Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PERBEDAAN “HYGIENE INDEX” MURID YANG MENYIKAT GIGI DENGAN TEKNIK KOMBINASI VERTIKAL
HORIZONTAL DAN FONE’S HORIZONTAL DI SDN 11 AUR KUNING
KOTA BUKITTINGGI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Pendidikan Kesehatan Gigi Labor (KG 15.303e) pada
semester III
di Jurusan Keperawatan Gigi Bukittinggi

19
TA 2019/2020

Ketua : wwwwwwww
NIM : 11111111

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI MULUT


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul “Perbedaan “hygiene index” menyikat gigi dengan teknik kombinasi vertikal horizontal dan fone’s
horizontal pada murid sekolah dasar negeri 11 Aur Kuning Kota Bukittinggi”. Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu kegiatan yang
harus dilaksanakan dosen dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

20
Peneliti menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dalam melakukan penelitian ini, oleh karena itu tanpa bantuan dari
berbagai pihak tidak mungkin dapat peneliti selesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti sampaikan penghargaan dan rasa terima
kasih kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang
2. Bapak John Amos, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Promosi Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang .
3. Ibu Widdefrita, SKM, M.KM selaku Sekretaris Jurusan Promosi Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.
4. Teman sejawat dan staf Jurusan Promosi Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.
5. Suami tercinta Taufik dan anak-anak tersayang Hasucita Tausi, Salwa Divani Tausi dan Putri Hanyfa Tausi serta semua anggota
keluarga yang selalu memberikan dorongan dan semangat.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penelitian ini tentu masih ada kekurangan-kekurangan, oleh karena itu peneliti
mengharapkan adanya saran dan kritik membangun dari pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan proposal ini. Harapan penulis
semoga dapat bermanfaat.

Bukittinggi, Januari 2019


Ketua

DAFTAR ISI

21
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
RINGKASAN.....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
1. Tujuan Umum.............................................................................. 5
2. Tujuan Khusus............................................................................. 5
D. Hipotesis Penelitian........................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Plak ................................................................................................... 6
1. Pengertian plak............................................................................. 7
2. Mekanisme pembentukan plak.................................................... 7
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan plak................ 8
4. Komposisi plak ........................................................................... 8
5. Kontrol plak ................................................................................ 8
6. Penilaian indeks plak .................................................................. 8
B. Menyikat Gigi.................................................................................... 10
1. Waktu dan frekuensi menyikat gigi............................................. 10
2. Syarat sikat gigi ........................................................................... 11

22
3. Teknik menyikat gigi................................................................... 10
C. Kebersihan Gigi dan Mulut ............................................................... 6
D. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut ................................................... 6
E. Landasan Teori................................................................................... 12
F. Kerangka konsep ............................................................................... 13
G. Definisi operasional........................................................................... 14
BAB III PERENCANAAN
A. Peserta................................................................................................ 15
B. Lokasi Kegiatan................................................................................. 15
C. Sasaran............................................................................................... 15
D. Alat/Instrument pengumpulan data.................................................... 16
E. Prosedur Pengumpulan Data.............................................................. 16
F. Analisa Data....................................................................................... 17
BAB IV JADWAL KEGIATAN
A. Kegiatan............................................................................................. 18
B. Jadwal Penelitian............................................................................... 19
C. Biaya ................................................................................................. 19
D.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang
serius apabila seseorang mengabaikan kebersihan rongga mulutnya. Karies gigi dan penyakit periodontal adalah contoh penyakit
terbanyak yang pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme patogen di dalam rongga mulut (Hebbal et al. 2012).
Sekumpulan mikroorganisme tersebut membentuk komunitas yang kompleks dan berkembang dalam suatu matriks intraseluler yang
dikenal dengan plak gigi. Plak berupa lapisan tipis, tidak berwarna dan lunak yang terdiri lebih dari 700 jenis bakteri dan melekat erat
pada permukaan gigi (Seneviratne et al. 2011).
Kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut berdampak pada peningkatan plak. Plak dapat dihambat perkembangannya
dengan mengurangi bakteri pembentuk plak gigi. Pencegahan dan pengontrolan terhadap pembentukan plak gigi harus didasarkan atas
usaha pemeliharaan oral hygiene yang dilakukan secara aktif. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengontrol
pembentukan plak adalah mengatur pola makanan, tindakan secara kimiawi dan tindakan secara mekanis yang bertujuan untuk
membersihan rongga mulut dan gigi dari sisa makanan, bakteri beserta hasil-hasil metabolismenya (Putri dkk, 2012).
Pertumbuhan plak tergantung dari faktor saliva, diet, kebersihan rongga mulut, susunan gigi, dan faktor hostnya (Santoso, 2000).
Salah satu upaya yang menentukan kesuksesan sebuah perawatan gigi dan mulut adalah kontrol plak (Suhatman, 2000). Mekanisme
kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan dengan menghambat pertumbuhan plak yang ada, mengeliminasi plak sebelumnya,

