batas : penguasaan daerah jantung harus ada akses ke laut
dan hendaknya menguasai pantai sepanjang Eurasia.
2.1.6 Perkembangan Geopolitik Dunia Pasca Perang Dingin
9

Pada saat Perang Dingin, atau dinamakan dengan cold war


geopolitics. Era ini ditandai dengan kontes penyebaran pengaruh dan
kontrol terhadap negara-negara lain serta sumber daya strategis antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kontes antar keduanya yang lebih dikenal
dengan kontes ideologi ini menyebabkan sistem dunia menjadi bipolar.
Geopolitik pada masa ini digunakan untuk menjelaskan fenomena sistem
dunia yang bipolar tersebut dan bagaimana kedua negara besar tersebut
menyebarkan pengaruhnya satu sama lain. Runtuhnya tembok Berlin dan
jatuhnya Uni Soviet menandai berakhirnya kontes ideologi antar kedua
negara tersebut. Hal tersebut menyisakan Amerika Serikat menjadi
pemenang tunggal dalam kontes tersebut. Tak salah kemudian jika
Fukuyama menyatakan berakhirnya Perang Dingin merupakan The End of
History yaitu era ketika kontes ideologi liberalisme dan komunisme
berakhir dan menyisakan liberalisme sebagai ideologi yang lebih baik.
Berakhirnya Perang Dingin tak hanya menyisakan liberalisme
sebagai ideologi tunggal, namun juga mengubah tatanan dunia yang semua
bipolar menjadi multipolar. Hal ini dibuktikan dengan munculnya
kekuatan-kekuatan baru seperti Jepang, Cina, dan Uni Eropa yang nantinya
diprediksi akan mampu mengimbangi kekuatan Amerika Serikat. Tidak
hanya itu, pada tahun 1990an saat Perang Dingin berakhir terjadi Perang
Teluk yang melibatkan Irak dan koalisi internasional yang dipimpin oleh
Amerika Serikat. Pasca Perang Teluk ini menurut Presiden Amerika
Serikat George W. Bush disebut sebagai era new world order. 
Era new world order ini yang juga merupakan era berakhirnya abad
ke-20 tak lagi diwarnai konflik-konflik perebutan wilayah atau pengaruh
antar superpowers. Selain karena era new world order ini hanya
menyisakan Amerika Serikat sebagai the only superpowers,  menurut
Samuel P. Huntington dalam thesisnya yang terkenal yaitu “The Clash of
Civilizations”, konflik-konflik masa depan tidak lagi merupakan konflik
10

ideologi atau konflik ekonomi melainkan konflik antar peradaban. Lebih


lanjut Huntington menyatakan bahwa “Nation states will remain the most
powerful actors in world affairs, but the principal conflicts of global
politics will occur between nations and groups of different civilization”3
Geopolitik terkadang dipahami sebagai suatu ilmu yang mempelajari
keterkaitan antara kondisi geografis suatu negara dan perumusan kebijakan
luar negerinya, berdasarkan definisi ini dapat dikatakan bahwa kajian
geopolitik sudah lagi tak relevan mengingat sekarang ini banyak
bermunculan aktor-aktor non-negara atau non-state actor dan juga isu-isu
yang berkembang tak lagi menyangkut high-politics saja melainkan
juga low-politics. Tetapi kalau geopolitik dipahami sebagai suatu ilmu
yang berhubungan dengan pandangan komprehensif mengenai peta politik
dunia, dapat dikatakan bahwa kajian geopolitik masih relevan. Kalau dalam
era abad ke-19 geopolitik cenderung dipahami sebagai imperial
knowledge hal itu dikarenakan adanya kesadaran bahwa dunia yang
ditempati oleh negara-negara pada waktu itu merupakan closed political
space seperti yang dinyatakan oleh MacKinder. Kemudian di era Perang
Dingin geopolitik digunakan untuk menjelaskan kontes ideologi antara
dua superpowers (Amerika Serikat dan Uni Soviet) karena pada waktu itu
Perang Dingin diwarnai oleh perebutan pengaruh antar keduanya, sehingga
dibutuhkan semacam geostrategi untuk dapat memenangkan kontes
tersebut. Dan di era new world order ketika negara tak lagi menjadi aktor
utama dalam hubungan internasional karena banyak bermunculannya non-
state actors seperti MNC,NGO, dll dan isu-isu yang dibahas juga mulai
bergeser dari isu-isu high-politics ke low-politics menyebabkan fokus
kajian geopolitik ini senantiasa berubah. Seperti yang dinyatakan Tuathail
bahwa “Geopolitics is best understood in its historical and discursive

