(Sudah Print) Panduan Anestesi
(Sudah Print) Panduan Anestesi
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku Panduan Anestesi Rumah Sakit Umum Jafar
Medika.
Buku Panduan Anestesi ini merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan pada pasien di Rumah Sakit Umum Jafar Medika.
Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan mutu pelayanan di Rumah
Sakit Umum Jafar Medika dan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas di Rumah
Sakit Umum Jafar Medika.
Karanganyar,
Penyusun
ii
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM JAFAR MEDIKA
NOMOR :........./PER/DIR/RSJM/2018
TENTANG
PANDUAN ANESTESI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Jafar Medika
Tentang Panduan Anestesi
Direktur
Rumah Sakit Umum Ja’far Medika
v
Daftar Isi
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. TUJUAN..........................................................................................................1
A.PENGERTIAN.................................................................................................3
B. FALSAFAH.....................................................................................................4
ORGANISASI KETENAGAAN..........................................................................5
C. PENDELEGASIAN WEWENANG................................................................7
2. PRA INDUKSI............................................................................................13
3. SIGN IN.......................................................................................................14
4. TIME OUT..................................................................................................14
5. SIGN OUT...................................................................................................15
2. Golongan Benzodiazepin.............................................................................20
a. Diazepam.....................................................................................................20
b. Midazolam...................................................................................................20
c. Propofol.......................................................................................................21
vi
d. Ketamin.......................................................................................................21
Obat-obat :..........................................................................................................23
BAB VI PENUTUP............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................25
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi saat ini, dan tuntutan masyarakan sekarang ini menuntut para
pemberi pelayanan kesehatan agar memberikan pelayanan yang bermutu, aman dan
memuaskan.Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
peningkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting
Rumah Sakit Ja’far Medika sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang profesional dan
berkualitas.
Sejalan dengan upaya tersebut, agar para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Ja’far Medika
dapat memberikan pelayanan prima bagi para pasiennya, diperlukan adanya suatu
pedoman pelayanan kesehatan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam setiap tindakan
yang dilakukan.
Pelayanan anestesi di Rumah Sakit Jafar Medika merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang anestesi. Pelayanan anestesi di rumah sakit antara
lain meliputi pelayanan sedasi, pelayanan anestesi di kamar bedah dan di luar kamar
bedah seperti di unit radiologi, bangsal, UGD, HCU.
Pelayanan anestesi meliputi kedokteran perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan
kronis, resusitasi jantung paru otak, pelayanan kegawatdaruratan dan terapi intensif.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan anestesi di Rumah Sakit
Ja’far Medika Karanganyar maka disusunlah Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Anestesi.
B. TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien dengan memberikan pelayanan anestesi,
analgesia dan sedasi yang aman,efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi
pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medis atau trauma yang menyebabkan
rasa nyeri, kecemasan dan stres psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan, peredaran darah dan
kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
3. Menerapkan budaya keselamatan pasien
1
4. Menstandarisasi layanan kesehatan di rumah sakit yang sesuai dengan akreditasi.
C. SASARAN
1. Unit Pelayanan Anestesiologi di Rumah Sakit Ja’far Medika Karanganyar
2. Dokter Spesialis Anestesiologi
3. Perawat Anestesi/perawat yang telah mendapat pelatihan anestesi
4. Direktur Rumah Sakit Ja’far Medika Karanganyar
2
BAB II
PELAYANAN ANESTESIOLOGI
A.PENGERTIAN
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Pelayanan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif (pre anestesi), intra
anestesi danpasca anestesi serta pelayanan lain sesuai bidang anestesi antara lain
terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
2. Tim pengelola pelayanan anestesi adalah tim yang dipimpin oleh dokter spesialis
anestesi dengan dokter lain dan perawat anestesi dan atau perawat yang sudah
mendapatkan pelatihan.
3. Dokter spesialis anestesi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program
studi dokter spesialis anestesi di institusi pendidikan yang diakui atau lulusan luar
negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek
(SIP).
4. Dokter lain yaitu dokter spesialis lain dan/atau dokter yang telahmengikuti
pendidikan dan pelatihan di bidang anestesi atau yangtelah bekerja di pelayanan
anestesi dan terapi intensif minimal 1(satu) tahun.
5. Kepala Pelayanan Anestesi Terintegrasi adalah seorangdokter yang diangkat oleh
Direktur Rumah Sakit.
