Resume Etika Bisnis Kelompok 13
Resume Etika Bisnis Kelompok 13
Disusun Oleh :
Kelompok 13
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2020
BAB 2
PRINSIP – PRINSIP ETIS DALAM BISNIS
1. Kedua belah pihak dalam kontrak harus memahami sepenuhnya sifat dari perjanjian
yang mereka buat.
2. Kedua belah pihak dilarang mengubah fakta paerjanjian kontraktual dengan sengaja.
3. Kedua belah pihak dalam kontrak tidak boleh menandatangani perjanjian karena
paksaan atau ancaman.
4. Perjanjian kontrak tidak boleh mewajibkan kedua belah pihak untuk melakukan
tindakan-tindakan yang amoral.
Dasar yang lebih baik baik bagi hak moral diberikan oleh teori etis yang
dikembangkan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant berusaha menunjukkan bahwa ada
hak dan kewajiban-kewajiban moral tertentu yang dimiliki oleh semua manusia, apapun
keuntungan utilitarian yang diberikan dari pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut pada
orang lain. Teori Kant didasarkan pada sebuah prinsip moral yang ia sebut perintah
kategoris (categorical imperatives) dan yang mewajibkan semua orang diperlakukan
sebagai makhluk yang bebas dan sederajat dengan yang lain. Menurut Kant masing-
masing hak memerlukan proses kualifikasi, penyesuaian dengan kepentiangan lain dan
argumen pendukung. Kant memberikan dua cara untuk merumuskan prinsip moral dasar
ini, yaitu:
Suatu tindakan secara moral benar bagi seseorang jika, dan hanya jika, dalam
melakukannya orang tersebut tidak hanya memanfaatkan orang lain sebagai
sarana dalam meraih kepentingan-kepentingannya, namun juga menghargai dan
mengembangkan kapasitas mereka untuk memilih secara bebas bagi diri mereka
sendiri.
Berdasarkan pada dua rumusan Kant tentang perintah kategoris terdapat hak-hak
tertentu yang dipertahankan, yaitu:
a. Manusia memiliki sebuah kepentingan yang jelas untuk dibantu dengan diberi
pekerjaan, makanan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan yang mereka
perlukan apabila mereka tidak dapat memperolehnya sendiri.
b. Manusia juga memiliki sebuah kepentingan yang jelas untuk tidak dirugikan atau
ditipu, serta memiliki kebebasan dalam berfikir, berorganisasi, berbicara, dan
menjalani kehidupan pribadi seperti yang mereka pilih.
c. Manusia memiliki sebuah kepentingan yang jelas untuk mempertahankan institusi
kontrak.
a. Keadilan distribusi: berkaitan dengan distribusi yang adil atas keuntungan dan
beban dalam masyarakat.
b. Keadilan retributif: mengacu pada pemberlakuan hukuman yang adil pada pihak-
pihak yang melakukan kesalahan.
c. Keadilan kompensasir: berkaitan dengan cara yang adil dalam memberikan
kompensasi pada seseorang atas kerugian yang mereka alami akibat perubahan
orang lain, kompensasi yang adil adalah kompensasi yang dalam artian tertentu
proporsioal dengan nilai kerugian yang diderita.
Keadilan Distributif
Prinsip dasar keadilan distributif yaitu bahwa sederajat harus diperlukan sederajat
dan yang tidak sama juga harus diperlakukan dengan cara yang ridak sama. Prinsip dasar
dari keadilan distributif dapat dinyatakan sebagai berikut:
Individu-individu yang sederajat dalam segala hal yang berkaitan dengan perlakuan
yang dibicarakan harusla memperoleh keuntungan dan beban serupa, sekalipun mereka
tidak sama dalam aspek-aspek yang tidak relevan lainnya, dan individu-individu yang
tidak sama dalam suatu aspek yang relevan perlu diperlakukan secara tidak sama, sesuai
dengan ketidaksamaan mereka.
Prinsip dasar keadilan distributif sepenuhnya bersifat formal, prinsip ini didasarkan
pada gagasan logis bahwa kita haruslah konsisten dalam menghadapi masalah-masalah
yang serupa.
Kaum egalitarian meyakini bahwa tidak ada perbedaan yang relevan di antara semua
orang, yang bisa dipakai sebagai pembenaran atas perlakuan yang tidak adil. Menurut
pandangan egalitarian semua keuntungan dan beban harus sesuai dengan rumusan
berikut:
Semua orang harus memperoleh bagian keuntungan dan beban masyarakat atau
kelompok dalam jumlah yang sama.