3
Negara akan tertinggal karena ada para aktor yang kuat dalam mengurus dunia, hanya akan
terjadi konflik prinsip politik global antar negara-negara dan kelompok peradaban berbeda.
11

context of use”4. Yang perlu ditekankan di sini adalah geopolitik


menyangkut tentang bagaimana konteks keruangan (spatial) mempengaruhi
perilaku negara-negara di dunia untuk bertarung dalam
politik internasional. Kebijakan geopolitik indonesia di atur
dalam Perpres No 7 Tahun 2008 yang membahas tentang
ketahanan negara, secara agris besar Perpres No 7 5
membahas tentang fungsi pemerintahan negara
merupakan usaha untuk menjamin keutuhan dan tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada hakekatnya pertahanan negara Republik Indonesia
adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak
dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri.
2.2 Geostrategi Indonesia
2.2.1 Pengertian
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan
politik. Strategi juga dapat merupakan ilmu, yang langkah - langkahnya
selalu berkaitan dengan data dan fakta yang ada. Sebagai contoh
pertimbangan geostrategis untuk negara dan bangsa Indonesia adalah
kennyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek, di samping aspek
geografi juga aspek - aspek demografi, ideologi, politik, ekonomi,sosial
budaya dan Hankam. Strategi biasanya menjangkau masa depan, sehingga
pada umumnya strategi disusun secara bertahap dengan memperhitungkan
faktor - faktor yang mempengaruhinya.Dengan demikian geostrategi adalah
4
Geopolitik yang terbaik difahami secara konteks history dan kelanjutanya.
5
Ibid.hal 12
12

perumusan strategi nasional dengan memperhatikan kondisi dan konstelasi


geografi sebagai fektor utamanya.Disamping itu dalam merumuskan
strategi perlu pula memperhatikan kondisi sosial, budaya, penduduk ,
sumber daya alam, lingkungan regional maupun internasional.

2.2.2 Kebijakan Geostrategi Indonesia


Berlandaskan pada Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2008 Tertanggal
26 Januari 2008, menerangkan secara umum bahwa Indonesia merupakan
negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau adalah negara
kepulauan terbesar dengan wilayah yurisdiksi laut sangat luas serta
penduduk yang sangat beragam. Ancaman yang dihadapi Indonesia dapat
berupa ancaman militer maupun ancaman non militer, sehingga kekuatan
pertahanan diperlukan untuk menghadapi kedua jenis ancaman tersebut
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Guna menghadapi ancaman yang mungkin timbul, sangat diperlukan
penyelenggaraan pertahanan negara yang handal serta yang mempunyai
daya tangkal yang tinggi. Oleh karenanya diperlukan pembangunan
kekuatan dan kemampuan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Sementara itu, kemampuan dukungan anggaran masih sangat terbatas,
sehingga perlu disusun berbagai kebijakan agar penyelenggaraan
pertahanan negara dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dalam rangka melindungi, menjaga, dan memelihara keutuhan dan
keamanan nasional ditegaskan dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat (1)6 bahwa
upaya pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata)7 dengan
6
Lihat UUD NKRI Tahun 1945
7
Sishankamrata adalah doktrin dan sekaligus strategi pertahanan negara yang menggunakan
segenap kekuatan dan kemampuan komponen militer dan non militer secara menyeluruh dan terpadu.
Sishankamrata adalah juga strategi penangkalan yang bersifat kerakyatan, kewilayahan, dan
13

Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia


sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Dengan mengacu pada letak geograafis Indonesia yang bercirikan
kelautan, maka diperlukan setrategi besar maritim sejalan dengan doktrin
pertahanan definsif aktif dan fakta bahwa bagian terluas wilayah yang
harus dipertahankan adalah laut8. Kebijakan geostrategi maritim harus
sangat mempertimbangkan keadaan sehingga dalam implementasinya
untuk mewujudkan kekuatan maritim (maritim power) yang dapat
menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman.
Kebijakan yang di ambil indonesia untuk pertahanan maritim tertera
dalam sebuah deklarasi yang kita kenal dengan deklarasi Juanda sebagai
perubahan ketentuan ordinasi pada lembar negara No.22 Tahun 1939
yang berisi tentang (a) Penarikan batas laut tidak berdasarkan pasang
surut, (b) Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil, (c)
ZEE9 sebagai Rezim Hukum Internasional. Setelah kita membahas sedikit
tentang geosetrategi maritim mari kita menilik sedikit tentang kebijakan
yang di ambil oleh pemerintah guna mempertahankan NKRI secara
menyeluruh dari organ yang paling kecil yang bersifat kelembagaan
nagara seperti TNI/POLRI sampai langkah diplomasi. Kebijakan
ketahanan negara terdiri dari kebijakan pembangunan kekuatan,
pengerahan dan penggunaan kekuatan, penganggaran, internasional,
pengelolaan sumberdaya nasional, pengembangan postir pertahanan,
pengawasan.
1. Kebijakan Pembangunan Kekuatan

kesemestaan. Dalam rangka menjamin kepentingan keamanan nasional, Sishankamrata melibatkan


segenap pemegang peran secara komprehensif guna terwujudnya pertahanan negara, keamanan Indivis
negara, keamanan publik, dan keamanan individu.
8
Trenggono Pujo Sakti, 2012 M, Geopolitik Indonesia, UNJ
9
ZEE menurut Hukum Internasional, 1980
14

Pembangunan kekuatan Pertahanan mencakup pembanguna


kemampuan nasional di bidang pertahanan pada tingkat Kebijakan
maupun tingkat Operasional. Pada tingkat Kebijakan berupa
peningkatan kemampuan birokrasi pemerintah (Departemen
Pertahanan dan Departemen/Instansi lain yang terkait) dalam
merumuskan keputusan politik yang terkait dengan pengelolaan
Pertahanan Negara. Sedangkan pada tingkat Operasional berupa
pembangunan kekuatan Komponen Pertahanan, yang terdiri dari
Komponen Utama/Tentara Nasional Indonesia (TNI), Komponen
Cadangan, dan Komponen Pendukung. Pembangunan Komponen
Pertahanan diprioritaskan pada pembangunan Komponen Utama,
sedangkan penyiapan Komponen Cadangan dan Komponen
Pendukung dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan sumber
daya yang tersedia. Pelaksanaannya memanfaatkan sebesar-besarnya
kemampuan sumber daya nasional secara terpadu sebagai salah satu
wujud Sishankamrata. Untuk itu perlu segera dilakukan langkah-
langkah untuk mempercepat terwujudnya kemandirian Industri
Pertahanan.
2. Kebijakan Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan
Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan didasarkan pada
doktrin dan strategi Sishankamrata yang dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan ancaman yang dihadapi Indonesia. Agar pengerahan dan
penggunaan kekuatan pertahanan dapat terlaksana secara efektif dan
efisien, diupayakan keterpaduan yang sinergis antara unsur militer
dengan unsur militer lainnya, maupun antara kekuatan militer dengan
kekuatan nir militer. Keterpaduan antara unsur militer diwujudkan
dalam keterpaduan Tri-Matra, yakni keterpaduan antar kekuatan darat,
kekuatan laut, dan kekuatan udara. Sedangkan keterpaduan antara
kekuatan militer dan kekuatan nir militer diwujudkan dalam
15

