Latar Belakang
osteoporosis antara lain karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas
pengobatan, faktor nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan
keuangan. Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga
kesehatan, dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan
osteoporosis sering terjadi karena kurangnya pengetahuan. Peran dari petugas
kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah mutlak untuk
dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi
peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan
tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta
pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik
pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran
yang terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari osteoporosis ?
2. Apakah etiologi osteoporosis ?
3. Bagaimana manifestasi klinis osteoporosis ?
4. Apakah patofisiologi dari osteoporosis ?
5. Bagaimanakah pathway osteoporosis ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik osteoporosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis ?
8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan osteoporosis .
2. Mahasiswa mampu memahami pengertian osteoporosis .
3. Mahasiswa mampu memahami etiologi osteoporosis .
4. Mahasiswa mampu memahami manifestasi osteoporosis .
5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi osteoporosis .
6. Mahasiswa mampu memahami pathway osteoporosis .
7. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis .
8. Mahasiswa mampu mengetahui cara penatalaksanaan osteoporosis .
9. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis
\
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium
dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Penurunan Massa tulang ini
sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan
(destruksi) atau kombinasi dari keduanya.
Osteoporosis dibedakan menjadi 2 yaitu osteoporosis lokal dan osteopororsis umum.
Osteoporosis lokal dapat terjadi karena kelainan primer di tulang atau
sekunder seperti akibat imobilisasi anggota gerak dalam waktu lama, dll .
Osteoporosis umum primer tipe I : pasca menopause, terjadi pada usia 50-75
tahun, wanita 6-8 kali beresiko dr pd laki-laki , penyebabnya adalah
menurunnya kadar hormon estrogen dan menurunnya penyerapan kalsium.
Osteoporosis umum primer tipe II terjadi pada usia 75-85 tahun, wanita 2 kali
lebih banyak daripada pria, penyebabnya adalah proses penuaan dan
menurunnya penyerapan kalsium.
Osteoporosis umum sekunder dihubungkan dengan pelbagai penyakit yang
mengakibatkan kelainan pada tulang, akibat penggunaan obat tertentu dan
lain-lain.
2. Etiologi Osteoporosis
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai faktor antara
lain :
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang .
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban
akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada
hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua
hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik
yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang
yang besar.
akibatnya
terjadilah
menyebabkan
OSTEOPOROSIS
Penurunan massa
tulang
5. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
- X-ray
- Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengukur densitas tulang
- Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase
- Quantitative ultrasound (QUS) : mebgukur densitas tulang dengan
gelombang suara
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi
demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusensi tulang. Ketika vertebra
kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi
bikonkaf. Pemeriksaan laboratorium (misalnya kalsium serum, fosfat, serum,
fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit,
melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Pada menopause, terapi
penggantian hormon dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk
memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang
diakibatkannya. Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menangani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi
subkutan atau intramuskular. Efek samping (misalnya : gangguan gastrointestinal
, aliran panas , frekuensi urin ) , biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan
tulang.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita osteoporosis terdiri atas:
a. Penyuluhan Penderita
Pada penderita osteoporosis, faktor resiko di luar tulang harus diperhatikan
program latihan kebugaran tubuh (fitness), melompat, dan lari tidak boleh
dilakukan karena resiko besar patah tulang. Berdirilah tegak kalau jalan,
bekerja, menyetrika, menyapu (gunakan sapu dengan tangkai panjang) dan
masak. Duduklah tegak kalau bekerja, masak, sikat gigi dan mencuci. Tidak
boleh mengepel lantai dengan berlutut dan membungkuk karena resiko patah
tulang pinggang cukup besar. Untuk memperkuat dan mempertahankan
kekuatan neuromuskuler memerlukan latihan tiap hari atau paling sedikit 3
hari sekali. Berdansa santai dan jalan kaki cepat 20 — 30 menit sehari adalah
sehat dan aman untuk penderita osteoporosis.
Penderita perlu menyadari besarnya resiko jatuh. Setelah makan atau
tidur, duduk sebentar dulu sebelum berdiri dan pada permulaan berdiri
berpegangan dahulu pada tepi meja makan. Mereka yang sering kehilangan
keseimbangan bahan perlu memakai tongkat/walker.
b. Pencegahan
- Pencegahan primer bertujuan untuk membangun kepadatan tulang dan
neuromuskler yang maksimal. Ini dimulai dari balita, remaja dewasa umur
pertengahan sampai umur 36 tahun. Beberapa hal penting pada
pencegahan primer:
Pemberian kalsium yang cukup (1200 mg) sehari selama masa remaja
Kegiatan fisik yang cukup dalam keadaan berdiri. Minimal jalan kaki 30
menit tiap hari.
Mengurangi faktor resiko rapuh tulang seperti merokok, alkohol dan
imobilisasi.
Menambah kalsium dalam diet sebanyak 800 mg sehari pada manula
Untuk wanita resiko tinggi penambahan estrogen, difosfonat atau
kalsitonin harus dipertimbangkan.
- Pencegahan sekunder yaitu pemberian hormon-hormon estrogen
progesterone. Hormon-hormon ini dilaporkan menghentikan setidak-
tidaknya mengurangi kehilangan tulang selama menopause.
- Pencegahan tersier dilakukan bila penderita mengalami patah tulang
pada osteoporosis atau pada orang yang masuk lanjut usia (lansia).
c. Pemberian Gizi Optimal
Pencegahan primer bertujuan agar kepadatan tulang yang maksimal tercapai
pada umur 36 tahun. Pencegahan sekunder bertujuan menghambat
kehilangan kepada tulang waktu menopause dengan pemberian hormon
pengganti. Selanjutnya kehilangan kepadatan tulang pada lansia dihambat
dengan
A. Pasien Osteoporosis
Pengkajian
a. Identitas
Dalam pengkajian identitas informasi yang harus di tulis meliputi nama ,
umur , alamat , tanggal lahir , pekerjaan , suku / bangsa , jenis kelamin ,
tanggal masuk rumah sakit , jam masuk rumah sakit , diagnose medis
dan nomor registrasi .
b. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama
Mengkaji keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian .
Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji keluhan yang dirasakan pasien saat munculnya gejala
sampai pada saat dilakukan pengkajian .
Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah di alami pasien .
Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji adanya penyakit keturunan dan penyakit menular dalam
keluarga pasien .
c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Melihat kondisi umum pasien .
b) Tingkat kesadaran : Memeriksa tingkat kesadaran pasien dan respon
pasien
c) Tanda tanda vital : Mengukur tekanan darah , nadi , suhu dan
Pernafasan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan
korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang .
B. Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperan dalam
upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,
penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga
dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan
pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah peningkatan kerja sama dan
system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan
memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.