6. Perawat anestesi adalah tenaga keperawatan yang telah menyelesaikanpendidikan
dan ilmu keperawatan anestesi.
7. Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan perawat anestesi dan perawat dalam
ruang lingkup medis dalam melaksanakan instruksi dokter.
8. Kewenangan klinik adalah proses kredensial pada tenaga kesehatanyang dilakukan
di dalam rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan medis tertentu sesuai
dengan peraturan internal rumah sakit.
9. Kredensial adalah penilaian kompetensi/kemampuan (pengetahuan,ketrampilan,
perilaku profesional) profesi didasarkan pada kriteriayang jelas untuk memverifikasi
informasi dan mengevaluasi seseorang yang meminta atau diberikan kewenangan
klinik.
10. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, berdasarkan standar
kompetensi,standar pelayanan kedokteran dan pedoman nasional yang
3
disusun,ditetapkan oleh rumah sakit sesuai kemampuan rumah sakit dengan
memperhatikan sumber daya manusia, sarana, prasarana danperalatan yang tersedia.
11. Pelayanan pra-anestesi adalah penilaian untuk menentukan statusmedis pre anestesi
dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh tindakan
anestesi.
12. Pelayanan intra anestesi adalah pelayanan anestesi yang dilakukan selama tindakan
anestesi meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu.
13. Pelayanan pasca-anestesi adalah pelayanan pada pasien pasca anestesi sampai pasien
pulih dari tindakan anestesi
14. Pelayanan anestesi rawat jalan adalah sub spesialisasi dari anestesi yang di
khususkan kepada perawatan, pra operatif,intraoperatif, dan pasca operatif pada
pasien yang menjalani prosedur pembedahan rawat jalan.
15. Pelayanan anestesi regional adalah tindakan pemberian anestetik untuk memblok
saraf regional sehingga tercapai anestesi di lokasi operasi sesuai dengan yang
diharapkan.
16. Pelayanan anestesi regional dalam obstetrik adalah tind akan pemberian anestesi
regional pada wanita dalam persalinan.
17. Pelayanan anestesi/analgesia di luar kamar operasi adalah tindakan pemberian
anestetik/analgesik di luar kamar operasi.
B. FALSAFAH
Pelayanan anestesi pada hakekatnya harus bisa memberikan tindakan medis yang aman,
efektif, berperi kemanusiaan, berdasarkan ilmu kedokteran mutakhir dan teknologi tepat
guna dengan mendaya gunakan sumber daya manusia (SDM) berkompeten dan
profesional menggunakan peralatan dan obat-obatan yang sesuai dengan standar,
pedoman dan rekomendasi profesi anestesi.
4
BAB III
ORGANISASI KETENAGAAN
A. STRUKTUR ORGANISASI
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI BEDAH SENTRAL
DIREKTUR
SENTRAL
IGD KEPALA INSTALASI BEDAH SMF
ANESTESI
IRJA
KEPALA RUANG BEDAH
IRNA SENTRAL
ADMINISTRASI PERAWAT
LABORAT
ANESTESI
RONTGEN KOORDINATOR
FARMASI
0K I
5
1) Mengoordinasi kegiatan pelayanan anestesi sesuai dengan sumber daya
manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
2) Melakukan koordinasi dengan bagian/departemen/SMF/Instalasi terkait.
b. Tanggung jawab :
1. Pengembangan, implementasi, dan memelihara/menegakkan (maintaining)
kebijakan dan prosedur
2. Kelalaian administrative
6
a) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik
anestesi.
b) Membantu pelaksanaan anestesi sesuai dengan sesuai instruksi dokter
spesialis anestesi.
c) Membantu pemasangan alat monitoring non invasive
d) Membantu dokter melakukan pemasangan alat monitoring invasive.
e) Pemberian obat anestesi.
f) Mengatasi penyulit yang timbul.
g) Pemeliharaan jalan napas.
h) Pemasangan alat ventilasi mekanik
i) Pemasangan alat nebulisasi.
j) Pengakhiran tindakan anestesi.
k) Pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agarseluruh tindakan
tercatat baik dan benar.