24
menghambat klasifikasi plak dan menghambat koloniasi mikroorganisme dipermukaan gigi serta mengubah bakteri plak yang patogen
menjadi non pathogen (Putri dkk, 2012)
Salah satu upaya pencegahan kejadian plak gigi secara kimia adalah berkumur dengan obat kumur yang bersifat bakteriostatik.
Berkumur dengan larutan chlorhexidine yang bersifat bakteriostatik dapat mencegah kejadian plak gigi, namun penggunaan dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme yang resisten dan timbul noda sebagai efek samping (Kidd dan Bechal, 2013).
Schiott (1976), penggunaan obat kumur setiap hari secara terus menerus dapat mengurangi bakteri dalam saliva sebanyak 30-
50% dan dalam plak sebanyak 55-97%. Chlorhexidine 0,2% yang digunakan setiap hari dalam bentuk larutan kumur juga terbukti
efektif dalam mencegah pembentukan plak (Alburuda dan Merdana 2011). Menurut Enda (2012) beberapa substansi kimia dalam obat
kumur memiliki sifat antiseptik atau antibakteri yang berguna untuk menghambat pembentukan plak dan pencegahan gingivitis. Namun,
obat kumur yang selama ini beredar di pasaran dan dirasa aman ternyata ada yang memiliki efek samping yang menakutkan. Khususnya
yang mengandung alkohol, dapat memicu timbulnya kanker rongga mulut dan kerusakan pada lambung jika tertelan pada anak-anak.
Banyaknya zat tambahan yang terkandung dalam beberapa larutan obat kumur, memberikan pertimbangan kepada masyarakat
untuk lebih bijaksana dalam menggunakan produk jadi yang telah tersedia. Seiring perkembangan teknologi dan kesadaran akan
pentingnya kesehatan, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam penggunaan larutan berbahan kimia dan lebih memilih
menggunakan produk substansi herbal untuk mencegah ketergantungan terhadap zat kimia tersebut. Ekstrak dan sari dari buah-buahan
dan tanaman menjadi pilihan paling populer di masyarakat sebagai obat-obatan herbal (Erycesar, 2007)
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan kimia adalah buah stroberi.
Kandungan kimia dari buah stroberi diantaranya yaitu flavonoid. Flavonoid memiliki aktivitas antibakteri yang menyebabkan rusaknya

25
dinding sel (Pelezar dan Chan, 2009.) Flavonoid bekerja dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen
yang terdapat pada dinding sel (Cowan, 1999)
Penelitian terdahulu membuktikan bahwa dengan pemberian jus stroberi menunjukkan peningkatan kemampuan dalam
mengurangi pembentukan plak gigi dan menunjukkan efek antibakteri yaitu sifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap Streptococcus
mutans. Buah stroberi mengandung polifenol yang terdiri atas asam ellagic, antosianin dan katekin. Katekin memiliki khasiat dapat
mencegah terjadinya karies gigi. Katekin menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans melalui dua cara yaitu sebagai bakterisidal
dan menghambat proses glikosilasi. Kemampuan katekin sebagai bakterisidal adalah mendenaturasi protein dalam sel bakteri sehingga
protein tidak mampu menjalankan fungsinya (Hasim, 2016) Katekin juga menghambat proses glikosilasi dengan bekerja secara
kompetitif terhadap glukosiltransferase (GTFs) dalam mereduksi sakarida yang merupakan bahan dasar proses glikosilasi sehingga
pembentukan polisakarida ekstraselular pada bakteri terhambat. Buah stroberi juga mengandung pektin (serat alami) yang bersifat self
cleansing terhadap gigi (Kusumaningsih, 2011)
Laporan penelitian tentang efektifitas ekstrak stroberi (fragaria x anassa) terhadap penurunan plak gigi menunjukkan hasil
bahwa ekstrak stroberi efektif terhadap penurunan plak gigi terutama dengan konsentrasi 45% (lestari dan Maharani, 2010) Penelitian
lain tentang perbandingan efek antibakteri jus stroberi (Fragaria vesca l.) pada berbagai konsentrasi terhadap streptococcus mutans
menunjukkan hasil Jus stroberi (Fragaria vesca L.) bersifat bakteriostatik pada konsentrasi 12,5 % dan bersifat bakterisid pada
konsentrasi 50 % terhadap Streptococcus mutans (Erycesar, 2007).
Selain stroberi buah anggur juga mempunyai nilai gizi yang baik seperti vitamin, mineral, karbohidrat dan senyawa fitokimia.
Polifenol merupakan komponen fitokimia yang terkandung dalam anggur karena mempunyai aktivitas biologi dan bermanfaat untuk
kesehatan. Komponen polifenol diantaranya antosianin, flavonoid, tannin, resveratrol dan asam fenolat. Resveratrol mempunyai efek

26
antimikroba yang efektif terhadap Staphylococcus aureus yang berfungsi sebagai penghambat glukosilasi pada proses pembentukan plak
sehingga anggur (Vitis vinifera L.) dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri dalam pencegahan pembentukan karies (Putro., 2014).
Penelitian tentang pengaruh obat kumur mengandung ekstrak anggur (Vitis vinifera) berbagai konsentrasi dalam menghambat
pembentukan plak gigi menunjukkan hasil bahwa obat kumur yang mengandung ekstrak anggur dengan konsentrasi 50% dan 75% yang
digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi daya hambat pembentukan plak gigi lebih efektif jika dibandingkan dengan berkumur air.
Hasil uji Two-Way Anova didapatkan nilai sig 0,000 (sig<0,05) artinya obat kumur mengandung ekstrak anggur (Vitis vinifera)
berbagai konsentrasi berpengaruh dalam menghambat pembentukan plak gigi (Putro, 2014).
Plak tidak dapat dilihat secara langsung sebab berwarna seperti kaca putih amat tipis, untuk melihat adanya plak adalah dengan
mengoleskan cairan berwarna merah (disklosing), bila permukaan gigi berwarna merah berarti ada plak. Salah satu indeks yang dipakai
untuk mengukur plak adalah Patient Hygiene Performance (PHP). Pengukuran indeks PHP menurut Podshadley and Haley dilakukan
dengan membagi tiap permukaan gigi menjadi 5 bagian, yang diperiksa hanyalah permukaan fasial dan lingual dari gigi indeks setelah
permukaan gigi diolesi disklosing. Rentang penilaian dari 0 – 1, nilai 0 jika tidak ada plak dan nilai 1 jika ada plak (Putri dkk, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang siswa/siswi kelas VIII di SMPN 2 Tilatang Kamang Kabupaten
Agam diperoleh informasi bahwa siswa jarang mengkonsumsi buah-buahan terutama anggur. Hasil pemeriksaan kebersihan gigi (indeks
plak PHP) dan pemeriksaan karies gigi (indeks DMFT) yang dilakukan pada 20 orang siswa/siswi kelas VIII di SMPN 2 Tilatang
Kamang Kabupaten Agam diperoleh indeks plak PHP dengan kriteria buruk sebanyak 12 orang, krireria sedang 6 orang, kriteria baik 2
orang dan tidak ada kriteria sangat baik. Jumlah gigi yang mengalami karies sebanyak 46 gigi, gigi dengan karies yang masih bisa
dilakukan penambalan sebanyak 21 gigi, sedangkan gigi dengan karies yang tidak bisa lagi dilakukan penambalan dan harus dicabut
sebanyak 25 gigi.

27
Kota Bukittinggi dan kabupaten Agam bagian Timur berhawa sejuk, dengan lahan pertanian yang subur. Karena hawanya yang
sejuk maka masyarakat banyak yang menanam stroberi di halaman rumahnya. Sedangkan
B. Tu juan

1. Untuk mengetahui rata-rata “hygiene index” murid sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan teknik kombinasi vertikal
horizontal di SDN 11 Aur Kuning Kota Bukittinggi.
2. Untuk mengetahui rata-rata “hygiene index” murid sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan teknik kombinasi fone’s horizontal
pada murid sekolah dasar negeri 11 Aur Kuning Kota Bukittinggi.
3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata “hygiene index” murid sesudah menyikat gigi dengan teknik kombinasi vertikal horizontal
dan fone’s horizontal di SDN 11 Aur Kuning Kota Bukittinggi.

C. Manfaat
Sebagai bahan masukan dan informasi kepada masyarakat tentang teknik menyikat gigi yang efektif untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut serta dapat mencegah pembentukan plak gigi yang menjadi penyebab terjadinya karies gigi

28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Plak
1. Pengertian plak
Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan bahan organik yang terbentuk digigi, kadang-kadang juga
ditemukan pada gusi dan lidah. Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
Plak menempel pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya pada rongga mulut seperti gigi tiruan atau restorasi, bila plak
tidak dibersihkan lama kelamaan plak akan terkalsifikasi dan menjadi kalkulus sehingga menyebabkan infeksi pada jaringan
peridonsium.8
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, mikroorganisme akan berkembang biak dalam
suatu matrik intraseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Plak dalam jumlah sedikit tidak dapat terlihat,
kecuali diwarnai dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada dalam rongga
mulut. Plak jika tidak dibersihkan akan menumpuk, penumpukan plak ini akan terlihat bewarna abu-abu, abu-abu kekuningan, dan
kuning, plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi kasar (Putri dkk, 2012)
Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan jaringan lainnya berpotensi cukup besar untuk timbulnya penyakit jaringan
keras gigi dan jaringan pendukung lainnya, sehingga plak merupakan kumpulan organisme yang metabolismenya sangat efisien dan

29
aktif serta mempunyai persediaan makan yang tidak terbatas, dalam kenyataannya plak merupakan suatu kumpulan mikroorganisme
yang berjejal dan saling bersaing untuk mendapatkan makanan yang diperlukan untuk sumber energi dan pertumbuhan bakteri.12
Plak gigi tidak dapat dibersihkan jika hanya dengan cara berkumur-kumur ataupun dengan semprotan air namun dapat
dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis, jika jumlahnya sedikit plak sulit untuk terlihat kecuali diwarnai dengan larutan
disklosing, Jika plak sudah menumpuk maka plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning. Plak biasa
mulai terbentuk pada bagian sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi yang cacat dan kasar.8
Gambar 1. Plak yang menempel pada permukaan gigi

