Anda di halaman 1dari 5

Pemantauan Terapi Obat pada Pasien Penyakit Glioblastoma Johany Grace, 2019

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN


PENYAKIT GLIOBLASTOMA
DI RUANG FLAMBOYAN

Victor S. Ringoringo 1, Johany Grace D2


Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta
ellasapulete@gmail.com

ABSTRAK

Glioblastoma adalah sebuah tumor sistem saraf pusat yang terbentuk dari sel glial
jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Glioblastoma terjadi karena adanya
proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat daerah central nervous
system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di
sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis. Dari hasil pemantauan yang di
dapat, terdapat pasien berumur 75 tahun dengan BB 50 kg, masuk dengan keluhan pusing,
dan kelemahan pada anggota tubuh. Sebelumnya pasien memiliki riwayat penyakit tumor
cerebri epilepsi dan sudah pernah di operasi. Pasien mendapatkan terapi pengobatan
selama perawatan dengan pemberian obat phenytoin dan citicolin untuk gangguan
kesadaran yang disebabkan trauma kepala dan bedah otak serta kejang. Pemberian
ceftriaxone dan cefixime sebagai antibiotik pada infeksi saluran pernafasan dan asam
mefenamat untuk mengurangi rasa nyeri yang terjadi, Omeprazole dan pantoprazole inj
diberikan untuk mengatasi simpotom pada gangguan gastro intestinal atau gangguan
sekresi asam lambung.

Kata Kunci : Glioblastoma ; phenytoin ; citicolin

Profesi Apoteker, Uniersitas 17 agustus 1945 Jakarta Page 1


Pemantauan Terapi Obat pada Pasien Penyakit Glioblastoma Johany Grace, 2019

ABSTRACT

Glioblastoma is a tumor of the central nervous system that is formed from glial cells of brain
tissue and spinal cord. Glioblastoma occurs because of the proliferation or growth of
abnormal cells very quickly in the central nervous system (CNS). These cells will continue to
grow urgently surrounding healthy brain tissue, resulting in neurological disorders. From the
monitoring results obtained, there are 75-year-old patients with a body weight of 50 kg,
entered with complaints of dizziness, and weakness in the limbs. Previously the patient had a
history of epileptic cerebral tumor disease and had been operated on. Patients receive
therapeutic treatment during treatment by administering phenytoin and citicolin for
consciousness disorders caused by head trauma and brain surgery and seizures. Giving
ceftriaxone and cefixime as antibiotics in respiratory infections and mefenamic acid to reduce
the pain that occurs, Omeprazole and pantoprazole inj are given to overcome the symptom in
gastro intestinal disorders or disorders of gastric acid secretion.

Keywords: Glioblastoma; phenytoin; citicolin

Profesi Apoteker, Uniersitas 17 agustus 1945 Jakarta Page 2


Pemantauan Terapi Obat pada Pasien Penyakit Glioblastoma Johany Grace, 2019

PENDAHULUAN

Glioblastoma adalah sebuah tumor sistem saraf pusat yang terbentuk dari sel glial
jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Glioblastoma biasanya terjadi pada orang dewasa
dan mempengaruhi otak dari pada sumsum tulang belakang. Pertumbuhan cepat jenis tumor
sistem saraf pusat yang membentuk dari glial (pendukung) jaringan otak dan sumsum tulang
belakang dan memiliki sel yang terlihat sangat berbeda dari sel normal.

Glioblastoma dapat diklasifikasikan sebagai tumor primer atau sekunder. Primer


glioblastoma untuk sebagian besar kasus sekitar 60% pada orang dewasa yang lebih tua dari
50 tahun. Glioblastoma terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
secara sangat cepat daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang
mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan
neurologis. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial kejang.

Pengobatan glioblastoma tersedia saat ini adalah pengobatan kuratif. Beberapa


hambatan tetap ada, termasuk heterogenitas tumor, lokasi tumor di daerah di mana itu berada
di luar jangkauan kontrol lokal, dan cepat, kekambuhan tumor agresif. Oleh karena itu,
pengobatan pasien dengan glioma ganas masih tetap paliatif dan meliputi operasi, radioterapi,
dan kemoterapi. Salah satu tindakan yang akan dilakukan pada pasien dengan glioblastoma
adalah tindakan pembedahan. Tumor ini tidak dapat disembuhkan dengan operasi, tujuan
bedah untuk menegakkan diagnosa patologis, meringankan efek massa, dan, jika mungkin,
mencapai total reseksi untuk memfasilitasi terapi adjuvan.