3) Melakukan asuhan keperawatan pasca anestesi, yang meliputi:
a) Merencanakan tindakan keperawatan pasca tindakan anestesi.
b) Pelaksanaan tindakan dalam manajemen nyeri.
c) Pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural dan
pemberian obat anestetika regional.
d) Evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesi regional.
e) Pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat.
f) Pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang dipakai.
g) Pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan anestesi
selanjutnya.
c. Tanggung jawab:
1) Perawat anestesi dan perawat bertanggung jawab langsung kepada dokter
penanggung jawab pelayanan anestesi.
2) Menjamin terlaksananya pelayanan/asuhan keperawatan anestesi di rumah sakit.
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan anestesi sesuai standar
C. PENDELEGASIAN WEWENANG
1. Dalam hal perlu dilakukan tindakan anestesi umum, dokter spesialis anestesiologi
berhalangan, tidak berada di tempat atau tidak ada, maka tindakan anestesi tersebut
menjadi tanggung jawab dokter lain sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Dalam hal dokter sebagaimana dimaksud di atas berhalangan, tidak berada di tempat
atau tidak ada, maka kepada perawat anestesi diberikan kewenangan melakukan
anestesi sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
7
3. Tindakan anestesi yang dilakukan oleh perawat anestesi harus dilakukan dengan
terlebih dahulu mendapat persetujuan dan arahan dari dokter spesialis anestesi per
telepon dan dicatat dalam status pra anestesi dan pra induksi dan ditandatangani oleh
DPJP anestesi pada hari berikutnya.
4. Dalam hal ada dokter spesialis anestesiologi, maka tugas perawat anestesi membantu
dokter spesialis anestesi.
8
BAB IV
PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI
Pelayanan anestesi adalah tindakan medis yangdilakukan melalui pendekatan tim sesuai
dengan kompetensi dan kewenanganyang dimiliki. Tim pengelola pelayanan anestesidipimpin
oleh dokter spesialis anestesi dengan anggota dan/atau dokterdan perawat anestesi/perawat.
Pelayanan anestesi mencakup tindakan anestesi (pre anestesi, intra anestesi dan pasca
anestesi) serta pelayanan lain sesuai bidang anestesi seperti pelayanan kritis, gawat darurat,
penatalaksanaan nyeri, dan lain-lain.Dokter spesialis anestesi hendaknya membatasi
bebanpasien yang dilayani dan tangung jawab supervisi anestesi sesuai dengan jumlah,
kondisi dan risiko pasien yang ditangani.
9
d) Memastikan bahwa penderita dipersiapkan dengan tepat untuk tindakan anestesi
dan pembedahan dengan mempertimbangkan faktor penyulityang mungkin ada.
e) Mendapatkan informasi yang tentang keadaan pasien sehingga dapat
merencanakan tehnik anestesi yang tepat
f) Melakukan premedikasi dan menyediakan obat-obatan profilaksis yang mungkin
diperlukan.
Langkah Pre Anestesi:
a. Anamnesis
1) Identifikasi pasien yang terdiri atas nama, tanggal lahir,, umur, alamat,
pekerjaan, agama dan lain lain.
2) Keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi
3) Riwayat penyakit yang sedang atau pernah diderita yang dapat menjadi
penyulit tindakan anestesi, seperti alergi, DM, penyakit paru kronis, penyakit
jantung, hipertensi, penyakit ginjal. penyakit hati
4) Riwayat obat-obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat dan obat yang
sedang digunakan yang dapat menimbulkan interaksi dengan obat-obat
anestesi, seperti kortikosteroid, obat antihipertensi, antidiabetik,antibiotic,
golongan aminoglikosida, digitalis, diuretika, dan lain-lain.
5) Riwayat anestesi/operasi sebelumnya: kapan, jenis operasi, apakah ada
kompikasi anestesi
6) Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan
anestesiseperti merokok, kebiasaan minum alkohol, obat penenang, narkotika,
dan muntah.
7) Riwayat keluarga yang menderita kelainan seperti riwayat adanya keluarga
yang mengalami hyperthermia maligna saat operasi.
8) Riwayat kelainan sistem organ.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tinggi dan berat badan untuk menentukan dosis obat yang akan digunakan,
terapi cairan yang akan digunakan.
2) Pemeriksaan vital sign :tensi, nadi, respiratory rate, dan suhu.
3) Jalan nafas
Daerah kepala dan leher diperiksa untuk mengetahui adanya kemungkinan
kesulitan ventilasi dan kesulitan intubasi.
4) Jantung, pemeriksaan EKG.