Sumber: Putry HM, dkk, 2011

2. Mekanisme Pembentukan Plak

30
Proses pembentukan plak ini terdiri atas dua tahap, tahap pertama merupakan tahap pembentukan lapisan acquired pelicle
sementara tahap kedua merupakan tahap proliferasi (Putri dkk, 2012). Beberapa detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk selapis
deposit dari protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi. Lapisan ini disebut aquired pelicle, adalah lapisan
tipis, translusen, halus dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat pada permukaan gigi dan hanya dapat dilepas dengan friksi positif.
Pada awalnya lapisan ini bebas dari bakteri (Eley dkk, 2010).
Tahap pertama, setelah aquired pelicle terbentuk, bakteri-bakteri yang ada dalam mulut mulai berproliferasi disertai dengan
pembentukan matriks interbakterial yang terdiri atas polisakarida ekstraselular, yaitu levan dan dextran serta mengandung protein
saliva (Putri dkk, 2012). Bakteri yang tumbuh pertama diatas aquired pelicle adalah streptococus mutans, streptococus sanguis,
streptococus salivarius sehingga pada terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri.
Beberapa menit setelah aquired pelicle terbentuk pada permukaan gigi, maka akan timbul populasi bakteri disekitarnya yang secara relatif
cepat mengikatkan diri dan berkembang biak (Amerongen, 1992).
Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena adanya hasil metabolisme dan adhesi dari
bakteri-bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob, setelah kolonisasi pertama
oleh streptococus, berbagai jenis mikroorganisme lain memasuki plak, hal ini dinamakan ”Phenomena of succesion” (Putri dkk,
2012).
Pembentukan plak tahap kedua, jika kebersihan gigi dan mulut diabaikan, selama dua sampai empat hari, bakteri kokus gram
negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7 % menjadi 30 %), dengan 15 % diantaranya terdiri atas basilus bersifat
anaerob, hari kelima fusobacterium, actinomyces dan veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya. Pematangan plak ditandai

31
dengan munculnya bakteri jenis spirochaeta dan vibrio sementara jenis filamen terus bertambah, dengan peningkatan paling
menonjol pada actiomyces naeslundi (Putri dkk, 2012)
Plak dalam waktu beberapa jam akan terbentuk perlekatan antara spesies streptococus dan kemudian actinomyces dengan
pelikel. Selama beberapa hari pertama populasi bakteri ini akan bertumbuh dan menyebar keluar dari permukaan gigi. Plak tumbuh
melalui pembelahan internal dan deposisi permukaan. Berbagai variesta bakteri akan melekat pada kolum ini dan berlipat ganda
sehingga setelah 3-4 minggu, akan terbentuk flora mikroba yang mencerminkan keseimbangan ekosistem organisme atau mikroba
pada permukaan gigi.13
Pembentukan plak supragingiva dipelopori oleh bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida
ekstraseluler yang memungkinkan bakteri melekat pada gigi dan saling berkaitan. Koloni bakteri yang pertama adalah
Streptococcusmitior, S. Sanguis, Actinomycesviscosus dan A. Naeslundii bila bakteri ini dibiarkan bertumbuh selama beberapa hari,
akan tibul inflamasi gingiva. Selama proses ini kondisi lingkungan perlahan akan berubah menyebabkan terjadinya pertumbuhan
selektif, keadaan ini akan menyebabkan perubahan komposisi bakteri dan setelah 2-3 minggu akan terjadi perubahan flora kompleks
yang tidak terhalang termasuk bakteri anaerob gram negatif, bakteri motil dan spirokseta.13
Secara klinis plak gigi merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terklasifikasi, menumpuk dan melekat pada gigi-geligi
dan objek lain didalam mulut misalnya restorasi gigi tiruan dan kalkulus, dalam bentuk lapisan tipis plak umumnya tidak terlihat dan
hanya dapat terlihat dengan bantuan pewarnaan (disclosing) dalam bentuk lapisan yang tebal plak terlihat sebagai deposit kekuning-
kuningan atau ke abu-abuan yang tidak dapat dilepas dengan cara berkumur-kumur tetapi ndapat dihilangkan dengan menyikat gigi.
Plak jarang terletak pada permukaan oklusal gigi kecuali bila gigi tersebut sudah tidak berfungsi sehingga dapat terbentuk deposit
yang luas.13

32
1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembentukan plak
Carlsson mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan plak ada tiga yaitu: lingkungan fisik, friksi dan
pengaruh diet.
a) Lingkungan fisik yang meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur permukaannya dimana plak akan
tampak jelas ketika telah dilakukannya pewarnaan pada gigi dengan disclosing, pada daerah yang terlindung karena kecembungan
permukaan gigi, gigi yang letaknya salah, permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang buruk, permukaan email yang cacat serta
daerah “cemento enamel junction” yang kasar, terlihat jumlah plak yang menumpuk lebih banyak.
b) Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah pada permukaan gigi yang tidak terlindung dan pemeliharaan gigi dan mulut dapat
dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak dipermukaan gigi.
c) Pengaruh diet terhadap penumpukan plak ada dua aspek yaitu: pengaruh secara fisik dan pengaruh sebagai sumber makanan bagi
bakteri didalam plak. Keras atau lunaknya makanan akan mempengaruhi pembentukan plak, plak akan terbentuk apabila kita lebih
banyak mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang banyak mengandung karbohidrat jenis sukrosa karena akan
menghasilkan dektran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matrik plak.8