Profesi Apoteker, Uniersitas 17 agustus 1945 Jakarta Page 3


Pemantauan Terapi Obat pada Pasien Penyakit Glioblastoma Johany Grace, 2019

PEMBAHASAN

Pasien Tn. Adv berumur 75 tahun dengan BB 50 kg. Pasien masuk di rumah sakit
Omni Hospital pada tanggal 02 mei 2019. Pasien masuk dengan keluhan pusing, dan
kelemahan pada anggota tubuh. Sebelumnya pasien memiliki riwayat penyakit tumor cerebri
epilepsi dan sudah pernah di operasi. Pemeriksaan tanda vital pasien yang diperoleh TD:
120/80, suhu: 36,70 C, RR: 20 x/menit dan HR : 80x/menit. Dan dari hasil anamnesa pasien
didiagnosa menderita glioblastoma multiforme (GBM). Hal tersebut bisa disebabkan dari
faktor riwayat penyakit pasien yaitu tumor cerebri epilepsi.
Terapi lanjutan dilakukan dengan pemeriksaan Radiologi dengan CT-Scan, thorax dan
MRI untuk mengetahui tingkat serta penanganan penyakit. Kemudian pemeriksaan penunjang
penting lain yaitu dengan pemeriksaan laboratorium yang meliputi HB: 13.4, HCT: 40-41,
Trombosit: 270 berada pada range normal, Leukosit: 20.6 yang menandakan adanya
gangguan yang disebabkan terjadinya infeksi. Hal tersebut terjadi karena adanya infeksi virus
atau bakteri dan menurunnya kondisi fisik tubuh pasien.
Pasien mendapatkan terapi pengobatan selama perawatan dengan pemberian obat
phenytoin dan citicolin untuk gangguan kesadaran yang disebabkan trauma kepala dan bedah
otak serta kejang. Pemberian ceftriaxone dan cefixime sebagai antibiotik pada infeksi saluran
pernafasan dan asam mefenamat untuk mengurangi rasa nyeri yang terjadi, Omeprazole dan
pantoprazole inj diberikan untuk mengatasi simpotom pada gangguan gastro intestinal atau
gangguan sekresi asam lambung. Pemberian omeprazole oral 40 mg per hari selama 7 hari
mengurangi bersihan phenytoin dalam plasma yang diberikan secara intravena dan
meningkatkan waktu paruh eliminasi sebanyak 27%. Dianjurkan untuk memantau konsentrasi
phenytoin dalam plasma pada pasien yang mendapat terapi omeprazole bersamaan dengan
phenytoin.

KESIMPULAN

Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar
membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul
ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi
intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak.Berdasarkan hasil pengamatan pemantauan
terapi pengobatan yag dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Pasien Tn. Adv umur 75 tahun
masuk dengan keluhan Pasien masuk dalam keadaan lemah, pusing, kelemahan anggota
tubuh.

Profesi Apoteker, Uniersitas 17 agustus 1945 Jakarta Page 4


Pemantauan Terapi Obat pada Pasien Penyakit Glioblastoma Johany Grace, 2019

DAFTAR PUSTAKA

1. Alex L, Chi-Shing Z, Bernard D, Robert M. 2013. Imaging in Glioblastoma


Multiforme. Emedicine. Medscape. http://emedicine.medscape.com. Diakses 26
Januari 2016
2. BNF Ed 57th,2009.British National Formulary. BMJ Group and RPS Publising.UK
3. Drive SM. 2013. What is PET? Society of Nuclear Medicine and Molecular Imaging.
http://www.snm.org . Diakses 26 Januari 2016
4. Jeffrey B, Jules H, Kennedy B. 2013. Improved survival in glioblastoma patients who
take bevacizumab in Glioblastoma multiforme. Emedicine. Medscape
http://emedicine.medscape.com. Diakses 26 January 2016
5. Lopes MBS, VandenBerg SR, Scheithauer BW. The World Health Organization
classification of nervous system tumors in experimental neuro-oncology. In A.J.
Levine and H.H. Schmidek, eds. Molecular Genetics of Nervous System
Tumors Wiley-Liss, New York, pp. 1-36, 2010. http://neurosurgery.mgh.harvard.edu.
Diakses 26 Januari 2016
6. Matthew J, Khoi D, Jon D,Kaisorn L, B.S, Frank J, Attenello et al. 2009. Gliabel
(BCNU) wafer plus concomitant temozolomide therapy after primary resection of
glioblastoma multiforme. Journal Of Neurosurgery. Vol 110. No.3. Page: 583-588.
http://thejns.org. Diakses 26 January 2016
7. MIMSINDONESIA2019.http://www.mims.com/indonesia/drug/info/?
type=brief&mtype=generic
8. Preusser M, de Ribaupierre S, Wohrer A, et al. 2011. Current concepts and
management of glioblastoma. Ann Neurol.;70(1):9-21. [Medline]. Diakses 26 January
2016.
9. Ryken TC, Frankel B, Julien T, Olson JJ. 2008. Surgical management of newly
diagnosed glioblastoma in adults: role of cytoreductive surgery. J
Neurooncol.;89(3):271-86. In Improved survival in glioblastoma patients who take
bevacizumab in Glioblastoma multiforme. http://emedicine.medscape.com. Diakses
26 January 2016

Profesi Apoteker, Uniersitas 17 agustus 1945 Jakarta Page 5

Anda mungkin juga menyukai