5) Paru paru dilakukanfoto thorak atau pemeriksaan paru lainnya sesuai indikasi.
6) Abdomen : apakah ada distensi, massa, adakah kemungkinan resiko
regurgitasi.
10
7) Ekstremitas terutama untuk melihat perfusi distal.
8) Neurologis Kesadaran fungsi saraf cranial.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Rutin :
1) Darah : darah rutin , golongan darah, PTT, PTTK
2) Urin : urin rutin.
3) Foto X ray : thorak foto.
4) EKG untuk usia diatas 40 tahun.
Khusus, dilakukan atas indikasi :
1) EKG pada anak jika dicurigai ada kelainan jantung bawaan.
2) Spirometri pada semua pasien dewasa yang akan dilakukan operasi besar.
3) Fungsi hati.
4) Fungsi ginjal.
d. Konsultasi dengan dokter spesialis lain sesuai dengan kondisi pasien
e. Prediksi morbiditas dan mortalitas perioperatif
Setelah dilakukan pemeriksaan, anestesi harus menentukan:
1) Apakah pasien dalam kondisi optimal utnuk dilakukan tindakan anestesi dan
pembedahan?
2) Apakah tindakan bedah yang dilakukan mempunyai keuntungan lebih besar
dibandingkan resiko yang akan terjadi akibat tindakan anestesi dan
pembedahan itu sendiri
Pada prinsipnya apabila ada kondisi medis yang membahayakan untuk dilakukan
operasi elektif, pembedahan sebaiknya ditunda dulakukan perbaikan kondisi
pasien lebih dahulu sampai kondisi pasien optimal untuk di lakukan operasi.
f. Klasifikasi ASA
Klasifikasi ASA (American Society of Anesthesiologist) digunakan untuk
menunjukan status fisik pasien yang berhubungan dengan indikasi apakah tindakan
bedah harus dilakukan segera atau cito atau elektif.
11
sistemik ringan
tidak ada keterbatasaan
fungsional
III Pasien dengan penyakit
sistemik sedang
hingga berat yang
1,8
menyebabkan keterbatasan
fungsi
12
Pelayanan pre anestesi ini dilakukan pada semua pasien yang akanmenjalankan
tindakan anestesi. Pada keadaan yang tidak biasa,misalnya gawat darurat yang
ekstrim, langkah-langkah pelayanan pre anestesisebagaimana diuraikan di atas, dapat
diabaikan danalasannya harus didokumentasikan di dalam rekam medis pasien dan
penandatangananinformed concent oleh dokter anestesi, pasien dan saksi .
13
3. SIGN IN
Dilakukan di kamar operasi, dihadiri minimal oleh perawat dan dokter
anestesi.Dilakukan kembali anamnesa ulang pada pasien dalam kondisi sadar penuh.
Konfirmasi pasien meliputi :
a. Identitas : nama pasien, dengan cara menanyakan langsung pada pasien nama dan
tanggal lahir pasien.
b. Gelang identitas, apakah sudah sesuai.
c. Lokasi operasi : pasien diminta untuk menunjukkan kembali daerah mana yang
akan dioperasi.
d. Persetujuan operasi dan persetujuan anestesi : apakah sudah ditanda tangani oleh
pasien dan wakil keluarga pasien.
e. Dilakukan pemberian tanda operasi bila masih belum diberi tanda.
f. Pasien di cek dengan pulse oksimeter untuk mengetahui saturasi oksigen sebelum
pembiusan.
g. Apakah pasien memunyai riwayat alergi ?alergi obat? makanan?
h. Apakah pasien mempunyai risiko adanya kesulitan ventilasi atau kesulitan
intubasi.
i. Cek mesin anestesi, obat-obatan anestesi, tersedia alat- alat airway.
j. Apakah operasi yang akan dilakukan mempunyai resiko perdarahan? apakah
sudah tersedia darah? pasang jalur intravena 2 jalur?
4. TIME OUT
Dilakukan pada saat pasien sudah terinduksi sebelum insisi.
Langkah-langkah :
a. Masing-masing personel memperkenalkan diri yaitu: operator, anestesi/tim
anestesi, assisten , instrument, onloop/ sirkuler.
b. Konfirmasi terhadap pasien meliputi: nama pasien, prosedur yang akan dilakukan,
lokasi insisi, apakah sudah diberikan antibiotik profilaksis. apakah sudah
dipersiapkan jika ada kejadian yang tidak diharapkan.