2. Komposisi plak gigi


Plak tumbuh pada gigi sebagai biofilm yang terdiri dari komunitas mikroba beragam dan tertanam dalam matrik dan polimer

bakteri. Plak gigi berkembang secara alami dan berkontibusi terhadap pertahanan tuan rumah dengan mencegah kolonisasi oleh spesialis

33
eksogen. Komposisi plak gigi bervariasi pada permukaan yang berbeda sebagai hasil dari perlekatan secara biologi dan fisik yang

apabila keseimbangan populasi bakteri yang lebih dominan akan berkembang menjadi penyakit.13

Plak gigi sebagian besar terdiri dari air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

intraseluler yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler dan protein saliva. 80% dari berat plak adalah air, sementara jumlah

mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah. Selain itu sel-sel epitel lepas, leukosit, pertikel-pertikal sisa makanan, garam

anorganik yang terutama terdiri atas kalsium, fosfat dan fluor juga terdapat pada plak. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan

untuk membentuk polisakarida ekstrakseluler, seperti streptococusmutans, streptococusbovin, streptococussanguis dan

streptococussalivarius.13

a. Kontrol plak

Kontrol plak adalah pengurangan plak mikroba dan pencegahan akumulasi pada gigi dan permukaan gusi yang berdekatan,

memperlambat pembentukan kalkulus, berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam pengontrolan plak:

b) Mengatur pola makan

Tindakan pertama dapat dilakukan untuk mencegah atau setidaknya mengontrol plak dengan mengatur pola makan, dapat

mengontrol pembentukan plak karena membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa. Berdasarkan

34
penelitian-penelitian yang dilakukan bahwa karbohidrat merupakan bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai

energi untuk bakteri yang membentuk plak, makanan yang lunak dan mudah menempel harus dikurangi.8

c) Tindakan secara kimiawi

Berdasarkan sifat mikrobiologis plak, untuk mencegah bakteri berkolonisasi diatas permukaan gigi membentuk plak dapat

dilakukan dengan antibiotik.8

d) Tindakan secara mekanis

Tindakan secara mekanis merupakan tindakan pembersihan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras gigi maupun jaringan lunak. Pada tindakan secara mekanis untuk menghilangkan

plak, lazim digunakan alat fisioterapi oral, alat ini digunakan untuk membantu membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan

debris yang melekat pada permukaan gigi. Sikat gigi merupakan alat utama yang digunakan dalam melaksanakan kontrol plak secara

mekanis. Sikat gigi yang digunakan untuk program ini bisa berupa sikat gigi manual yang konvensional atau sikat gigi yang

digerakan oleh motor listrik.8

B. Menyikat gigi

35
Menyikat gigi adalah suatu tindakan mekanis yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara membersihkan seluruh permukaan gigi

dengan sikat gigi. Menyikat gigi membersihkan seluruh permukaan gigi dari sisa-sisa makanan dan deposit lunak yang terdapat pada

permukaan gigi dan banyak teknik yang dapat dilakukan dalam membersihkan permukaan gigi.8

1. Waktu dan frekuensi menyikat gigi


2. Syarat sikat gigi
Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan berikut: tangkai yang nyaman saat di pegang dan stabil, pegangan
sikat cukup tebal dan kuat, kepala sikat tidak terlalu besar, untuk ukuran dewasa maksimal (25-29 mm x 10 mm), untuk anak-anak
(15-24 mm x 8 mm), balita (18 mm x 7 mm), tekstur bulu sikat gigi tidak merusak jaringan lunak dan jaringan keras pada rongga
mulut, kekakuan bergantung diameter dan panjang filamen serta elastisitasnya: keras atau sedang atau lunak, jenis bulu sikat lunak
terdiri dari 1600 bulu, panjang 11 mm, diameter 0,008 mm tersusun menjadi 40 rangkaian bulu dalam 3 atau 4 deretan serta diameter
bulu sikat: bulu sikat lunak (0,2 mm), bulu sikat sedang (0,3 mm), bulu sikat keras (0,4 mm).8
3. Teknik menyikat gigi

Teknik menyikat gigi adalah cara umum yang dilakukan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi serta

merupakan tindakan preventif menuju kebersihan dan kesehatan rongga mulut yang optimal, dalam hal menyikat gigi, teknik apapun

yang dipergunakan, harus diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Bermacam-macam teknik

penyikatan gigi, yaitu teknik vertikal, teknik horizontal, teknik Roll, teknik Bass, teknik Charter, teknik Fone’s atau teknik Sirkuler