Pandangan egalitarian didasarkan pada proposisi bahwa semua manusia adalah sama
dalam sejumlah aspek dasar dan bahwa sejalan dengan kesamaan ini, setiap orang
memiliki klaim yang sama atas segala sesuatu yang ada dalam masyarakat. Artinya
semuanya harus diberikan pada semua orang dalam jumlah yang sama.
Prinsip sosialis ini pertama kali didasarkan pada gagasan bahwa orang-orang
menyadari potensi mreka dengan menunjukkan kemampuan dalam kerja yang produktif,
karena perwujudan dari potensialitas yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu nilai,
maka hal ini mengimplikasikan bentuk distribusi pekerjaan sesuai dengan kemampuan
yang dia miliki. Kedua keuntungan yang dihasilkan dari kerja harus memanfaatkan
sepenuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan manusia.
Kaum libertanisme menyatakan bahwa tidak ada cara pendistribusian barang yang
dapat dikatakan adil atau tidak adil apabila dipertimbangkan secara terpisar dari pilihan
bebas masing-masing individu, semua jenis distribusi keuntungan dan beban adalah adil
jika memungkinkan individu melakukan pertukaran barang secara bebas. Robert Nozick
seorang libertarianisme terkemuka menyatakan prinsip ini sebagai prisip dasar keadilan
distributif.
Dari setiap orang sesuai dengan apa yang dipilih untuk dilakukan, bagi setiap orang
sesuai dengan apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri (mungkin dengan
bnatuan orang lain), dan apa yang dipilih orang lain untuk dilakukan baginya dan
mereka pilih untuk diberikan padanya atas apa yang telah mereka berikan sebelumnya
dan belum diperbanyak atau dialihkan.
Teori John Rawl didasarkan pada asumsi bahwa konflik yang melibatkan masalah
keadilan pertama-tama haruslah ditangani dengan membuat sebuah metode yang tepat
dalam memilih prinsip-prinsip untuk menanganinya. Prinsip keadilan distribusi yang
disusulkan Rawls menyatakan bahwa distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat
adalah adil jika, dan hanya jika:
1. Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar paling ekstensif yang
dalam hal ini mirip dengan kebebasan untuk semua orang.
2. Ketidakadilan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga keduanya:
a. Mampu memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang
beruntung, dan
b. Ditangani dalam lembaga dan jabatan yang terbuka bagi semua orang
berdasarkan prinsip persamaan hak dalam memperoleh kesempatan.
Dengan demikian Rawl mengklaim bahwa semua prinsip secara moral dapat diterima
oleh suatu kelompok individu rasional yang mengetahui bahwa mereka akan tinggal
dalam sebuah masyarakat yang diatur oleh prinsip-prinsip yang mereka terima, tapi tidak
tahu apa jenis kelaminnya, ras, kemampuan, agama, kepentingan, jabatan sosial,
penghasilan, atau karakteristik-karakteristik khusus lain yang akan mereka miliki dalam
masyarakat tersebut. Keuntungan teori ini, yaitu:
Keadilan Retributif
Bab pertama membahas sejumlah kondisi di mana seseorang dianggap tidak dapat
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia lakukan: ketidaktahuan dan
ketidakmampuan. Kondisi-kondisi ini juga relevan dalam menentukan keadilan atas
hukuman yang diberikan atas seseorang yang melakukan kesalahan. Jika seseorang tidak
tahu atau tidak bisa memilih secara bebas apa yang dia lakukan, maka dia tidak bisa
dihukum secara adil.
Kondisi kedua dari hukuman yang adil adalah kepastian bahwa orang yang dihukum
benar-benar melakukan apa yang dituduhkan. Jenis kondisi ketiga dari hukuman yang adil
adalah hukuman tersebut haruslah konsisten dan proposional dengan kesalahannya.
Keadilan Kompensatif
Pandangan ini bahwa kita memiliki kewajiban untuk memberikan perhatian khusus
pada individu-individu tertentu yang menjalin hubungan baik dengan kita, khususnya
hubungan ketergantungan merupakan konsep utama dalam ‘etika memberi perhatian’,
sebuah pendekatan etika yang belakangan ini banyak disebut oleh para pendukung
pandangan etika feminis.