14
c. Bidang Bedah: apakah ada kemungkinan kesulitan dalam operasi? adakah tindakan
alternative, perkiraan berapa lama operasi berlangsung, perkiraan apakah ada
resiko perdarahan? Jika ya, apakah sudah sedia darah.
d. Bidang Anestesi: Apakah pasien ini mempunyai masalah spesifik? Status fisik
pasien ASA?
e. Bidang Perawatan : Apakah semua alat steril yang akan dipergunakan sudah siap?
apakah menggunakan alat khusus?
f. Apakah Hasil foto Rontgen , MRI, CT Scan sudah terpasang?
5. SIGN OUT
Dilakukan saat operasi selesai, sebelum menutup kulit dan pasien akan dibawa ke
ruang pemulihan.
a. Perawat melakukan konfirmasi akan prosedur yang dilakukan
b. Jumlah kelengkapan instrument, kasa, jarum.
c. Pemberian label pada specimen : nama, asal jaringan, operator, tanggal
pengambilan specimen.
d. Adakah permasalahan dengan peralatan selama operasi ?
e. Anjuran dari operator dan anestesi di ruang pemulihan.
15
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesi harus dipindahkan keruang pulih (Unit
Rawat Pasca anestesi/HCU) atau ekuivalennya dan dilakukan pemantauan dan
monitoring setiap 15 menit sampai memenuhi kriteria pemulangan pasien.
b. Monitoring di ruang pemulihan meliputi : tanda-tanda vital, mual muntah,
perdarahan.
c. Monitoring di ruang pemulihan dilakukan oleh perawat yang bertugas di ruang
RR.
d. Kriteria pemulangan pasien sesuai dengan SPO kriteria pemulangan pasien.Dalam
kondisi tertentu, pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis
(HCU) atas perintah khusus dokter spesialis anestesi ataudokter yang bertanggung
jawab terhadap pasien tersebut.
e. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhipersyaratan yang
berlaku.
f. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapibeberapa di
antaranyamemerlukan perawatan di unit perawatankritis (HCU).
g. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokterspesialis anestesi
atau anggota tim pengelola anestesi.Selama pemindahan, pasien harus
dipantau/dinilai secarakontinual dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi
pasien.
h. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepadaperawat ruang
pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
i. Dokter anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasiendari ruang pulih.
16
5. Beritahukan DPJP Anestesi bila skor pasien tidak mencapai kriteria discarge sampai 2
jam.
6. Semua kondisi pasien pasca operasi harus diinformasikan kepada keluarga pasien.
STEWARD SCORE
NO KRITERIA SCORE
1 Kesadaran Bangun 2
Respon Terhadap Rangsang 1
Tidak ada Respon 0
2 Pernafasan Batuk / menangis 2
Pertahanan jalan nafas 1
Perlu bantuan nafas 0
3 Motorik Gerak bertujuan 2
Gerak tidak bertujuan 1
Tidak gerak 0
Score ≥ 5, pasien pindah ke ruangan
17
Pada regional anestesi, pemindahan pasien ke ruangan berdasarkan Bromage score.
BROMAGE SCORE
SKOR KRITERIA
0 Dapat mengangkat tungkai bawah
1 Tidak dapat menekuk lutut, tetapi dapat mengangkat kaki
2 Tidak dapat mengangkat tungkai bawah, tetapi dapat
penekuk
3 Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali
Skor ≤ 2 pasien boleh pindah ke ruangan
18
7. Pemantauan di luar tindakan pembedahan/di luar kamar bedah dapatdilakukan oleh
dokter atau perawat anestesi/perawat yang mendapatpelatihan anestesi dibawah
supervisi dokter spesialis anestesi.
19
c. Pophiria
d. Perikarditis kontriktiva
e. Tidak terdapat jalur intravena tidak boleh im/sc nekrosis
f. Syok
g. Hati-hati pada anak dibawah 4 tahun karena pusat respirasi mudah terdepresi dan
jalan nafas masih sempit
2. Golongan Benzodiazepin
a. Diazepam
1) Sedasi terjadi 1-2 menit setelah penyuntikan
2) Dapat mendepresi nafas
3) Dapat menembus barier plasenta
4) Dosis : premedikasi : Dewasa :10 mg (IM), Anak : 0,1-0,2 mg/kgbb (im)
Induksi 0,2-0,6 mg/kg bb iv
Anti kejang 10-20 mg IV
b. Midazolam
1) Mekanisme kerja sama dengan diazepam tp onsetnya lebih cepat 2, durasi
kerja lebih pendek dan kekuatan 1,5-3x diazepam.
