Anda di halaman 1dari 5

EBNP on Journal Patient Safety

SKP 1: Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Keselamatan Pasien dan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan (K3)

Dosen Pengampu:
Yustan Azidin, Ns., M. Kep

Disusun oleh Kelompok 1:

M. Fajar Ramadhan 1814201310009


Nisaul Fitriah 1814201310014
Sufi Inayati 1814201310018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN BILINGUAL

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2019
Sasaran keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan perbaikan-perbaikan
tertentu dalam soal keselamatan pasien (Permenkes, 2017). Salah satunya adalah
mengidentifikasi pasien dengan benar. Hal tersebut menjadi hal pertama dan
krusial sebelum pemberian obat, produk darah, tindakan, atau medikasi lainnya
diberikan kepada pasien dengan memperhatikan keselamatan pasien.

Pengidentifikasian pasien biasanya dapat dilakukan dengan nama pasien, tempat


tanggal lahir, dan nomor rekam medis. Namun, berdasarkan Quick Safety (2018)
Issue 45 bahwa teknologi pengambilan data dan identifikasi otomatis seperti
barcode, pemindai biometrik, serta penggunaan RFID. Ketiga hal tersebut adalah
teknologi yang bisa diterapkan di dunia kesehatan salah satunya untuk
meningkatkan keselamatan pasien.

Jurnal berjudul “Development and Implementation of a Subcutaneous Insulin Pen


Label Bar Code Scanning Protocol to Prevent Wrong-Patient Insulin Pen Errors”
yang dimuat dalam The Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety
2019 di pilih kelompok yang berkaitan dengan pengidentifikasian pasien dan obat
menggunakan barcode akan dilakukan telaah jurnal dengan lima pertanyaan
berikut:

1. Alasan mengapa mengambil jurnal tersebut?


2. Bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan ?
3. Apa hubungannya jurnal dengan topik materi (keselamatan pasien)?
4. Bagaimana dampak dari pelaksanaan penelitian tersebut?
5. Buat rancangan bagaimana kelompok melaksanakannya dalam praktik?

Jawaban:

1. Kelompok mengambil jurnal tersebut adalah karena:


- Berkaitan dengan pengidentifikasian pasien sebelum pemberian
medikasi/pengobatan berupa injeksi insulin menggunakan insulin pen.
- Pengidentifikasian tidak hanya dilakukan pada pasien tetapi juga
pengidentifikasian insulin pen menggunakan barcode.
- Mempertimbangkan perkembangan bangsa Indonesia ke depannya,
sehingga tidak hanya pengobatannya yang berkembang tapi juga
teknologi dalam mengidentifikasi pasien menjadi lebih maju dan efisien.
2. Penelitian tersebut dilaksanakan dengan cara:
- Proyek dilakukan di Universitas California, San Fransisco (USCF)
dengan 796 tempat tidur pasien rawat inap. Di USCF tersebut,
dibentuklah tim multidisiplin terdiri dari seorang educator diabetes rawat
inap, para staf keperawatan ICU dan unit keperawatan non-kritis, para
apoteker, seorang dokter, dan para programmer software yang
mengembangkan alat serta work flow yang baru.
Pengembangan
- Pengembangan yang dilakukan yakni sebuah barcode pasien spesifik yang
diintegrasikan dengan EHR (Electronic Health Record).
- Pembaharuan yang terdapat di EHR adalah adanya tombol “Print Label
For Insulin Pen” dan “Scan Insulin Pen” yang mana dibutuhkan
kostumisasi dan integrasi ke dalam sistem MAR (Medication
Administration Record) yang sudah ada. Di EHR juga akan memunculkan
peringatan jendela berwarna merah sebagai tanda bahwa pasien dengan
insulin pen tidak cocok, sedangkan peringatan jendela berwarna kuning
sebagai tanda bahwa label insulin pen belum di pindai.
Pengimplementasian
- Pengimplementasian dilakukan dengan studi pilot di tiga rumah sakit dari
April 2017 sampai dengan Maret 2018.
- Peresepan obat insulin → diverifikasi oleh apoteker → perawat
mengambil insulin pen dari ADM → masuk ke penggunaan EHR
workflow untuk memprint barcode insulin pen menggunakan “Print
Label For Insulin Pen” → menempelkan barcode pada insulin pen →
perawat melakukan penghitungan dosis insulin yang sesuai → memindai
gelang identitas pasien → “Scan Insulin Pen” untuk memindai barcode
insulin pen serta memindai label pabrik insulin pen → proses pemberian
obat → insulin pen dikembalikan ke kotak obat pasien.
3. Hubungan jurnal dengan keselamatan pasien adalah kesamaan dalam
pembahasan tentang pengidentifikasian khususnya menggunakan barcode
pada gelang pasien dan insulin pen sebagai alat untuk keselamatan pasien.
Identifikasi pasien menjadi hal yang penting dalam melindungi keselamatan
pasien, karena jika salah pasien atau salah obat, maka pasien bisa terancam
bahaya. Seperti di jurnal dijelaskan bahwa insulin pen seharusnya hanya
boleh digunakan untuk satu pasien saja, tidak digunakan secara bergantian
untuk pasien lainnya. Hal tersebut karena diduga apabila insulin pen bisa
menjadi alat pemindah pathogen dari satu pasien ke pasien lainnya, dalam
kata lain pasien menghadapi yang namanya risiko penularan infeksi sehingga
keselamatan pasien menjadi terancam.
4. Dampak dari pelaksanaan penelitian tersebut adalah
- Mengetahui ternyata tingkat kesalahan pemberian obat (insulin pen) ke
pasien itu tinggi sehingga dapat dicegah dengan adanya sistem barcode
untuk meningkatkan keselamatan pasien dan menurunkan insiden
kesalahan terkait salah pasien dengan salah obat (insulin pen).
- Diketahuinya sistem kerja perawat yang lebih efisien dalam
pengidentifikasian pasien karena penggunaan barcode sehingga perawat
tidak harus mengecek berulang-ulang identifikasi pasien maupun obatnya.
5. Dalam praktik, rancangan kelompok adalah:
- Pengajuan penggunaan barcode dalam penginputan data kepada
instansi/rumah sakit
- Setelah disetujui, maka mulai penyediaan alat (komputer, alat pemindah,
printer), dan SOP dalam penggunaannya
- Mengadakan pelatihan untuk SDM nya agar barang yang sudah
disediakan terpakai sesuai tujuan
- Pengadaan biaya perawatan alat
Daftar Pustaka

Menkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

-. 2018. Quick Safety: People, processes, health IT and accurate patient


identification issue 45. The Joint Commission.

Anda mungkin juga menyukai