Moralitas dalam memberikan perhatian didasarkan pada pemahaman atas hubungan
sebagai tanggapan terhadap orang lain. Menurut pandangan etika ‘perhatian’ tugas moral
seseorang bukanlah mengikuti prinsip-prinsip moral universal dan imparsial, namun
menerima dan menanggapi tindakan dari orang-orang lain di mana dia menjalin hubungan
yang baik dan erat dengan mereka. Belas kasihan, pertimbangan, cinta, persahabatan, dan
kebaikan semuanya merupakan perasaan atau sifat baik yang umumnya mewujudkan
dimensi moralitas. Dalam hal ini, etika perhatian menekankan pada dua persyaratan
moral:
Kita hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib mempertahankan serta
mengembangkan hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain.
Kita memberikan perhatian khsusus pada orang-orang yang menjalin hubungan
baik dengan kita
Sifat Kebaikan
Kebaikan Moral
Kebaikan moral merupakan sebuah kecenderungan yang dinilai sebagai bagian dari
karakter manusia yang secara moral baik dan ditunjukkan dalam kebiasaaan dan
perilakunya, seseorang dikatakan memiliki kebaikan moral bila dia berperilaku dengan
penalaran, perasaan, dan keinginan-keinginan yang menjadi karakteristik dari seseorang
yang secara moral baik.
Baik buruknya tindakan dapat ditentukan dengan mempelajari jenis karakter yang
dihasilkan dari tindakan tersebut, yaitu:
Tidak ada konflik antara teori-teori etika yang didasarkan pada prinsip-prinsip
dengan teori etika yang didasarkan pada kebaikan. Dengan kata lain, etika kebaikan tidak
menyarankan tindakan-tindakan yang berbeda dari yang disarankan etika prinsip, dan
etika prinsip tidak menyarankan disposisi moral yang berbeda dari etika kebaikan.
Etika prinsip dan etika kebaikan memberikan identifikasi atas apa yang dimaksud dengan
kehidupan moral. Namun demikian, prinsip melihat kehidupan moral dalam kaitannya
dengan tindakan yang diwajibkan moralitas untuk kita lakukan, sementara kebaikan
melihat kehidupan moral dalam kaitannya dengan moralitas yang mewajibkan kita untuk
menjadi individu tertentu. Jadi, etika kebaikan mencakup dasar-dasar yang sama dengan
etika prinsip, namun dari sudut pandang yang sangat berbeda. Jadi, etika kebaikan
melihat pada kebaikan-kebaikan yang berkaitan dengan utilitarianisme, hak, keadilan, dan
perhatian.
1. Apakah pepsico memiliki kewajiban moral untuk melakukan divestasi atas semua
asetnya di Burma? Pendekatan etika mana utilitarian, hak, keadilan, perhatian, atau
kebaikan yang paling tepat digunakan dalam menganalisis peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam kasus ini?
Jawab:
Iya, karena divestasi yang dilakukan dapat membuat perekonomian Burma
menjadi lemah dan diharapkan Burma dapat melakukan reformasi dan dengan itu
dapat menekan pihak militer untuk mengubah kebijakan mereka yang melakukan
kerja paksa para petani.
Pendekatan yang tepat untuk menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam peristiwa ini yaitu pendekatan hak dan keadilan. Pendekatan hak dimana kita
dapat melakukan penilaian moral yang didasarkan pada standar-standar bagaimana
individu (para petani) harus diperlakukan atau dihargai. Pendekatan ini harus
digunakan dalam kasus ini karena sangat berpengaruh pada kesejahteraan dan
kebebasan mereka (para petani). Pendekatan keadilan juga digunakan dalam
menganalisis kasus ini dimana para petani tidak mendapatkan keadilan di dalam
negaranya sendiri yaitu Burma. Mereka disuruh kerja paksa tetapi hasil yang
didapat diambil dan dijual oleh pemerintah.
2. Apakah pepsico memiliki kewajiban moral untuk menarik semua produk dan merek
dagangnya dari Burma?
Jawab:
Menurut kelompok kami, iya pepsico memiliki kewajiban moral untuk menarik
semua produk dan merek dagangnya dari Burma. Karena, bertujuan untuk
memperbaiki kerugian yang dialami karena ada beberapa para kritikus yang
mengklaim dan mempertanyakan etika melakukan bisnis di Burma dan
menyebabkan pepsico mengalami penurunan kondisi ekonomi.