2) Dosis : Sedasi dan axiolitik 0,1 mg/kgBB onset !5 menit, puncak mencapai 30-
45 menit. Dosis 1-2,5 mg iv efektif untuk sedasi pada anestesi regional
3) Dosis Induksi 10-15 mg ( 0,1-0,4 mg/kgbb) iv
c. Propofol
1) Dosis : induksi pasien dewasa 2-2,5 mg/kg bb iv
2) Maintenance : 4-12 mg /kg bb/jam
3) Sedasi di icu 0,3-0,4 mg/kg bb/jam dimulai dengan bolus 1-2 mg/kg bb
4) Onset 30-60 detik
d. Ketamin
1) Onset 10-60 detik IV , IM 3-20 menit
2) Dosis : induksi : 0,5-2 mg/kgbb, IM 4-6 mg/kgbb
3) Dosis anestesi 0,1-0,2 mg/kgbb
20
BAB V
STANDAR FASILITAS
A. STANDAR FASILITAS
Dalam 1 ruang bedah mempunyai standar fasilitas :
1. Sumber listrik
2. Gas Medis
a. Oksigen terhubung antara sumber gas dengan mesin anestesi.
b. N2O terhubung antara sumber gas dengan mesin anestesi.
3. Mesin Anestesi
4. Manajemen Jalan Nafas
a. Sungkup muka dengan berbagai ukuran
b. Oropharygeal airway (Guedel) dalam ukuran yang benar.
c. Batang laringoskop dan bilah laringoskop dengan berbagai ukuran.
d. ETT atau LMA dengan berbagai dalam ukuran
e. Stilet (introduser)
f. Spuit untuk mengembangkan cuff.
g. Forceps Magill
5. Monitoring :
a. EKG
b. Tensi
c. SpO2
d. Suhu tubuh
6. Lain –lain :
a. Stetoskop .
b. Suction berfungsi baik.
c. Plester untuk fiksasi.
d. Lidocaine spray/ jelly.
e. Defibrillator jelly.
f. Oxygen portable.
g. Nasal kanul oksigen terhubung dengan sumber gas.
h. Sumber pencahayaan area tindakan
i. Intravenous catheter berbagai ukuran
j. Intravenous line
21
k. Spuit berbagai ukuran
Obat-obat :
a. Atropin
b. Antiemetik
c. Epedrin
d. Sedatif (midazolam/ propofol / ketamin)
e. Opiat/ opioid
f. Pelumpuh otot
g. Penawar pelumpuh otot
h. Penawar Narkotik
i. Penawar benzodiazepin
j. Cairan intravenous : Cairan kristaloid dan cairan koloid
Obat-obatan emergensi :
a. Epineprin
b. Vasopresin
c. Atropin
d. Lidokain
e. Amiodaron
f. Nitrogliserin
g. Defenhidramin
h. Hidrokortison, methilprednisolon, dexamethason
i. Midazolam
j. Dextrose 40%
k. Cairan koloid
22
BAB VI
PENUTUP
Panduan pelayanan anestesi ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam meningkatkan
kualitas pelayanan pasien di lingkungan rumah sakit Ja’far Medika Karanganyar.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Anesthesia Care Team. Statement on the anesthesia care team. Disetujui oleh ASA
House of Delegates; 2009.
2. Ambulatory Surgical Care. Guidelines for ambulatory anesthesia and surgery.
Disetujui oleh ASA House of Delegates; 2008.
3. American Society of Anesthesiologist. Practice guidelines for sedation and analgesia
by non-anesthesiologists: an updated report by the American Society of
Anesthesiologist Task Force on sedation and analgesia by non-anesthesiologist.
Anesthesiology. 2002;96:1004-17.
4. Pain Medicine. Statement on anesthetic care during interventional pain procedures for
adults. Disetujui oleh ASA House of Delegates; 2010.
5. Standards and Practice Parameters. Standards for basic anesthetic monitoring.
Disetujui oleh ASA House of Delegates; 2010.
24