keterpaduan antar komponen utama, komponen cadangan, dan


komponen pendukung. Keterpaduan tersebut diperlukan dalam
pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan, baik dalam rangka
menghadapi ancaman tradisional maupun ancaman non-tradisional.
Ancaman tradisional yaitu ancaman yang berfokus pada konflik
terbatas yang berkaitan dengan pelanggaran wilayah dan atau
menyangkut masalah perbatasan, sedangkan ancaman non-tradisional
yaitu ancaman ancaman yang dilakukan oleh aktor nonnegara terhadap
keutuhan wilayah, kedaulatan negara, dan keselamatan bangsa
Indonesia.
3. Kebijakan Penganggaran
Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran
pertahanan merupakan hambatan yang sangat signifikan bagi upaya
pembangunan kekuatan maupun pengerahan dan penggunaan kekuatan
pertahanan. Padahal, penentuan alokasi anggaran tidak cukup hanya
berdasarkan kondisi ekonomi nasional, tetapi juga harus didasarkan
pada rasio kebutuhan pertahanan yang mampu menjamin stabilitas
keamanan. Oleh karenanya pengalokasian anggaran dilaksanakan
berdasarkan skala prioritas secara ketat. Ke depan, diharapkan alokasi
anggaran pertahanan dapat ditingkatkan secara bertahap, sekurang-
kurangnya sampai dapat tercapai kekuatan pertahanan pada tingkat
kekuatan pokok minimum.
4. Kebijakan Internasional
Kerjasama internasional dibidang pertahanan merupakan bagian dari
kebijakan politik luar negeri, sehingga tidak akan mengarah atau suatu
Pakta Pertahanan. Kerjasama internasional dibidang pertahanan
dilaksanakan baik dalam rangka pembangunan kekuatan maupun
pengerahan dan penggunaan kekuatan. Kendatipun demikian untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan kekuatan, penggunaan produk
16

dalam negeri merupakan prioritas. Sedangkan pengerahan dan


penggunaan kekuatan dalam kerjasama internasional dilaksanakan
sebagai bagian dari upaya membangun kepercayaan serta diplomasi,
dan untuk memecahkan masalah keamanan yang perlu untuk ditangani
secara bersama.
5. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Nasional
Dalam rangka pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan
Pertahanan Negara, Departemen Pertahanan berperan sebagai penjuru
melibatkan departemen/instansi lain terkait sesuai bidang tugas
masing-masing. Dalam kaitan itu setiap departemen/instansi wajib
mempunyai program untuk menjaga dan menciptakan kondisi
ketahanan nasional dalam rangka pertahanan negara. Kerjasama Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi antara Departemen Pertahanan dengan
lembaga-lembaga lain dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dibidang pertahanan, mendorong
terwujudnya kemandirian industri pertahanan, serta memberi ruang
bagi sektor lain untuk berperanserta dalam pengelolaan pertahanan
negara.
6. Kebijakan Pengembangan Postir Pertahanan
Pengembangan postur pertahanan dilatarbelakangi kondisi lingkungan
strategis dan kemampuan dukungan anggaran pertahanan, serta
kebutuhan mendesak untuk menghadapi ancaman keamanan nasional.
Untuk mewujudkan postur pertahanan yang memiliki kapabilitas
memadai, diperlukan adanya skala prioritas pada rencana
pengembangan yang mencakup Pengembangan Alat Utama Sistem
Senjata, Penataan Ruang Kawasan Pertahanan, Pembangunan
Pertahanan Sipil, dan Penataan Struktur Organisasi.
7. Kebijakan Pengawasan dalam Mengelola Kebijakan
17

Guna menjamin akuntabilitas pelaksanaan fungsi pertahanan,


diperlukan pengawasan eksekutif maupun legislatif terhadap
penyelenggaraan pertahanan negara.

Anda mungkin juga menyukai