36
dan teknik Stillman. Kombinasi pemakaian beberapa teknik menyikat gigi ini tergantung pada beberapa hal, yaitu besar dan bentuk

rahang, susunan dan inklinasi gigi geligi, derajat retraksi gusi, hilangnya gigi geligi dan keterampilan tangan dalam menggunakan

sikat gigi.8

a) Teknik vertikal

Teknik vertikal dilakukan untuk menyikat gigi bagian anterior gigi, dalam keadaan kedua rahang tertutup lalu gigi disikat

dengan gerakan superior dan inferior (gerakan keatas dan kebawah). Untuk permukaan lingual dan palatal dilakukan gerakan yang

sama dengan mulut terbuka. Teknik tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat

mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.8

Gambar 2. Posisi awal kepala sikat ketika memakai teknik vertikal

37
Sumber: Putry HM, dkk, 2011

b) Teknik horizontal

Teknik horizontal dilakukan dengan cara menyikat semua permukaan gigi pada bagian bukal dan lingual dengan gerakan

posterior dan anterior, untuk permukaan oklusal gerakan horizontal yang sering disebut “serub brush technic” dapat dilakukan dan

terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomi permukaan oklusal gigi. metode ini lebih dapat masuk ke sulkus

interdental dibanding dengan metode lain. Metode ini cukup sederhana sehingga dapat membersihkan plak yang terdapat disekitar

sulkus interdental dan sekitarnya. Kebanyakan orang yang belum diberikan pelatihan khusus, biasanya menyikat gigi dengan

38
menggunakan teknik horizontal dengan tekanan yang keras. Cara ini kurang baik digunakan karena dapat merusak dan

menyebabkan resesi gusi dan abrasi pada gigi.8

Gambar 3. Posisi awal kepala sikat ketika memakai teknik horizontal

Sumber: Putry HM, dkk, 2011

c) Teknik bass

Teknik bass dilakukan dengan keadaan sikat di pegang sehingga bulu sikatnya menghadap ke apex dan kemudian diletakkan

pada tepi ginggiva atau gusi dengan sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi. Sikat ini kemudian digerakan pada arah

anterior-posterior, untuk dapat membersihkan permukaan lingual gigi-geligi anterior atas dan anterior bawah, sikat harus dibalik

menjadi vertikal menggunakan ujung sikat untuk dapat memasuki daerah gingiva gigi dengan baik. Metode ini lebih efektif untuk

39
menghilangkan plak di sekitar dan di bawah tepi ginggiva. Karena bulu sikat diarahkan ke jaringan ginggiva dan mungkin dapat

merusak maka pemekaian sikat yang keras tidak dianjurkan dalam metode bass ini selain itu teknik ini cukup sulit dilakukan untuk

orang-orang yang belum pernah mendapatkan pendidikan khusus.8

Gambar 4. Posisi awal kepala sikat ketika memakai teknik bass

Sumber: Putry HM, dkk, 2011

40
d) Teknik S. Stilman

Teknik S. Stilman dilakukan dengan cara sikat gigi ditempatkan sebagian pada gigi dan sebagian pada gusi, membentuk

sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal, kemudian sikat gigi ditekankan sehingga gusi memucat dan

dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa mengubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan dilakukan dengan cara sikat menekuk bulu

sikat tanpa mengabaikan friksi atau trauma terhadap gusi. dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva yang

parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis

sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris

rumpun bulu sikat.8

Gambar 5. Metode S Stilman

41
Sumber: Putry HM, dkk, 2011

e) Teknik roll

Teknik roll adalah cara menyikat gigi dengan ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi sehingga

sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk

lengkungan melalui permukaan gigi, yang perlu diperhatikan pada teknik ini adalah sikat harus digunakan seperti sapu, bukan

seperti menggosok. Metode roll mengutamakan gerakan memutar pada permukaan interproksimal tetapi bagian sulkus tidak

terbersihkan secara sempurna. Metode ini merupakan metode yang dianggap dapat membersihkan plak dengan baik dan dapat

42
menjaga kebersihan gusi dengan baik namun teknik ini jarang digunakan karena pengaplikasiannya cukup sulit bagi pemula yang

belum pernah mendapatkan pendidikan tentang teknik-teknik menyikat gigi.1

f) Teknik fone’s

Teknik ini dilakukan dengan bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan labial dengan gigi dalam

keadaan oklusi, sikat digerakan dalam lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah disikat

sekaliguss, daerah interproksimal dalam teknik ini tidak terlalu diperhatikan. Setelah semua permukaan bukal dan labial disikat,

untuk permukaan lingual dan palatinal mulut dibuka lalu disikat dengan gerakan yang sama, hanya dalam lingkaran-lingkaran

yang lebih kecil, karena cara ini sukar dilakukan di bagian lingual dan palatal. Teknik ini dianjurkan untuk anak-anak karena

sangat mudah dilakukan karena meniru jalannya makanan di dalam mulut sewaktu mengunyah.8

g) Teknik kombinasi

Teknik kombinasi yaitu teknik yang menggabungkan dua teknik menyikat gigi sekaligus, teknik ini merupakan teknik yang

paling efektif dari pada teknik yang lainnya karena menggunakan dua teknik sekaligus, pada dasarnya tidak ada satu teknik

menyikat gigipun yang mampu membersihkan seluruh permukaan gigi sekaligus.16

43
C. Kebersihan gigi dan mulut
Kebersihan gigi dan mulut yaitu dimana suatu keadaan gigi dan mulut terbebas dari plak dan kotoran lain yang berada di atas

permukaan gigi seperti debris, kalkulus atau karang gigi dan sisa makanan serta tidak tercium bau tidak sedap dari dalam mulut.

Kebersihan gigi dan mulut yang baik akan berdampak pada kesehatan gigi dan mulut, sebaliknya jika kebersihan gigi dan mulut yang

kurang terjaga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada rongga mulut sebagai akibat timbulnya debris dan karang gigi atau

kalkulus.12

Akumulasi debris yang banyak mengandung berbagai macam bakteri serta kuman pada kalkulus dapat menyebabkan berbagai

penyakit periodontal, seperti radang gusi (gingivitis), radang jaringan penyangga gigi (periodontitis) dan gigi goyang. Salah satu tujuan

“Oral Health” 2020 yang telah disepakati “World Health Organisation” (WHO), dan “Federation Dentaire Internationale” (FDI) untuk

penyakit periodontal, yaitu mengurangi kehilangan pada gigi akibat penyakit periodontal terutama untuk kasus kebersihan mulut yang

buruk tidak terjaga. Cara terbaik dalam mencegah dan menyembuhkan penyakit periodontal adalah dengan menjaga kebersihan gigi dan

mulut dan kontrol plak.12

1. Indeks kebersihan gigi dan mulut

Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang.

Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu index. Index adalah suatu angka yang menunjukan keadaan

44
yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak ataupun

kalkulus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang obyektif. 8 Ada beberapa macam indek untuk mengukur

kebersihan gigi dan mulut, salah satu diantaranya adalah “Hygiene Index” (HI).

2. “Hygiene Index” (HI)

Pengukuran “Hygiene Index” (HI) ini merupakan pemeriksaan yang paling akurat karena pemeriksaan dan penilaiannya

dilakukan pada semua gigi dan semua permukaan gigi yaitu, ada empat permukaan: mesial, fasial, distal dan lingual. Aturan

pemeriksaan jika dijumpai plak pada setiap permukaan gigi diberi tanda (+) jika tidak di jumpai plak diberi tanda (-). Pemeriksaan ini

dilakukan dengan mengoleskan disclosing keseluruh permukaan gigi tanpa menggunakan sonde hanya melihat ada atau tidaknya

disklosing yang menempel pada permukaan gigi.8

Bagan pemeriksaan HI

3. Skor “Hygiene Index”

45
Skor “Hygiene Index” ditentukan dengan pembagian jumlah nilai permukaan gigi yang bebas plak jumlah permukaan gigi yang

diperiksa, dinyatakan dalam persentase permukaan yang bersih. Skor HI adalah dari 0 -100% (0-112 permukaan gigi yang bebas plak).

Rumus penentuan skor HI adalah sebagai berikut:

HI = Jumlah nilai permukaan yang bebas plak X 100%


Jumlah permukaan gigi yang diperiksa

46
BAB III
PERENCANAAN

A. Peserta

B. Sasaran

C. Lokasi Kegiatan

D. Kegiatan yang akan dilakukan

E. Biaya kegiatan

47
F. Jadwal Kegiatan (POA)
Contoh

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


PERBEDAAN INDEKS PLAK PATIENT HYGIENE PERFORMANCE SISWA YANG BERKUMUR DENGAN SARI BUAH
STROBERI DAN ANGGUR DI SMPN 2 TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM
N TAHUN 2017
o Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sep Okt Nov Des
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Bukittinggi, 10 Januari 2019


Mengetahui,
Dosen/Instruktur Ketua kelompok

Yessi Yuzar, S.SiT, M.Kes (……………….)

48
BAB III
PENUTUP

Ppppppppppp
Pppppppppppp
Ppppppppppp

Diketahui oleh, Ketua Kelompok III

(……………..) (…………………..)
NIP. NIM
DAFTAR PUSTAKA

1. Akiyama, H, Fujii, K, Yamasaki, O, 2001, Antibacterial Action of Several


Tannins Against Staphylococcus aureus, Journal of Antimicrobial
Chemotherapy.

2. Alburuda, F. dan Merdana, P. P. G. 2011, Obat Kumur Herbal Dari VCO, The
Hijau Dan Peppermint Sebagai Inovasi Baru Minuman Herbal Yang Berasa
Enak dan Segar, Program kreativitas Mahasiswa, Universitas Jember, Jember.

3. Amerongen, A.V.N, 1992, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan
Gigi, Penerjemah: R. Abyono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

4. Anita, Y. 2009, Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Delima Putih Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro), Universitas Airlangga, Surabaya.

5. Brooks, G.F, Butel, J.S, dan Morse, S.A., 2005, Jawetz Melnick, & Adelberd’s
Mikrobiologi Kedokteran (terj.), Selemba Medika, Jakarta.

6. Cowan, M.M, 1999, Plant products as Antimicrobial Agents, Clint Microbial


Rev.12.

7. Dea Hasim, Sirih Sebagai Anti Bakteri. [serial online]. 2016 [cited 2016
March 4]. Available from: URL: http://www.kompas.com/kompascetak.

8. Eley, B.M, Soory, M., Manson, J.D., 2010, Periodontics, 6th Ed. Elseiver,
China.

9. Enda, F.A. 2012, Pegaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) terhadap Pembentukan Plak Gigi, Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.

10. Erycesar, G, 2007, Perbandingan Efek Antibakteri Jus Stroberi (Fragaria


vesca L.) pada Berbagai Konsentrasi terhadap Streptococcus mutans,
Universitas Diponegoro, Semarang.

11. Hebbal, M, Ankola, A.V, Sharma, R, Johri, S. 2012, Effectiveness of Herbal


and Fluoridated Toothpaste on Plaque and Gingival Scores Among Residents
of a Working Women’s Hotel‘, Oral Health Prev Dent, Vol. 10, No. 4, India.

12. Herjulianti, Eliza dkk, 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta.

13. Khairuzzaman, A, 2009, Mengungkap Rahasia 63 Buah Berkhasiat istimewa,


n Azna Book.
14. Kidd, Edwin, A, dan Bechal, S, J. 2013, Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulanganya, EGC, Jakarta.

15. Kusumaningsih, RR, W., 2011, Influence Of Toothpaste Containing


Strawberry (Fragaria Chiloensis L.) On The Forming Of Dental Plaque,
Universitas Diponegoro, Semarang.

16. Lestari P. Dan Maharani ES, 2010, Efektifitas Ekstrak Stroberi (Fragaria x
ananassa) terhadap Penurunan Plak Gigi: bagian Kedokteran Gigi Oral
Medicine, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

17. Louba, B. 2007, What Are The Medical Properties of Pomegranates. Journal
of Chinese Clinical Medicine. 2 (9)

18. Madhawati, R, 2012, Si Cantik Delima (Punica granatum) Dengan Sejuta


Manfaat Antioksidan sebagai bahan Alternatif Alami Tampil Sehat dan Awet
Muda‘, Universitas Negeri Malang, Malang.

19. Menezes SM, Cordeiro LN, and Viana GS., 2006, Punica granatum
(pomegranate) extract is active against dental plaque. Journal of Herbal
Pharmacology.

20. Metaliri, M, Utami, S, Joenoes, H., 2010, Antimicrobial Activity of Grape Skin
(Vitis vinifera) Infusum on Salivary Mutans Streptococci, J of Dent Research,
Ind.

21. Milati, N, 2009, Jangan remehkan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak

22. Pelezar, M.J, dan Chan, E.C.S, 2009, Dasar-dasar Mikrobiologi 2 (terj.),
Universitas Indonesia, Jakarta

23. Pratiwi AI. 2014, Manfaat berkumur Sari Buah Delima Merah (punica
granatum) terhadap Penurunan Akumulasi Plak Gigi: Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Mahasaraswati, Denpasar.

24. Prihatman, Kemal. 2000, Budidaya Pertanian, Deputi Menegristek Bidang


Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Jakarta.

25. Putri, Megananda, H dkk, 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC, Jakarta.

26. Putro PD, 2014, Pengaruh Obat Kumur Mengandung Ekstrak Anggur (vitis
vinifera) Berbagai Konsentrasi dalam Menghambat Pembentukan Plak Gigi,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

27. Santoso, Hieronymus Budi, 2000, Sari Buah Nanas, KANISIUS, Yogyakarta.
28. Dahlan, M.S, 2014. Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan
Kesehatan 2nd ed., Jakarta: Sagung Seto.

29. Sastroasmoro S. Dan Ismael S, 2014, Dasar-dasar Metodologi Penelitian


Klinis, Sagung Seto, Jakarta.

30. Savitri, E.S, 2008, Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam, UIN
Press, Malang.

31. Seneviratne, C.J, Zhang, C.F, Samaranayake, L.P. 2011, Dental Plaque
Biofilm in Oral Health and Disease‘, J Dent Res, vol. 14.

32. Sensoy, R. I. G, 2012, Determination Of Phenolic Substances And Antioxidant


Activities In Some Grape Cultivars By Hplc, J. Anim. Plant Sci.

33. Smullen, J, Finnei, M, Storey, D.M, and Foster, H.A., 2012, Prevention of
Artificial Dental Plaque Formation in vitro by Plant Extracts. Journal of
Applied Microbiology, Centre for Parasitology and Disease Research, School
of Environment and Life Sciences, University of Salford, Manchester

34. Sugianto dan Lidyawati, N. 2011, Pemberian Jus Delima Merah (Punica
granatum) Dapat Meningkatkan Kadar Glutation Peroksidase Darah Pada
Mencit (Mus musculus) Dengan Aktivitas Fisik Maksimal. Tesis : Program
Magister, Program Studi ilmu Biomedik, Program Pascasarjana, Universitas
Udayana, Denpasar

35. Terry, L, 2011, Health Promoting Properties of fruits and vegetables,


Cambrige, CAB International
LAMPIRAN
Lampiran 1

FORMAT PEMERIKSAAN HI

Kode

1. Identitas pasien

Nama Lengkap :

Tgl Lahir (Umur) :

Jenis Kelamin :

Alamat :

2. Waktu menyikat gigi

a. Pagi

b. Siang

c. Malam

3. Pemeriksaan

Skor HI =

Anda mungkin juga menyukai