Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan expose


facto, karena bertujuan menggambarkan keadaan atas fenomena yang terjadi di lapangan.
Penelitian ini juga berusaha menggali pengetahuan baru untuk mengetahui suatu
permasalahan. Penelitian deskriptif melakukan analisis sampai taraf deskriptif yaitu
menganalisis dan menyajikan data secara sistemik, sehingga lebih mudah dipahami dan
disimpulkan, sedangkan penelitian eksploratif bertujuan menemukan sesuatu yang baru
berupa pengelompokan suatu gejala. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.

3.2 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
 Kertas HVS 2 buah
 Pulpen 2 buah
 Handphone/kamera 3 buah
3.1.2 Bahan

3.3 Prosedur kerja

 Mencari peternakan yang ada disekitar tempat tinggal.


 Pada data pengamatan register induk diisi kolom nama pemilik, alamat
peternakan, asal ternak, jenis ternak, warna bulu.
 Amati dan diagnosa apakah ternak tersebutbmengalami kebuntingan.
Jika mengalami kebuntingan, diisi tabel dengan tanda ceklis dan tanda
(X) jika tidak mengalami kebuntingan.
 Didikomentasikan ternak yang diamati sebagai hasil bukti pengamatan
 Membuat laporan pelaksanaan mini riset
3.4 Teknik pengumpulan data
Adapun data yang diperoleh dikumpulkan dengan cara pengamatan secara
langsung pada objek yang dikaji dalam hal ini berupa jenis spesies…..yang
termasuk dalam family….. di……

3.5 Analisis data


Analisis data penelitian mini riset ini dikumpulkan dengan perbandingan
informasi dari petugas peternakan dan data dari literature.
BAB IV

PEMBAHASAN

N Nama Alamat Nama Asal Jenis Bangsa Warna Diagnosa Foto


O Pemili Terna Ternak Terna Bulu Kebuntinga Terna
k k k n
1. Sapi Jawa Mamalia Hitam
Timur putih

Pemilik ternak di …. telah menggunakan inovasi teknologi reproduksi inseminasi buatan


seperti yang telah di jelaskan oleh….

 Teknik Inseminasi Buatan


1.      Teknik IUI (Intrauterine Insemination)
Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim hingga ke lubang
uterine (rahim).
2.      Teknik DIPI (Direct  Intraperitoneal  Insemination)
Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan cara
sperma diinjeksikan langsung ke  peritoneal (rongga peritoneum).
Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bivalve
speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan mempunyai 2 cabang, dimana
salah satu ujungnya sebagai tempat untuk memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang
lain  dimasukkan ke dalam saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik
DIPI dimasukkan kedalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang
lebih sebanyak 0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan
perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10–15 menit.   

 Tujuan Inseminasi Buatan


1.      Memperbaiki mutu genetika ternak;
2.      Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga
mengurangi biaya ;
3.      Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu
yang lebih lama;
4.      Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
5.      Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

 Sapi yang layak untuk di IB memenuhi syarat antara lain :


1. Sapi betina yang telah memenuhi umur pubertas.
2. Telah menunjukkan tanda-tanda birahi.
3. Sebaiknya induk memiliki tulang pelvis (pinggul ) yang lebar.
4. Jika kondisi induk sangat kecil gunakan semen sapi bali.

 Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB)

Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya
adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan.
Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang
cukup lama. Jarak antara satu birahi ke birahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga
bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk melaksanakan
Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan Inseminasi
Buatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil
dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB)
serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memberikan pelayanan dari
pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada.

 Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :


1. ternak gelisah
2. sering berteriak
3. suka menaiki dan dinaiki sesamanya
4. vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat
5. dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
6. nafsu makan berkurang
Gejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik
ternak. Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh
menunda laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh
pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih
menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.

 Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)


Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada
saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka.Kemungkinan terjadinya konsepsi
(kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitung oleh
para ahli, perkiraannya adalah :
permulaan birahi : 44%
pertengahan birahi : 82%
akhir birahi : 75%
6 jam sesudah birahi : 62,5%
12 jam sesudah birahi : 32,5%
24 am sesudah birahi : 28%
24 jam sesudah birahi : 12%
Keuntungan dan Kerugian dari Inseminasi Buatan
1.      Keuntungan Inseminasi Buatan
a)      Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
b)      Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
c)      Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
d)     Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu
yang lama;
e)      Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah
mati;
f)       Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan
terlalu besar;
g)      Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan
hubungan kelamin.

2.      Kerugian Inseminasi Buatan


a)      Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan
terjadi kebuntingan;
b)      Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari
pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan /
breed kecil;
c)      Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan
yang sama dalam jangka waktu yang lama;
d)     Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak
dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).

 Prosedur Inseminasi Buatan pada Sapi


Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:
     
-          Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB), semen harus dicairkan
(thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan
memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu
untuk thawing yang baik adalah 37oC.
-          Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37oC, selama 7-18
detik.
-          Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
-          Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan
menggunakan gunting bersih.
-          Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw.
-          Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat.
-          Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan
dimasukkan ke dalam rektum.
-          Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau
dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan
lebih dahulu.
-          Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut
dengan 'posisi ke empat.
-          Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan
servix dengan perlahan-lahan.

 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Rendahnya Prosentase Kehamilan pada


Sapi
1.      Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
2.      Inseminator kurang / tidak terampil;
3.      Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
4.      Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
5.      Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina. Jelaslah disini bahwa
faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi
pada malam hari.

 Ciri Awal Sapi Bunting

1. Hasil positif pada tes palpasi rektal


2. Pembesaran abdomen kanan secara progresif
3. Terjadinya anestrus
4. Peningkatan berat badan
5. Adanya gerakan fetus
6. Gerakan sapi melambat
7. Bulu sapi mengkilat
8. Temperamen sapi menjadi lebih teratur

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai