Anda di halaman 1dari 250

Hak Cipta  dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang ada pada

Universitas Terbuka - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi


Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan - 15418
Banten – Indonesia
Telp.: (021) 7490941 (hunting); Fax.: (021) 7490147;
Laman: www.ut.ac.id

Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini


dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit

Edisi Ketiga
Cetakan pertama, September 2014

Penulis: Cahya Irawady, S.E, M.Si, Ak.


Penelaah Materi: Drs. Jasrial, M.Si.
Pengembang Desain Instruksional: Yudith A. Frans, S.Sos, M.A.

Desain Cover & Ilustrator : Anggiat Mangapul


Lay-outer : Liskunarko
Copy Editor : Edi Purwanto

567.45
IRA IRAWADY, Cahya
m Materi pokok auditing I B; 1 – 6/ PAJA3435/ 2 sks/
Cahya Irawady. -- Cet. 1, Ed.3--; Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014.
252 hal.; ill.; 21 cm
ISBN: 978-979-011-904-8

1. auditing
I. Judul
iii

Daftar Isi

TINJAUAN MATA KULIAH ........................................................... vii

MODUL 1: AUDIT SIKLUS PENDAPATAN DAN PIUTANG


USAHA 1.1
Kegiatan Belajar 1:
Audit Siklus Pendapatan .................................................................... 1.3
Latihan …………………………………………............................... 1.19
Rangkuman ………………………………….................................... 1.20
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 1.21

Kegiatan Belajar 2:
Pengujian Substantif Atas Piutang Usaha .......................................... 1.23
Latihan …………………………………………............................... 1.38
Rangkuman ………………………………….................................... 1.39
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.40

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 1.43


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 1.44

MODUL 2: AUDIT SIKLUS PENGELUARAN 2.1


Kegiatan Belajar 1:
Siklus Pengeluaran ............................................................................. 2.3
Latihan …………………………………………............................... 2.18
Rangkuman ………………………………….................................... 2.18
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 2.19

Kegiatan Belajar 2:
Pengujian Substantif atas Saldo Utang Dagang ................................. 2.22
Latihan …………………………………………............................... 2.31
Rangkuman …………………………………..................................... 2.32
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.32

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 2.35


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 2.37
iv

MODUL 3: AUDIT SIKLUS PRODUKSI DAN PERSONALIA 3.1


Kegiatan Belajar 1:
Siklus Produksi ................................................................................... 3.3
Latihan …………………………………………............................... 3.27
Rangkuman ………………………………….................................... 3.28
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 3.28

Kegiatan Belajar 2:
Siklus Personalia ................................................................................. 3.31
Latihan …………………………………………............................... 3.44
Rangkuman …………………………………..................................... 3.45
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.45

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 3.48


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 3.50

MODUL 4: AUDIT SIKLUS INVESTASI DAN PEMBIAYAAN 4.1


Kegiatan Belajar 1:
Siklus Investasi ................................................................................... 4.3
Latihan …………………………………………............................... 4.15
Rangkuman ………………………………….................................... 4.16
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 4.16

Kegiatan Belajar 2:
Siklus Pembiayaan ............................................................................. 4.19
Latihan …………………………………………............................... 4.36
Rangkuman ………………………………….................................... 4.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.38

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 4.40


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 4.41

MODUL 5: AUDIT ATAS SALDO KAS 5.1


Kegiatan Belajar 1:
Kas ...................................................................................................... 5.3
Latihan …………………………………………............................... 5.16
Rangkuman ………………………………….................................... 5.17
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 5.18

Kegiatan Belajar 2:
Kecurangan Kas ................................................................................. 5.20
v

Latihan …………………………………………............................... 5.25


Rangkuman ………………………………….................................... 5.25
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.26

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 5.29


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 5.30

MODUL 6: PENYELESAIAN AUDIT DAN JASA LAINNYA 6.1


Kegiatan Belajar 1:
Penyelesaian Audit ............................................................................. 6.2
Latihan …………………………………………............................... 6.15
Rangkuman ………………………………….................................... 6.16
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 6.17

Kegiatan Belajar 2:
Jasa Lainnya dan Penugasan Atestasi ................................................ 6.20
Latihan …………………………………………............................... 6.31
Rangkuman ………………………………….................................... 6.32
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.33

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 6.36


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 6.37
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................... 6.38
vii

Tinjauan Mata Kuliah

A uditing merupakan suatu proses sistematis serta objektif dalam rangka


mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi di perusahaan yang di audit, untuk meyakinkan tingkat
kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Dalam penugasan audit, seorang auditor dituntut untuk mampu menyusun
rencana audit yang terdiri dari serangkaian prosedur, dengan tujuan untuk
mendapatkan bukti yang kompeten dan dalam jumlah yang cukup. Bukti yang
kompeten dan cukup tersebut harus dikumpulkan untuk mendukung kesimpulan
yang mendukung opini audit yang tepat.
Mata kuliah Auditing I B membahas mengenai penyusunan rencana audit
untuk siklus yang utama dalam penugasan audit. Penyusunan audit program
yang baik harus mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya,
seperti tingkat materialitas transaksi maupun saldo akun, faktor risiko, serta
metodologi audit meliputi pemilihan prosedur audit yang tepat, banyaknya
sampel yang diambil, jenis bukti yang diharapkan diperoleh serta waktu
terjadinya transaksi yang dipilih sebagai bukti audit.
Penyusunan audit program bertujuan untuk memastikan kualitas dan
keandalan audit yang dilakukan oleh kantor akuntan publik. Kualitas penugasan
audit harus memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Buku Materi Pokok (BMP) PAJA3435 Auditing 1B dibagi dalam 6 modul
dengan pokok-pokok pembahasan sebagai berikut.
Modul 1 membahas audit terhadap siklus pendapatan dan penerimaan
piutang pada perusahaan, termasuk penerimaan kas yang berasal dari piutang.
Modul 1 terdiri dari 2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas mengenai
pendapatan, siklus pendapatan, transaksi dan akun yang berkaitan dengan
pendapatan, tujuan audit, memahami proses bisnis, materialitas dan
pengendalian intern klien. Kegiatan Belajar 2 membahas mengenai audit atas
piutang usaha. Pembahasan dimulai dengan prosedur pengujian substantif atas
piutang usaha, pelaksanaan pengujian substantif, pengujian terinci atas transaksi
dan pengujian detail atas saldo.
viii

Modul 2 membahas audit terhadap siklus pengeluaran (expenditure cycle)


termasuk pengadaan dan utang usaha. Modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar.
Pembahasan pada Kegiatan Belajar 1 membahas sifat dari siklus pengeluaran,
risiko, prosedur audit dan tujuan audit. Kegiatan Belajar 2 membahas mengenai
pengujian substantif atas saldo utang usaha, termasuk risiko dan pengendalian
serta prosedur auditnya.
Modul 3 membahas audit siklus produksi (production cycles) dan siklus
personalia, termasuk penggajian pada perusahaan. Modul ini terdiri dari
2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas mengenai sifat dasar dari
siklus produksi, aktivitas pengendalian yang terkait, dan pengujian substantif
atas saldo persediaan. Kegiatan Belajar 2 membahas mengenai siklus personalia,
sifat dasar, aktivitas pengendalian pada siklus personalia dan pengujian
substantif terhadap saldo gaji dan upah.
Modul 4 membahas audit terhadap siklus investasi, termasuk investasi aset
tetap dan pembiayaan yang dilakukan perusahaan. Modul ini terdiri atas
2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas sifat siklus investasi dan
pembiayaan, siklus investasi dan pengujian substantif atas saldo aset tetap.
Kegiatan Belajar 2 membahas sifat dari siklus pembiayaan, pengujian atas saldo
utang jangka panjang dan pengujian atas ekuitas pemegang saham.
Modul 5 membahas mengenai audit atas kas dan setara kas yang dimiliki
perusahaan. Modul ini terbagi menjadi 2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1
membahas tentang karakteristik kas, keterkaitan kas dengan siklus lain,
perencanaan audit, evaluasi atas pengendalian kas serta pengujian substantif atas
saldo kas di bank. Kegiatan Belajar 2 membahas mengenai kecurangan yang
terjadi pada akun kas dan setara kas, prosedur audit yang berorientasi
pengungkapan kecurangan (fraud) dan prosedur untuk audit saldo kas di
perusahaan.
Modul 6 membahas mengenai kegiatan dan prosedur pada penyelesaian
penugasan audit dan jasa lainnya yang dapat diberikan oleh kantor akuntan
publik. Modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas
tentang penyelesaian pekerjaan lapangan, evaluasi temuan audit, dan bagaimana
komunikasi dilakukan kepada auditan, serta tanggung jawab auditor setelah
audit selesai. Kegiatan Belajar 2 membahas tentang jasa lain yang dapat
diberikan oleh kantor akuntan publik selain audit. Pembahasan jasa dan
penugasan lain termasuk reviu dan kompilasi, penugasan atestasi, jasa webtrust
dan systrust, penyusunan laporan keuangan prospektif, penugasan atas prosedur
yang disepakati dan jasa audit lainnya dengan tingkat keyakinan terbatas.
ix

Setelah mempelajari dan memahami keseluruhan materi mata kuliah


PAJA3435 Auditing IB, Anda diharapkan mampu:
1. memahami pentingnya penyusunan audit program pada setiap penugasan
audit yang terdiri dari serangkaian prosedur audit yang sesuai pada setiap
siklus kegiatan usaha audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
kompeten;
2. memahami pemilihan prosedur audit yang tepat akan menghasilkan bukti
yang kompeten dalam mendukung kesimpulan hasil audit;
3. menjelaskan risiko yang dihadapi auditor pada setiap siklus kegiatan
operasional perusahaan dan menilai pengendalian intern yang ada di
perusahaan;
4. menjelaskan prosedur yang dapat dipilih oleh auditor untuk mengungkap
kemungkinan terjadinya kecurangan (fraud) dalam setiap siklus operasional
perusahaan;
5. menguraikan proses penyusunan program audit yang dapat memenuhi
standar profesional akuntan publik dalam penugasan audit.
6. menguraikan langkah-langkah dan prosedur yang harus dilakukan auditor
pada saat penyelesaian audit dan tanggung jawab auditor setelah
berakhirnya audit;
7. menguraikan jasa-jasa lainnya yang dapat diberikan oleh kantor akuntan
publik, termasuk perkembangan jasa yang saat ini dapat diberikan kepada
klien selain audit.

Adapun skema hubungan antara kompetensi umum dan kompetensi khusus


dari materi BMP PAJA3435 Auditing IB dapat dilihat pada gambar berikut ini.
x

Peta Kompetensi
Auditing IB/PAJA3435/2 sks

Kompetensi Umum:
Mahasiswa mampu memahami proses penyusunan perencanaan
audit untuk siklus utama dalam penugasan audit untuk memperoleh
bukti yang kompeten dan cukup

Modul 6
Menjelaskan mengenai tahapan penyelesaian audit serta
menguraikan jenis jasa lainnya yang dapat diberikan oleh kantor
akuntan publik

Modul 1 Modul 2 Modul 3 Modul 4 Modul 5


Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan
mengenai mengenai mengenai mengenai mengenai tahapan
rencana audit rencana audit penyusunan penyusunan penyusunan
untuk siklus untuk siklus program audit program audit perencanaan audit
pendapatan dan pengeluaran dan siklus produksi siklus invetasi kas dan deteksi
piutang usaha pembayaran dan personalia dan kemungkinan
utang pembiayaan kecurangan
Modul 1

Audit Siklus Pendapatan dan Piutang


Usaha
Cahya Irawady, S.E., M.Si., Ak.

PE N DA H UL U AN

S iklus pendapatan dan piutang yang terjadi dalam perusahaan merupakan hal
penting untuk diyakini kewajarannya oleh auditor, tidak saja karena
pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan dalam pembentukan laba
rugi perusahaan, tetapi juga pendapatan pada umumnya menyangkut transaksi
dalam jumlah yang banyak dan memiliki keterkaitan yang erat dengan
kelompok akun lain. Hal ini tentu saja membuat risiko audit yang dihadapi
auditor dalam setiap penugasan audit yang diterimanya menjadi tinggi.
Modul ini membahas aplikasi prosedur-prosedur audit yang diterapkan
pada saat melakukan audit terhadap siklus pendapatan dan disusun dalam suatu
audit program, bukti-bukti audit yang diharapkan diperoleh dengan kualitas dan
kecukupan jumlah yang memadai serta dapat diandalkan dalam pengambilan
kesimpulan akhir dari audit yang dilaksanakan. Perancangan audit prosedur
yang baik akan menjamin keberhasilan auditor dalam melakukan proses audit
yang terbaik dalam setiap penugasan yang dilakukannya.
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. memperoleh pemahaman mengenai proses bisnis perusahaan yang
menghasilkan pendapatan;
2. memperoleh pemahaman mengenai cara menilai pengendalian internal dan
mampu menentukan risiko yang berkaitan dengan pendapatan dan piutang
usaha;
3. menyusun program audit untuk siklus pendapatan dan piutang usaha.

Pembahasan pada modul ini dimulai dengan penjelasan mengenai sifat


dasar dan pentingnya siklus pendapatan serta tujuan audit yang diterapkan pada
siklus pendapatan. Setelah itu dijelaskan pembahasan secara lebih rinci untuk
setiap tujuan audit.
1.2 Auditing IB 

Tujuan umum dari modul ini:


1. memberikan pemahaman terhadap proses bisnis perusahaan dalam rangka
melakukan penilaian terhadap materialitas, risiko bawaan (inherent risk),
melakukan prosedur analitis dan penilaian terhadap risiko berdasarkan hasil
prosedur analitis;
2. memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan pengendalian internal,
penilaian pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian (control
risk) dalam siklus pendapatan dan piutang usaha;
3. mendisain pengujian substantif (substantive test) secara detail dan memadai
untuk akun pendapatan dan piutang usaha.

Pemahaman atas ketiga tujuan tersebut di atas diharapkan akan dapat


memberikan gambaran bagi auditor untuk melaksanakan audit terhadap siklus
pendapatan dan piutang usaha pada suatu entitas.
Audit yang berkualitas sangat ditentukan oleh pemilihan prosedur-prosedur
audit yang tepat yang dikemas dalam suatu audit program. Prosedur-prosedur
audit yang tepat akan sangat mempermudah pelaksanaan pekerjaan lapangan
yang dilakukan oleh tim audit, karena akan memberikan pedoman apa dan
bagaimana pelaksanaan pekerjaan lapangan pada penugasan audit yang
dilaksanakan. Selain itu audit program akan meningkatkan proses supervisi dan
menjaga ketertiban pelaksanaan prosedur serta dokumentasi audit yang
diperlukan sesuai dengan standar profesional akuntan publik yang ditetapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Cara mempelajari modul ini, pertama baca secara keseluruhan; selanjutnya
tahap demi tahap didalami mulai pendahuluan yang menyangkut relevansi dan
deskripsi singkat untuk memberikan gambaran secara garis besar akan hal yang
hendak Anda pelajari. Selanjutnya, di dalam mempelajari setiap kegiatan belajar
yang ada, bagian pertama adalah Anda harus pahami betul istilah-istilah penting,
kemudian pahami pengertian-pengertian yang tercantum dalam uraian dan
contoh-contoh. Untuk dapat melatih pembelajaran Anda segera kerjakan latihan
dan tes formatif yang ada, dan hitung tingkat penguasaan Anda terhadap materi
yang telah Anda pelajari.
 PAJA3435/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Audit Siklus Pendapatan

P endapatan pada setiap jenis entitas usaha berbeda-beda, tergantung pada


jenis kegiatan usaha dan ukuran dari entitas usaha itu sendiri. Secara
umum, siklus pendapatan terdiri dari serangkaian kegiatan yang terkait dengan
arus pertukaran dari barang dan jasa yang diproduksi entitas usaha kepada
pelanggannya untuk kemudian menjadi pendapatan yang ditagihkan dalam
bentuk uang.
Sebagai contoh, pendapatan pada perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur berupa penjualan; dokter, akuntan dan pengacara memperoleh
pendapatan berupa imbalan jasa (fee); bioskop, gelanggang olah raga,
memperoleh pendapatan berupa hasil penjualan tiket masuk; bank, lembaga
keuangan memperoleh pendapatan dari bunga, bagi hasil dan dividen;
perusahaan transportasi massal seperti penerbangan, kereta api, memperoleh
pendapatan dari tiket perjalanan (fares); sekolah, lembaga pendidikan dan
perguruan tinggi memperoleh pendapatan dari Sumbangan Penyelenggaraan
Pendidikan (SPP).
Untuk mempermudah pemahaman bagi pembaca, ilustrasi yang diberikan
pada kegiatan belajar ini sebagian besar merupakan ilustrasi kegiatan pada
perusahaan dagang. Perusahaan dagang dipilih sebagai ilustrasi karena
kemudahan dalam pemahaman proses bisnis yang terjadi di perusahaan dagang.
Selain itu proses pada siklus pendapatan di perusahaan dagang dapat di adaptasi
kepada siklus lainnya secara lebih mudah.

A. SIKLUS PENDAPATAN

Siklus pendapatan dan penerimaan kas pada suatu entitas usaha akan
berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut terjadi terkait dengan sifat
dasar atau jenis kegiatan yang dilakukan oleh entitas usaha itu sendiri.
Pendapatan pada perusahaan jasa akan berbeda dengan perusahaan dagang.
Demikian pula pendapatan pada perusahaan manufaktur, akan berbeda dengan
kedua jenis usaha yang disebutkan terdahulu.
Dalam proses pencatatan transaksi pendapatan, terdapat sejumlah akun yang
biasanya dipergunakan oleh entitas usaha terkait dengan proses akuntansi
1.4 Auditing IB 

kegiatan entitas usaha dalam memperoleh pendapatan. Pada perusahaan dagang


pendapatan diawali dengan terjadinya penjualan barang atau jasa baik secara
tunai ataupun kredit dan kemudian diakhiri dengan penerimaan kas oleh
perusahaan.
Pada siklus pendapatan di perusahaan dagang, transaksi yang terjadi dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu kelompok akun:
1) Penjualan, baik penjualan yang dilakukan secara tunai maupun penjualan
kredit, 2) Penerimaan kas, yang berasal dari penjualan tunai maupun
penerimaan piutang yang berasal dari penjualan kredit dan kelompok akun
untuk 3) Penyesuaian Penjualan, yaitu akun-akun potongan penjualan, retur
penjualan dan penyisihan penjualan, penyisihan/cadangan penghapusan piutang
tak tertagih dan beban penghapusan piutang tak tertagih.
Selain itu terdapat akun yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang
terjadi pada siklus-siklus lain yang terjadi pada kegiatan perusahaan, yaitu akun-
akun Harga Pokok Penjualan, Persediaan Barang Dagangan dan akun Kas,
namun demikian pembahasan pada bab ini akan lebih terarah pada akun yang
berkaitan langsung dengan transaksi pendapatan dan piutang.

B. TRANSAKSI DAN AKUN

Transaksi pendapatan pada suatu entitas perusahaan umumnya melibatkan


banyak akun, baik akun pada kelompok neraca maupun akun pada kelompok
laba rugi. Setiap perusahaan memiliki kekhususan masing-masing, namun
demikian secara umum setiap dokumen transaksi merupakan hasil dari suatu
proses yang di dalamnya terdapat fungsi pengendalian dan pencatatan terhadap
setiap transaksi.
Pada Tabel 1.1 digambarkan tahapan dari fungsi-fungsi penting pada
tahapan proses transaksi penjualan yang menghasilkan dokumen dan catatan.
 PAJA3435/MODUL 1 1.5

Tabel 1.1
Fungsi, Dokumen dan Catatan Siklus Penjualan dan Penerimaan Kas

Transaksi Akun Fungsi Dokumen/ Catatan


Penjualan Penjualan Pemrosesan order Order pelanggan
Piutang dagang Persetujuan kredit Order Penjualan
Pengiriman barang Order yang disetujui
Penagihan dan Dokumen pengiriman
pencatatan Faktur
Jurnal Penjualan
Subledger piutang
Daftar piutang
Laporan bulanan
Penerimaan Kas Proses pencatatan Lembar pembayaran
kas Piutang dagang dan penerimaan kas Daftar penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas
Retur Retur penjualan Proses penerimaan Nota kredit
Penjualan Piutang dagang dan pencatatan retur Jurnal retur
Penghapusa Piutang dagang Penghapusan Dokumen pengesahan
n piutang tak Penyisihan piutang piutang tak tertagih penghapusan piutang
tertagih tak tertagih
Pembebanan Beban piutang tak - -
piutang tak tertagih
tertagih Penyisihan piutang - -
tak tertagih

Sumber: Alvin A Arens

Setiap akun yang terkait pada tahapan transaksi penjualan memiliki


hubungan dan keterkaitan yang erat. Kesalahan pencatatan pada satu akun
transaksi akan menyebabkan kesalahan pada minimal satu akun lain, bahkan
sangat mungkin akan mempengaruhi beberapa akun transaksi dan berdampak
pada perhitungan laba rugi perusahaan. Hal ini harus menjadi perhatian auditor
pada saat pelaksanaan penugasan audit berlangsung.
Dari sisi penjual barang, penjualan dalam jumlah besar umumnya dilakukan
secara kredit (on account) dibandingkan dengan cara tunai. Pabrikan menjual
barang hasil produksinya secara kredit kepada pedagang besar, dengan
memberikan potongan tunai pada persentase tertentu apabila piutang dibayar
sebelum jatuh tempo ataupun pada jangka waktu tertentu yang diperjanjikan.
Sebagai contoh terminologi penjualan dengan syarat 2/10;n/30 berarti pembeli
akan mendapat potongan tunai 2% jika membayar utangnya dalam waktu
10 hari, dan jatuh tempo utang pembeli adalah dalam waktu 30 hari.
1.6 Auditing IB 

Selain potongan penjualan, pada transaksi jual beli dapat juga terjadi retur
atau pengembalian barang. Retur dapat terjadi karena barang yang diterima oleh
pembeli tidak sesuai pesanan atau karena barang tersebut cacat. Saat barang
tidak sesuai dengan pesanan, pada umumnya penjual memberikan pilihan,
apakah akan di retur atau diterima namun penjual akan memberikan potongan
(allowances) tambahan sebagai kompensasi pembeli mau menerima barang
yang tidak sesuai spesifikasinya dengan pesanan.
Hubungan antarrekening yang berkaitan dalam siklus pendapatan pada
perusahaan dagang adalah dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut.

Penjualan Kas

Debit Kredit Debit Kredit

Penjualan xxx
tunai

Piutang Usaha
Penjualan
kredit Potongan Tunai
Debit Kredit

Saldo akhir Saldo Penerimaan kas Debit Kredit


awal
xxx
Penjualan Retur Penjualan
kredit dan penyisihan

Penghapusan
piutang tak
tertagih Retur Penjualan dan
Penyisihan
Saldo akhir

Debit Kredit
Penyisihan piutang tak
tertagih xxx

Debit Kredit
Beban Piutang Tak
Penghapusan Saldo awal
Tertagih
piutang tak
tertagih Taksiran
Debit Kredit beban
piutang tak
xxx tert`agih

Saldo akhir

Sumber : Alvin A. Arens

Gambar 1.1
Keterkaitan antar Akun Pada Siklus Pendapatan
 PAJA3435/MODUL 1 1.7

C. TUJUAN AUDIT SIKLUS PENDAPATAN

Tujuan utama dari audit terhadap siklus pendapatan adalah agar auditor
mendapatkan bukti yang cukup dan kompeten dalam membuktikan kewajaran
pada setiap asersi laporan keuangan yang signifikan terkait dengan transaksi-
transaksi dan saldo-saldo akun pendapatan perusahaan. Mengulang dari bagian
mengenai asersi manajemen, terdapat lima kategori asersi manajemen yang
berkaitan dengan tujuan audit khusus siklus pendapatan.
Perusahaan yang bergerak pada bidang perdagangan memperoleh
pendapatan melalui penjualan yang dilakukan baik secara tunai maupun secara
kredit kepada pelanggannya. Pada transaksi penjualan tunai perusahaan akan
langsung menerima kas pada akhir setiap transaksinya. Tidak demikian halnya
pada penjualan yang dilakukan secara kredit atau tidak tunai, yang tidak jarang
pada perusahaan dagang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan
penjualan tunai, penjualan kredit yang terjadi akan diikuti dengan terjadinya
piutang usaha yang kemudian akan ditagihkan kepada para pembelinya sesuai
dengan perjanjian yang disepakati pada saat penjualan terjadi.
Penjualan barang dan jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan
menghadapi risiko yang terjadi karena penjualan kredit itu sendiri, yaitu adanya
risiko piutang yang ada dari transaksi penjualan tidak dapat dibayar oleh para
pelanggannya. Sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku umum,
perusahaan dituntut untuk dapat melakukan penilaian terhadap tingkat
ketertagihan piutang dan membentuk penyisihan terhadap piutang-piutang yang
memiliki kemungkinan tidak dapat tertagih. Auditor pada saat mengaudit siklus
penjualan dituntut untuk dapat meyakini kewajaran saldo piutang tersebut.
Untuk mencapai setiap tujuan audit khusus, dalam rangka menilai asersi
manajemen pada siklus pendapatan, auditor membuat perencanaan dan
menggunakan berbagai prosedur audit yang akan dilakukan dalam pengujian
yang disusun dalam suatu audit program. Audit prosedur yang dipilih bervariasi
untuk setiap tujuan audit khusus.
Tabel 1.2 berikut memberikan gambaran mengenai keterkaitan antara
asersi, jenis pengujian transaksi atau pengujian saldo, serta tujuan audit khusus
pada perusahaan dagang. Kode pada setiap tujuan audit khusus menggambarkan
kategori asersi yang diuji, E untuk eksistensi, K untuk Kelengkapan, PA untuk
Penilaian atau alokasi, HK untuk hak dan kewajiban, serta PP untuk penyajian
dan pengungkapan.
1.8 Auditing IB 

Tabel 1.2
Tujuan Audit Khusus untuk Siklus Pendapatan

Kategori Kelompok
Tujuan Audit Khusus
Asersi pengujian
Eksistensi atau Transaksi Catatan transaksi penjualan telah menggambarkan
keterjadian seluruh barang atau jasa yang terjual pada periode yang
diaudit (E1).
Catatan transaksi penerimaan kas telah merepresentasi-
kan seluruh kas yang diterima periode audit (E2).
Pencatatan penyesuaian penjualan telah menggambar-
kan potongan penjualan, retur penjualan dan
pencadangan serta piutang yang tak dapat ditagih (E3).
Saldo Piutang usaha mencerminkan nilai transaksi yang terjadi
dengan pelanggan pada tanggal neraca (E4).
Kelengkapan Transaksi Seluruh penjualan (K1), penerimaan kas (K2), dan
penyesuaian penjualan (K3) yang terjadi selama periode
telah dicatat.
Saldo Saldo piutang usaha menyajikan seluruh hak tagih
perusahaan (K4)
Penilaian atau Transaksi Seluruh penjualan (PA1) dan penerimaan kas (PA2) serta
Alokasi penyesuaian penjualan (PA3) telah dinilai sesuai dengan
SAK, telah di jurnal, dijumlahkan dan di posting secara
benar.
Saldo Saldo piutang usaha telah mencerminkan seluruh tagihan
(gross claims) kepada pelanggan pada tanggal neraca
dan telah cocok dengan jumlah buku pembantu piutang
(PA4).
Nilai penyisihan piutang tak tertagih telah menyajikan
estimasi yang wajar antara nilai piutang dengan nilai
piutang yang dapat direalisasikan (PA5).
Hak dan Transaksi Seluruh piutang yang tercatat merupakan hak perusahaan
Kewajiban (HK1) dan kas yang diterima (HK2) merupakan hasil dari
siklus pendapatan.
Saldo Saldo piutang usaha pada tanggal neraca merupakan hak
tagihan yang sah kepada entitas pelanggan. (HK3).
Penyajian dan Transaksi Catatan rinci mengenai penjualan (PP1), penerimaan kas
Pengungkapan (PP2) dan penyesuaian terhadap penjualan (PP3) telah
mendukung penyajian dan pengungkapan pada laporan
keuangan.
Saldo Catatan detail dari penjualan (PP4) telah diidentifikasikan
dan diklasifikasi secara memadai pada laporan keuangan.
Pengungkapan yang memadai terhadap piutang usaha
telah dibuat oleh perusahaan (PP5).

Sumber: Boynton, Johnson & Kell


 PAJA3435/MODUL 1 1.9

D. MEMAHAMI PROSES BISNIS KLIEN

Auditor menyusun strategi auditnya berdasarkan kemungkinan terjadinya


risiko salah saji yang material pada laporan keuangan. Langkah awal yang
dilakukan oleh auditor dalam menilai tingkat risiko yang dihadapi adalah
dengan memahami proses bisnis klien dan lingkungan industrinya. Pemahaman
proses bisnis dan industri klien sangat bermanfaat bagi auditor karena dapat
membantu auditor untuk:
1. memahami sumber dan tingkat pendapatan utama klien dengan cara menilai
kemampuan atau kapasitas klien, pangsa pasar bagi produk yang dihasilkan
dan pelanggan-pelanggan dari klien;
2. memahami tingkat laba dan marjin kotor yang diharapkan klien melalui
pemahaman terhadap pangsa pasar dan keunggulan kompetitif klien di
pasar produknya;
3. memahami sifat dan tingkat piutang usaha melalui pemahaman terhadap
rata-rata periode penerimaan pembayaran klien dan rata-rata industrinya.

Perlu diingat bahwa setiap proses yang bertujuan dalam perolehan


pendapatan akan diikuti dengan terjadinya berbagai pengeluaran perusahaan,
seperti harga pokok penjualan dan biaya penjualan dan administrasi, serta
berbagai biaya lain yang berkaitan. Pemahaman proses bisnis klien yang baik
akan sangat membantu auditor untuk memahami kegiatan usaha klien dalam
menghasilkan pendapatan. Selain itu akan sangat membantu auditor untuk
memahami model pengeluaran entitas dalam kaitannya dengan transaksi pada
siklus-siklus lainnya.
Auditor memperoleh pemahaman atas proses bisnis dari kliennya melalui
berbagai cara seperti, pengalaman dalam melaksanakan penugasan sebelumnya,
informasi dari asosiasi perusahaan sejenis, informasi dari literatur yang
diterbitkan oleh organisasi profesi atau industri, bahkan dari terbitan majalah
atau koran yang memuat bisnis sejenis dengan klien yang sedang diaudit.
Untuk membantu dalam memahami bisnis klien, berikut ini adalah beberapa
contoh ilustrasi proses bisnis yang umum pada lima jenis entitas industri yang
berbeda.
a. Perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan rumah tangga
seringkali mendistribusikan produknya melalui pedagang besar, sehingga
pembeli akhir produk bukanlah pedagang besar yang membeli barang dari
1.10 Auditing IB 

pabrik. Perlu pemahaman mengenai model dan proses penjualan yang


sangat menentukan waktu pengakuan terjadinya penjualan.
b. Perusahaan jasa memperoleh pendapatan dengan memberikan jasa dari
kemampuan teknis yang dimilikinya. Perusahaan jasa arsitektur
memperoleh pendapatan dari setiap gambar arsitektur yang dibuatnya
berdasarkan pesanan dari kliennya.
c. Perusahaan jasa asuransi memperoleh pendapatan dari premi asuransi para
peserta asuransi yang dihitung berdasarkan nilai tanggungan asuransi,
sesuai dengan model asuransi dan jenis pertanggungan yang disepakati oleh
peserta asuransi.

E. MATERIALITAS

Pendapatan merupakan bagian utama pada kegiatan usaha suatu entitas.


Pada perusahaan dagang, pendapatan penjualan merupakan sumber utama
pendapatan operasinya, karena itu tingkat materialitas pada akun penjualan pada
umumnya menjadi tinggi.
Sebelum memulai audit siklus pendapatan, auditor perlu untuk
mempertimbangkan masalah materialitas dari akun-akun yang terkait dalam
siklus pendapatan. Pertimbangan terhadap materialitas akan sangat
mempengaruhi langkah selanjutnya yang harus auditor laksanakan.
Berikut ini adalah hal-hal yang biasanya menjadi perhatian auditor dalam
menentukan tingkat materialitas pada tingkat laporan keuangan dan tingkat akun
transaksi.
1. Transaksi penjualan merupakan sumber yang utama dari pendapatan
operasi perusahaan.
2. Akun penjualan merupakan komponen utama dalam menentukan
penghasilan bersih (net income). Kesalahan pada akun penjualan akan
berdampak langsung bagi perhitungan laba rugi perusahaan.
3. Saldo piutang yang timbul karena penjualan kredit biasanya berjumlah
besar.
4. Transaksi penerimaan kas dapat berpengaruh secara langsung dan material
terhadap saldo piutang usaha dan saldo kas.

Ilustrasi Kasus: Pengakuan Pendapatan dan “Cooked the books”


Pendapatan memegang peranan penting dan sangat berpengaruh
terhadap penghasilan arus kas perusahaan. Jika perusahaan ingin membuat
laporan keuangan yang dapat menarik investor di pasar modal, maka
 PAJA3435/MODUL 1 1.11

perhatian perusahaan adalah pada sektor yang paling menarik perhatian


investor, yaitu penjualan, yang mana harus dapat selalu menunjukkan
kenaikan penjualan.
Apa yang terjadi jika perusahaan tidak dapat mencapai target
pendapatannya? Banyak perusahaan yang memiliki integritas baik tetap
memberikan laporan keuangan yang sesuai dengan kondisi sebenarnya,
namun tidak jarang dijumpai, demi menjaga minat para investornya,
perusahaan melakukan perubahan pada catatan keuangannya sedemikian
rupa sehingga terlihat tetap menarik bagi para investor. Cara demikian
dikenal dengan istilah mengatur pembukuan atau “Cooked the books” agar
dapat terlihat tetap menarik bagi investor. Hal ini tentu saja tidak
diperkenankan.

Berikut adalah perusahaan di Amerika Serikat yang terbongkar telah


melakukan “cooked the books”.

Perusahaan Cara Perusahaan “cooked the books”


Underwriters Melaporkan pendapatan fiktif untuk mengubah perusahaan yang rugi
Financial Group menjadi terlihat dapat menghasilkan laba.
Donnkenny Mencatat faktur dan pendapatan secara salah untuk meningkatkan
target pendapatan.
California Micro Memerintahkan pegawai untuk mencatat penjualan terhadap produk
Devices yang tidak dikirimkan, bahkan untuk produk yang belum di produksi.
Home Theater Membuat pelanggan dan penjualan palsu sebagai usaha untuk
Products Int’l membukukan laba pada saat kerugian terjadi.
FNN Memisahkan perusahaan yang dikuasai oleh FNN untuk menghasilkan
dan menggelembungkan penjualan FNN.

Sumber:” Lies, Dammed Lies, and Managed Earnings” Fortune, August 2, 1999, p 75
dalam Boynton and Kell

F. RISIKO MELEKAT (INHERENT RISK)

Risiko bawaan atau inherent risk dari suatu akun akan mempengaruhi
luasnya pengujian yang akan dilakukan oleh auditor. Penilaian terhadap risiko
bawaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terkait dengan sifat dari siklus
penjualan dan penerimaan piutang.
Berdasarkan sifatnya, auditor biasanya menetapkan risiko bawaan (inherent
risk) dalam siklus penjualan dan penerimaan piutang pada kelompok tinggi.
1.12 Auditing IB 

Pertimbangan ini didasari oleh besarnya pengaruh penjualan terhadap penentuan


laba rugi suatu entitas usaha.
Berikut adalah beberapa faktor yang seringkali terjadi dan mempengaruhi
penetapan inherent risk pada siklus penjualan dan penerimaan piutang oleh
auditor:
1. kecenderungan perusahaan untuk memperbesar jumlah pendapatan;
2. kecenderungan perusahaan untuk memperbesar saldo piutang dan kas;
3. tingginya volume transaksi pada akun-akun yang terkait dengan siklus
penjualan;
4. masalah perbedaan waktu dalam pengakuan pendapatan dapat
menimbulkan perbedaan nilai pendapatan;
5. kecenderungan yang tinggi terhadap penyalahgunaan penerimaan kas yang
berasal dari piutang usaha.

G. SIKLUS PENJUALAN & PENERIMAAN PIUTANG

Dalam rangka pemahaman atas proses bisnis, penjualan dan penerimaan


piutang meliputi keputusan-keputusan dan proses-proses yang diperlukan untuk
mentransfer pemilikan barang dan jasa kepada langganan setelah barang/jasa
tersebut tersedia untuk dijual. Proses penjualan diawali dengan adanya
permintaan pembelian dari langganan dan berakhir dengan terjadinya konversi
barang/jasa yang telah diserahterimakan menjadi bentuk kas/bank.
Penjualan mencakup transaksi-transaksi penjualan secara kredit (credit
sales), penerimaan uang tunai (cash receipts) yang berasal dari piutang dan
penjualan secara tunai (cash sales) dan penyesuaian yang terjadi pada transaksi
penjualan (sales adjustments) seperti potongan penjualan (sales discounts), retur
dan penyisihan penjualan (sales return & allowances), penyisihan provisi dan
penghapusan piutang yang tidak dapat tertagih.

H. MEMAHAMI PENGENDALIAN INTERNAL KLIEN

Pemahaman terhadap pengendalian yang ada dan berjalan pada suatu entitas
sangat penting dalam proses audit. Pemahaman pengendalian yang ada akan
sangat menentukan tingkat risiko yang dihadapi oleh auditor sehingga
menentukan langkah yang akan ditetapkan oleh auditor dalam pelaksanaan
audit.
 PAJA3435/MODUL 1 1.13

Dalam rangka menentukan kualitas pengendalian internal, auditor pada


umumnya sepakat untuk menggunakan konsep pengendalian berdasarkan
dokumen yang dipublikasikan oleh Committee of Sponsoring Organizations' of
the Treadway Commission (COSO) sebagai pedoman bagi penilaian
pengendalian internal yang berjalan pada suatu entitas. Berikut adalah konsep
penilaian pengendalian internal.

1. Lingkungan Pengendalian (Controls Environment)


Penilaian terhadap lingkungan pengendalian merupakan langkah awal yang
dilakukan oleh auditor dalam rangka penilaian kualitas pengendalian internal.
Perlu diingat bahwa penilaian terhadap pengendalian internal dilakukan dalam
kerangka pelaksanaan penugasan audit, bukan dengan tujuan menilai kekuatan
pengendalian internal secara khusus.
Dalam rangka penilaian pengendalian internal, auditor akan menilai hal-hal
sebagai berikut.
a. Apakah manajemen perusahaan telah menanamkan standar integritas dan
nilai-nilai etika yang tinggi dalam berbisnis kepada seluruh karyawannya?
b. Apakah manajemen memiliki komitmen terhadap kompetensi? Hal ini salah
satunya terlihat dari pegawai yang kompeten dalam bidangnya.
c. Bagaimana sikap dan tindakan manajemen terhadap pelaporan keuangan?
Hal tersebut dapat tercermin dari berikut ini.
1) Bagaimana cara manajemen dalam memilih alternatif prinsip akuntansi
yang dipergunakan, apakah konservatif atau agresif?
2) Bagaimana cara manajemen dalam melakukan estimasi terhadap
jumlah penyisihan piutang tak tertagih?
d. Kejelasan penetapan tanggung jawab dan wewenang dalam fungsi-fungsi
yang berhubungan dengan siklus.
e. Bagaimana proses dan sistem otorisasi dalam penjualan dan penerimaan
kas?
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia yang berjalan di perusahaan,
antara lain:
1) kebijakan yang berkaitan dengan kepegawaian dan penetapan jalur
karier karyawan;
2) penetapan imbalan kerja dan kewajiban pasca kerja pegawai;
3) kebijakan pendidikan dan pelatihan karyawan yang berkesinambungan;
4) kebijakan lain yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia.
1.14 Auditing IB 

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Pengendalian internal sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan
mengidentifikasi jenis-jenis risiko yang dihadapinya. Setiap jenis risiko yang
dapat diidentifikasi akan menentukan jenis pengendalian yang harus dilakukan.
Terdapat beberapa jenis risiko yang berhubungan dengan transaksi
penjualan dan penerimaan kas dan saldo-saldo yang terkait dalam siklus
penjualan.
Beberapa kejadian yang mungkin memiliki risiko yang harus menjadi
perhatian auditor antara lain adalah:
a. sistem dan prosedur untuk jenis-jenis transaksi yang sifatnya baru;
b. perlakuan akuntansi yang baru, baik karena transaksinya ataupun karena
terjadinya perubahan pada standar akuntansi;
c. komitmen manajemen untuk menciptakan pengendalian terhadap risiko
yang telah diidentifikasi.

3. Sistem Akuntansi (Information dan Communication)


Auditor perlu memahami sistem informasi akuntansi yang berjalan di
perusahaan. Pada audit atas piutang diperlukan pemahaman atas hal sebagai
berikut.
a. Metode pemrosesan data. Metode pemrosesan data penjualan menjadi
informasi penjualan dan penagihannya menentukan tingkat risiko untuk
terjadinya salah saji dalam saldo piutang.
b. Sistem Otorisasi. Sistem otorisasi yang baik perlu ditetapkan atas setiap
transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit. Auditor harus meyakini
bahwa penjualan secara kredit hanya dilakukan kepada pembeli yang telah
terdaftar dan mendapat otorisasi dari supervisor atau manajer penjualan
kredit.
c. Laporan dan informasi yang dihasilkan. Laporan dan informasi yang
dihasilkan dari sistem merupakan informasi yang handal dan bermanfaat
bagi pengambilan keputusan.

4. Dokumen-dokumen dan catatan yang digunakan


Dokumen dan catatan yang dipergunakan oleh perusahaan dalam aktivitas
usahanya sangat menentukan keberhasilan audit yang dilaksanakan. Dokumen
dan catatan yang baik harus mampu memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh auditor, antara lain:
 PAJA3435/MODUL 1 1.15

a. dokumen mampu mengumpulkan informasi yang relevan dalam proses


bisnis;
b. dokumen dan catatan dapat mencatat seluruh proses transaksi yang terjadi
secara lengkap;
c. dapat menunjukkan catatan dan proses otorisasi yang terjadi pada transaksi;
d. dokumen transaksi yang dipergunakan memiliki pranomor (prenumbered
document) tercetak sebagai alat pengendalian untuk menjamin bahwa urut-
urutan transaksi telah benar;
e. seluruh dokumen transaksi tersimpan secara baik pada tempat yang aman
dan tersusun dalam suatu sistem file yang berurutan secara baik.

5. Monitoring
Monitoring terhadap saldo piutang dilakukan secara berkala dan dibuat
dalam suatu laporan bulanan penjualan kredit. Verifikasi internal diperlukan
untuk meyakinkan bahwa transaksi yang dicatat memang benar-benar terjadi
dan dicatat dalam nilai yang tepat dan benar. Monitoring terhadap proses
pencatatan dan penetapan saldo piutang dapat terlihat dari beberapa indikator,
antara lain sebagai berikut.
a. Klaim dari langganan/konsumen. Apabila sering terjadi klaim dari
pelanggan kepada perusahaan menandakan terdapat kelemahan dalam
sistem pencatatan piutang. Kelemahan yang terjadi mungkin terjadi sejak
proses otorisasi penjualan secara kredit.
b. Verifikasi internal. Proses verifikasi internal yang dilakukan terhadap setiap
transaksi penjualan yang terjadi, baik penjualan secara tunai maupun
penjualan secara kredit akan meningkatkan jaminan bahwa saldo piutang
disajikan secara benar.
c. Internal auditor. Adanya internal auditor yang melakukan pemeriksaan atas
saldo piutang dan kelengkapannya menjadi pendukung pengendalian yang
baik. Auditor internal melakukan pengujian atas saldo penjualan. Selain itu
auditor internal menguji besarnya penyisihan dan tingkat kewajaran
penyisihan yang terjadi.

Aktivitas pengendalian yang harus ada pada proses penjualan yang


dilakukan secara kredit dapat dilihat pada Tabel 1.3. Pada tabel tersebut
dinyatakan pula kemungkinan kekeliruan yang terjadi pada setiap tahap proses
penjualan serta pengendalian yang seharusnya ada untuk meminimalkan risiko
1.16 Auditing IB 

terjadinya kesalahan yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam melakukan


penilaian efektivitas pengendalian tersebut.

Tabel 1.3
Aktivitas Pengendalian

Fungsi Kemungkinan Kekeliruan Pengendalian yang Diperlukan


Pemrosesan Penjualan dilakukan bukan Penentuan bahwa langganan
order kepada langganan terdaftar terdaftar dalam daftar langganan.
Setiap order yang diterima harus
disetujui (approval).
Persetujuan Penjualan dilakukan tanpa Kebijakan pemberian kredit
kredit approval kredit Bag. Kredit memeriksa semua
calon langganan
Pengecekan order dengan batas
penjualan kredit (credit limit).
Pengiriman Barang yang dikirim tidak Petugas pengiriman mencocokkan
Barang sesuai order barang yang diterima dengan copy
order yang di approve.
Pengiriman tanpa approval. Dokumen pengiriman dibuat untuk
setiap pengiriman
Penagihan Faktur dibuat untuk transaksi Pencocokan dokumen pengiriman
fiktif atau faktur dibuat dua kali & copy order (approved) dengan
untuk transaksi yang sama. setiap faktur.
Faktur tidak dibuat untuk barang Pencocokan dokumen pengiriman
yang dikirim dengan faktur
Harga dalam faktur salah Faktur diverifikasi oleh pegawai
independen
Pencatatan Transaksi fiktif dicatat Pencocokan dokumen penjualan
Penjualan Transaksi tidak dicatat sebelum dicatat
Pengecekan pencatatan faktur
secara berkala
Pembagian tugas

Untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap proses bisnis


perusahaan klien, auditor dapat mempertimbangkan untuk melakukan Prosedur
Audit Pemahaman IC Penjualan Klien dengan cara sebagai berikut.
a. Mempelajari Kertas Kerja Audit tahun lalu. Prosedur ini dapat dilaksanakan
untuk klien audit yang pada tahun sebelumnya telah diaudit oleh kantor
akuntan publik.
b. Mempelajari pedoman sistem penjualan klien. Langkah awal memahami
proses bisnis klien adalah dengan mempelajari berbagai pedoman dan
panduan yang dibuat oleh perusahaan. Auditor dapat memanfaatkan
 PAJA3435/MODUL 1 1.17

dokumentasi yang tersimpan dalam permanent file kemudian disimpan di


kantor akuntan publik.
c. Walk-through tests atas transaksi penjualan. Pengujian yang dilakukan
dengan cara mengikuti proses penjualan kredit sejak awal mulainya
transaksi hingga penyelesaian pencatatan transaksi dapat memberikan
gambaran yang jelas bagi auditor dalam memahami sistem pengendalian
yang berjalan di perusahaan klien. Auditor harus memperhatikan hal-hal
berikut ini pada saat melakukan pengujian:
1) memeriksa dokumen dan catatan yang dipergunakan di perusahaan;
2) observasi dilakukan atas pelaksanaan pengendalian yang menyangkut
proses otorisasi transaksi dan verifikasi internal yang berjalan;
3) mengajukan pertanyaan menggunakan kuesioner pengendalian internal
(Internal Controls questionaire) sekaligus menjadi dokumentasi bagi
auditor atas pengendalian yang berjalan.

6. Menilai Cost & Benefit untuk Test of Controls


Pengujian pengendalian termasuk salah satu prosedur yang memiliki
konsekuensi biaya yang relatif besar. Auditor dalam melakukan pengujian
pengendalian, perlu terlebih dahulu mempertimbangkan beberapa hal sebelum
kemudian memutuskan untuk melakukan pengujian pengendalian (test of
controls). Berikut adalah beberapa pertimbangan auditor untuk melakukan
pengujian pengendalian.
a. Dilakukan apabila hasil observasi auditor menetapkan control risk
ditentukan di bawah maksimum. Kondisi ini dapat dilihat dari
kecenderungan sistem pengendalian di perusahaan yang sudah berjalan
baik. Auditor perlu meyakini bahwa pengendalian memang sudah berjalan
dengan baik.
b. Hasil test of controls diharapkan baik dan dapat mengurangi substantive
tests yang harus dilakukan. Apabila sejak awal auditor melihat bahwa
pengujian pengendalian hanya dilakukan jika auditor mempertimbangkan
bahwa hasil pengujian akan mampu menurunkan risiko pengendalian.

7. Metodologi Perancangan Audit Program


Metodologi yang dilakukan pada perancangan audit program siklus
pendapatan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini.
1.18 Auditing IB 

Pemahaman atas pengendalian


internal penjualan

Penentuan risiko pengendalian


atas penjualan

Penilaian cost and benefit untuk


melakukan pengujian
pengendalian

Perancangan audit program untuk Prosedur audit


test of controls dan substantive
test of transactions Ukuran sampel yang diambil

Jenis bukti yang dipilih

Waktu transaksi yang dipilih

Sumber: Alvin A Arens

Gambar 1.2
Alur Metodologi Perancangan Audit Program Pendapatan

Metodologi sesuai gambar di atas menunjukkan alur proses penyusunan


audit program untuk menentukan keputusan akhir yang harus ditetapkan pada
penugasan audit, yaitu: 1) prosedur audit yang diperlukan, 2) ukuran sampel
yang perlu diambil oleh auditor untuk memenuhi standar mengenai kecukupan
jumlah bukti, 3) Jenis bukti yang dipilih untuk mendapat bukti yang kompeten
dan relevan, serta 4) pemilihan waktu kejadian transaksi yang mendapatkan
bukti yang tepat dan relevan. Audit yang berkualitas dapat terlaksana apabila
audit program disusun secara baik.
 PAJA3435/MODUL 1 1.19

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan bagaimana perusahaan memperoleh pendapatan? Jelaskan pula


bagaimana siklus pendapatan yang terjadi pada umumnya perusahaan!
2) Mengapa audit atas penjualan piutang menjadi penting? Bagaimana dampak
kesalahan yang terjadi pada penjualan terhadap laporan keuangan
perusahaan secara keseluruhan?
3) Jelaskan asersi penting dalam audit penjualan yang menjadi perhatian
auditor, mengapa asersi tersebut menjadi penting bagi kewajaran laporan
keuangan?
4) Risiko menjadi dasar bagi auditor dalam mempertimbangkan prosedur
pengujian dalam audit yang dilaksanakan. Jelaskan risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan risiko pendeteksian terkait dengan audit penjualan.
5) Penentuan tujuan audit penting untuk menentukan langkah auditor dalam
pelaksanaan penugasan audit. Jelaskan tujuan audit apa saja terkait dengan
audit atas penjualan.
6) Pengendalian internal merupakan upaya perusahaan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan kecurangan. Jelaskan pengendalian internal yang
berkaitan dengan siklus penjualan.
7) Tujuan audit piutang akan tercapai dengan pemilihan prosedur yang tepat,
yang akan mendukung tercapainya suatu audit yang berkualitas. pengujian
pengendalian adalah salah satu prosedur yang dapat dilakukan auditor.
Jelaskan pada kondisi bagaimana auditor akan melakukan pengujian
tersebut.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal pendapatan dan siklus pendapatan
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal sifat siklus pendapatan.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal tujuan audit siklus pendapatan.
1.20 Auditing IB 

4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali


mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal materialitas dan risiko pada
siklus pendapatan.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal tujuan audit.
6) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 6 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal memahami pengendalian internal
klien.
7) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 7 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal cost dan benefit test of controls
(pengujian pengendalian).

R A NG KU M AN

Audit atas siklus penjualan menjadi perhatian auditor karena penjualan


merupakan pendapatan yang merupakan bagian penting pembentuk laba
rugi perusahaan. Kesalahan dalam siklus penjualan akan berdampak secara
langsung pada kesalahan perhitungan laba rugi perusahaan.
Pemahaman terhadap bisnis klien sangat penting bagi auditor. Auditor
perlu memahami siklus pendapatan, dimulai dari kegiatan perusahaan untuk
menghasilkan dan menjual barang atau jasa kepada para langganannya, dan
kemudian memperoleh penghasilan. Penjualan dapat dilakukan tunai
ataupun kredit. Pada penjualan kredit akan timbul piutang usaha. Siklus
diakhiri dengan adanya penerimaan kas.
Audit pada siklus pendapatan bertujuan untuk meyakini kewajaran
nilai pendapatan perusahaan. Auditor menilai asersi manajemen dimulai
dari pengakuan transaksi, penilaian serta penyajian dan pengungkapan
transaksi yang memadai oleh manajemen.
Dari sisi materialitas, kesalahan pada siklus penjualan dan penagihan
piutang akan berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan. Pengendalian internal yang baik diperlukan untuk
meminimalkan risiko yang ada terkait dengan siklus ini. Auditor perlu
mempertimbangkan cost and benefit untuk melaksanakan pengujian
pengendalian, mengingat pengujian seperti ini memiliki konsekuensi biaya
yang tinggi.
 PAJA3435/MODUL 1 1.21

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Berikut adalah pernyataan yang paling tepat mengenai kategori siklus
pendapatan adalah ….
A. kegiatan penjualan dan penerimaan kas
B. kegiatan operasional perusahaan dalam menjual barang dan jasa
C. serangkaian kegiatan yang terkait dengan arus pertukaran dari barang
dan jasa yang diproduksi menjadi tagihan dan menjadi uang
D. semua pilihan jawaban di atas benar

2) Tujuan audit khusus siklus pendapatan adalah ….


A. penilaian, semua transaksi penjualan, penerimaan kas telah dicatat,
dijumlahkan dan di posting secara benar
B. piutang yang dicatat merupakan hak perusahaan dan mencerminkan
seluruh jumlah tagihan kepada pelanggan
C. saldo piutang telah memperhitungkan taksiran piutang yang tidak dapat
ditagih oleh perusahaan
D. semua pilihan jawaban di atas benar

3) Uji pengendalian (test of controls) adalah jenis pengujian yang memerlukan


biaya relatif tinggi, oleh karena itu auditor akan mempertimbangkan untuk
melakukan uji pengendalian jika ia menduga bahwa ….
A. dilakukan bila control risk ditentukan di bawah maksimum
B. hasil test of controls diharapkan dapat mengurangi substantive tests
C. auditor perlu menaksir apakah biaya untuk test of controls tidak akan
melebihi pengurangan biaya untuk pelaksanaan substantive tests
D. semua pilihan jawaban di atas benar

4) Auditor perlu mendapatkan pemahaman atas bisnis klien secara memadai.


Prosedur untuk memperoleh pemahaman tersebut adalah ….
A. mempelajari kertas kerja audit tahun lalu, dan melakukan walk through
test yaitu observasi pengendalian internal dan pengajuan pertanyaan
menggunakan kuesioner pengendalian internal
B. mempelajari pedoman sistem penjualan dan melakukan walk through
test yaitu mengecek dokumen dan catatan, dan pengajuan pertanyaan
menggunakan kuesioner pengendalian internal
C. mempelajari kertas kerja audit tahun lalu dan pedoman sistem
penjualan, melakukan walk through test yaitu mengecek dokumen dan
1.22 Auditing IB 

catatan, melakukan observasi pengendalian internal dan pengajuan


pertanyaan menggunakan kuesioner pengendalian internal
D. semua pilihan jawaban di atas benar

5) Ketika auditor menentukan tingkat materialitas, maka hal utama yang


menjadi perhatian utama auditor dalam penentuan materialitas adalah….
A. penjualan barang dan jasa yang merupakan sumber utama pendapatan
perusahaan
B. piutang usaha/dagang biasanya memiliki saldo yang relatif besar
C. penerimaan kas yang berasal dari piutang usaha
D. semua pilihan jawaban di atas benar

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 PAJA3435/MODUL 1 1.23

Kegiatan Belajar 2

Pengujian Substantif Atas Piutang Usaha

P iutang usaha mencakup semua tagihan kepada para pelanggan, karyawan,


dan perusahaan afiliasi yang timbul dari penjualan secara kredit, transaksi
wesel, pemberian pinjaman, dan bunga yang masih akan diterima. Piutang usaha
harus dikelompokkan secara terpisah dari piutang kepada karyawan/pegawai
karena tidak berasal dari kegiatan utama perusahaan.
Dalam modul ini pembahasan akan difokuskan pada piutang kepada para
pelanggan yang timbul dari transaksi penjualan secara kredit dan rekening
kontra yang bersangkutan yaitu cadangan kerugian piutang. Perlu diingat bahwa
dengan mengaudit piutang, auditor sekaligus juga akan mengaudit penjualan
yang bersangkutan. Penjualan yang kemungkinan besar akan menjadi salah saji
potensial adalah penjualan yang tidak dapat diterima pembayarannya.

A. PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Langkah berikutnya dalam audit piutang adalah menyelesaikan program


audit. Untuk mencapai tujuan khusus audit piutang, pembagian dilakukan
terhadap piutang menurut setiap kategori asersi saldo rekening.
Daftar pengujian-pengujian substantif yang mungkin dilakukan untuk
dicantumkan dalam program audit dapat dilihat pada Tabel 1. 3 berikut ini.

Tabel 1.3
Pengujian Substantif untuk Asersi-asersi Piutang Usaha

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
AT4 L4 HK3 NA# SU#
Prosedur 1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan √ √ √ √5 √4,5
Awal bidang usaha untuk menentukan:
a. Signifikansi pendapatan dan
piutang terhadap perusahaan.
b. Pemicu ekonomi kunci yang
berpengaruh terhadap penjualan,
laba, dan penerimaan piutang.
c. Termin perdagangan standar
dalam bidang usaha, termasuk
periode musim, periode
penerimaan piutang, dsb.
d. Besarnya konsentrasi kegiatan
1.24 Auditing IB 

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
AT4 L4 HK3 NA# SU#
dengan pelanggan-pelanggan
tertentu.
Prosedur 2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas √4,5
Analitis saldo piutang usaha dan catatan (yang
masih akan diuji kemudian).
a. Telusur saldo awal piutang usaha ke
kertas kerja tahun lalu.
b. Review aktivitas dalam rekening buku
besar piutang usaha dan selidiki ayat-
ayat jurnal yang tidak biasa baik dari
segi jumlah maupun sumbernya.
c. Dapatkan daftar piutang usaha dan
tentukan bahwa daftar tersebut akurat
sesuai dengan catatan akuntansi yang
menjadi dasar pembuatannya dengan
cara:
1) Jumlahkan piutang usaha dan
tentukan kecocokannya dengan (1)
jumlah rekening-rekening
pembantu piutang dalam file induk,
dan (2) saldo rekening buku besar.
2) Ujilah nama pelanggan dan saldo
yang tercantum dalam daftar
piutang dengan nama dan saldo
yang tercantum dalam buku
pembantu atau file induk.
Pengujian 3. Lakukan prosedur-prosedur analitis: √ √ √4,5
Detil a. Lakukan penaksiran saldo piutang
Transaksi dagang dengan menggunakan
pemahaman tentang bisnis,
pangsa pasar, termin perdagangan
normal, dan pengalaman
pengumpulan piutang masa lalu.
b. Hitunglah rasio-rasio:
1) perbandingan penjualan
dengan kapasitas perusahaan;
2) perbandingan perkembangan
penjualan dengan
perkembangan piutang;
3) jumlah hari pengumpulan
piutang.
4) biaya kerugian piutang dengan
jumlah penjualan kredit bersih;
5) biaya kerugian piutang dengan
jumlah piutang yang dihapus.
c. Hasil-hasil analisa rasio
dibandingkan dengan taksiran
yang didasarkan pada data tahun
lalu, data industri, jumlah menurut
anggaran, dan data lainnya.
 PAJA3435/MODUL 1 1.25

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
AT4 L4 HK3 NA# SU#
Pengujian 4. Cocokkan suatu sampel transaksi √ √ √ √4
Detil Saldo penjualan dan piutang ke dokumen
pendukungnya.
a. Cocokkan pendebetan ke rekening
piutang dengan dokumen
pendukung yaitu faktur penjualan,
dokumen pengiriman, dan order
penjualan.
b. Cocokkan pengkreditan ke rekening
piutang dengan pengantar
pembayaran atau penyesuaian
penjualan, otorisasi atas retur atau
penghapusan piutang.
5. Lakukan pengujian pisah batas (cut off) √ √
penjualan dan retur penjualan.
a. Pilih suatu sampel transaksi
penjualan beberapa hari sebelum
dan sesudah akhir tahun dan
periksalah faktur penjualan dan
dokumen pengirimannya untuk
memastikan bahwa penjualan telah
dicatat pada periode yang tepat.
b. Pilih suatu sampel memo kredit yang
diterbitkan setelah akhir tahun buku,
periksalah pada dokumen
pendukungnya tanggal laporan
penerimaan barang, dan pastikan
bahwa retur telah dicatat pada
periode yang tepat. Periksa juga
apakah volume retur penjualan
sesudah akhir tahun memberi
petunjuk adanya pengiriman tanpa
otorisasi yang dilakukan sebelum
tanggal akhir tahun.
6. Lakukan pengujian pisah batas √ √
penerimaan kas:
a. Pastikan bahwa semua penerimaan
kas yang terjadi pada hari terakhir
tahun buku telah dimasukkan sebagai
kas di tangan atau sebagai setoran
dalam perjalanan dan tidak ada
penerimaan kas yang terjadi setelah
akhir tahun yang dimasukkan sebagai
kas per tanggal neraca, atau
b. Review dokumen-dokumen seperti
ikhtisar kas harian, slip setoran, dan
laporan bank yang mencakup periode
beberapa hari sebelum dan sesudah
akhir tahun agar dapat dilakukan
pisah batas secara tepat.
1.26 Auditing IB 

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
AT4 L4 HK3 NA# SU#
Pengujian 7. Konfirmasi piutang usaha. √ √ √ √4
Detil Saldo a. Tentukan bentuk, saat, dan
banyaknya konfirmasi yang
diperlukan.
b. Pilih dan ambillah sampel dan
selidiki penyimpangannya.
c. Untuk konfirmasi positif yang tidak
memberi jawaban, lakukan prosedur
alternatif berikut:
1) Cocokkan penerimaan kas √
sesudah tanggal neraca
yang berkaitan dengan
piutang yang ada pada
tanggal konfirmasi dengan
dokumen pendukungnya.
2) Cocokkan unsur-unsur saldo
per tanggal konfirmasi
dengan dokumen
pendukungnya, seperti order
penjualan dan dokumen
pengiriman.
Pengujian 8. Lakukan evaluasi mengenai kecukupan √5
Detil Saldo: komponen cadangan untuk setiap
Estimasi kategori umur maupun untuk jumlah
Akuntansi keseluruhan.
a. Periksa kebenaran penjumlahan
vertikal dan mendatar daftar umur
piutang dan cocokkan totalnya
dengan buku besar.
b. Ujilah penetapan umur untuk setiap
kategori umur dengan
mencocokkannya ke dokumen
pendukung.
c. Untuk rekening-rekening piutang
yang telah lewat waktu:
1) Periksa bukti tentang
kolektibilitas seperti
korespondensi dengan debitur
dan agen jasa penagih,
laporan kredit, dan laporan
keuangan debitur.
2) Diskusikan kolektibilitas
rekening dengan personil
manajemen yang sesuai.
d. Evaluasi proses manajemen dalam
menaksir cadangan kerugian
piutang dengan melihat pada
pengalaman masa lalu.
e. Evaluasi kecukupan cadangan
dengan memperhatikan informasi
 PAJA3435/MODUL 1 1.27

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
AT4 L4 HK3 NA# SU#
tentang:
1) trend Industri
2) trend umur
3) riwayat pembayaran untuk
pelanggan-pelanggan
tertentu.
Prosedur yang 9. Kirimkan konfirmasi yang tercakup pada
Diwajibkan tahap 7 di atas
Penyajian dan 10. Bandingkan penyajian piutang dengan √4 √4,5
Pengung- prinsip akuntansi berlaku umum.
kapan a. Pastikan bahwa piutang telah
ditentukan dengan tepat dan
dikelompokkan berdasarkan jenis dan
jangka waktu realisasinya.
b. Tentukan apakah ada piutang bersaldo
kredit yang cukup signifikan jumlahnya
sehingga perlu direklasifikasi sebagai
utang.
c. Tentukan ketepatan pengungkapan
dan akuntansi untuk transaksi dengan
pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, piutang digadaikan atau
dijual, dsb.

B. PENGUJIAN TERINCI ATAS TRANSAKSI

Pengujian substantif detil transaksi piutang dagang akan diuraikan di bawah


ini. Perlu diingat bahwa dalam melaksanakan pengujian-pengujian tersebut,
auditor terutama akan menitikberatkan pada usaha mendeteksi adanya kelebihan
saji (overstatement) atau adanya piutang yang kelebihan dicatat.

1. Pencocokan Piutang di Pembukuan ke Dokumen Pendukungnya


File rekening-rekening pelanggan yang diselenggarakan klien seharusnya
berisi dokumen-dokumen seperti order dari pembeli, order penjualan, dokumen
pengiriman, faktur penjualan, memo kredit, dan korespondensi. Semua hal yang
berkaitan dengan kegiatan transaksi penjualan kredit dengan pelanggan
hendaknya tercatat pada file ini.
Dalam melakukan pengujian atas piutang, pilih suatu sampel pendebetan ke
rekening piutang (pelanggan) dicocokkan ke faktur penjualan dan ke dokumen-
dokumen pendukung lainnya untuk mendapatkan bukti yang berkaitan dengan
asersi keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban, dan penilaian atau
pengalokasian. Pengkreditan atas rekening piutang dapat dicocokkan ke
1.28 Auditing IB 

pengantar pembayaran (bukti penerimaan kas) dan otorisasi penyesuaian


penjualan. Bukti bahwa pengurangan dalam rekening pelanggan ini sah
berkaitan dengan asersi kelengkapan piutang usaha.

2. Pengujian Pisah Batas (Cut off) Penjualan dan Retur Penjualan


Pengujian pisah batas penjualan dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan bukti yang layak bahwa (1) penjualan dan piutang usaha dapat
dicatat pada periode akuntansi yang sesuai dengan periode terjadinya transaksi,
dan (2) ayat-ayat jurnal untuk persediaan dan harga pokok penjualan yang
bersangkutan dibuat pada periode yang sama.
Penjualan harus dicatat pada periode terjadinya perpindahan hak
kepemilikan barang ke pembeli. Jika barang dikirim dari gudang berdasarkan
FOB (free on board) shipping point, hak milik barang berpindah ke pembeli
pada tanggal pengiriman. Apabila termin penjualannya FOB destination, hak
milik atas barang belum berpindah sampai pembeli menerima barang. Dalam
keadaan demikian, untuk praktisnya penjual biasanya menambahkan beberapa
hari sesudah tanggal pengiriman untuk menaksir tanggal barang tiba di tujuan
sebagai dasar untuk menentukan tanggal yang akan dipakai untuk mencatat
penjualan.
Dalam hal barang diproduksi khusus atas dasar pesanan pembeli, maka hak
kepemilikan berpindah dan penjualan dicatat segera setelah barang siap untuk
dikirim, meskipun pengiriman belum dilakukan sampai beberapa hari kemudian.
Auditor harus mencermati pengakuan pendapatan dalam proyek pembangunan
jangka panjang apabila klien menggunakan metode persentase penyelesaian.
Hal yang sama terjadi pula pada pengujian pisah batas retur penjualan
dan terutama ditujukan untuk mencermati kemungkinan terjadinya retur
sebelum akhir tahun tetapi pencatatannya baru dilakukan pada tahun buku
berikutnya, sehingga terjadi lebih saji pada penjualan dan piutang. Saat yang
tepat dapat dilakukan dengan memeriksa tanggal pada laporan penerimaan
barang untuk barang yang dikembalikan serta korespondensi dengan pembeli.
Auditor juga harus mewaspadai kemungkinan terjadinya retur penjualan
dalam jumlah besar yang terjadi setelah akhir tahun (mungkin hingga akhir
pekerjaan lapangan atau tanggal laporan audit). Transaksi retur yang seperti itu
bisa menjadi petunjuk adanya penjualan fiktif sebelum akhir tahun dengan
tujuan agar penjualan dan piutang dalam pembukuan menjadi lebih tinggi.
 PAJA3435/MODUL 1 1.29

3. Pengujian Pisah Batas Penerimaan Kas


Pengujian pisah batas penerimaan kas dirancang dengan maksud untuk
mendapatkan jaminan yang layak bahwa penerimaan kas telah dicatat pada
periode akuntansi terjadinya penerimaan. Pisah batas yang tepat pada tanggal
neraca penting artinya baik bagi kas maupun piutang usaha.
Sebagai contoh, apabila penerimaan pembayaran dari pelanggan yang
terjadi pada bulan Desember baru dicatat pada bulan Januari, maka piutang
usaha pada tanggal neraca akan menjadi terlalu tinggi sedangkan kas terlalu
rendah dari yang sesungguhnya.
Sebaliknya apabila penerimaan dari pelanggan yang terjadi pada bulan
Januari dicatat sebagai penerimaan bulan Desember, maka kas akan menjadi
terlalu tinggi dan piutang usaha menjadi terlalu rendah. Dengan demikian
pengujian ini akan berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian baik
untuk kas maupun piutang usaha.
Observasi langsung atau review atas dokumen-dokumen bisa menghasilkan
bukti mengenai ketepatan pisah batas. Apabila auditor bisa hadir pada tanggal
tutup buku, maka ia akan dapat mengamati bahwa semua penerimaan sebelum
penutupan buku telah termasuk dalam kas yang ada di perusahaan atau telah
disetor ke bank dan telah dikreditkan ke rekening piutang usaha.

C. PENGUJIAN DETIL SALDO

Pengujian substantif untuk piutang usaha yang termasuk dalam kategori ini
terbagi menjadi dua hal, yaitu (1) konfirmasi piutang usaha dan prosedur-
prosedur tindak lanjutnya, dan (2) prosedur-prosedur untuk menilai kecukupan
rekening cadangan kerugian piutang.

1. Konfirmasi Piutang
Konfirmasi piutang usaha adalah komunikasi tertulis secara langsung antara
masing-masing debitur (pelanggan) dengan auditor. Seperti telah disinggung di
atas, pengujian substantif ini merupakan prosedur yang lazim digunakan auditor.
Prosedur Audit Berlaku Umum. Konfirmasi atas piutang usaha merupakan
prosedur audit yang berlaku umum. SA 330.04 (PSA No.07) menyatakan bahwa
pada umumnya dianggap bahwa bukti yang diperoleh dari pihak ketiga akan
memberikan bukti audit yang bermutu lebih tinggi kepada auditor dibandingkan
dengan bukti yang diperoleh dari dalam satuan usaha yang diaudit. Oleh karena
1.30 Auditing IB 

itu, terdapat anggapan bahwa auditor akan meminta konfirmasi piutang usaha
dalam suatu audit, kecuali jika terdapat salah satu dari keadaan berikut ini.
a. Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laporan
keuangan.
b. Penggunaan konfirmasi tidak akan efektif.
c. Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditetapkan
auditor pada tingkat yang rendah, dan tingkat yang ditetapkan berkaitan
dengan bukti yang diharapkan untuk diperoleh dari prosedur analitis atau
pengujian substantif rinci, telah cukup untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang cukup rendah untuk asersi laporan keuangan yang
bersangkutan.

Dalam banyak hal, baik konfirmasi piutang usaha maupun pengujian


substantif rinci diperlukan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup
rendah bagi asersi laporan keuangan yang bersangkutan.
Auditor dapat tidak melaksanakan prosedur konfirmasi. Namun demikian,
auditor yang tidak melaksanakan pengiriman konfirmasi piutang harus
mendokumentasikan alasan mengapa ia tidak melaksanakan konfirmasi yang
merupakan suatu prosedur yang berlaku umum dalam kertas kerjanya.
Sebagai contoh, auditor bisa membuat kesimpulan bahwa berdasarkan
pengalaman audit pada tahun lalu dengan klien yang bersangkutan, diperkirakan
bahwa jawaban akan tidak dapat diandalkan atau tingkat penerimaan jawaban
akan tidak mencukupi untuk tahun ini.
Alasan lain, para debitur seringkali tidak bisa memberi jawaban konfirmasi
apabila mereka menggunakan sistem voucher yang menunjukkan jumlah
terutang untuk setiap transaksi, bukan jumlah yang terutang kepada setiap
kreditor. Hal seperti ini dijumpai pada instansi-instansi pemerintah. Auditor bisa
memecahkan masalah ini dengan mengkonfirmasi transaksi-transaksi individual,
bukan totalnya.
Bentuk Konfirmasi. Ada dua bentuk konfirmasi dalam audit, yakni:
(1) konfirmasi positif, yaitu konfirmasi yang meminta debitur untuk memberi
jawaban, baik jumlah yang tercantum dalam konfirmasi itu disetujui atau tidak
disetujui oleh debitur, dan (2) konfirmasi negatif, yaitu konfirmasi yang
meminta debitur untuk memberi jawaban, hanya apabila jumlah yang tercantum
dalam konfirmasi tidak disetujui.
Contoh kedua bentuk konfirmasi dapat dilihat pada Gambar 1.3 dan 1.4 di
bawah ini. Permintaan konfirmasi positif biasanya dibuat sebagai surat
 PAJA3435/MODUL 1 1.31

tersendiri, walaupun bisa juga dijadikan satu dengan laporan bulanan untuk
pelanggan, sedangkan konfirmasi negatif biasanya dikirim sebagai satu kesatuan
dengan laporan piutang bulanan.
Bentuk positif pada umumnya menghasilkan bukti yang lebih baik, karena
dalam konfirmasi negatif bila responden tidak menjawab maka saldo dianggap
benar, padahal ada kemungkinan debitur tidak acuh terhadap permintaan
konfirmasi atau tidak menanggapi permintaan untuk memberitahukan adanya
perbedaan.
Bentuk konfirmasi mana yang akan digunakan tergantung pada
pertimbangan profesional auditor. Dalam mengambil keputusan, auditor harus
mempertimbangkan tingkat risiko deteksi yang diterapkan serta komposisi
saldo-saldo debitur.
1.32 Auditing IB 

PT ABC
Jalan Margacinta No. 4
Bandung
PT Papandayan Indah
Jalan Gatot Subroto No. 6
Jakarta

Dengan hormat,
Sehubungan dengan audit atas laporan keuangan kami, mohon
dikonfirmasikan secara langsung kepada auditor kami
Kantor Akuntan Cayo, Jacko dan Rekan
Jalan Kampus No. 2 Bandung
Tentang saldo kewajiban Saudara kepada kami per 31 Desember 2011,
sebagaimana tersebut di bawah ini.
Surat ini bukan surat tagihan; mohon tidak mengirimkan bukti
pembayaran kepada auditor kami. Kesediaan Saudara sangat kami hargai.
Amplop untuk jawaban, kami lampirkan bersama surat ini.
Terima kasih.
Irma Sulistiyani
Kontroler
------------------------------ potong di sini -------------------------------------------
Kantor Akuntan Cayo, Jacko & Rekan
Jalan Kampus No. 2
Bandung
Saldo kewajiban kami sebesar Rp. 16.421.080,00 per 31 Desember 2011
adalah benar kecuali mengenai hal di bawah ini:
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Tanggal_______________________ ______________________
Td. Tangan_____________
Nama Terang___________

Gambar 1.3
Formulir Permintaan Konfirmasi Positif
 PAJA3435/MODUL 1 1.33

Konfirmasi Piutang ke Auditor

Mohon laporan piutang bulanan terlampir diteliti dengan cermat. Apabila


tidak sesuai dengan catatan Saudara, harap dilaporkan langsung ke auditor
kami

Kantor Akuntan Cayo, Jacko & Rekan


Jalan Kampus No. 2
Bandung

Kantor akuntan tersebut di atas sedang melakukan audit atas laporan


keuangan kami untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.
Amplop jawaban beralamat telah kami sediakan dan kami lampirkan bersama
surat ini.

Dimohon tidak mengirimkan bukti pembayaran kepada auditor kami

Gambar 1.4
Konfirmasi Piutang Negatif

Bentuk positif digunakan apabila risiko deteksi rendah atau saldo-saldo


individual pelanggan berjumlah relatif besar. Standar Audit 330.20
menyebutkan bahwa bentuk negatif sebaiknya digunakan hanya apabila ketiga
kondisi berikut terpenuhi:
a. tingkat risiko deteksi bisa diterima untuk asersi-asersi bersangkutan adalah
moderat atau tinggi;
b. sebagian besar saldo debitur berjumlah kecil;
c. auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi (responden)
akan mempertimbangkan permintaan.

Seringkali auditor menggunakan kedua bentuk konfirmasi di atas dalam


satu penugasan. Sebagai contoh, dalam suatu audit atas perusahaan daerah air
minum, auditor memutuskan untuk mengirim konfirmasi negatif kepada
pelanggan rumah-tangga dan konfirmasi positif untuk pelanggan-pelanggan
komersial. Jika digunakan bentuk positif, auditor kadang-kadang harus
1.34 Auditing IB 

mengirim konfirmasi kedua atau permintaan tambahan kepada para debitur yang
tidak memberi jawaban atas konfirmasi pertama.
Saat dan Banyaknya Permintaan Konfirmasi. Apabila tingkat risiko
deteksi rendah, auditor biasanya mengirimkan permintaan konfirmasi piutang
pada tanggal neraca. Pada tingkat risiko deteksi tinggi, tanggal pengiriman
konfirmasi bisa dipilih satu atau dua bulan lebih awal. Dalam hal demikian,
auditor seringkali harus melakukan pemeriksaan berupa pencocokan ke
dokumen atas perubahan material antara tanggal konfirmasi dengan tanggal
neraca dan mungkin memilih untuk mengkonfirmasi ulang rekening piutang
yang menunjukkan perubahan tidak biasa.
Banyaknya permintaan konfirmasi, atau ukuran sampel, berbanding terbalik
dengan salah satu dari faktor-faktor berikut. (1) Tingkat risiko deteksi bisa
diterima (untuk pengujian detil) untuk asersi-asersi yang diperiksa,
(2) Banyaknya pengujian substantif lain yang digunakan untuk mencapai tingkat
risiko deteksi tersebut, dan (3) Salah saji bisa di toleransi untuk piutang usaha.
Penggunaan konfirmasi negatif memerlukan ukuran sampel yang lebih besar
dibandingkan dengan konfirmasi positif.
Pengawasan atas Permintaan Konfirmasi Auditor harus mengawasi semua
tahapan dalam proses konfirmasi. Hal ini berarti:
1. menentukan bahwa jumlah, nama, dan alamat pada konfirmasi cocok
dengan data mengenai hal yang sama dalam rekening pelanggan;
2. menjaga penyimpanan konfirmasi sampai konfirmasi tersebut diposkan;
3. menggunakan amplop jawaban konfirmasi yang sudah disediakan dengan
alamat yang sudah tercetak tertuju pada kantor akuntan publik yang
bersangkutan;
4. menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam amplop dan
mengirimkannya melalui pos;
5. mewajibkan pengiriman jawaban langsung kepada auditor.

Auditor bisa saja meminta bantuan klien untuk menyiapkan permintaan


konfirmasi, sepanjang pengawasan di atas dapat dilakukan auditor.
Kertas kerja harus menunjukkan setiap rekening yang dikonfirmasi, hasil
jawaban dari setiap konfirmasi yang dikirimkan, dan jumlah seluruh jawaban
yang sesungguhnya diterima. Contoh kertas kerja konfirmasi dapat dilihat pada
Gambar 1.5.
 PAJA3435/MODUL 1 1.35

Penyelesaian Perbedaan. Saldo dalam jawaban konfirmasi mungkin


berbeda dengan jawaban menurut pembukuan klien. Perbedaan tersebut
mungkin disebabkan karena barang yang dikirim klien ke pelanggan masih
dalam perjalanan, ada barang yang dikembalikan (retur), pembayaran dari
pelanggan masih dalam perjalanan, ketidakcocokan perhitungan antara klien
dengan pelanggannya, kesalahan, dan ketidakberesan.
Semua perbedaan yang terjadi harus diselidiki oleh auditor dan
penyelesaiannya harus ditunjukkan dalam kertas kerja seperti terlihat pada
Gambar 1.5. Sebagai contoh, pembayaran dalam perjalanan yang ada pada
tanggal akhir tahun telah dicocokkan ke dokumen penerimaan kas pada tahun
berikutnya.

2. Prosedur Alternatif untuk Konfirmasi yang Tidak Dijawab


Apabila konfirmasi yang dikirim ke debitur masih juga tidak memperoleh
jawaban, walaupun sudah diulang dua tiga kali, auditor biasanya akan
menerapkan prosedur alternatif. SA 330.31 menyatakan bahwa prosedur ini bisa
ditiadakan apabila terdapat dua kondisi berikut.
a. Jika auditor tidak mengidentifikasi adanya faktor-faktor kualitatif yang
tidak biasa atau adanya karakteristik sistematik yang bersangkutan dengan
informasi yang diperoleh jawabannya, misalnya semua jawaban tidak
diterima bersangkutan dengan transaksi akhir tahun.
b. Jika pengujian terhadap jumlah lebih saji (overstatement), jawaban yang
tidak diterima secara keseluruhan, bila diproyeksikan sebagai 100% salah
saji ke populasi dan ditambah dengan jumlah semua perbedaan lain yang
disesuaikan tidak akan berdampak terhadap keputusan auditor mengenai
apakah laporan keuangan salah saji secara material.
1.36 Auditing IB 

Ref. K/K: _______


PT ABC
Pengawasan Konfirmasi Piutang usaha – Rek 120 Dibuat oleh: _______Tgl ________
31 Desember 2011 Direview oleh:_______Tgl_______

Pemeriksaan
(Lebih) Penerimaan
No Nilai per Nilai per Kurang Kemudian
Konf. Pelanggan Nilai Buku Konfirmasi Audit Saji S/d 28-1-12
1 PT Agung 43.840.000 43.480.000 43.480.000
2 PT Bumi 14.001.270 14.001.270 14.001.270
Karsa
3 Fa. Carita 63.199.960 63.199.960 63.199.960
4 CV Delima 116.823.140 116.823.140 116.823.140
5 UD 86.685.210 77.268.250 77.268.250 (9.416.960)
Erlangga
- - - -
- - - -
- - - -
60 PT 32.461.120 32.461.120 4.071.430
Waringin
Total 470.847.920 414.968.570 461.430.960 (9.416.960)

Rekapitulasi Jawaban: Jumlah Nilai Rp


Konfirmasi dikirimkan 60 470.847.920
Jawaban Konfirmasi diterima 58 414.968.570
% Jawaban 97 88

Ikhtisar Hasil Konfirmasi Jumlah Nilai Rp


Jumlah rekening piutang 300 619.536.740
Nilai buku dikirimi 60 470.847.920
konfirmasi(sampel)
% dicakup oleh nilai buku 76
Nilai sampel per audit 60 461.430.960
% Thd Nilai buku 98

Gambar 1.5
Kertas Kerja Pengawasan Konfirmasi

Dua prosedur alternatif yang biasa dilakukan auditor dalam hal konfirmasi
piutang adalah memeriksa penerimaan kas pada periode berikutnya dan
mencocokkan ke dokumen (faktur penjualan) saldo piutang yang ada pada akhir
tahun.
Memeriksa Penerimaan Kas pada Periode Berikutnya. Bukti terbaik
tentang keberadaan dan kolektibilitas adalah penerimaan pembayaran dari
debitur. Sebelum auditor menarik kesimpulan tentang hasil kerja lapangan audit,
klien mungkin telah menerima pembayaran dari banyak debitur sebagai
pelunasan atau angsuran utang mereka yang ada pada tanggal konfirmasi.
 PAJA3435/MODUL 1 1.37

Adanya bukti bahwa debitur klien telah melakukan pembayaran atas kewajiban
yang ada pada tanggal neraca menguatkan keberadaan dan kolektibilitas
rekening piutang.
Melakukan Pencocokan ke Dokumen Pendukung untuk Saldo Akhir
Piutang. Prosedur ini dilakukan atas saldo-saldo rekening yang membentuk
saldo akhir piutang per tanggal konfirmasi yang tidak memberi jawaban atas
permintaan konfirmasi.
Meringkas dan Mengevaluasi Hasil. Kertas kerja auditor harus berisi
ringkasan hasil jawaban konfirmasi. Ringkasan tersebut sebaiknya menunjukkan
data berikut.
a. Jumlah dan nilai rupiah konfirmasi yang dikirimkan.
b. Bagian dari total populasi yang dicakup oleh sampel.
c. Hubungan antara nilai per audit dengan nilai per buku yang dicakup oleh
sampel.

3. Mengevaluasi Kecukupan Cadangan Kerugian Piutang


Pengujian saldo ini meliputi:
a. penggunaan perangkat lunak audit di generalisasi untuk menjumlah vertikal
dan menjumlah horizontal daftar umur piutang dan mencocokkan jumlah
totalnya dengan saldo buku besar;
b. pengujian umur atas jumlah-jumlah yang tercantum pada kelompok umur
dalam daftar umur piutang;
c. pertimbangan bukti yang berkaitan dengan kolektibilitas untuk rekening-
rekening yang telah lewat waktu, misalnya dengan membaca korespondensi
dengan pelanggan;
d. menetapkan kewajaran persentase yang digunakan untuk menghitung
komponen cadangan yang diperlukan untuk setiap kelompok umur dan
kecukupan cadangan sebagai keseluruhan;
e. penilaian atas estimasi kerugian piutang pada waktu yang lalu dengan
pengalaman kemudian dan manfaat dan pengalaman di masa lalu.

Auditor bisa menggunakan perangkat lunak yang digeneralisasi untuk


menghitung umur dari file induk klien. Cara lain, umur dalam daftar umur
piutang yang dibuat klien diuji dengan cara mencocokkan setiap jumlah pada
setiap kategori umur ke buku pembantu atau file induk dan menentukan jangka
waktu antara tanggal mulai lewat waktu suatu faktur sampai tanggal pembuatan
daftar umur.
1.38 Auditing IB 

Dalam mempertimbangkan kolektibilitas jumlah-jumlah yang sudah lewat


waktu, auditor bisa memeriksa korespondensi dengan pelanggan yang
bersangkutan, me-review laporan kredit para pelanggan dan laporan keuangan,
serta membicarakan kolektibilitas rekening-rekening tertentu dengan personil
manajemen yang sesuai.
Cadangan kerugian piutang merupakan estimasi akuntansi yang dibuat
manajemen dengan menggunakan pertimbangan obyektif maupun subyektif
yang pada dasarnya merupakan taksiran piutang usaha yang tidak akan dapat
ditagih di masa datang.
Tanggung jawab auditor adalah menilai kewajaran cadangan serta besarnya
kerugian piutang. Atas dasar daftar umur piutang, informasi tentang
kolektibilitas, dan analisis atas pengalaman klien dengan piutang-piutang yang
tak tertagih di masa lalu, auditor bisa menetapkan kewajaran persentase yang
digunakan untuk menghitung komponen-komponen cadangan untuk setiap
kategori umur, serta kecukupan cadangan secara keseluruhan.
Salah satu aspek penting dalam menilai pengalaman masa lalu klien adalah
menggunakan pengalaman di waktu lampau untuk menilai estimasi cadangan di
waktu lalu serta pengalaman kemudian dalam penerimaan piutang yang ada
pada saat estimasi dibuat.
Apabila pengendalian klien diidentifikasi cukup kuat dalam hal
(1) pemberian persetujuan kredit, dan (2) penghapusan piutang, maka bukti yang
diperlukan untuk penetapan ini akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan
apabila pengendalian klien lemah.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan sifat siklus pendapatan dan sebutkan pula kelompok-kelompok


transaksi utama dalam siklus tersebut.
2) Asersi manakah yang paling penting bagi auditor dalam mengaudit piutang
dagang? Mengapa?
3) Pengujian pisah batas apakah yang dilakukan untuk piutang usaha,
bagaimana prosedur tersebut dilakukan, dan berkaitan dengan tujuan audit
rekening apakah bukti yang diperoleh dari prosedur tersebut?
 PAJA3435/MODUL 1 1.39

4) Dalam kondisi apakah konfirmasi piutang bisa dianggap tidak perlu


dilakukan? serta faktor-faktor apakah yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk permintaan konfirmasi.
5) Tahapan-tahapan apakah yang harus ditempuh auditor dalam melakukan
audit atas estimasi akuntansi yang bersangkutan dengan cadangan kerugian
piutang?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini Anda harus kembali


mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal siklus pendapatan.
2) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal tujuan audit pendapatan
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal pengujian pisah batas (cut off).
4) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal konfirmasi.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal estimasi dan kecukupan cadangan
piutang.

R A NG KU M AN

Siklus pendapatan suatu perusahaan meliputi kegiatan-kegiatan yang


bersangkutan dengan transaksi-transaksi penjualan, penerimaan kas, dan
penyesuaian penjualan. Transaksi-transaksi tersebut berpengaruh terhadap
sejumlah rekening signifikan dalam laporan keuangan, termasuk di
dalamnya adalah kas, piutang usaha, persediaan, dan penjualan.
Pada kebanyakan perusahaan, siklus pendapatan sangat vital, tetapi
praktik bisnis dan pemicu ekonomisnya sangat berbeda antara perusahaan
yang satu dengan perusahaan lainnya. Pemahaman tentang bisnis dan
bidang usaha merupakan langkah pertama yang penting dalam
mengembangkan strategi audit.
Banyaknya aktivitas dalam siklus ini mengakibatkan timbulnya risiko
bawaan yang tinggi untuk berbagai asersi signifikan laporan keuangan
seperti misalnya asersi keberadaan atau keterjadian piutang usaha. Oleh
karena itu, banyak perusahaan berusaha untuk memiliki sistem
1.40 Auditing IB 

pengendalian intern yang kuat di bidang ini untuk mencegah atau


mendeteksi salah saji.
Apabila auditor memperkirakan pengendalian ini cukup efektif, maka
dalam audit atas asersi-asersi siklus pendapatan auditor akan menerapkan
tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah. Dalam perencanaan
pengujian substantif atas piutang usaha, auditor biasanya sangat menaruh
perhatian terhadap risiko lebih saji piutang bersih yang disebabkan oleh
adanya piutang fiktif atau karena cadangan kerugian piutang tidak
mencukupi.
Dalam audit piutang usaha terdapat anggapan bawa auditor akan
mengirim konfirmasi kepada para debitur kecuali ada kondisi-kondisi
tertentu yang menyebabkan konfirmasi tidak diperlukan. Pada bagian akhir
modul ini telah dibahas pula pedoman untuk mengevaluasi estimasi yang
dilakukan dalam penetapan cadangan kerugian piutang.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Dalam mengkonfirmasi piutang usaha, auditor kemungkinan besar akan ….
A. mengkonfirmasi suatu sampel piutang yang tidak aktif
B. berkeinginan untuk memperoleh konfirmasi untuk paling sedikit 50%
dari total rupiah piutang
C. meminta konfirmasi untuk semua piutang yang terdiri dari instansi
pemerintah
D. meminta agar permintaan konfirmasi dikirimkan dalam waktu satu
bulan akhir tahun buku

2) Daftar umur piutang biasanya digunakan auditor untuk ….


A. memeriksa keabsahan (validitas) piutang
B. memastikan bahwa semua rekening telah di kredit dengan benar
C. menilai hasil pengujian pengendalian
D. menilai besarnya kerugian piutang yang tidak dapat ditagih

3) Dari hal-hal berikut yang paling kurang dapat diandalkan dalam


menentukan kecukupan rekening cadangan kerugian piutang adalah ….
A. pendapat manajer kredit
B. daftar umur piutang-piutang yang telah lewat waktu
C. pengalaman pengumpulan piutang klien di waktu yang lalu
D. perhitungan rasio yang menunjukkan hubungan antara penilaian
cadangan dengan penjualan kredit yang tidak dapat ditagih
 PAJA3435/MODUL 1 1.41

4) Bilamana piutang terdiri dari banyak rekening dengan saldo relatif kecil,
konfirmasi negatif piutang usaha layak digunakan apabila pengendalian
intern ….
A. kuat, dan para responden yang menerima konfirmasi diperkirakan akan
bersedia menerima jawaban
B. lemah, dan para responden yang menerima konfirmasi diperkirakan
akan bersedia memberi jawaban
C. lemah, dan para responden yang menerima konfirmasi diperkirakan
akan tidak tertarik untuk memberi jawaban
D. kuat, dan para responden yang menerima konfirmasi diperkirakan akan
tertarik untuk memberi jawaban

5) Dalam rangka pemeriksaan atas laporan keuangan PT Andalas untuk tahun


yang terakhir tanggal 31 Agustus, seorang auditor telah mengirimkan
konfirmasi piutang kepada tiga kelompok berikut.

Nomor
Jenis Konsumen Jenis Konfirmasi
Kelompok
1 Grosir Positif
2 Pengecer - belum lewat waktu Negatif
3 Pengecer - lewat waktu Positif

Jawaban konfirmasi untuk setiap kelompok berkisar antara 10 sampai


90 persen. Persentase jawaban kemungkinan besar adalah ....
A. kelompok 1, 90%; kelompok 2, 50%; kelompok 3, 10%
B. kelompok 1, 90%; kelompok 2, 10%; kelompok 3, 50%
C. kelompok 1, 50%; kelompok 2, 90%; kelompok 3, 10%
D. kelompok 1, 10%; kelompok 2, 50%; kelompok 3, 90%

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal
1.42 Auditing IB 

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 PAJA3435/MODUL 1 1.43

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C. Siklus pendapatan diawali dengan terjadinya penjualan/pertukaran
barang atau jasa baik secara tunai ataupun kredit dan kemudian diakhiri
dengan penerimaan kas oleh perusahaan.
2) D. Lihat Tabel 1.1 untuk tujuan audit terhadap asersi manajemen.
3) D. Lihat bagian pertimbangan auditor terhadap cost and benefit dalam
melakukan uji pengendalian (test of controls).
4) C. Lihat bagian 5, Pemahaman proses bisnis klien dapat diperoleh dari:
mempelajari kertas kerja audit tahun lalu dan pedoman sistem
penjualan, melakukan walk through test yaitu mengecek dokumen dan
catatan, melakukan observasi pengendalian internal dan pengajuan
pertanyaan menggunakan kuesioner pengendalian internal.
5) D. Lihat bagian pembahasan materialitas, ketiga jawaban A, B, dan C
merupakan bagian dari pertimbangan materialitas.

Tes Formatif 2
1) D. Prosedur konfirmasi dilakukan auditor untuk mendapatkan saldo utang
ataupun piutang pada akhir tahun, sehingga permintaan konfirmasi
dikirimkan dalam waktu satu bulan pada akhir tahun buku.
2) D. Dalam pendekatan neraca, daftar umur piutang digunakan untuk
menilai besarnya kerugian piutang yang tidak dapat ditagih.
3) A. Penentuan kecukupan cadangan piutang yang tidak dapat ditagih
berdasarkan pendapat manajer kredit tidak dapat diandalkan karena
bersifat subjektif dan tidak memiliki dasar yang kuat.
4) D. Penggunaan konfirmasi negatif pada saat pengendalian intern kuat, dan
para responden yang menerima konfirmasi diperkirakan akan bersedia
menerima jawaban. pihak yang dikonfirmasi yang memiliki saldo yang
tidak sesuai diharapkan akan membalas surat konfirmasi.
5) A. Konfirmasi positif akan lebih cepat direspons oleh penerima yang
memiliki utang belum lewat waktu jatuh tempo. Konfirmasi negatif
memiliki tingkat respons yang rendah karena hanya yang saldonya
tidak sesuai yang akan membalas.
1.44 Auditing IB 

Daftar Pustaka

Al. Haryono Jusup. (2002). Pengauditan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN.

Arens, Elder and Beasley. (2008). Auditing and Assurance Services, 12th
Edition. Prentice Hall, Inc.

Boynton, Johnson, Kell. (2006). Modern Auditing, 8th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.
Modul 2

Audit Siklus Pengeluaran


Cahya Irawady, S.E.,M.Si.,Ak.

PE N DA H UL U AN

S iklus pengeluaran yang terjadi dalam perusahaan merupakan hal yang


juga penting untuk diyakini kewajarannya oleh auditor, tidak saja karena
siklus ini merupakan faktor utama yang menentukan dalam pembentukan
laba rugi perusahaan, tetapi juga pengeluaran pada umumnya juga
menyangkut transaksi dalam jumlah yang banyak dan memiliki keterkaitan
yang erat dengan kelompok akun lain. Hal ini tentu saja membuat risiko audit
yang dihadapi auditor dalam setiap penugasan audit yang diterimanya
menjadi tinggi.
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. menjelaskan pengertian siklus pengeluaran;
2. memahami proses audit terhadap siklus pengeluaran di dalam
perusahaan;
3. menjelaskan hubungan antara pengendalian internal, risiko pengendalian
serta pengujian substantif yang diperlukan dalam audit;
4. memahami program audit yang berkaitan dengan siklus pengeluaran

Modul ini membahas aplikasi prosedur-prosedur audit yang diterapkan


pada saat melakukan audit terhadap siklus pengeluaran dan disusun dalam
suatu audit program, bukti-bukti audit yang diharapkan diperoleh dengan
kualitas dan kecukupan jumlah yang memadai serta dapat diandalkan dalam
pengambilan kesimpulan akhir dari audit yang dilaksanakan. Perancangan
audit prosedur yang baik akan menjamin keberhasilan auditor dalam
melakukan proses audit yang terbaik dalam setiap penugasan yang
dilakukannya.
Pembahasan pada modul ini dimulai dengan penjelasan mengenai sifat
dasar dan pentingnya siklus pengeluaran serta tujuan audit yang diterapkan
pada siklus pendapatan. Pembahasan kemudian dilakukan untuk setiap tujuan
audit.
2.2 Auditing IB 

Modul ini secara khusus akan menyoroti siklus pengeluaran, terutama


transaksi-transaksi pembelian dan pengeluaran kas serta pengujian substantif
atas utang dagang. Pembahasan akan dimulai dengan menjelaskan sifat dan
arti penting siklus pengeluaran serta tujuan audit khusus yang penting untuk
siklus ini. Ada 3 (tiga) hal utama yang akan kita kupas, yaitu:
1. penggunaan pengetahuan tentang bisnis dan industri untuk menetapkan
materialitas, menilai risiko bawaan, melakukan prosedur analitis dan
menetapkan risiko prosedur analitis untuk siklus pengeluaran.
2. pemahaman mengenai aspek-aspek pengendalian internal. pembahasan
akan ditekankan pada pengendalian manajemen dan pengendalian
terprogram.
3. perancangan pengujian substantif yang tepat untuk utang dagang.

Cara mempelajari modul ini, pertama baca secara keseluruhan;


selanjutnya tahap demi tahap didalami mulai pendahuluan yang menyangkut
relevansi dan deskripsi singkat untuk memberikan gambaran secara garis
besar akan hal yang hendak Anda pelajari. Selanjutnya, di dalam mempelajari
setiap kegiatan belajar yang ada, bagian pertama adalah Anda harus pahami
betul istilah-istilah penting, kemudian pahami pengertian-pengertian yang
tercantum dalam uraian dan contoh-contoh. Untuk dapat melatih
pembelajaran Anda segera kerjakan latihan dan tes formatif yang ada, dan
hitung tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari.
 PAJA3435/MODUL 2 2.3

Kegiatan Belajar 1

Siklus Pengeluaran

P engeluaran pada setiap jenis entitas usaha berbeda-beda, tergantung


pada jenis kegiatan usaha dan ukuran dari entitas usaha itu sendiri.
Secara umum, siklus pengeluaran terdiri dari serangkaian kegiatan yang
terkait dengan pembelian barang dan jasa serta pembayarannya.
Sebagai contoh, pengeluaran pada perusahaan dagang berupa pembelian
persediaan barang dagangan; pengeluaran pada perusahaan manufaktur
berupa pengadaan persediaan bahan baku; bioskop, gelanggang olah raga,
mengeluarkan uang untuk membeli aset tetap untuk melengkapi fasilitasnya;
perusahaan transportasi travel mengamankan aset kendaraannya dengan
mengasuransikannya.
Untuk mempermudah pemahaman bagi pembaca, ilustrasi yang
diberikan pada kegiatan belajar ini sebagian besar merupakan ilustrasi
kegiatan pada perusahaan dagang. Perusahaan dagang dipilih sebagai ilustrasi
karena kemudahan dalam pemahaman proses bisnis yang terjadi di
perusahaan dagang. Selain itu proses pada siklus pendapatan di perusahaan
dagang dapat di adaptasi kepada siklus lainnya secara lebih mudah.

A. SIFAT SIKLUS PENGELUARAN

Siklus Pengeluaran terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan


dengan pembelian barang dan jasa serta pembayarannya. Aktivitas utama
siklus pengeluaran adalah (1) Pembelian barang dan jasa – transaksi
pembelian, dan (2) melakukan pembayaran – transaksi pengeluaran kas.
Pembelian dan pengeluaran kas memiliki pengaruh yang besar terhadap
laporan keuangan seperti terlihat dalam Gambar 2.1 di bawah ini.
2.4 Auditing IB 

Debet Kredit Debet Kredit

Persediaan barang dagangan Utang dagang Kas


Persediaan bahan baku Potongan
Pembelian Pembelian
Biaya dibayar di muka Retur
Aset tetap Pembelian
Aset lain-lain

Macam-macam biaya

Pembelian Pengeluaran Kas

Sumber: Al. Haryono Jusup

Gambar 2.1
Pembelian dan Pengeluaran Kas

Dalam pembahasan siklus pengeluaran ini akan difokuskan pada kedua


transaksi tersebut, pengendalian intern yang terkait dengan transaksi
pembelian dan pengeluaran kas, serta pengujian saldo utang dagang.
Siklus ini tidak mencakup transaksi penggajian dan persediaan karena
kedua hal tersebut akan dibahas dalam siklus tersendiri dalam siklus produksi
dan personalia. Pengujian saldo untuk aset jangka panjang akan diuraikan
pada siklus investasi dan pembelanjaan serta pengujian untuk surat berharga
akan dibahas pada pengujian saldo investasi pada sekuritas dan kas. Siklus
pengeluaran ini sangat penting karena kualitas pengendalian intern pada
siklus ini akan berpengaruh pada masing-masing bidang di atas.

B. TUJUAN AUDIT

Manajemen membuat asersi yang bersifat implisit atau eksplisit tentang


transaksi dan saldo siklus pengeluaran dalam laporan keuangan perusahaan.
Asersi-asersi tersebut menjelaskan tujuan khusus audit dalam program audit
seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. berikut memberikan gambaran mengenai keterkaitan antara
asersi, jenis pengujian transaksi atau pengujian saldo, serta tujuan audit
khusus pada perusahaan dagang. Kode pada setiap tujuan audit khusus
menggambarkan kategori asersi yang diuji, E untuk eksistensi, K untuk
Kelengkapan, PA untuk Penilaian atau alokasi, HK untuk hak dan kewajiban
serta PP untuk penyajian dan pengungkapan.
 PAJA3435/MODUL 2 2.5

Kebanyakan audit atas siklus pengeluaran mencakup tujuan-tujuan


utama tersebut. Namun demikian, penerapan di lapangan tergantung pada
situasi yang dihadapi di klien.

Tabel 2.1
Tujuan Khusus Audit untuk Siklus Pengeluaran
Kategori Kelompok
Tujuan Audit Khusus
Asersi pengujian
Eksistensi atau Transaksi Pembelian dalam catatan pembukuan mencerminkan
keterjadian barang, jasa dan aset produktif yang diterima selama
periode bersangkutan (E1)
Transaksi pengeluaran kas dalam pembukuan
dilakukan selama periode yang bersangkutan kepada
pemasok dan kreditur (E2)
Saldo Utang dagang dalam catatan pembukuan
mencerminkan jumlah utang perusahaan per tanggal
neraca (E3)
Kelengkapan Transaksi Semua pembelian (L1) dan pengeluaran kas (L2) yang
terjadi selama periode yang diperiksa telah dicatat
Saldo Utang dagang meliputi semua jumlah yang terutang
kepada pemasok untuk barang dan jasa per tanggal
neraca (L3)
Hak dan Transaksi Perusahaan mempunyai kewajiban membayar yang
Kewajiban diakibatkan transaksi pembelian (HK1)
Saldo Utang dagang adalah kewajiban perusahaan per
tanggal neraca (HK2)
Penilaian atau Transaksi Semua transaksi pembelian (NA1) dan pengeluaran
Pengalokasian kas (NA2) dinilai sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum dan di jurnal, diringkas, dan dibukukan
dengan benar
Saldo Utang dagang dinyatakan dalam jumlah yang benar
(NA3).
Saldo biaya yang bersangkutan sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum (NA4)
Penyajian dan Transaksi Detil pembelian (SU1) dan pengeluaran kas (SU2)
Pengungkapan mendukung penyajiannya dalam laporan keuangan
termasuk pengklasifikasian dan pengungkapan yang
bersangkutan
Saldo Utang dagang (SU3) dan biaya yang bersangkutan
(SU4) diidentifikasi dan dikelompokkan dengan benar
dalam laporan keuangan.
Pengungkapan yang memadai mengenai komitmen,
utang bersyarat, penjaminan, dan utang dengan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa (SU5) telah
dilakukan
2.6 Auditing IB 

Situasi pada contoh di atas akan sangat berbeda dengan kondisi pada
perusahaan manufaktur penghasil barang peralatan rumah tangga seperti
misalnya mesin cuci, lemari es, dan sejenisnya. Perusahaan semacam ini
harus membeli bahan baku berupa lempengan baja, aluminium, karet, plastik,
dan sejumlah komponen seperti motor, kompresor, klep, dan komponen
lainnya. Baik pembelian maupun produksi sendiri merupakan proses yang
sama pentingnya dan amat berperan dalam menunjang keberhasilan
perusahaan. Persediaan dan utang harus stabil sepanjang masa. Karena gaji
dan biaya konversi merupakan bagian dari harga pokok penjualan yang amat
penting, utang dagang tidak begitu erat korelasinya dengan harga pokok
penjualan. Perusahaan bisa memerlukan waktu 45 hari untuk memproduksi
dan mengembalikan lagi persediaannya, sementara utang harus dibayar
dalam waktu 30 hari.
Pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha akan membantu auditor
dalam memahami risiko bisnis klien. Selanjutnya hal itu akan membantu
auditor dalam mempertimbangkan:
1. materialitas siklus pengeluaran bagi pemakai laporan keuangan;
2. risiko bawaan dalam siklus pengeluaran;
3. pengendalian intern yang seharusnya ada untuk menghadapi risiko bisnis
tersebut.

1. Materialitas
Siklus pengeluaran merupakan proses utama dalam banyak bidang usaha
dan pada umumnya jumlah serta volume transaksi siklus ini memiliki risiko
salah saji material yang tinggi. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa transaksi-
transaksi dalam siklus ini mempengaruhi lebih banyak akun/rekening
dibandingkan dengan siklus lainnya. Sejumlah akun, seperti persediaan,
tanah, gedung dan peralatan, dan jenis-jenis biaya tertentu kadang secara
individual mencerminkan jumlah yang material terhadap laporan keuangan.
Oleh karena itu, auditor biasanya menghendaki tingkat risiko pengendalian
yang rendah karena transaksi-transaksi siklus pengeluaran merupakan sumber
terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan.
Pertimbangan kedua adalah mengenai biaya yang dibutuhkan untuk
mendeteksi kekeliruan. Sistem akuntansi berbasis komputer harus mampu
untuk memilah pengeluaran menurut kelompok biaya dan menurut besarnya
transaksi, jumlah total, serta rata-ratanya. Oleh karena pemasok ingin
memperoleh pembayaran, maka biaya untuk mendeteksi kekeliruan pada
utang dagang tidak sebesar biaya untuk mendeteksi kekeliruan dalam piutang
dagang dan persediaan. Itulah sebabnya alokasi jumlah materialitas ke siklus
pengeluaran dan utang dagang biasanya lebih kecil.
 PAJA3435/MODUL 2 2.7

2. Risiko Bawaan (Inherent Risk)


Faktor-faktor penting yang bisa memotivasi manajemen untuk
melakukan salah saji terhadap asersi-asersi siklus pengeluaran meliputi:
a. tekanan untuk melakukan kurang saji biaya (memperkecil biaya) agar
bisa membuat laporan yang memenuhi target laba atau norma industri
tertentu yang dalam kenyataan sebenarnya tidak tercapai dikarenakan
kondisi ekonomi (global, nasional, atau regional) yang mempengaruhi
biaya operasi, dampak perkembangan teknologi terhadap produktivitas,
atau karena manajemen yang tidak baik;
b. tekanan untuk melakukan kurang saji utang (memperkecil nilai utang)
agar bisa membuat laporan yang menunjukkan modal kerja lebih tinggi
pada saat perusahaan sedang menghadapi masalah likuiditas atau
keraguan kelangsungan usaha.

Kedua faktor di atas cenderung menyebabkan terjadinya risiko kurang


saji pengeluaran dan utang dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya
lebih saji.
Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan
bidang usaha seperti ketersediaan dan kecepatan berubahnya harga bahan
baku serta produk yang dibutuhkan perusahaan agar bisa tetap bertahan
dalam bisnis yang dijalani. Sebagai contoh, perusahaan penjual bahan
makanan memiliki banyak pemasok dan harga; kompetisi pasar yang ketat
cenderung membuat harga menjadi stabil. Kekurangan pasokan atau
kenaikan harga untuk satu jenis barang tidak akan berpengaruh pada operasi
bidang usaha ini. Konsumen akan dengan cepat berganti dari apel hijau ke
apel merah. Bidang usaha ini hanya memiliki risiko terbatas akan kekurangan
bahan baku atau perubahan harga mendadak yang akan berpengaruh terhadap
keuangannya.
Pemahaman auditor tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan masing-
masing bidang usaha amat penting untuk menentukan risiko salah saji dalam
laporan keuangan.
Siklus pengeluaran mudah sekali terkena risiko yang disebabkan
kecurangan karyawan yang dilakukan melalui pengeluaran kas tanpa
persetujuan yang sah. Faktor lain yang bisa menjadi penyebab salah saji
dalam asersi-asersi siklus pengeluaran antara lain:
a. volume transaksi dalam siklus ini biasanya banyak sekali;
b. pembelian dan pengeluaran kas bisa dilakukan tanpa otorisasi yang sah;
c. pembelian aset bisa diselewengkan;
d. pembayaran atas faktur tagihan dari pemasok yang sebenarnya telah
dilunasi;
2.8 Auditing IB 

e. persoalan akuntansi yang kadang-kadang meragukan, seperti misalnya


apakah suatu pengeluaran harus diperlakukan sebagai biaya atau harus
dikapitalisasi (sebagai contoh, perlakuan untuk biaya reparasi dan
pemeliharaan).

Auditor harus mempertimbangkan setiap faktor di atas pada saat ia akan


menetapkan risiko bawaan untuk siklus pengeluaran.

3. Prosedur Analitis
Pengujian analitis efektif dalam mengidentifikasi rekening-rekening
siklus pengeluaran yang salah saji. Risiko prosedur analitis adalah elemen
risiko deteksi berupa kegagalan prosedur tersebut untuk mendeteksi
kekeliruan material. Seperti telah disinggung di atas, prosedur analitis adalah
prosedur yang sangat murah. Sejumlah contoh prosedur analitis yang dapat
diterapkan pada siklus pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2
Prosedur Analitis yang Umum Digunakan Dalam Audit atas Siklus Pengeluaran

Rasio Rumus Manfaat dalam Audit


Pengalaman jumlah hari utang dagang
Jumlah Hari dengan pembelian sekarang, dapat
Utang Dagang Rata-rata Utang Dagang digunakan untuk menaksir utang periode
Pembelian × 365 ini. Semakin pendeknya jumlah hari
menunjukkan semakin banyak utang telah
diselesaikan.
Harga Pokok Rasio ini bisa berubah dengan persentase
Penjualan Harga Pokok Penjualan yang sama dari tahun ke tahun, kecuali jika
berbanding Utang Dagang perusahaan mengubah kebijakan
Utang Dagang pembayarannya.
Data ini bisa dibandingkan dengan data
Persentase Utang Dagang industri. Penurunan signifikan rasio ini bisa
Utang dari Total Total Aset memberi petunjuk bahwa banyak utang
Aset telah diselesaikan.
Kenaikan signifikan rasio lancar
Rasio Lancar Aset Lancar dibandingkan dengan pengalaman tahun
(Current Ratio) Kewajiban Lancar lalu bisa menunjukkan banyak utang telah
dilunasi. Namun rasio ini bisa dipengaruhi
juga oleh perubahan dalam rekening aset.
Kenaikan signifikan rasio ini dibandingkan
Rasio Cepat Aset Moneter Lancar dengan pengalaman tahun lalu bisa
(Quick Ratio) Kewajiban Moneter memberi petunjuk bahwa banyak utang
Lancar telah diselesaikan. Namun rasio ini juga
dipengaruhi oleh kenaikan rekening aset.
 PAJA3435/MODUL 2 2.9

Pengalaman jumlah hari utang dagang di masa lalu dipadukan dengan


pengetahuan prosedur analitis yang difokuskan hanya pada pembelian dan
kewajiban memberi informasi yang lebih bisa diandalkan. Apabila
perusahaan sedang berkembang, biasanya dapat diperkirakan bahwa
pembelian, persediaan, dan utang dagang akan meningkat dengan tingkat
yang sama.
Pengetahuan auditor tentang volume pembelian, dipadukan dengan
pengalaman jumlah hari utang di masa lalu (jumlah hari rata-rata yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan utang), berguna untuk menaksir besarnya
utang tahun ini. Beberapa rasio bisa berubah karena pengaruh dari siklus
yang lain, sebagai contoh rasio lancar yang mudah menghitungnya, bisa
berubah karena adanya perubahan dari siklus lain (selain siklus pembelian).

C. PERTIMBANGAN TENTANG KOMPONEN-KOMPONEN


PENGENDALIAN INTERN

Seperti halnya dalam audit atas bidang-bidang yang lain, dalam audit
atau siklus pengeluaran auditor juga dituntut untuk memahami kelima
komponen pengendalian intern yang berkaitan dengan siklus ini. Pemahaman
auditor tentang komponen-komponen pengendalian intern diperoleh melalui
review atas pengalaman klien di waktu yang lalu (bila hal itu sesuai untuk
dilakukan), mengajukan pertanyaan kepada manajemen dan personil klien
lainnya, observasi aktivitas dan keadaan, inspeksi dokumen, catatan, buku
pedoman, dan sebagainya. Pemahaman tersebut harus didokumentasikan
dalam bentuk daftar pertanyaan yang telah diisi, bagan alir, atau
memorandum naratif.
Komponen pengendalian intern tersebut adalah:
1. lingkungan pengendalian (control environment);
2. aktivitas pengendalian (control activities);
3. perhitungan risiko manajemen (risk assesment);
4. informasi dan komunikasi/sistem akuntansi (information and
communication);
5. pemantauan (monitoring).
2.10 Auditing IB 

D. AKTIVITAS PENGENDALIAN-PENGENDALIAN TRANSAKSI


PEMBELIAN
Dalam uraian berikut, akan dibahas fungsi-fungsi serta pengendalian
aktivitas untuk transaksi pembelian yang umum dijumpai dalam berbagai
perusahaan.

1. Dokumen dan Catatan


Berikut ini akan dijelaskan sejumlah dokumen dan catatan yang umum
dijumpai dalam siklus pengeluaran. Sistem akuntansi tertentu mungkin
menggunakan bentuk dokumen dan file yang berbeda. Sebagai contoh,
struktur file yang diuraikan di bawah ini menggunakan struktur tradisional.
Untuk perusahaan yang menggunakan sistem database, catatan transaksi
disimpan dalam suatu database dan auditor perlu memahami tabel-tabel
utama yang menggerakkan akses ke informasi dalam sistem ini, serta
bagaimana tabel-tabel tersebut berkaitan satu sama lain. Namun dalam uraian
di bawah ini, hanya akan dibahas dokumen dan catatan yang paling sering
dijumpai dalam sistem akuntansi.
a. Permintaan pembelian. Permintaan tertulis akan barang dan jasa dari
orang atau departemen yang berwenang untuk melakukan hal itu ke
departemen pembelian.
b. Order Pembelian. Permintaan tertulis dari departemen pembelian
kepada penjual atau pemasok untuk membeli barang atau jasa
sebagaimana tertulis dalam order tersebut.
c. Laporan Penerimaan. Laporan yang dibuat atas penerimaan barang
yang menunjukkan jenis dan jumlah barang yang diterima dari pemasok.
d. Faktur Penjualan. Tagihan dari pemasok yang menyebutkan jenis
barang yang dikirim atau jasa yang diberikan, jumlah harus dibayar,
termin pembayaran, serta tanggal tagihan tersebut.
e. Voucher. Formulir intern perusahaan yang menyebutkan nama pemasok,
jumlah yang harus dibayar, dan tanggal pembayaran untuk pembelian
yang telah diterima. Dokumen ini digunakan sebagai otorisasi untuk
melakukan pencatatan dan pembayaran utang. Dalam kebanyakan sistem
voucher biasanya disyaratkan agar semua dokumen pendukung telah
lengkap sebelum diberikan persetujuan pembayaran. Paket voucher
biasanya terdiri dari copy permintaan pembelian, order pembelian,
laporan penerimaan, faktur dari penjual, dan voucher (semuanya
merupakan dokumen pendukung transaksi pembelian).
 PAJA3435/MODUL 2 2.11

f. Laporan Pengecualian. Laporan yang berisi informasi tentang


transaksi-transaksi tertentu yang disebutkan dalam laporan tersebut
untuk diselidiki oleh pengendalian aplikasi komputer.
g. Ikhtisar Voucher. Laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses
dalam suatu batch atau dalam suatu hari.
h. Register Voucher. Catatan akuntansi formal tentang utang yang telah
mendapat persetujuan untuk dibayar.
i. File induk pemasok yang telah disetujui. File komputer yang berisi
informasi tentang penjual dan pemasok yang telah disetujui perusahaan.
j. File Order Pembelian Terbuka. File komputer tentang order-order
pembelian yang telah dikirim ke para pemasok/penjual, tetapi
barang/jasanya belum diterima.
k. File Penerimaan. File komputer yang berisi informasi tentang kuantitas
barang yang diterima dari pemasok.
l. File Transaksi Pembelian. File komputer berisi data voucher yang
telah disetujui untuk pembelian yang telah diterima. File ini digunakan
untuk mencetak register voucher dan memutakhirkan utang dagang,
persediaan, dan file buku besar.
m. File induk utang dagang. File komputer yang berisi data tentang
voucher belum dibayar yang telah disetujui dan biasanya disusun per
pemasok. File ini ditambahkan pada saldo dalam rekening kontrol utang
dagang.
n. File penolakan. File komputer yang menahan transaksi-transaksi yang
belum diproses karena ditolak oleh program aplikasi komputer.

2. Fungsi-fungsi
Pengolahan transaksi pembelian melibatkan fungsi-fungsi pembelian berikut.
a. Permintaan pembelian. Permintaan perusahaan untuk bertransaksi
dengan perusahaan lain, meliputi:
1) mencantumkan nama pemasok dalam daftar pemasok yang telah
disetujui;
2) mengajukan permintaan barang dan jasa;
3) membuat order pembelian.
b. Penerimaan barang dan jasa. Penerimaan fisik barang atau pengiriman
kembali barang, meliputi:
1) menerima barang;
2) menyimpan barang yang diterima dalam persediaan di gudang;
2.12 Auditing IB 

3) mengembalikan barang ke pemasok (jika diretur).


c. Pencatatan utang. Pengakuan formal perusahaan atas kewajiban
hukum, meliputi:
1) membuat voucher pembayaran dan pencatatan utang;
2) mempertanggungjawabkan transaksi yang telah dicatat.

Setiap fungsi utama di atas harus ditugaskan kepada orang atau


departemen yang berbeda. Hal ini merupakan pemisahan tugas antara
pemberi otorisasi transaksi, penyimpanan aset hasil transaksi, dan pencatatan
transaksi. Dengan struktur demikian, pekerjaan seorang pegawai atau
departemen bisa menjadi pengecekan independen atas pekerjaan yang
dilakukan oleh orang atau departemen lainnya.

3. Contoh sistem untuk Transaksi Pembelian


Contoh bagan alir sistem untuk mengolah transaksi pembelian dapat
dilihat pada Gambar 2.2. Gambar tersebut meringkas informasi-informasi
berikut yang penting untuk mendokumentasikan pemahaman auditor tentang
pengendalian intern: (1) Fungsi-fungsi kunci, (2) alur audit dokumen,
(3) Laporan-laporan penting yang dihasilkan oleh sistem, (4) program-
program dan file-file komputer yang terdapat dalam sistem akuntansi. Tidak
setiap copy dokumen didokumentasikan dalam bagan alir di atas, karena
auditor hanya memerlukan pemahaman yang cukup untuk membuat
perencanaan audit. Bagan alir tersebut juga menunjukkan jejak yang dilalui
transaksi mulai dari awal pencatatan transaksi di buku besar yang
mendukung laporan keuangan. Auditor juga harus mendokumentasikan
aktivitas-aktivitas atau prosedur pengendalian disertai dengan ikhtisar tertulis
yang jelas seperti contoh di bawah ini.

Contoh sistem untuk transaksi pembelian sebagaimana di


dokumentasikan pada Gambar 2.2 dimulai dengan adanya permintaan
pembelian. Berdasarkan permintaan pembelian yang diterima secara
elektronis, dibuatlah order pembelian dengan menggunakan terminal
on-line. Komputer mengecek nama pemasok pada daftar pemasok
dan melakukan pengujian terbatas berdasarkan otorisasi yang telah
ditetapkan dan mencetak laporan pengecualian untuk di-review oleh
manajer departemen pembelian. Satu copy order pembelian dicetak
dan dikirimkan kepada pemasok. Bagian penerimaan, gudang, dan
utang dagang mempunyai akses ke informasi order pembelian
terbuka secara on-line.
 PAJA3435/MODUL 2 2.13

Apabila barang tiba di departemen penerimaan, otorisasi penerimaan


bisa diperoleh dengan mengacu pada file order pembelian terbuka.
Selanjutnya barang dihitung, diperiksa, dan pegawai departemen
penerimaan menata barang yang diterima dengan menggunakan
terminal komputer. Hal itu sekaligus akan memutakhirkan file
penerimaan dan persediaan perpetual. Sebuah laporan harian akan
diterbitkan untuk menindaklanjuti hal-hal berikut: (1) selisih antara
kuantitas yang dipesan dengan kuantitas yang diterima, dan (2) order
pembelian yang telah lewat dua bulan tetapi masih belum diterima
barangnya. Departemen penerimaan, gudang, dan utang dagang
dapat mengakses informasi penerimaan tersebut.

Pengolahan transaksi akan berlanjut dengan diterimanya faktur dari


penjual. Faktur diolah per-batch yang terdiri dari 25 transaksi dan
total batch dimasukkan ke komputer. Pegawai bagian utang dagang
memasukkan informasi yang terdapat dalam faktur serta
membandingkan informasi (jenis, kuantitas, dan periode akuntansi)
dengan laporan penerimaan.

Data pemasok dan distribusi rekening dibandingkan dengan order


pembelian. Batch-batch yang tidak cocok dengan total batch tidak
dapat diproses dan input harus segera di-review. Sebuah laporan
harian mendokumentasikan semua penyimpangan, dan transaksi-
transaksi yang bersangkutan dimasukkan ke dalam file sementara
untuk diklarifikasi oleh pengawas utang dagang. Sebuah laporan
tentang penerimaan terbuka yang belum bisa dijadikan dasar
pembuatan voucher dibuat setiap minggu, dan secara harian pada
beberapa hari sebelum akhir bulan.

File induk melakukan pengecekan run-to-tun dengan mengecek


utang dagang awal, ditambah voucher-voucher baru, yang harus
sama dengan saldo akhir utang dagang. File transaksi digunakan
untuk memutakhirkan utang dagang dan file induk buku besar.
Selembar voucher dicetak dan dokumen-dokumen pendukung diberi
tanda “sudah dipakai”, dilekatkan ke voucher, dan di arsipkan di
bagian utang dagang. Apabila laporan dari pemasok diterima, maka
laporan tersebut dibandingkan dengan buku pembantu utang dagang
dan bila terjadi perbedaan harus segera ditindaklanjuti.

Pada akhir setiap minggu para manajer akan menerima laporan


mengenai pembelian yang telah dibebankan ke rekening mereka.
Manajer harus me-review ketelitian laporan tersebut,
menandatanganinya, dan mengembalikannya kepada kontroler.
2.14 Auditing IB 

Fungsi Program Komputer dan


Alur Audit Laporan File
Dokumen Utama
Permintaan
Pembelian Daftar Pemasok
Terotorisasi

Mengawali Masukan
Data Program Order:
Pembelian Melakukan pengujian batas
(limit); mengecek otorisasi;
File Order
mencetak order pembelian
Terbuka
Order
Pembelian

Mendapatkan Otorisasi untuk Program Penerimaan


menerima kiriman dan Mendapatkan order tambahan,
memasukkan data tentang menambahkan data penerimaan;
barang yang diterima transfer ke file pengeluaran; Persediaan
mencetak dokumen penerimaan perpetual

Perbedaan antara
Penerimaan Barang kuantitas dipesan
& Jasa dengan kuantitas
diterima

File
Program Utang Dagang;
Penerimaan
Order Pembelian Mendapatkan data penerimaan;
belum dipenuhi Mencocokkan dengan faktur dari
pemasok; mengecek pengeditan;
memasukkan data ke file
tran saksi pembelian
Faktur dari
Pemasok File Transaksi
Pembelian

Masukan
Data

File induk program


Pencatatan Laporan pemutahiran; File induk
Penyimpangan
Utang pemutahiran; mencetak jurnal
Voucher pembelian; Buku besar, File Induk
laporan bulanan Buku Besar

Magister Voucher
Laporan
Penyimpangan
Buku Besar File Induk
Utang
Lap. Pembelian Dagang
Mingguan

Sumber: Al. Haryono Jusup

Gambar 2.2
Pengolahan Transaksi Pembelian
 PAJA3435/MODUL 2 2.15

E. AKTIVITAS PENGENDALIAN-PENGENDALIAN TRANSAKSI


PENGELUARAN KAS

Dalam uraian berikut, akan dibahas fungsi-fungsi serta pengendalian


aktivitas untuk transaksi pengeluaran kas yang umum dijumpai dalam
berbagai perusahaan.

1. Dokumen dan Catatan


Dokumen serta catatan penting yang umum digunakan dalam
pengolahan transaksi pengeluaran kas meliputi berikut ini.
a. Cek. Perintah resmi kepada bank untuk membayar sejumlah uang
kepada orang yang namanya tertulis dalam perintah tersebut atau kepada
pembawa.
b. Ikhtisar cek. Laporan yang berisi seluruh cek yang diterbitkan dalam
suatu batch atau selama sehari.
c. File transaksi pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran yang
dilakukan dengan menggunakan cek kepada pemasok atau pihak lainnya.
Ini digunakan untuk pembukuan ke utang dagang dan file induk buku
besar.
d. Jurnal pengeluaran kas atau register cek. Catatan akuntansi formal
mengenai cek yang diterbitkan kepada pemasok atau pihak lainnya.

2. Fungsi-fungsi
Fungsi pengeluaran kas adalah proses yang dilakukan perusahaan
sehubungan dengan penerimaan barang dan jasa dari pihak lain. Fungsi
pengeluaran kas biasanya meliputi pembayaran utang dan pada saat yang
bersamaan juga melakukan pencatatan pengeluaran kas.

3. Contoh sistem untuk Transaksi Pengeluaran Kas


Contoh suatu sistem untuk pengolahan transaksi pengeluaran kas dapat
dilihat pada Gambar 2.3. Bagan alir ini melanjutkan prosedur yang
didokumentasikan pada Gambar 2.2 yang dilalui transaksi pengeluaran mulai
dari awal transaksi sampai ke buku besar yang menjadi pendukung untuk
laporan keuangan. Tidak setiap copy dokumen didokumentasikan dalam
bagan alir ini, karena auditor hanya memerlukan pemahaman yang cukup
untuk merencanakan audit.
2.16 Auditing IB 

Auditor juga dapat melengkapi bagian alir ini dengan dokumentasi


aktivitas-aktivitas penting atau prosedur pengendalian berupa ikhtisar tertulis
yang jelas seperti contoh berikut.

Setiap hari komputer menghasilkan laporan tentang voucher-voucher


yang jatuh tempo. Kontroler me-review laporan tersebut, menilai
posisi kas perusahaan, dan menentukan (dan memberi catatan pada
laporan) voucher-voucher mana yang harus dibayar.

Asisten di kantor kontroler memasukkan voucher yang harus dibayar


dari program pengeluaran kas beserta masing-masing transaksi ke
pengendalian terprogram, dan membuat cek berdasarkan informasi
dalam file induk utang dagang. Pengendalian aplikasi terprogram
membandingkan informasi dalam cek dengan informasi dalam file
utang dagang dan mengecek apakah voucher tersebut sudah pernah
dibayar di waktu yang lalu. Selain itu, program memasukkan data
pembayaran ke dalam file transaksi pengeluaran kas, melakukan
penjumlahan run-to-run, dan menghasilkan ikhtisar cek yang
dibandingkan dengan total batch yang dibuat di utang dagang.
Perbedaan disimpan dalam file sementara dan laporan pengecualian
dicetak dan di-review setiap hari, untuk kemudian ditindaklanjuti
oleh kontroler. Pengeluaran untuk voucher di atas Rp. 25.000.000,
akan nampak dalam laporan khusus, dan cek untuk ini harus
ditandatangani oleh Direktur Keuangan atau Kontroler. Selanjutnya
program untuk memutakhirkan file induk digunakan untuk
memutakhirkan file induk utang dagang dan file induk buku besar
berdasarkan data dalam file transaksi pengeluaran kas. Program ini
juga menghasilkan jurnal pengeluaran kas dan ikhtisar buku besar
yang menunjukkan total yang telah dibukukan ke rekening-rekening
buku besar. Ikhtisar cek harian dibandingkan dengan total
pendebetan ke utang dagang oleh kontroler dan selanjutnya cek
dikirimkan. Akuntan di kantor Direktur Keuangan melakukan
rekonsiliasi bank secara independen.
 PAJA3435/MODUL 2 2.17

Fungsi Alur Audit Laporan Program Komputer dan File


Dokumen Utama

Voucher telah
File Induk
saatnya dibayar
Utang
D agang

Program Pengeluaran kas: Daftar


Saldo Kas Voucher yang telah saatnya
dibayar; membandingkan Saldo Awal Kas
pengeluaran dengan data per File Induk
pendukung; mengedit pengecekan; Buku Besar
mencetak cek.
Masukan Voucher
yang akan dibayar

Cek

File File Transaksi


Laporan tunda Pengeluaran
Penyimpangan Kas

Jurnal
Pengeluaran File Induk Program Pemutahiran:
Kas Pemutahiran File-file induk
mencetak jurnal penjualan; Buku
Besar; Laporan Bulanan
File Induk Buku
Buku Besar Besar

Laporan
Penyimpangan

File Induk
Perubahan utang
Dagang

File induk
Ikhtisar Utang Dagang
Pengecekan
harian

Sumber: Al. Haryono Jusup

Gambar 2.3
Transaksi Pengeluaran Kas
2.18 Auditing IB 

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Berikan penjelasan secara ringkas mengenai siklus pengeluaran,


termasuk aktivitas utama yang ada di dalamnya!
2) Sebutkan akun-akun yang terlibat dalam siklus pengeluaran!
3) Jelaskan risiko bawaan (inherent risk) yang harus dipertimbangkan
dalam mengaudit siklus pengeluaran!
4) Berikan penjelasan secara singkat mengenai fungsi-fungsi utama yang
ada dalam proses transaksi pembelian!
5) Sebutkan rasio-rasio keuangan yang biasanya digunakan dalam prosedur
analitis pada saat audit atas siklus pengeluaran!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal sifat siklus pengeluaran.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal sifat siklus pengeluaran.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal risiko bawaan.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal fungsi-fungsi dalam
transaksi pembelian.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal prosedur analitis yang umum
digunakan dalam audit atas siklus pengeluaran.

R A NG KU M AN

Siklus Pengeluaran terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan


dengan pembelian barang dan jasa serta pembayarannya. Aktivitas
utama siklus pengeluaran adalah (1) Pembelian barang dan jasa –
transaksi pembelian, dan (2) melakukan pembayaran – transaksi
pengeluaran kas.
 PAJA3435/MODUL 2 2.19

Auditor harus menggunakan pemahaman tentang bisnis untuk


mengerti arti penting siklus pengeluaran dalam perusahaan yang
diperiksanya. Hal ini akan membantu dalam memahami risiko bisnis
klien, mengevaluasi apakah manajemen cukup memperhitungkan risiko
tersebut, dan merancang pengujian audit yang tepat.
Fungsi-fungsi yang terkait dengan transaksi pembelian antara lain:
(1) Permintaan pembelian; (2) Penerimaan barang dan jasa;
(3) Pencatatan utang.
Fungsi-fungsi yang terkait dengan pengeluaran kas biasanya
meliputi pembayaran utang dan pada saat yang bersamaan juga
melakukan pencatatan pengeluaran kas.
Prosedur analitis berguna bagi auditor dalam mengevaluasi tingkat
risiko pengendalian direncanakan dan risiko pengujian detil. Auditor
juga harus mempertimbangkan peran prosedur-prosedur pengendalian
terprogram dan teknik audit berbantuan komputer untuk mendukung
strategi auditnya. Mengingat adanya kecenderungan klien untuk
melakukan kurang saji (tidak mencatat) dalam pelaporan utang, maka
dalam mengaudit utang dagang tekanan akan diberikan auditor pada
asersi kelengkapan.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Proses transaksi pembelian biasanya diawali dengan ....
A. permintaan pembelian atas barang/jasa
B. pembayaran kepada supplier
C. persetujuan penunjukan supplier baru
D. tidak ada jawaban yang benar

2) Manakah dari akun berikut ini yang tidak termasuk ke dalam transaksi
dalam siklus pengeluaran ....
A. persediaan
B. biaya dibayar di muka
C. utang usaha
D. beban piutang tak tertagih
2.20 Auditing IB 

3) Order pembelian, biasanya dalam bentuk tertulis, merupakan dokumen


resmi yang merupakan ....
A. pesanan dari pembeli kepada supplier untuk membeli barang atau
jasa
B. tagihan dari supplier yang menyebutkan jenis barang yang dikirim
atau jasa yang diberikan, jumlah harus dibayar, termin pembayaran,
serta tanggal tagihan tersebut
C. laporan yang dibuat atas penerimaan barang yang menunjukkan
jumlah barang yang diterima dari pemasok
D. permintaan barang dari unit atau bagian yang membutuhkan
barang/jasa kepada departemen atau bagian pembelian

4) Manakah dari rasio-rasio berikut ini yang memberikan informasi


mengenai proporsi aset lancar terhadap kewajiban lancar ....
A. rasio jumlah hari utang dagang
B. rasio cepat
C. rasio lancar
D. rasio persentase utang dari total aset

5) Manakah dari faktor-faktor berikut ini yang bukan merupakan penyebab


salah saji dalam siklus pengeluaran ....
A. mark-up atas pembelian aset tetap
B. pembelian dan pengeluaran kas yang dilakukan tanpa otorisasi yang
sah
C. kesalahan dalam penghitungan beban bunga utang jangka panjang
D. volume transaksi pembelian yang banyak dan kompleks

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
 PAJA3435/MODUL 2 2.21

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
2.22 Auditing IB 

Kegiatan Belajar 2

Pengujian Substantif atas Saldo Utang


Dagang

U tang dagang biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam


laporan keuangan dan merupakan faktor yang signifikan dalam
mengevaluasi solvabilitas jangka pendek suatu perusahaan. Seperti halnya
piutang usaha, utang dagang juga sangat dipengaruhi oleh volume transaksi
yang tinggi dan oleh karenanya menjadi rentan terhadap salah saji. Namun
demikian, bila dibandingkan dengan audit terhadap saldo-saldo aset, audit
terhadap utang biasanya lebih ditekankan pada asersi kelengkapan, dan
kurang pada asersi keberadaan atau keterjadian. Alasannya ialah karena bila
manajemen berniat untuk memanipulasi utang, maka ia cenderung akan
melaporkan utang dalam jumlah yang lebih kecil dari jumlah sesungguhnya
agar laporan keuangan menjadi nampak lebih baik.
Perhatian kita di sini difokuskan pada utang usaha yang timbul dari
transaksi siklus pengeluaran. Utang-utang yang lain seperti utang gaji dan
utang pajak penghasilan, serta berbagai macam utang lancar akan diuraikan
pada bab-bab lain sesuai dengan siklusnya.

A. PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Seperti kita ketahui, tingkat risiko deteksi bisa diterima untuk setiap
asersi laporan keuangan yang signifikan dicapai dengan menggabungkan
bukti yang diperoleh dari pengujian substantif yang dirancang dengan tepat,
termasuk prosedur analitis dan pengujian terinci. Daftar pengujian-pengujian
substantif yang mungkin dilakukan untuk dicantumkan dalam program audit
dapat dilihat pada Tabel 2.3. Perlu diperhatikan bahwa setiap tujuan audit
saldo rekening bisa dicapai dengan berbagai macam pengujian. Masing-
masing pengujian tersebut akan dijelaskan di bawah ini, termasuk tentang
bagaimana pengujian bisa disesuaikan berdasarkan tingkat risiko deteksi bisa
diterima yang ingin dicapai.
 PAJA3435/MODUL 2 2.23

Tabel 2.3
Pengujian Substantif untuk Asersi-Asersi Utang Dagang

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif AT HK NA SU
L3
3 3 # #
Prosedur- 1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan √ √ √ √ √
prosedur prosedur awal bidang usaha klien dan tentukan:
awal a. Signifikansi pembelian dan utang dagang
dalam perusahaan klien
b. Pemicu-pemicu ekonomi kunci yang
mempengaruhi pembelian dan utang
dagang.
c. Termin perdagangan standar dalam bidang
usaha klien, termasuk masa musim, dsb.
d. Seberapa jauh kegiatan yang berhubungan
dengan para pemasok dan komitmen
pembelian yang bersangkutan.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal terhadap saldo √ √3 √5
utang dagang dan catatan-catatan yang akan
diuji, kemudian:
a. Telusur saldo awal utang dagang ke kertas
kerja tahun lalu.
b. Review kegiatan dalam rekening buku besar
utang dagang dan selidiki semua ayat jurnal
yang dibukukan ke rekening tersebut.
c. Dapatkan daftar utang dagang per tanggal
neraca dan periksa apakah cocok dengan
catatan akuntansi yang mendasarinya
dengan cara:
1) Jumlahkan daftar utang dagang dan
cocokkan jumlah tersebut dengan (1)
total dalam file voucher belum dibayar,
buku pembantu utang, atau file induk
utang dagang, dan (2) saldo rekening
kontrol utang dagang di buku besar.
2) Ujilah kecocokan pemasok dan saldo
dalam daftar dengan yang terdapat
dalam catatan akuntansi.
Prosedur 3. Lakukan prosedur analitis. √ √ 3,4
Analitis a. Tentukan taksiran utang dagang dengan
menggunakan pengetahuan tentang aktivitas
bisnis perusahaan, termin perdagangan
normal, dan riwayat kecepatan perputaran
utang dagang.
b. Hitunglah rasio-rasio:
1) Perputaran utang dagang (pembelian:
utang dagang).
2) Utang dagang berbanding kewajiban
lancar.
c. Analisislah hasil perhitungan rasio
dibandingkan dengan taksiran berdasarkan
2.24 Auditing IB 

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif AT HK NA SU
L3
3 3 # #
pengalaman tahun lalu, data industri, jumlah
menurut anggaran, dan data lainnya.
d. Bandingkan saldo biaya dengan tahun
sebelumnya atau jumlah menurut anggaran
untuk menyelidiki kemungkinan terjadinya
kurang saji karena ada utang yang tidak
dicatat.
Pengujian 4. Ambillah suatu sampel transaksi utang dagang √ √ √3 √3,4
Detil dan periksalah dokumen pendukung transaksi-
Transaksi transaksi tersebut.
a. Periksalah semua pengkreditan atas rekening
utang dagang ke voucher pendukungnya,
faktur dari penjual, laporan penerimaan, order
pembelian, serta dokumen pendukung
lainnya.
b. Periksa semua pendebetan atas rekening
utang dagang ke pengeluaran kas atau ke
memo retur pembelian.
5. Lakukan pengujian pisah batas pembelian. √ √
a. Pilihlah suatu sampel transaksi pembelian
yang telah dicatat dalam masa beberapa hari
sebelum dan beberapa hari sesudah tanggal
akhir tahun buku dan periksalah ke voucher
pendukungnya, faktur penjualan, dan laporan
penerimaan untuk memastikan bahwa
pembelian telah dicatat pada periode yang
tepat.
b. Observasi nomor laporan penerimaan barang
terakhir yang diterbitkan pada tanggal terakhir
periode audit dan telusur sampel bernomor
lebih kecil dan lebih besar dari nomor tersebut
ke dokumen pembelian yang bersangkutan
untuk memastikan bahwa transaksi telah
dicatat pada periode yang tepat.
6. Lakukan pengujian pisah batas pengeluaran √ √
kas.
a. Observasi nomor cek terakhir yang
diterbitkan dan dikirimkan pada hari terakhir
periode audit dan telusur ke catatan
akuntansi untuk memeriksa ketelitian pisah
batas, atau
b. Telusur tanggal-tanggal pencatatan cek
untuk semua cek yang tercantum dalam
laporan bank pisah batas (cut off bank
statements).
7. Lakukan pencarian utang tak dicatat. √
a. Periksalah pembayaran-pembayaran antara
tanggal neraca dengan tanggal akhir
pekerjaan lapangan, dan apabila dokumen
 PAJA3435/MODUL 2 2.25

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif AT HK NA SU
L3
3 3 # #
yang bersangkutan menunjukkan bahwa
pembayaran tersebut untuk kewajiban yang
ada pada tanggal neraca, telusurlah ke
daftar utang dagang.
b. Periksalah dokumen-dokumen pendukung
utang yang dicatat pada akhir tahun yang
masih belum dibayar sampai dengan akhir
pekerjaan lapangan.
c. Selidikilah order pembelian yang belum
lengkap bukti pendukung lainnya, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari penjual
pada akhir tahun.
d. Ajukan pertanyaan kepada personil bagian
akuntansi dan bagian pembelian mengenai
utang yang belum dicatat.
e. Review anggaran aset tetap, perintah kerja,
kontrak pembangunan, sebagai bukti atas
kemungkinan adanya utang yang tidak
dicatat.
Pengujian 8. Konfirmasi utang dagang. √ √ √ √ √3,4,5
Detil Saldo a. Identifikasi pemasok-pemasok besar dengan
cara me-review register voucher atau buku
pembantu utang dagang atau file induk dan
kirimkanlah permintaan konfirmasi kepada
pemasok-pemasok besar, aktivitasnya tidak
biasa, bersaldo kecil atau nol, dan bersaldo
debet.
b. Selidiki dan lakukan rekonsiliasi atas
perbedaan-perbedaan.
9. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi √ √ √ √ √3,4,5
dengan laporan bulanan yang diterima klien dari
pemasok.
Penyajian 10. Bandingkan penyajian dalam laporan dengan √ √3,4,5
dan prinsip akuntansi berlaku umum.
Pengungkap a. Tentukan bahwa utang telah diidentifikasi
an dengan benar dan dikelompokkan menurut
jenis dan jangka waktu pembayarannya.
b. Tentukan apakah ada utang bersaldo debet
dengan saldo keseluruhan yang signifikan
sehingga perlu direklasifikasi.
c. Tentukan ketepatan pengungkapan yang
berkaitan dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa atau utang yang
berjaminan.
d. Ajukan pertanyaan kepada manajemen
tentang keberadaan komitmen tidak
diungkapkan atau kewajiban bersyarat.
2.26 Auditing IB 

B. PROSEDUR-PROSEDUR AWAL

Semua pengujian audit selalu diawali dengan usaha mendapatkan


pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Pemahaman tentang
seberapa signifikan siklus pembelian dalam perusahaan klien merupakan hal
penting dalam menetapkan risiko. Pemahaman tentang pemicu-pemicu
kemajuan ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan seberapa
luas bisnis dengan pemasok-pemasok tertentu berpengaruh dalam
mengevaluasi.

C. PROSEDUR ANALITIS

Arti penting prosedur analitis telah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1


dalam modul ini. Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk
menaksir saldo utang dagang dan untuk menetapkan hubungan antara utang
dagang dengan rekening-rekening kunci lainnya seperti pembelian atau
persediaan. Sejumlah prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan bukti atas utang dagang misalnya terdapat suatu penurunan
tidak normal pada kecepatan perputaran utang dagang atau kenaikan tak
terduga dalam rasio lancar bisa menjadi indikator terjadinya kurang saji pada
utang dagang. Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap akhir penugasan
adalah untuk menjamin bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian detil
adalah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam
laporan keuangan.

D. PENGUJIAN TERINCI ATAS TRANSAKSI

Pengujian substantif detil transaksi utang dagang akan diuraikan di


bawah ini. Perlu diingat bahwa dalam melaksanakan pengujian-pengujian
tersebut, auditor terutama akan menitikberatkan pada usaha mendeteksi
adanya kurang saji atau adanya utang yang tidak dicatat.

1. Pencocokan utang dalam Pembukuan ke Dokumen Pendukungnya


Dalam pengujian ini, pengkreditan dalam rekening utang dagang (saldo
normal utang di kredit, berarti terjadi penambahan utang) dicocokkan ke
dokumen pendukung yang ada dalam arsip klien, seperti voucher, faktur dari
penjual, laporan penerimaan barang, dan order pembelian. Pendebetannya
 PAJA3435/MODUL 2 2.27

dicocokkan ke dokumen-dokumen pengeluaran kas, seperti bukti


pengeluaran cek, atau memo dari penjual untuk retur dan potongan-potongan
lain.

2. Pengujian Pisah Batas (Cut off) Pembelian


Pengujian Pisah Batas Pembelian dimaksudkan untuk memastikan bahwa
pembelian yang terjadi di seputar tanggal tutup buku (tanggal neraca) telah
dicatat pada periode yang tepat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
menelusur tanggal-tanggal laporan penerimaan barang ke register voucher
dan memeriksa ayat-ayat jurnal pembelian ke dokumen pendukungnya.
Pengujian ini biasanya dilakukan untuk masa antara lima sampai sepuluh hari
sebelum dan sesudah tanggal tutup buku. Bukti yang diperoleh dari pengujian
ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian dan asersi
kelengkapan utang dagang.
Dalam pemeriksaan atas dokumen sebagai bagian dari pengujian ini,
auditor harus mencermati barang-barang yang masih ada dalam perjalanan
per tanggal neraca. Barang-barang yang dikirim dengan syarat FOB (free on
board) shipping point harus dimasukkan sebagai persediaan dan utang pihak
pembeli. Sebaliknya, barang dalam perjalanan yang dikirim dengan syarat
FOB destination harus tetap diperlakukan sebagai persediaan si penjual dan
dengan demikian tidak termasuk dalam persediaan dan utang dagang si
pembeli, hingga barang tersebut tiba di bagian penerimaan pembeli. Dalam
melaksanakan pengujian ini, auditor harus menentukan bahwa pisah batas
yang tepat dilakukan pada saat klien melakukan perhitungan fisik persediaan
maupun dalam pencatatan transaksi pembelian.

3. Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas


Pisah batas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun sangat penting
untuk penyajian kas dan utang dagang yang benar pada tanggal neraca.
Seperti halnya pengujian pisah batas untuk penerimaan kas, bukti tentang
pengujian pisah batas pengeluaran kas bisa diperoleh melalui observasi
langsung atau dengan review atas dokumen-dokumen intern. Apabila auditor
bisa hadir pada saat tanggal neraca, maka ia akan dapat menyaksikan secara
langsung lembar cek terakhir yang ditarik klien. Penelusuran kemudian
dokumen ini ke catatan akuntansi akan bisa memastikan ketelitian pisah
batas. Alternatif lain, auditor bisa menelusur cek-cek yang dibayar dalam
periode waktu beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca ke tanggal
pencatatan cek tersebut dalam pembukuan.
2.28 Auditing IB 

4. Pendeteksian adanya Utang tidak Dicatat


Pendeteksian utang dagang tidak dicatat terdiri dari prosedur-
prosedur yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban per
tanggal neraca yang tidak dicatat. Dengan demikian prosedur ini berkaitan
dengan asersi kelengkapan utang dagang.
Pembayaran kemudian. Pemeriksaan atas pembayaran-pembayaran
kemudian terdiri dari pemeriksaan atas cek-cek yang diterbitkan atau voucher
yang dibayar setelah tanggal neraca. Apabila bukti pendukung menunjukkan
bahwa pembayaran tersebut ditujukan untuk membayar kewajiban yang ada
pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusur ke daftar utang dagang
untuk memastikan bahwa kewajiban tersebut sudah termasuk dalam daftar
utang per tanggal neraca. Pengujian ini dilakukan sampai dengan akhir
tanggal pekerjaan lapangan untuk memperbesar kemungkinan memperoleh
bukti tentang utang yang secara sengaja atau karena kurang teliti sehingga
tidak dimasukkan sebagai utang pada tanggal laporan keuangan. Dengan
demikian pengujiannya melebihi periode waktu yang digunakan dalam
pengujian pisah batas yang diuraikan di atas.
Prosedur-prosedur Lain. Dokumen-dokumen pendukung utang yang
telah dicatat, tetapi masih belum dibayar sampai tanggal terakhir pekerjaan
lapangan juga harus diperiksa dengan pengujian. Hal ini juga bisa membawa
pada pembuktian akan adanya kewajiban tetapi tidak dicatat pada tanggal
neraca. Prosedur-prosedur yang bisa membawa pada pembuktian adanya
utang tidak dicatat meliputi (1) menyelidiki order pembelian yang tidak
lengkap dokumen pendukung lainnya, laporan penerimaan, dan faktur dari
penjual per tanggal neraca, (2) mengajukan pertanyaan pada personil
akuntansi dan pembelian tentang utang yang tidak dicatat, (3) me-review
anggaran aset tetap, perintah kerja, dan kontrak pembangunan untuk mencari
bukti adanya utang tidak dicatat.

E. PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO

Pengujian ini meliputi dua kategori, yaitu (1) konfirmasi utang dagang,
dan (2) rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi dengan laporan bulanan
yang diterima dari pemasok klien.

1. Konfirmasi Utang Dagang


Berbeda dengan konfirmasi piutang dagang, pengiriman konfirmasi
dalam audit terhadap utang dagang tidak merupakan prosedur yang harus
dilakukan auditor. Prosedur ini bersifat opsional karena (1) konfirmasi tidak
dapat menjamin bahwa utang yang tidak dicatat akan dapat dideteksi, dan
 PAJA3435/MODUL 2 2.29

(2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan dari penjual biasanya
sudah tersedia untuk sebagian besar utang. Seperti halnya dalam audit atas
piutang dagang, auditor arus mengawal pembuatan dan pengiriman
permintaan konfirmasi dan harus menerima jawaban secara langsung dari
responden.
Konfirmasi utang dagang biasanya berbentuk positif seperti nampak
dalam Gambar 2.4. Harap diperhatikan bahwa konfirmasi pada contoh
tersebut tidak menyebutkan jumlah utang yang harus dibayar. Dalam
mengkonfirmasi utang dagang, auditor menghendaki agar kreditur yang
menyebutkan jumlah terutang karena jumlah itu akan direkonsiliasi dengan
jumlah menurut catatan klien. Perlu diperhatikan pula bahwa auditor
meminta informasi mengenai komitmen pembelian dari klien dan jaminan
atas utang.

2. Merekonsiliasi Utang yang Tidak Dikonfirmasi ke Laporan dari


Pemasok (Supplier)
Dalam banyak hal, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan
yang bisa dijumpai dalam arsip klien. Jika demikian halnya, maka jumlah
yang terutang kepada pemasok menurut catatan klien dapat direkonsiliasi
dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini sama dengan
yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi, hanya saja kurang dapat
diandalkan karena laporan dikirimkan oleh pemasok kepada klien, tidak
langsung kepada auditor. Selain itu, tidak semua pemasok mempunyai
kebiasaan mengirimkan laporan bulanan kepada pada pelanggannya.

F. PEMBANDINGAN PENYAJIAN UTANG DI NERACA DENGAN


PRINSIP AKUNTANSI BERLAKU UMUM

Utang dagang harus diidentifikasi dengan benar dan dikelompokkan


sebagai kewajiban lancar. Apabila saldo utang dagang mencakup
pembayaran di muka kepada pemasok untuk pesanan barang dan jasa yang
baru akan dikirimkan di kemudian hari dalam jumlah yang material, maka
jumlah pembayaran di muka tersebut harus direklasifikasi sebagai uang muka
kepada pemasok dan dikelompokkan sebagai aset. Selain itu, pengungkapan
perlu dilakukan untuk jaminan utang tertentu, utang kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, komitmen pembelian, serta utang bersyarat.
Penyajian dan pengungkapan yang dilakukan manajemen dalam laporan
keuangan harus dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh prinsip
akuntasi berlaku umum.
2.30 Auditing IB 

PT ABC
Jalan Arcamanik Indah No. 9
Bandung
4 Januari 2011
PT Mutiara
Jalan Dipatiukur No. 350
Bandung

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan audit atas laporan keuangan kami untuk tahun
yang terakhir tanggal 31 Desember 2010, kami mohon kesediaan saudara
untuk menyampaikan informasi mengenai utang kami kepada saudara per
tanggal tersebut. Jawaban harap dikirimkan langsung kepada:

Kantor Akuntan Publik Drs. Surya & Rekan


Jalan Banda No. 4
Bandung

Selain itu kami mohon pula kesediaan saudara untuk menyampaikan


informasi mengenai hal-hal berikut:
Jumlah yang belum jatuh tempo Rp ________________
Jumlah yang sudah lewat waktu Rp ________________
Jumlah komitmen pembelian Rp ____________________
Penjelasan mengenai harta yang dijadikan jaminan ___
_____________________________________________

Untuk mengirimkan jawaban kepada auditor kami, silakan gunakan


amplop jawaban terlampir. Atas kesediaan untuk memberi informasi yang
benar, kami ucapkan banyak terima kasih.

Hormat kami,

Manajer Keuangan PT ABC

Gambar 2.4
Konfirmasi Utang Dagang
 PAJA3435/MODUL 2 2.31

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Asersi manakah yang paling penting bagi auditor dalam mengaudit utang
dagang? Mengapa?
2) Bagaimana prosedur audit awal untuk mendapatkan pemahaman tentang
bisnis bidang usaha klien?
3) Apa fungsi dari pengujian atas pisah batas (cut-off) transaksi pembelian?
4) Jelaskan secara singkat prosedur yang dilakukan untuk mendeteksi
adanya utang yang tidak dicatat!
5) Berbeda dengan konfirmasi piutang dagang, pengiriman konfirmasi
dalam audit terhadap utang dagang tidak merupakan prosedur yang harus
dilakukan auditor. Mengapa?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 2 perihal pengujian substantif atas utang dagang.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal tabel pengujian substantif
atas utang dagang.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal risiko bawaan.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal pendeteksian adanya
utang yang tidak dicatat.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal konfirmasi utang dagang.
2.32 Auditing IB 

R A NG KU M AN

Utang dagang biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam


laporan keuangan dan merupakan faktor yang signifikan dalam
mengevaluasi solvabilitas jangka pendek suatu perusahaan. Seperti
halnya piutang usaha, utang dagang juga sangat dipengaruhi oleh volume
transaksi yang tinggi dan oleh karenanya menjadi rentan terhadap salah
saji.
Apabila dibandingkan dengan audit terhadap saldo-saldo aset, audit
terhadap utang biasanya lebih ditekankan pada asersi kelengkapan, dan
kurang pada asersi keberadaan atau keterjadian.
Semua pengujian audit, termasuk pengujian atas utang dagang,
selalu diawali dengan usaha mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
bidang usaha klien. Pemahaman tentang seberapa signifikan siklus
pembelian dalam perusahaan klien merupakan hal penting dalam
menetapkan risiko.
Pengujian substantif atas utang usaha terdiri dari:
1. prosedur-prosedur awal untuk memperoleh pemahaman atas industri
klien;
2. prosedur analitis;
3. pengujian terinci atas transaksi;
4. pengujian terinci atas saldo;
5. pengujian atas penyajian dan pengungkapan.

Pengujian terinci atas transaksi utang dagang terdiri atas:


(1) Pencocokan utang dalam Pembukuan ke Dokumen Pendukungnya;
(2) Pengujian Pisah Batas (Cut off) Pembelian; dan (3) Pengujian Pisah
Batas (Cut off) Pengeluaran Kas.
Pengujian terinci atas saldo dilakukan dengan (1) Melakukan
Konfirmasi Utang Usaha dan (2) Merekonsiliasi Utang yang Tidak
Dikonfirmasi ke Laporan dari Pemasok (Supplier).

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Agar pengendalian internal bekerja secara efektif, departemen pembelian
harus mencocokkan informasi dalam setiap faktur dari penjual
dengan ….
A. laporan penerimaan barang dan voucher
 PAJA3435/MODUL 2 2.33

B. packing slip dari vendor dan voucher


C. laporan penerimaan barang dan order pembelian
D. packing slip dari vendor dan order pembelian

2) Dalam mengaudit utang usaha, prosedur audit yang dilakukan


difokuskan pada asersi manajemen atas ….
A. keberadaan atau keterjadian
B. penyajian dan pengungkapan
C. kelengkapan
D. penilaian atau alokasi

3) Tujuan dari prosedur audit “Periksalah dokumen-dokumen pendukung


pengeluaran kas untuk pembayaran utang setelah tanggal neraca”
adalah ….
A. menemukan bukti terkait dengan pembayaran kas
B. menemukan pembayaran kas yang dilakukan setelah tanggal neraca
yang merepresentasikan kewajiban yang harus dicatat per tanggal
neraca
C. melakukan pengujian pisah batas (cut-off) pembelian
D. merekonsiliasi utang

4) Untuk memperkuat struktur pengendalian intern atas pembelian barang


dagangan, maka departemen penerimaan perusahaan ….
A. menerima barang hanya apabila order pembelian atau persetujuan
dari departemen pembelian telah di tangan
B. menerima dan menghitung semua barang yang diterima dari
pemasok perusahaan yang sudah merupakan langganan
C. mengandalkan pada dokumen-dokumen pengiriman untuk
pembuatan laporan penerimaan
D. menugaskan auditor intern secara periodik memeriksa secara
mendadak semua copy laporan penerimaan yang dibuat departemen
penerimaan

5) Pemeriksaan atas saldo rekening utang dagang biasanya tidak dirancang


untuk ….
A. mendeteksi adanya utang dagang yang telah lewat waktu dengan
jumlah besar
B. memeriksa bahwa utang dagang benar-benar ada
C. memeriksa kewajaran utang dalam pembukuan
D. menentukan bahwa semua utang yang ada pada tanggal neraca telah
dicatat
2.34 Auditing IB 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 PAJA3435/MODUL 2 2.35

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) A. Proses pengolahan transaksi pembelian melibatkan berbagai fungsi
yang terdiri dari:
a) permintaan pembelian;
b) penerimaan barang dan jasa;
c) pencatatan utang.
2) D. Akun-akun yang termasuk dalam siklus pengeluaran adalah:
a) persediaan barang dagangan;
b) persediaan bahan baku;
c) pembelian;
d) biaya dibayar di muka;
e) aset tetap;
f) aset lain-lain
g) utang dagang;
h) kas;
i) potongan pembelian;
j) retur pembelian.
Akun Beban Piutang Tak Tertagih bukan merupakan bagian dari
siklus pengeluaran melainkan siklus pendapatan.
3) A. Order pembelian adalah permintaan tertulis dari departemen
pembelian kepada penjual atau pemasok untuk membeli barang atau
jasa sebagaimana tertulis dalam order tersebut.
4) C. Rasio lancar merupakan proporsi antara aset lancar dan kewajiban
lancar.
5) C. Kesalahan dalam penghitungan beban bunga utang jangka panjang
bukan penyebab salah saji dalam siklus pengeluaran melainkan
siklus investasi dan pembiayaan.

Tes Formatif 2
1) C. Departemen pembelian harus mencocokkan informasi dalam faktur
dari penjual dengan laporan penerimaan barang dan order pembelian
agar barang yang dibeli benar-benar ada.
2) C. Audit terhadap utang biasanya lebih ditekankan pada asersi
kelengkapan, dan kurang pada asersi keberadaan atau keterjadian.
2.36 Auditing IB 

Alasannya ialah karena bila manajemen berniat untuk memanipulasi


utang, maka ia cenderung akan melaporkan utang dalam jumlah
yang lebih kecil dari jumlah sesungguhnya agar laporan keuangan
menjadi nampak lebih baik.
3) B. Tujuan memeriksa dokumen-dokumen pendukung pengeluaran kas
untuk pembayaran utang setelah tanggal neraca adalah untuk
menemukan pembayaran kas yang dilakukan setelah tanggal neraca
yang merepresentasikan kewajiban yang harus dicatat per tanggal
neraca.
4) A. Untuk memastikan bahwa barang yang diterima merupakan barang
yang benar-benar dibeli maka departemen pembelian hanya akan
menerima barang apabila terdapat order pembelian.
5) B. Ketika mengaudit saldo atas utang dagang yang menjadi fokus
bukan pada apakah utang tersebut benar-benar ada tetapi untuk
memastikan bahwa utang tersebut telah dicatat di neraca.
 PAJA3435/MODUL 2 2.37

Daftar Pustaka

Al. Haryono Jusup. (2002). Pengauditan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN.

Arens, Elder and Beasley. (2008). Auditing and Assurance Services, 12th
Edition. Prentice Hall, Inc.

Boynton, Johnson, Kell. (2006). Modern Auditing, 8th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan


Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Modul 3

Audit Siklus Produksi dan Personalia


Cahya Irawady, S.E.,M.Si.,Ak.

PE N DA H UL U AN

S iklus Produksi (production cycle) berkaitan dengan proses mengubah


bahan baku menjadi barang jadi. Siklus ini meliputi perencanaan dan
pengendalian produksi dari jenis dan jumlah barang yang diproduksi, tingkat
persediaan yang akan dipertahankan, dan transaksi-transaksi serta kejadian-
kejadian yang berkaitan dengan proses produksi. Transaksi dalam siklus ini
dimulai pada saat bahan baku diminta untuk keperluan produksi, dan diakhiri
dengan pengiriman barang yang diproduksi menjadi barang jadi. Transaksi-
transaksi dalam siklus ini disebut transaksi produksi (manufacturing
transactions). Sedangkan siklus personalia (personnel cycle) menyangkut
peristiwa dan aktivitas yang berhubungan dengan kompensasi eksekutif serta
karyawan. Jenis-jenis kompensasi ini meliputi gaji, upah per jam dan insentif,
komisi, bonus, opsi saham dan tunjangan karyawan (misalnya asuransi
kesehatan dan uang cuti). Kelompok transaksi-transaksi dalam siklus ini disebut
transaksi penggajian (payroll transactions).
Modul ini membahas aplikasi prosedur-prosedur audit yang diterapkan pada
saat melakukan audit terhadap siklus produksi dan personalia yang disusun
dalam suatu audit program, bukti-bukti audit yang diharapkan diperoleh dengan
kualitas dan kecukupan jumlah yang memadai serta dapat diandalkan dalam
pengambilan kesimpulan akhir dari audit yang dilaksanakan. Perancangan audit
prosedur yang baik akan menjamin keberhasilan auditor dalam melakukan
proses audit yang terbaik dalam setiap penugasan yang dilakukannya.
Pembahasan pada modul ini dimulai dengan penjelasan mengenai sifat
dasar dan pentingnya siklus produksi dan personalia serta tujuan audit yang
diterapkan pada siklus ini. Pembahasan kemudian dilakukan untuk setiap tujuan
audit.
3.2 Auditing IB 

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:


1. menjelaskan sifat siklus produksi dan personalia, mengidentifikasi
kelompok transaksi dan akun-akun yang terlibat, serta mengidentifikasi
tujuan audit atas kelompok transaksi dan saldo akun untuk siklus tersebut;
2. menjelaskan pertimbangan-pertimbangan yang penting dalam perencanaan
audit yang berkaitan langsung dengan siklus produksi dan personalia;
3. mengidentifikasi fungsi-fungsi aktivitas pengendalian terkait dan aspek-
aspek yang relevan untuk siklus produksi dan personalia;
4. memahami program audit untuk pengujian substantif atas saldo persediaan;
5. memahami program audit untuk pengujian substantif atas saldo gaji dan
upah.

Cara mempelajari modul ini, pertama baca secara keseluruhan; selanjutnya


tahap demi tahap didalami mulai pendahuluan yang menyangkut relevansi dan
deskripsi singkat untuk memberikan gambaran secara garis besar akan hal yang
hendak Anda pelajari. Selanjutnya, di dalam mempelajari setiap kegiatan belajar
yang ada, bagian pertama adalah Anda harus pahami betul istilah-istilah penting,
kemudian pahami pengertian-pengertian yang tercantum dalam uraian dan
contoh-contoh. Untuk dapat melatih pembelajaran Anda segera kerjakan latihan
dan tes formatif yang ada, dan hitung tingkat penguasaan Anda terhadap materi
yang telah Anda pelajari.
 PAJA3435/MODUL 3 3.3

Kegiatan Belajar 1

Siklus Produksi

A. SIFAT SIKLUS PRODUKSI

Siklus produksi saling berkaitan dengan tiga siklus berikut: (1) siklus
pengeluaran dalam hal pembelian bahan baku dan berbagai pengeluaran biaya
overhead, (2) siklus personalia dalam hal terjadi pengeluaran biaya tenaga kerja
produksi, dan (3) siklus pendapatan dalam hal penjualan barang jadi. Interaksi
ketiga siklus tersebut serta rekening-rekening yang bersangkutan dengan
transaksi produksi dapat dilihat pada Gambar 3.1. Perhatikan bahwa
pengkreditan atas rekening bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead, pendebetan atas rekening persediaan barang dalam proses, serta ayat
jurnal selanjutnya untuk mentransfer harga pokok barang yang selesai
dikerjakan dari barang dalam proses ke persediaan barang jadi diakibatkan oleh
transaksi-transaksi dalam siklus produksi. Akhirnya (walaupun hal ini sering
dipandang sebagai bagian dari siklus pendapatan) pemindahan harga pokok dari
persediaan barang jadi ke harga pokok penjualan didasarkan atas data harga
pokok yang dikumpulkan dalam siklus produksi.
3.4 Auditing IB 

Siklus Pengeluaran Siklus Jasa Personalia Siklus Produksi Siklus Pendapatan


Transaksi Pembelian Transaksi Pembelian Transaksi Pabrikasi Transaksi Penjualan

Bahan Baku

>
Pembelian Penggunaan
Bahan

Tenaga Kerja
Langsung Barang dalam proses

Gaji Penggunaan Biaya


tenaga produksi ?
kerja

Overhead Pabrik
Harga Pokok Penjualan
·
>
Pembelian Overhead
· Penggajian Harga Pokok
yang
(tenaga Barang jadi Penjualan
diterapkan
kerja tidak Harga
langsung) pokok
produksi
selesai

Sumber : Al. Haryono Jusup

Gambar 3.1
Keterkaitan antara Siklus Produksi dengan Siklus Lainnya

1. Tujuan Audit
Ada dua kelompok tujuan audit yang diuraikan dalam bahasan berikut,
yaitu: (1) tujuan audit atas kelompok transaksi yang berkaitan dengan transaksi-
transaksi produksi, dan (2) tujuan audit atas saldo rekening persediaan dan saldo
rekening harga pokok penjualan. Tujuan audit setiap kelompok tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
 PAJA3435/MODUL 3 3.5

Tabel 3.1
Tujuan Khusus Audit untuk Siklus Produksi

Tujuan Audit Kelompok Tujuan Audit Saldo


Asersi
Transaksi Rekening
Eksistensi Transaksi-transaksi produksi yang Persediaan yang tercantum dalam neraca
atau dicatat menyajikan bahan baku, secara fisik benar-benar ada (E2).
keterjadian tenaga kerja, dan overhead yang
dibebankan ke produksi serta Harga pokok penjualan mencerminkan harga
pemindahan barang yang telah pokok barang yang dikirimkan (dijual) selama
selesai diproduksi ke persediaan periode berjalan (E3).
barang jadi selama periode
berjalan (E1).
Kelengka- Semua transaksi produksi yang Persediaan mencakup semua bahan baku,
pan terjadi selama periode berjalan produk, dan perlengkapan yang ada di
telah dicatat (K1). tangan pada tanggal neraca (K2).
Harga pokok penjualan mencakup semua
dampak transaksi penjualan selama periode
berjalan (K3).
Hak dan Entitas memiliki hak kepemilikan Entitas memiliki hak kepemilikan yang sah
Kewajiban atas persediaan yang dihasilkan atas persediaan yang ada pada tanggal
dari pencatatan transaksi produksi neraca (HK2).
(HK1).
Penilaian Transaksi-transaksi produksi telah Persediaan telah dinyatakan sebesar harga
atau di jurnal, diikhtisarkan, dan di terendah di antara harga pokok dan harga
alokasi posting dengan benar (PA1). pasar (PA2).
Harga pokok penjualan didasarkan pada
penerapan metode arus biaya yang
ditetapkan secara konsisten (PA3).
Penyajian Rincian transaksi-transaksi Persediaan (PP2) dan harga pokok
dan produksi mendukung penyajian- penjualan (PP3) telah diidentifikasi dan
pengungka nya dalam laporan keuangan dikelompokkan dengan benar dalam laporan
-pan. termasuk pengklasifikasian dan keuangan.
pengungkapan (PP1). Pengungkapan yang berhubungan dengan
dasar penilaian dan pengagunan atau
penjaminan persediaan sudah memadai
(PP4).

Sumber: Al. Haryono Jusup

Untuk menghindari kerancuan, pembahasan mengenai tujuan audit saldo


rekening dan prosedur-prosedur audit yang bersangkutan dengan pembelian
persediaan telah dibahas lebih dahulu dalam siklus pengeluaran, sehingga dalam
modul ini hanya akan dibahas yang berkaitan dengan persediaan barang jadi
yang dihasilkan dari proses produksi.
3.6 Auditing IB 

2. Pemahaman Proses Bisnis dan Strategi Audit


Pengetahuan tentang bisnis dan bidang usaha klien akan membantu auditor
dalam merancang program audit yang efektif dan efisien. Untuk kebanyakan
perusahaan, memproduksi persediaan merupakan proses utama, dan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba dan aliran kas akan tergantung pada baik tidaknya
pengelolaan proses produksi. Pada kebanyakan perusahaan dagang dan
pengecer, manajemen persediaan merupakan hal yang amat penting dan
menentukan keberhasilan perusahaan.
Dalam perusahaan pengecer bahan makanan, perusahaan manufaktur
peralatan rumah tangga, dan perusahaan manufaktur komputer, audit atas
persediaan merupakan proses yang utama, karena selain jumlahnya material
juga sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Tabel 3.2 berikut ini
memperlihatkan beberapa data kunci dalam ketiga industri tersebut.

Tabel 3.2
Ikhtisar Data Statistik Industri Tertentu

Persentase
Jumlah Hari Jumlah Hari Jumlah Hari
Rata-rata
Perputaran Perputaran Perputaran
Industri Persediaan
Persediaan Persediaan Persediaan
Terhadap
(Kuartil Atas) (Rata-rata) (Kuartil Bawah)
Total Aset
Pengecer
bahan 27% 15 hari 21 hari 29 hari
makanan
Manufaktur
peralatan
32% 50 hari 78 hari 126 hari
rumah
tangga
Manufaktur
24% 29 hari 47 hari 110 hari
komputer

Sumber: Al. Haryono Jusup

Pada setiap industri di atas, persediaan dalam neraca perusahaan cukup


material. Namun dilihat dari segi jumlah hari perputaran persediaannya, setiap
industri memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, setiap industri juga sangat
bervariasi dalam jumlah hari pengembalian persediaannya. Oleh karena itu,
penting sekali bagi auditor untuk memahami keadaan dalam perusahaan klien
dan memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung pendapat tentang
 PAJA3435/MODUL 3 3.7

kewajaran laporan keuangan yang diperiksanya. Dalam menilai kewajaran


laporan keuangan, pada saat mengaudit persediaan, auditor akan menilai harga
pokok penjualan dan margin laba kotor. Auditor harus menyadari bahwa jika
persediaan ditetapkan terlalu tinggi, maka harga pokok penjualan akan
ditetapkan terlalu rendah dan margin laba kotor ditetapkan terlalu tinggi.
Demikian pula salah saji yang berupa harga pokok penjualan yang ditetapkan
terlalu rendah dan persediaan ditetapkan terlalu tinggi akan menyebabkan
jumlah hari perputaran persediaan menjadi terlalu tinggi sehingga perputaran
persediaan nampak menjadi lebih lama dari jumlah hari sesungguhnya.

a. Risiko bawaan
Risiko bawaan untuk terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang
diakibatkan oleh transaksi-transaksi persediaan untuk perusahaan perhotelan
relatif rendah, karena persediaan bukan merupakan bagian yang material dalam
kegiatan utama perusahaan. Sebaliknya untuk perusahaan manufaktur atau
perusahaan dagang (grosir maupun pengecer), risiko pengendalian persediaan
seringkali ditetapkan pada tingkat maksimum atau mendekati maksimum karena
alasan-alasan berikut.
1) Volume transaksi-transaksi pembelian, produksi, dan penjualan yang
mempengaruhi rekening-rekening ini biasanya tinggi, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya salah saji.
2) Sering dijumpai berbagai masalah dalam pengidentifikasian, pengukuran,
dan pengalokasian biaya yang dibebankan ke persediaan seperti biaya
bahan tak langsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead, biaya produksi
bersama, dan penyelesaian selisih biaya, akuntansi untuk barang cacat, serta
persoalan-persoalan akuntansi biaya lainnya.
3) Jenis persediaan yang sangat beraneka-ragam seringkali membutuhkan
prosedur khusus untuk menentukan kuantitas persediaan, bahkan kadang-
kadang dibutuhkan tenaga ahli untuk menetapkannya.
4) Persediaan kadang-kadang disimpan di gudang pada lokasi yang berbeda,
sehingga mempersulit pengawasan fisik terhadap kemungkinan pencurian
dan kerusakan, serta menyulitkan akuntansi atas perpindahan barang dari
lokasi yang satu ke lokasi yang lain.
3.8 Auditing IB 

5) Jenis persediaan yang beraneka ragam bisa menimbulkan persoalan dalam


penentuan kualitas dan nilai pasarnya.
6) Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan, keusangan, dan faktor-faktor
lain seperti misalnya kondisi ekonomi umum yang berpengaruh terhadap
permintaan dan daya jual, sehingga berpengaruh terhadap kebenaran
penilaian persediaan.
7) Persediaan bisa dijual disertai hak pembeli untuk mengembalikannya
(retur) dan perjanjian untuk dibeli kembali.

b. Prosedur analitis
Prosedur analitis adalah prosedur yang murah dan bisa memberi sinyal
kepada auditor tentang adanya salah saji yang potensial. Seperti telah
disebutkan di atas, apabila laporan keuangan yang akan diaudit menunjukkan
kecenderungan meningkatnya laba kotor dibarengi dengan adanya kenaikan
dalam jumlah hari perputaran persediaan, maka ada kemungkinan persediaan
telah lebih saji. Hal ini akan mengisyaratkan auditor untuk lebih meningkatkan
perhatiannya akan keberadaan dan penilaian persediaan.
Tabel 3.3 menunjukkan sejumlah contoh prosedur analitis disertai
penjelasan tentang masalah-masalah yang mungkin perlu diidentifikasi.
Prosedur ini akan sangat efektif dalam mengarahkan perhatian audit bila
terdapat kemungkinan terjadi salah saji.

Tabel 3.3
Prosedur Analitis yang Sering Digunakan dalam Mengaudit Siklus Produksi

Rasio Formula Manfaat dalam Audit


Jumlah hari Rata-rata persediaan: harga Pengalaman jumlah hari
persediaan pokok penjualan x 365. persediaan masa lalu dipadukan
dengan pengetahuan tentang
harga pokok penjualan akan
bermanfaat dalam menaksir
tingkat persediaan pada tahun
yang diperiksa. Jangka waktu yang
lebih panjang memberi indikasi
adanya masalah, atau harga jual
yang lebih rendah dari cost.
Perbandingan ((persediaan: persediaan-1) – 1) : Rasio yang lebih besar dari 1,0
pertumbuhan ((harga pokok penjualann : harga menunjukkan bahwa persediaan
persediaan terhadap pokok penjualann-1) – 1) berkembang lebih cepat daripada
pertumbuhan harga penjualan. Rasio yang besar bisa
 PAJA3435/MODUL 3 3.9

pokok penjualan memberi petunjuk adanya masalah


keusangan persediaan.
Jumlah produksi Kuantitas barang jadi: kuantitas Berguna dalam menaksir efisiensi
barang jadi terhadap bahan baku proses produksi. Mungkin bisa
bahan baku yang berguna juga dalam mengevaluasi
digunakan. kewajaran biaya produksi.
Jumlah produksi Kuantitas barang jadi : jam Berguna dalam menaksir efisiensi
barang jadi kerja langsung proses produksi. Mungkin bisa
berbanding jam kerja berguna juga dalam mengevaluasi
langsung. kewajaran biaya produksi.
Produk cacat per juta Persentase jumlah produk Berguna dalam menaksir efisiensi
rupiah. rusak untuk setiap sejuta rupiah proses produksi. Mungkin bisa
hasil produksi. membantu dalam menilai
kewajaran biaya produksi dan
biaya garansi.

Sumber: Al. Haryono Jusup

3. Pertimbangan Pengendalian Internal


Seperti halnya dalam siklus pendapatan dan siklus pengeluaran, aspek-
aspek dari kelima komponen sistem pengendalian intern perusahaan bisa
diterapkan pada transaksi dalam siklus produksi. Sebagai contoh, dalam
komponen lingkungan pengendalian, struktur organisasi harus memiliki seorang
petugas yang bertanggung jawab atas produksi. Nama jabatannya bisa Direktur
Operasi, Direktur Produksi, atau nama lainnya, yang membawahi departemen
perencanaan dan pengawasan produksi, serta departemen-departemen lain dalam
lingkungan produksi. Filosofi manajemen dan gaya operasi mencakup
pendekatan untuk menghadapi dan memonitor risiko bisnis yang berkaitan
dengan keputusan-keputusan produksi dengan tingkat persediaan. Selain itu
kebijakan tentang sumber daya manusia yang berkaitan dengan pegawai-
pegawai di lingkungan produksi akan memiliki dampak yang sangat besar
terhadap penggunaan dan pertanggungjawaban faktor-faktor produksi.
Sistem akuntansi untuk persediaan, terutama pada perusahaan manufaktur
biasanya diselenggarakan pencatatan yang terpisah untuk bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi. Sistem akuntansi bisa menggunakan sistem job
order (sistem pesanan) atau bisa pula sistem process cost. Selain itu perusahaan
bisa menggunakan metode biaya sesungguhnya atau biaya standar. Dalam
sistem job order, biaya-biaya produksi dikumpulkan berdasarkan job, dan
rekening barang dalam proses didukung dengan catatan khusus untuk setiap job.
3.10 Auditing IB 

Dalam sistem process costing, biaya dikumpulkan per departemen atau per
proses.

B. AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PRODUKSI

Sebagaimana kita ketahui, komponen pengendalian intern aktivitas


pengendalian terdiri dari empat kategori kegiatan, yaitu: (1) pemisahan tugas,
pengendalian umum, dan pengendalian aplikasi; (2) pengendalian pengolahan
informasi yang mencakup otorisasi yang tepat; (3) pengawasan fisik; dan
(4) review kinerja dan pertanggungjawaban. Pada uraian berikut akan
ditunjukkan dokumen-dokumen dan catatan yang biasa digunakan dalam
pengolahan transaksi manufaktur.

1. Dokumen dan Catatan


Dokumen-dokumen, catatan, dan file komputer yang umumnya digunakan
dalam pengolahan transaksi-transaksi manufaktur terdiri dari berikut ini.
a. Order produksi (production order). Dokumen yang menunjukkan jumlah
serta jenis barang yang harus diproduksi. Order bisa berkaitan dengan job
order atau proses terus-menerus.
b. Laporan permintaan bahan (material requirement report). Berisi daftar
bahan baku dan bahan lain yang diperlukan untuk memenuhi suatu order
produksi.
c. Slip pengeluaran bahan (material issue slip). Merupakan otorisasi tertulis
dari departemen produksi ke gudang untuk mengeluarkan bahan yang akan
digunakan untuk melaksanakan order produksi yang telah disetujui.
d. Kartu waktu (time ticket). Berisi catatan waktu seorang pegawai untuk
suatu job tertentu.
e. Kartu pemindahan (move ticket). Berisi perintah dan otorisasi
pemindahan fisik barang dalam proses antar departemen produksi, dan
antara barang dalam proses ke barang jadi.
f. Laporan aktivitas produksi harian (daily production activity report).
Laporan yang menunjukkan pemakaian bahan baku dan tenaga kerja setiap
hari.
g. Laporan produksi selesai (completed production report). Laporan yang
menunjukkan bahwa pekerjaan untuk suatu order produksi telah
diselesaikan.
 PAJA3435/MODUL 3 3.11

h. Buku pembantu persediaan atau file induk (catatan persediaan


perpetual). Catatan yang diselenggarakan terpisah untuk bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi. Berisi informasi tentang jumlah unit
dan cost yang ditambahkan dan dikurangi atas setiap rekening persediaan,
serta jumlah unit dan cost dari saldo rekening persediaan yang ada pada
setiap waktu tertentu.
i. File induk biaya standar (standard cost master file). File induk yang
berisi biaya standar.
j. File induk persediaan bahan baku (raw materials inventory master file).
File komputer berisi kuantitas bahan baku yang ada dalam persediaan.
k. File induk barang dalam proses (work-in-process inventory master file).
File komputer berisi jumlah biaya barang dalam proses sesungguhnya. File
ini digunakan untuk menyusun laporan produksi harian.
l. File induk persediaan barang jadi (finished goods inventory master file).
File komputer yang berisi total biaya produksi. File ini bisa digunakan
sebagai catatan persediaan perpetual untuk barang jadi.

Penggunaan dokumen serta catatan di atas akan dijelaskan dalam uraian


berikut.
a. Fungsi-fungsi serta Pengendalian yang Berkaitan
Pelaksanaan dan pencatatan transaksi manufaktur serta pengamanan
persediaan meliputi fungsi-fungsi manufaktur berikut.
a) Pelaksanaan produksi:
(1) perencanaan dan pengawasan produksi;
(2) pengeluaran bahan baku.
b) Pemindahan barang:
(1) pengolahan barang di produksi;
(2) pemindahan barang selesai diproduksi ke barang jadi;
(3) pengamanan persediaan.
c) Pencatatan transaksi manufaktur dan persediaan:
(1) menentukan dan mencatat biaya produksi;
(2) menetapkan kebenaran saldo persediaan.
Pelaksanaan fungsi-fungsi di atas menyangkut berbagai departemen seperti
departemen perencanaan dan pengawasan, gudang (bahan baku),
departemen produksi, pencatat waktu kerja, barang jadi, akuntansi biaya,
dan akuntansi keuangan. Seperti halnya kelompok transaksi yang lain,
dalam transaksi produksi juga harus terdapat pemisahan tugas antara
3.12 Auditing IB 

pelaksanaan transaksi dengan pencatat transaksi produksi dan pihak yang


menyimpan persediaan sebagai hasil proses produksi.

b. Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen sering digunakan untuk memonitor setiap fungsi
yang telah di atas. Apabila manajemen telah mempertanggungjawabkan
penggunaan sumber daya pada setiap tahapan produksi, maka kemungkinan
terjadinya kekeliruan secara sengaja akan dapat dikurangi. Seperti telah
disebutkan di atas, manajemen biasanya akan memonitor dengan ketat
setiap order produksi, pemakaian bahan dan tenaga kerja, biaya produksi
keseluruhan, keberadaan, persediaan, dan persetujuan atas biaya standar.

Ilustrasi pemrosesan transaksi produksi


Gambar 3.2 menyajikan gambaran ringkas bagan alir suatu sistem komputer
online untuk pengolahan transaksi produksi. Sistem ini mengilustrasikan proses
pengendalian seperti telah diuraikan di atas, seperti pemisahan tugas
antardepartemen dan dokumen-dokumen produksi, catatan, file, dan laporan
yang digunakan.
 PAJA3435/MODUL 3 3.13

PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN GUDANG DEPARTEMEN GUDANG
PRODUKSI BAHAN BAKU PRODUKSI BARANG JADI

Permintaan Slip Kartu Waktu Kartu


produksi Pengeluaran Kerja dan Pemindahan
Bahan Pemindahan Akhir

Masukkan Masukkan Masukkan Masukkan


Data Data Data Data

File Induk File Induk


Persediaan Persediaan
Membuat Bahan Barang
Order Baku dalam
Produksi dan Memutahirkan Proses
Laporan File-file dan Memutahirkan
Permintaan File Induk
Mencetak File-file dan Persediaan
Bahan Mencetak
Laporan Barang
Laporan Jadi
File Induk
Harga
Pokok File Induk
Standar Buku Besar

Order Order Laporan Laporan Laporan Ikhtisar Laporan Ikhtisar


Produksi Produksi Permintaan Aktivitas Selisih Buku Produksi Buku
Bahan Produktivitas Besar Selesai Besar
Harian

Ke Dept. Ke Pembelian Ke Manajemen Ke Akuntansi


Produksi Ke Akuntansi
Produksi

Sumber: Al. Haryono Jusup

Gambar 3.2
Bagan Alir – Transaksi Produksi

C. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO PERSEDIAAN

Audit atas saldo persediaan membutuhkan perencanaan yang cermat, serta


memakan waktu pemeriksaan yang cukup lama, dan biaya serta upaya yang
cukup besar. Agar upaya untuk mendapatkan bukti kompeten yang cukup bisa
berjalan dengan efektif dan efisien, auditor harus mempertimbangkan dengan
3.14 Auditing IB 

cermat tingkat risiko deteksi yang bisa diterima dan merancang pengujian
substantif untuk asersi-asersi persediaan.

1. Perancangan Pengujian Substantif


Pengujian substantif yang mungkin dilakukan untuk asersi-asersi saldo
persediaan dan tujuan khusus audit saldo rekening yang bersangkutan dapat
dilihat pada Tabel 3.4 Bukti yang diperoleh dari pengujian atas persediaan
barang dagangan dan persediaan barang jadi juga berkaitan dengan tujuan untuk
rekening harga pokok penjualan yang bersangkutan karena ada hubungan
terbalik antara rekening-rekening ini. Harap diperhatikan bahwa ada berbagai
pengujian yang diterapkan untuk tujuan-tujuan khusus audit yang berkaitan
dengan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian
atau alokasi. Masing-masing pengujian substantif ini akan dibahas pada bagian
berikut disertai penjelasan bagaimana pengujian bisa dirancang berdasarkan
tingkat risiko deteksi bisa diterima yang akan dicapai.

Tabel 3.4
Pengujian Substantif untuk Asersi-asersi Saldo Persediaan

Tujuan Audit Saldo Rekening (dari


Kategori Pengujian Substantif Gambar 3.2)
E# K# HK2 PA# PP#
Prosedur- 1. Dapatkan pemahaman mengenai bisnis dan √2
prosedur bidang usaha klien dan tentukan:
Awal a. signifikasi harga pokok penjualan dan
persediaan bagi perusahaan;
b. pemicu-pemicu ekonomi utama yang
berpengaruh terhadap harga pokok
penjualan, laba kotor, dan kemungkinan
keusangan persediaan;
c. seberapa banyak perusahaan memiliki
barang konsinyasi;
d. ada tidaknya komitmen pembelian dan
konsentrasi kegiatan dengan pemasok-
pemasok tertentu.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo
persediaan dan catatan yang akan di uji lebih
lanjut:
a. telusur saldo awal persediaan ke kertas
kerja tahun lalu;
b. review aktivitas dalam rekening persediaan
dan selidiki ayat-ayat jurnal yang tampak
tidak biasa atas jumlah atau sumbernya;
c. verifikasi jumlah-jumlah dalam catatan
 PAJA3435/MODUL 3 3.15

Tujuan Audit Saldo Rekening (dari


Kategori Pengujian Substantif Gambar 3.2)
E# K# HK2 PA# PP#
perpetual dan daftar persediaan serta
kecocokannya dengan saldo akhir di buku
besar.
Prosedur 3. Lakukan prosedur analitis. √ 2,3 √ 2,3 √ 2,3
Analitis a. Review pengalaman dan tren industri.
b. Periksalah analisis perputaran persediaan.
c. Review hubungan antara saldo persediaan
dengan pembelian terakhir, produksi, dan
kegiatan penjualan.
d. Bandingkan saldo persediaan dengan
taksiran volume penjualan.
Pengujian 4. Pilihlah suatu sampel ayat-ayat jurnal yang √ 2,3 √ 2,3 √ √ 2,3
rincian dibukukan ke rekening persediaan dan
transaksi cocokkanlah ayat-ayat jurnal tersebut dengan
bukti pendukungnya (misalnya: faktur dari
penjual, catatan biaya produksi, laporan
produksi selesai, dan catatan penjualan serta
retur penjualan).
5. Atas dasar suatu sampel, telusur data dari √ 2,3 √ 2,3 √ √ 2,3
pembelian, produksi, produksi selesai, dan
catatan penjualan ke rekening persediaan.
6. Ujilah pisah batas pembelian dan retur √ 2,3 √ 2,3 √
penjualan (penerimaan), perpindahan barang
antar departemen produksi, dan penjualan
(pengiriman).
Pengujian 7. Observasi perhitungan fisik persediaan yang √2 √2 √2
rincian dilakukan klien.
saldo a. Tentukan waktu dan luasnya pengujian.
b. Evaluasi kecukupan rencana perhitungan
persediaan yang dibuat klien.
c. Observasi ketelitian perhitungan yang
dilakukan klien dan lakukan pengujian
perhitungan.
d. Periksa petunjuk adanya barang lambat
laku, persediaan yang rusak, atau usang.
e. Hitung semua kartu barang dan formulir
berita acara yang digunakan dalam
perhitungan fisik.
8. Ujilah ketelitian pencatatan dalam daftar √2 √2 √2
persediaan.
a. Hitung ulang penjumlahan-penjumlahan
dan perkalian antara kuantitas dengan
harga per unit.
b. Telusur hasil uji perhitungan ke daftar
persediaan.
3.16 Auditing IB 

Tujuan Audit Saldo Rekening (dari


Kategori Pengujian Substantif Gambar 3.2)
E# K# HK2 PA# PP#
c. Cocokkan barang yang tercantum dalam
daftar persediaan ke kartu perhitungan
persediaan dan berita acara perhitungan
fisik.
d. Rekonsiliasi hasil perhitungan fisik
dengan catatan perpetual dan saldo buku
besar dan review ayat jurnal
penyesuaian.
9. Ujilah penetapan harga persediaan. √2
a. Periksalah faktur-faktur penjual yang telah
dibayar untuk pembelian persediaan.
b. Periksalah ketepatan biaya tenaga kerja
dan tarif overhead, biaya standar, dan
disposisi selisih yang berkaitan dengan
persediaan hasil produksi.
10. Konfirmasi persediaan yang disimpan di √2 √2 √
gudang yang berlokasi di luar perusahaan.
11. Periksalah perjanjian konsinyasi dan kontrak- √ √2
kontrak
Pengujian 12. Evaluasi penetapan nilai bersih persediaan: √2
rincian a. periksalah faktur-faktur penjualan setelah
saldo: akhir tahun dan lakukan pengujian mana
estimasi yang lebih rendah antara harga pasar dan
akuntansi harga pokok;
b. bandingkan persediaan dengan katalog
penjualan yang berlaku sekarang dan
laporan penjualan;
c. ajukan pertanyaan mengenai persediaan
lambat-laku, kelebihan, atau persediaan
usang dan tentukan perlu tidaknya
menurunkan nilai persediaan;
d. evaluasi proses manajemen untuk
menaksir nilai bersih bisa direalisasi
dengan menggunakan pengalaman masa
lalu;
e. evaluasi nilai bersih bisa direalisasi dengan
menggunakan informasi tentang:
1) trend bidang usaha;
2) trend perputaran persediaan;
3) persediaan lambat-laku tertentu.
Prosedur 13. Observasi perhitungan fisik persediaan yang
yang termasuk dalam tahap 7 di atas.
diwajibkan
Penyajian 14. Bandingkan penyajian di laporan dengan √ 2,3,4
dan prinsip akuntansi berlaku umum.
pengung- a. Konfirmasi kesesuaian persediaan yang
kapan digadaikan atau dijaminkan.
 PAJA3435/MODUL 3 3.17

Tujuan Audit Saldo Rekening (dari


Kategori Pengujian Substantif Gambar 3.2)
E# K# HK2 PA# PP#
b. Review penyajian dan pengungkapan
persediaan dalam konsep (draft)
persediaan dan tentukan kesesuaiannya
dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

Sumber: Al. Haryono Jusup

2. Prosedur-Prosedur Awal
Prosedur awal yang penting adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis
dan bidang industri klien untuk merancang lingkup penilaian prosedur analitis
dan pengujian detil. Apabila klien merupakan perusahaan manufaktur, maka
auditor harus mengetahui komposisi biaya tetap dan biaya variabel dalam proses
produksi. Apabila produksi bersifat padat modal, maka dibutuhkan tingkat
aktivitas yang tinggi, mungkin antara 80-90% kapasitas produksi, agar
perusahaan bisa memperoleh laba. Bila klien adalah perusahaan pengecer, maka
perlu diketahui sumber pasokan barang dagangan dan peran klien dalam
pendistribusian barang-barang tersebut. Auditor juga harus memahami
perdagangan konsinyasi, baik dalam hal klien bertindak sebagai consignor
maupun sebagai consignee.

3. Prosedur-prosedur Analitis
Penerapan prosedur analitis dalam audit persediaan seringkali cukup luas,
seperti terlihat pada Tabel 3.3. Review pengalaman bidang usaha dan tren
bidang usaha diperlukan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang akan
digunakan dalam mengevaluasi data analitis klien. Sebagai contoh, adanya
penurunan yang tajam dalam perputaran persediaan Auditor juga perlu
memahami dan mengevaluasi komposisi biaya produksi tetap dan biaya
produksi variabel, serta hubungan antara biaya, volume, dan laba kotor.

4. Pengujian Terinci atas Transaksi


Pengujian ini meliputi prosedur pencocokan dengan bukti pendukung
(vouching) dan penelusuran untuk mendapatkan bukti tentang pengolahan
transaksi-transaksi individual yang berpengaruh terhadap saldo persediaan.
3.18 Auditing IB 

a. Pengujian jurnal atas akun persediaan


Sebagian atau seluruh pengujian ini bisa dilakukan sebagai bagian dari
pengujian dengan tujuan ganda selama melaksanakan pekerjaan pada periode
interim. Contoh pencocokan jurnal yang dibukukan ke rekening persediaan
dengan bukti pendukungnya meliputi pencocokan ke dokumen tentang:
1) ayat jurnal debet dalam rekening persediaan barang dagangan atau
persediaan bahan baku ke faktur dari penjual, laporan penerimaan barang,
dan order pembelian;
2) ayat jurnal debet dalam rekening barang dalam proses atau persediaan
barang jadi ke catatan biaya produksi dan laporan produksi;
3) ayat jurnal kredit dalam persediaan barang dagangan dan persediaan barang
jadi ke dokumen-dokumen dan catatan penjualan;
4) ayat jurnal kredit dalam persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi
ke catatan biaya produksi dan laporan produksi.

Perlu diingat bahwa pencocokan ke dokumen pendukung atas ayat jurnal


yang menyebabkan bertambahnya saldo persediaan akan memberi bukti tentang
keberadaan dan penilaian persediaan pada saat transaksi terjadi.

b. Pengujian pisah batas transaksi pembelian, produksi, dan penjualan


Tujuan dan sifat pengujian pisah batas penjualan dan pembelian telah
diuraikan sebelumnya, ketika kita membahas audit atas saldo piutang dagang
dan utang dagang. Kedua pengujian tersebut penting dalam memastikan bahwa
transaksi-transaksi yang terjadi dekat dengan akhir tahun telah dicatat pada
periode akuntansi yang benar. Dalam suatu perusahaan manufaktur, juga harus
ditentukan bahwa jurnal-jurnal untuk transfer harga pokok telah dicatat pada
periode akuntansi yang tepat untuk pemindahan antara: (1) gudang dan
departemen produksi, (2) suatu departemen produksi dengan departemen
produksi lainnya, atau (3) departemen produksi dan barang jadi.

5. Pengujian Terinci atas Saldo


Seperti nampak dalam Tabel 3.4, pengujian ini digunakan sangat ekstensif
dalam audit atas persediaan, terutama karena adanya prosedur yang harus
dilakukan berupa observasi atas perhitungan fisik persediaan serta pengujian
yang bersangkutan.
 PAJA3435/MODUL 3 3.19

a. Observasi atas perhitungan fisik persediaan yang dilakukan klien


Observasi persediaan telah menjadi prosedur audit berlaku umum sejak
lebih dari 50 tahun. Prosedur ini diharuskan apabila persediaan dalam laporan
keuangan perusahaan yang diaudit cukup material, dan apabila hal tersebut
praktis serta beralasan. Observasi persediaan bisa menjadi pekerjaan yang tidak
menyenangkan, menyerap banyak waktu, dan kadang-kadang sulit bagi auditor,
tapi biasanya hal itu jarang terjadi.
Dalam melaksanakan prosedur audit ini, klien bertanggung jawab untuk
melaksanakan perhitungan fisik persediaan. Dari pengujian substantif ini auditor
memperoleh pengetahuan langsung tentang efektivitas perhitungan fisik yang
dilakukan klien, dan mengukur seberapa jauh hal itu bisa diandalkan untuk
asersi manajemen yang berkaitan dengan kuantitas dan kondisi persediaan
Saat dan luasnya pengujian. Penetapan waktu pengamatan persediaan
tergantung pada sistem persediaan yang dianut klien dan efektivitas
pengendalian intern. Dalam sistem persediaan periodik, kuantitas ditentukan
berdasarkan perhitungan fisik, dan semua perhitungan dilakukan pada suatu
tanggal tertentu. Tanggalnya harus tanggal neraca atau mendekati tanggal
neraca, dan auditor juga harus hadir pada tanggal tersebut.
Dalam suatu sistem persediaan perpetual yang dibarengi dengan
pengendalian intern yang efektif, perhitungan fisik bisa dilakukan dan
dibandingkan dengan catatan persediaan pada tanggal interim. Apabila catatan
persediaan diselenggarakan dengan baik dan pembandingan dengan persediaan
fisik dilakukan secara periodik oleh klien, auditor harus hadir untuk mengamati
perhitungan atas suatu sampel persediaan. Dalam hal demikian, prosedur ini bisa
dilakukan selama periode audit atau sesudah tanggal akhir tahun yang diaudit.
Pada perusahaan yang memiliki persediaan di berbagai lokasi, pengamatan
auditor biasanya harus mencakup lokasi-lokasi persediaan yang signifikan.
Perencanaan Perhitungan Fisik Persediaan. Perhitungan fisik persediaan
oleh klien biasanya dilakukan berdasarkan suatu rencana atau suatu daftar
instruksi. Instruksi klien harus meliputi hal-hal berikut.
1) Nama karyawan yang bertanggung jawab mengawasi perhitungan fisik.
2) Tanggal perhitungan.
3) Lokasi perhitungan.
4) Instruksi detail tentang bagaimana perhitungan harus dilakukan.
5) Penggunaan dan pengawasan kartu perhitungan persediaan (inventory tag)
dan formulir daftar persediaan.
3.20 Auditing IB 

6) Izin melakukan penerimaan, pengiriman, dan pemindahan barang selama


pelaksanaan perhitungan, apabila hal-hal tersebut tidak dapat dihindarkan.
7) Pemisahan atau pengidentifikasian barang yang bukan milik perusahaan.

Auditor harus me-review dan mengevaluasi rencana perhitungan fisik yang


akan dilakukan klien, sebelum perhitungan fisik dilaksanakan. Dengan tenggang
waktu yang cukup, klien akan mempunyai waktu untuk mengadakan
penyempurnaan atas rencana perhitungan yang disarankan auditor.

Pelaksanaan Pengujian. Dalam mengamati persediaan, auditor harus:


1) mencermati apakah pegawai klien telah mengikuti/menaati rencana
perhitungan yang telah ditetapkan;
2) melihat apakah semua barang telah ditempeli/digantungi kartu dan tidak
ada barang yang diberi kartu lebih dari satu;
3) memastikan bahwa kartu perhitungan persediaan bernomor tercetak dan
formulir daftar persediaan diawasi penggunaannya;
4) melakukan sejumlah pengujian perhitungan dan menelusur jumlah hasil
pengujian perhitungan ke daftar persediaan;
5) waspada terhadap kemungkinan bahwa tempat-tempat penyimpanan tidak
ada isinya atau tumpukan persediaan sebenarnya kosong di dalamnya, serta
kemungkinan-kemungkinan lain semacam itu;
6) mengamati dengan seksama ada tidaknya barang rusak atau usang;
7) menilai kondisi umum persediaan;
8) mengidentifikasi dokumen penerimaan dan dokumen pengiriman yang
terakhir digunakan untuk memastikan bahwa barang yang diterima selama
berlangsungnya proses perhitungan telah dipisahkan;
9) mengajukan pertanyaan mengenai ada tidaknya persediaan-persediaan yang
lambat laku.

Biasanya auditor mengelompokkan persediaan berdasarkan nilainya.


Barang-barang bernilai tinggi dihitung semua sedangkan barang yang lainnya
hanya dihitung berdasarkan sampel.
Dalam melakukan pengujian perhitungan, auditor harus mencatat hasil
perhitungannya disertai deskripsi untuk setiap jenis (nomor kode barang, satuan
pengukur, lokasi, dan sebagainya) dalam kertas kerja seperti terlihat pada
Gambar 3.3.
 PAJA3435/MODUL 3 3.21

Dibuat oleh: …………….. Tgl: ………………..


Direview oleh: …..…….. Tgl: ………………..

PT ABC
Pengujian Perhitungan Bahan Baku
31-12-201X
Halaman Persediaan Perhitungan
No. Berita Selisih
Nomor Keterangan Klien Audit
Label Acara
6531 15 1-42- Back plate 125√ 125
003
8340 18 1-83- ¼” Cooper 93√ 93
012 plate
1483 24 2-11- Single end 1231yd√ 1321 4yd
004 wire
4486 26 2-28- Copper tubing 220ft√ 220ft
811
3334 48 4-26- Side Plate 424√ 424
204
8502 64 7-44- ½” Cooper 276ft√ 276
310 wire
8844 68 7-72- 3/8” Cooper 419ft√ 419ft
460 wire
6295 92 3-48- Front plate 96√ 69 27
260 unit

Semua selisih telah dikoreksi oleh klien. Pengaruh bersih dari koreksi telah
menaikkan persediaan dengan Rp. 840.000,00. Total nilai persediaan yang diuji
perhitungannya dan ditelusur ke ikhtisar persediaan adalah Rp. 26.460.000,00 atau
22% dari keseluruhan persediaan. Menurut pendapat saya kesalahan itu dianggap
tidak material.

√ = Ditelusur ke ikhtisar persediaan yang dibuat klien (F-4)

Gambar 3.3
Kertas Kerja Pengujian Perhitungan Persediaan

Sebagai kesimpulan dari pengamatan persediaan, anggota tim audit yang


ditunjuk harus membuat ikhtisar persediaan keseluruhan. Ikhtisar tersebut harus
mencakup uraian mengenai: (1) penyimpangan atas rencana perhitungan fisik
yang telah dibuat klien, (2) luas pengujian perhitungan dan selisih-selisih
3.22 Auditing IB 

material yang ditemukan, dan (3) kesimpulan tentang ketelitian perhitungan dan
kondisi umum persediaan.
Apabila persediaan berjumlah material dan auditor tidak melakukan
pengamatan persediaan pada tanggal akhir tahun atau mendekati akhir tahun,
Standar Audit (SA) 331.06 menyatakan bahwa:
1) pengujian atas catatan akuntansi saja tidak cukup bagi auditor untuk
memperoleh keyakinan tentang kuantitas persediaan;
2) selalu diperlukan oleh auditor untuk melakukan, atau mengamati, beberapa
perhitungan fisik persediaan dan menerapkan pengujian yang memadai atas
transaksi yang terkait.

Kalimat di atas sudah jelas, pengamatan (atau perhitungan) persediaan bisa


ditunda atau diundur, tetapi tidak bisa ditiadakan. Auditor harus memperoleh
sejumlah bukti fisik berkaitan dengan persediaan akhir agar sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum. Selain itu auditor harus melakukan review atas
catatan perhitungan yang dibuat klien.
Perhitungan Persediaan dengan Sampling Statistik. Perusahaan mungkin
memiliki pengendalian persediaan atau menggunakan metode penentuan
persediaan, seperti sampling statistik, yang tidak memerlukan perhitungan fisik
setiap jenis persediaan. Metode-metode tersebut tidak meniadakan tanggung
jawab auditor untuk mengamati perhitungan persediaan. Pengamatan terhadap
perhitungan persediaan masih tetap diperlukan. Selain itu auditor harus
memperoleh bukti tentang ketepatan metode yang digunakan untuk menetapkan
kuantitas persediaan. Apabila klien menggunakan metode statistik, SA 331.05
menyatakan bahwa auditor harus memastikan bahwa (1) rencana sampling
memiliki validitas statistik, (2) diterapkan dengan tepat, dan (3) hasilnya (dalam
arti ketepatan dan keandalannya) cukup wajar sesuai dengan keadaannya.
Pengamatan atas Persediaan Awal. Untuk bisa memberi pendapat wajar
atas laporan rugi-laba, auditor harus mengobservasi baik persediaan awal
maupun persediaan akhir. Apabila klien telah diaudit oleh kantor akuntan publik
yang lain untuk periode (atau periode-periode yang lalu), maka prosedur
pengauditan sebagaimana dimaksud di atas, bisa berupa review atas laporan
auditor pendahulu dan atau kertas kerjanya dan me-review daftar persediaan
klien untuk periode (atau periode-periode) yang lalu. Jika klien belum pernah
diaudit pada tahun-tahun sebelumnya, auditor bisa memperoleh keyakinan audit
dengan cara me-review daftar persediaan yang dihasilkan dari perhitungan klien,
menguji transaksi-transaksi persediaan tahun lalu, dan menerapkan pengujian
 PAJA3435/MODUL 3 3.23

laba kotor atas persediaan. Namun demikian, prosedur ini hanya tepat digunakan
apabila auditor bisa memeriksa keabsahan (validitas) dan ketepatan persediaan
untuk periode yang diperiksa.
Pengaruh Terhadap Laporan Auditor. Apabila persediaan telah diamati
(diobservasi), auditor dimungkinkan untuk memberi pendapat wajar tanpa
pengecualian dalam laporan auditnya. Hal ini berlaku pula bila auditor telah
menggunakan prosedur pengujian substantif alternatif untuk memeriksa
persediaan awalnya. Namun apabila untuk persediaan awal tidak diperoleh bukti
yang cukup atau auditor tidak dapat melakukan pengamatan persediaan akhir,
maka auditor tidak dimungkinkan untuk menerbitkan laporan dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian.
Penerapan untuk Asersi-asersi. Seperti halnya konfirmasi atas piutang
dagang, pengamatan atas perhitungan persediaan bisa menjadi bukti untuk
berbagai asersi. Pengujian ini merupakan sumber bukti utama mengenai
keberadaan persediaan. Selain itu, pengujian ini juga berkaitan dengan asersi-
asersi berikut.

Asersi Penjelasan
Kelengkapan Kuantitas lebih besar daripada catatan perpetual
menunjukkan bahwa catatan tidak lengkap.
Penilaian atau pengalokasian Kuantitas yang telah diamati merupakan dasar untuk
menghimpun total jumlah rupiah dalam daftar
persediaan.
Barang rusak atau barang usang yang telah diamati
dapat dinilai berdasarkan nilai bersih yang bisa di
realisasi

Pengamatan tidak bisa menjadi bukti untuk asersi hak dan kewajiban karena
barang yang ada di tangan bisa saja merupakan barang konsinyasi yang bukan
milik klien, atau bisa juga merupakan barang yang telah dibeli konsumen tetapi
belum dikirimkan oleh klien.

b. Pengujian ketelitian pencatatan dalam daftar persediaan


Setelah perhitungan fisik persediaan selesai dikerjakan, klien akan
menggunakan kartu-kartu perhitungan persediaan atau formulir perhitungan
untuk membuat daftar yang berisi semua jenis barang yang telah dihitung.
Semua jenis persediaan tersebut kemudian diberi harga sehingga bisa diketahui
3.24 Auditing IB 

total nilai rupiah semua persediaan yang ada di tangan. Oleh karena daftar ini
akan menjadi dasar untuk membuat jurnal guna menyesuaikan persediaan
menurut catatan sehingga cocok dengan yang ada di tangan, maka auditor harus
melakukan pengujian tertentu untuk memastikan bahwa daftar telah dibuat
dengan benar dan mencerminkan hasil perhitungan fisik yang telah dilakukan.
Pengujian ketelitian pencatatan mencakup perhitungan ulang atas jumlah-
jumlah yang tercantum dalam daftar persediaan dan memeriksa ketelitian hasil
perkalian antara kuantitas dengan harga per unit yang biasanya dilakukan atas
suatu sampel tertentu. Untuk memastikan bahwa daftar telah secara tepat
mencerminkan hasil perhitungan, auditor menelusur hasil perhitungannya
sendiri ke daftar persediaan, dan mencocokkan setiap unsur dalam daftar ke
kartu perhitungan persediaan dan formulir perhitungan pada waktu dilakukan
perhitungan fisik. Hasil perhitungan fisik selanjutnya dibandingkan dengan
jumlah dalam catatan persediaan perpetual (bila memungkinkan) dan semua
perbedaan dicatat dan diselidiki serta ditelusur ke ayat jurnal penyesuaian.
Pengujian ini memberi bukti tentang asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.

1) Pengujian harga persediaan


Pengujian ini mencakup pemeriksaan atas dokumen-dokumen pendukung
yang berkaitan dengan harga pokok (cost) maupun nilai pasar persediaan.
Dengan demikian hal ini berkaitan dengan asersi penilaian atau
pengalokasian. Hal ini juga menyangkut pembuktian bahwa prosedur
penetapan harga pokok telah diterapkan secara konsisten dengan tahun-
tahun sebelumnya.
Review atas catatan persediaan perpetual dan pengajuan pertanyaan kepada
klien diperlukan auditor untuk menentukan dasar dan metode harga pokok
yang digunakan dalam penentuan harga persediaan. Konsistensi dalam
penetapan harga dapat mengacu pada kertas kerja tahun yang lalu, jika audit
merupakan audit ulangan, dan/atau laporan keuangan tahun lalu. Tahap
pemeriksaan penetapan harga ini mencakup pula review atas harga untuk
barang rusak dan barang usang untuk memastikan bahwa barang-barang
tersebut tidak dilaporkan di laporan keuangan dengan nilai yang melebihi
nilai bersih yang dapat di realisasi per tanggal laporan. Bukti pendukung
harga pokok per unit bisa berbeda-beda tergantung pada jenis persediaan
yang dimiliki perusahaan. Untuk barang-barang yang dibeli untuk dijual
 PAJA3435/MODUL 3 3.25

kembali, digunakan, atau dipakai (barang dagangan, bahan baku, dan


supplies), harga pokok harus dicocokkan ke faktur dari penjual.

2) Pengujian harga pokok persediaan hasil produksi


Sifat dan luasnya pengujian harga yang dilakukan auditor atas barang dalam
proses dan barang jadi tergantung pada keandalan catatan akuntansi biaya
klien dan metode yang digunakan klien dalam pengumpulan biaya-biaya
tersebut. Metode tersebut harus di-review oleh auditor yang meliputi
ketepatan, ketelitian, dan konsistensi penerapannya. Sebagai contoh,
apabila klien menggunakan biaya standar, auditor harus menguji
perhitungan standar, membandingkan perhitungan dengan spesifikasi
teknis, menentukan bahwa standar berlaku untuk tahun yang diperiksa, dan
menilai apakah standar tidak jauh berbeda dari rata-rata selisih (variance).

3) Konfirmasi persediaan yang berada di gudang luar atau di luar entitas


Apabila klien menyimpan persediaannya di gudang umum atau di gudang
sewaan yang berada di luar area perusahaan, auditor harus mendapatkan
bukti mengenai keberadaan persediaan dengan cara melakukan komunikasi
langsung dengan penyimpan barang. Jenis bukti ini bisa dianggap
mencukupi, kecuali apabila jumlah barang yang disimpan di gudang luar
tersebut mencerminkan bagian yang signifikan dari aset lancar atau total
aset perusahaan klien. Apabila hal ini dijumpai auditor, maka menurut SA
331.08 auditor harus melakukan satu atau lebih prosedur berikut.
a) Menguji prosedur penyelidikan yang digunakan oleh pemilik gudang
atas penjaga gudang dan penilaian kinerja penjaga gudang.
b) Memperoleh laporan auditor independen atas prosedur pengawasan
yang digunakan oleh penjaga gudang yang berhubungan dengan
penyimpanan barang dan, jika dimungkinkan, atas tanda terima barang
dari pemilik gudang sewaan yang digadaikan oleh klien sebagai
jaminan penarikan utang, atau menerapkan prosedur alternatif di
gudang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa informasi
yang diterima dari penjaga gudang dapat diandalkan.
c) Melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik barang, jika dapat
dilaksanakan dan beralasan.
d) Jika tanda terima barang gudang telah digadaikan oleh klien sebagai
jaminan utang, maka auditor perlu mendapatkan konfirmasi dari
3.26 Auditing IB 

kreditur yang bersangkutan mengenai tanda terima gudang yang


digadaikan tersebut (dalam bentuk pengujian, jika dimungkinkan).

Konfirmasi persediaan tidak memberi bukti tentang nilai persediaan, karena


penyimpanan barang tidak diminta untuk melaporkan tentang harga pokok,
kondisi, ataupun nilai pasar barang yang disimpan di gudang yang
bersangkutan.

4) Pemeriksaan atas perjanjian konsinyasi dan kontrak-kontrak


Barang yang ada di gudang mungkin merupakan barang yang telah dibeli
konsumen, tetapi atas permintaan konsumen barang tersebut dititipkan dulu,
atau bisa juga merupakan barang titipan dalam rangka konsinyasi. Oleh
karena itu ketika dilangsungkan perhitungan fisik persediaan, manajemen
diminta untuk memisahkan barang-barang yang bukan merupakan
miliknya. Selain itu, auditor biasanya meminta pernyataan tertulis mengenai
pemilikan persediaan dalam bentuk surat pernyataan klien.

D. PEMBANDINGAN PENYAJIAN DI LAPORAN DENGAN


PRINSIP AKUNTANSI BERLAKU UMUM

Dalam pelaporan persediaan di laporan keuangan, persediaan harus


dilaporkan di neraca dengan pengelompokan tertentu berdasarkan kelompok
utama persediaan pada perusahaan yang bersangkutan, demikian pula untuk
harga pokok penjualan yang akan dilaporkan dalam laporan rugi-laba. Selain itu,
dalam laporan perlu diungkapkan metode harga pokok yang digunakan,
penjaminan persediaan dalam rangka penarikan utang, dan adanya komitmen
pembelian.
Bukti tentang penyajian dan pengungkapan diperoleh melalui pengujian
substantif yang telah diuraikan di atas. Bukti selanjutnya bisa diperoleh (apabila
diperlukan) melalui review atas notulen rapat dewan komisaris dan hasil
pengajuan pertanyaan kepada manajemen. Berdasarkan bukti dan pembandingan
antara laporan keuangan klien dengan prinsip akuntansi berlaku umum, auditor
menentukan ketepatan penyajian dan pengungkapan.
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh melalui berbagai pengujian
substantif seperti telah diuraikan di atas, auditor akan dapat menarik kesimpulan
untuk setiap tujuan audit saldo rekening persediaan.
 PAJA3435/MODUL 3 3.27

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1. Sebutkan siklus-siklus yang berkaitan dengan siklus produksi?


2. Pengendalian apa yang penting dalam melindungi persediaan dan
memelihara kebenaran saldo persediaan?
3. Tunjukkan beberapa rasio dan rumusnya yang dapat digunakan dalam
menerapkan prosedur analitis pada saldo persediaan.
4. Sebutkan dokumen dan informasi lainnya yang digunakan oleh auditor
dalam melakukan pengujian harga persediaan.
5. Dalam melaksanakan prosedur observasi perhitungan fisik persediaan,
siapakah yang melaksanakan perhitungan tersebut?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal sifat siklus produksi.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal aktivitas pengendalian
transaksi produksi.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal pengujian substantif saldo
persediaan mengenai prosedur analitis.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal pengujian substantif saldo
persediaan.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal pengujian substantif saldo
persediaan.
3.28 Auditing IB 

R A NG KU M AN

Siklus produksi berkaitan dengan proses mengubah bahan baku


menjadi barang jadi. Siklus ini meliputi perencanaan dan pengendalian
produksi dari jenis dan jumlah barang yang diproduksi, tingkat persediaan
yang akan dipertahankan, dan transaksi-transaksi serta kejadian-kejadian
yang berkaitan dengan proses produksi.
Auditor harus menggunakan pemahaman tentang bisnis untuk mengerti
arti penting siklus produksi dalam perusahaan yang diperiksanya. Hal ini
akan membantu dalam memahami risiko bisnis klien, mengevaluasi apakah
manajemen cukup memperhitungkan risiko tersebut, dan merancang
pengujian audit yang tepat.
Risiko bawaan untuk terjadinya salah saji dalam laporan keuangan
yang diakibatkan oleh transaksi-transaksi persediaan untuk perusahaan
perhotelan relatif rendah, karena persediaan bukan merupakan bagian yang
material dalam kegiatan utama perusahaan. Sebaliknya untuk perusahaan
manufaktur atau perusahaan dagang (grosir maupun pengecer) risiko
bawaannya cenderung tinggi.
Pelaksanaan dan pencatatan transaksi manufaktur serta pengamanan
persediaan meliputi fungsi-fungsi antara lain: (1) Pelaksanaan produksi;
(2) Pemindahan barang; (3) Pencatatan transaksi produksi dan persediaan.
Pengujian terinci atas saldo persediaan terdiri dari prosedur observasi
penghitungan fisik persediaan, penetapan nilai persediaan dan pengujian
atas nilai bersih persediaan (net realizable value).

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Hal berikut ini yang tidak berkaitan dengan fungsi-fungsi dalam transaksi
manufaktur dalam siklus produksi adalah ….
A. perencanaan dan pengawasan produksi
B. penerimaan bahan baku dari supplier
C. pengamanan persediaan
D. menentukan dan mencatat biaya produksi
 PAJA3435/MODUL 3 3.29

2. Pada waktu mengaudit persediaan akhir tahun, auditor melakukan


pengujian pisah batas pembelian untuk mendapatkan bukti bahwa ….
A. semua barang yang dibeli sebelum akhir tahun telah diterima sebelum
perhitungan fisik persediaan dilakukan
B. tidak ada barang titipan konsinyasi yang dimasukkan sebagai
persediaan
C. tidak ada barang yang diamati selama proses perhitungan fisik yang
digadaikan atau dijual
D. semua barang milik perusahaan yang ada pada akhir tahun telah
termasuk dalam saldo persediaan dan dicatat pada periode akuntansi
yang benar

3. Auditor menguji apakah jam kerja pegawai sesuai dengan catatan waktu
seorang pegawai untuk suatu job tertentu dengan menggunakan
dokumen ….
A. kartu biaya
B. catatan persediaan perpetual
C. kartu waktu
D. permintaan bahan

4. Prosedur observasi perhitungan persediaan dilakukan untuk mendapatkan


bukti bahwa persediaan yang ada secara fisik dan telah diobservasi oleh
auditor pada saat pelaksanaan perhitungan fisik ….
A. benar-benar milik klien
B. tidak usang
C. secara fisik benar-benar ada pada saat pembuatan daftar persediaan
akhir
D. telah dicatat di kartu persediaan

5. Prosedur di bawah ini yang tidak tepat dilakukan auditor dalam rangka
melakukan observasi atas perhitungan fisik persediaan oleh klien adalah ….
A. melakukan pengujian persediaan harga pokok hasil produksi
B. menilai kondisi umum persediaan
C. melakukan sejumlah pengujian perhitungan dan menelusur jumlah
hasil pengujian perhitungan ke daftar persediaan
D. mencermati apakah pegawai klien telah mengikuti/menaati rencana
perhitungan yang telah ditetapkan
3.30 Auditing IB 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 PAJA3435/MODUL 3 3.31

Kegiatan Belajar 2

Siklus Personalia

A. SIFAT SIKLUS PERSONALIA

Siklus personalia suatu perusahaan meliputi kejadian-kejadian dan kegiatan-


kegiatan yang bersangkutan dengan pemberian kompensasi kepada pimpinan
dan pegawai perusahaan. Jenis-jenis kompensasi meliputi gaji, upah (per jam,
per hari, atau per unit pekerjaan), komisi, bonus, tunjangan, opsi membeli
saham, berbagai kesejahteraan (benefit) yang diberikan kepada pegawai
(misalnya asuransi kesehatan). Kelompok transaksi utama dalam siklus ini
adalah transaksi-transaksi penggajian. Rekening-rekening yang terkait dengan
transaksi-transaksi ini dapat dilihat pada Gambar 3.4 di bawah ini.

Debet Kredit Debet Kredit

Utang Biaya Kompensasi Bank - Rekening Penggajian


Biaya Kompensasi (meliputi gaji,
Utang yang timbul dari (sebesar kompensasi bersih)
upah, komisi, bonus, opsi saham,
pemotongan gaji/upah pegawai Bank - Rekening Umum (sebesar
dan benefit-benefit pegawai)
Utang PPh jumlah-jumlah yang dipotong dari
Pajak Penghasilan Karyawan
karyawan kompensasi kotor pegawai)
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik (tenaga
kerja tak langsung)

Produksi Pembayaran

Sumber: Al. Haryono Jusup

Gambar 3.4
Rekening-rekening yang terkait dengan Penggajian

Siklus personalia berkaitan dengan dua siklus lain. Pembayaran kompensasi


kepada karyawan dan pembayaran pajak penghasilan karyawan yang dipotong
perusahaan dari penghasilan karyawan berhubungan dengan transaksi
pengeluaran kas dalam siklus pengeluaran. Pendistribusian biaya tenaga kerja
pabrik ke barang dalam proses berkaitan dengan siklus produksi. Dalam
3.32 Auditing IB 

pembahasan selanjutnya akan diuraikan secara lebih mendalam mengenai


kompensasi (upah) kepada karyawan atas dasar jam kerja beserta pajak
penghasilan yang terkait, serta masalah-masalah yang berhubungan dengan
pengukuran dan pengungkapan opsi saham dan program pensiun.

1. Tujuan Audit
Tujuan khusus audit untuk siklus personalia dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Prosedur-prosedur yang digunakan auditor untuk mencapai tujuan tersebut akan
diuraikan di bawah ini.

Tabel 3.5
Tujuan Khusus Audit untuk Siklus Personalia

Asersi Tujuan Audit Kelompok Transaksi Tujuan Audit Saldo Rekening


Eksistensi Biaya gaji dan upah serta biaya PPh Saldo utang gaji dan upah serta
atau karyawan dalam pembukuan utang PPh karyawan
keterjadian berkaitan dengan kompensasi atas mencerminkan jumlah yang
jasa yang dibe-rikan selama periode terutang pertanggal neraca (E2).
yang diaudit (E1).
Kelengkapan Biaya gaji dan upah serta biaya PPh Utang gaji dan upah serta utang
karyawan mencakup semua biaya PPh karyawan mencakup semua
yang terjadi untuk jasa personalia utang kepada karyawan dan
selama periode yang diaudit (K1). utang kepada negara per tanggal
neraca (K2).
Hak dan Utang gaji dan upah serta utang
kewajiban PPh karyawan adalah kewajiban
perusahaan klien (HK1).
Penilaian atau Biaya gaji dan upah serta biaya PPh Utang gaji dan upah serta utang
alokasi karyawan telah dihitung dengan teliti PPh karyawan telah dihitung
dan telah dicatat (PA1). dengan teliti dan telah dicatat
(PA2).
Distribusi biaya tenaga kerja
pabrik telah dihitung dan dicatat
dengan benar (PA3).
Penyajian dan Biaya gaji dan upah serta biaya PPh Utang gaji dan upah serta utang
pengungkapan karyawan telah diidentifikasi dan PPh karyawan telah diidentifikasi
dikelompokkan dengan benar dalam dan diklasifikasi dengan benar
laporan rugi-laba (PP1). dalam neraca (PP2).
 PAJA3435/MODUL 3 3.33

Asersi Tujuan Audit Kelompok Transaksi Tujuan Audit Saldo Rekening


Laporan keuangan telah memuat
pengungkapan yang tepat
tentang program pensiun dan
program benefit lainnya (PP3).

Sumber: Al. Haryono Jusup

2. Pemahaman Proses Bisnis dan Strategi Audit


Lamanya waktu yang digunakan dan upaya yang dilakukan auditor untuk
mengaudit jasa personalia berbeda-beda untuk setiap industri. Misal dalam audit
atas sebuah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, auditor
menaruh perhatian yang sangat besar terhadap audit atas personalia, karena
antara 60% - 70% anggaran tahunan organisasi tersebut terdiri dari pengeluaran
untuk personalia. Demikian pula dengan industri perhotelan, yang merupakan
industri jasa yang sangat tergantung pada efektivitas penggunaan personalia.
Industri semacam itu menggunakan banyak tenaga kerja, dengan demikian
menggunakan sebagian besar anggaran tahunannya untuk membayar personalia.
Beban perusahaan yang memiliki banyak tenaga kerja tidak hanya berupa
gaji dan upah tetapi bisa juga meliputi beban yang harus ditanggung sehubungan
dengan adanya program pensiun pegawai serta pemberian kesejahteraan lain
kepada para karyawannya. Semua hal yang berkaitan dengan pemberian
kompensasi kepada karyawan ini harus dipahami auditor. Sebelum melangkah
ke audit atas personalia, auditor perlu memahami:
a. arti penting atau peran personalia dalam perusahaan yang akan diaudit
(misalnya: apakah perusahaan klien merupakan perusahaan padat tenaga-
kerja atau padat modal);
b. sifat kompensasi (kompensasi berupa upah yang diberikan atas dasar jam
kerja membutuhkan sistem pengawasan yang berbeda dengan kompensasi
berupa gaji tetap bulanan atau mingguan);
c. arti penting berbagai paket kompensasi, seperti bonus, opsi saham, dan
program pensiun.
3.34 Auditing IB 

B. MATERIALITAS, RISIKO BAWAAN, DAN PROSEDUR


ANALITIS

1. Materialitas
Untuk perusahaan-perusahaan jasa seperti bank, perusahaan asuransi, dan
perusahaan-perusahaan profesional (misalkan kantor akuntan publik, kantor
penasihat hukum, dan sebagainya) jasa personalia biasanya merupakan salah
satu pos biaya yang besar. Pada lembaga-lembaga pendidikan, jasa personalia
pada umumnya merupakan pengeluaran yang utama. Perkembangan yang pesat
pada perusahaan-perusahaan jasa menyebabkan semakin pentingnya peranan
tenaga kerja, sehingga siklus jasa personalia pada banyak perusahaan
merupakan bidang audit yang material. Di pihak lain, saldo rupiah utang gaji
dan upah pada umumnya tidak begitu signifikan, namun pengungkapan yang
berkaitan dengan opsi saham dan program pensiun biasanya merupakan
pengungkapan yang material.

2. Risiko Bawaan
Auditor umumnya tidak begitu khawatir dengan asersi kelengkapan pada
siklus personalia, karena kebanyakan pegawai akan segera bereaksi untuk
menagih kepada majikannya jika mereka tidak dibayar tepat pada waktunya.
Namun kecurangan (asersi keberadaan atau keterjadian) merupakan masalah
besar bagi auditor. Kekurangan bisa terjadi pada dua tingkatan. Pegawai yang
terlibat dalam proses pembuatan daftar gaji bisa memasukkan nama-nama
pegawai fiktif dan selanjutnya mengalikan cek gaji yang dikeluarkan perusahaan
untuk kepentingan mereka.
Selain itu, program kesejahteraan pegawai berupa opsi saham, atau program
pensiun selain menyangkut jumlah rupiah yang besar dan perhitungan yang
rumit, juga menyangkut masalah pengungkapan yang tidak sederhana. Sebagai
kesimpulan dapat dikatakan bahwa risiko bawaan cukup tinggi untuk asersi
keberadaan atau keterjadian, penilaian atau pengalokasian, serta penyajian dan
pengungkapan.

3. Prosedur Analitis
Auditor biasanya akan melakukan prosedur analitis pada awal pelaksanaan
audit atas siklus personalia, karena prosedur ini cukup murah dibandingkan
 PAJA3435/MODUL 3 3.35

dengan prosedur yang lain. Contoh prosedur analitis yang dapat dilakukan
auditor dapat dilihat pada Tabel 3.6. Prosedur analitis sangat bermanfaat dalam
mengidentifikasi kecurangan potensial seperti misalnya apabila gaji atau upah
kotor pegawai lebih tinggi dari jumlah yang diperkirakan auditor.

Tabel 3.6
Prosedur Analitis yang Sering Digunakan dalam Mengaudit Siklus Personalia

Rasio Rumus Manfaat dalam audit


Biaya tenaga kerja Total kelompok biaya Pengujian kewajaran biaya tenaga
rata-rata per kelompok tenaga kerja dibagi dengan kerja kantor per kelompok tenaga
tenaga kerja jumlah tenaga kerja dalam kerja. Banyak perusahaan memiliki
kelompok yang lebih dari satu kelompok tenaga
bersangkutan. kerja, dan sangat penting untuk
dinilai kewajaran biaya tenaga
kerja berdasarkan kelompoknya.

Pendapatan per Total pendapatan : jumlah Bisa digunakan untuk mengukur


karyawan karyawan penuh waktu produktivitas per pegawai. Cara ini
terutama digunakan dalam
perusahaan jasa untuk diban-
dingkan dengan data statistik
dalam bidang usaha yang sama.

Persentase biaya Total biaya tenaga kerja : Pengujian kewajaran biaya tenaga
tenaga kerja terhadap total pendapatan kerja. Data ini biasanya
total pendapatan dibandingkan dengan data statistik
bidang usaha.

Persentase pajak Total pajak penghasilan Pengujian kewajaran biaya tenaga


penghasilan karyawan karyawan: Pendapatan kerja. Data ini biasanya
terhadap total bruto karyawan. dibandingkan dengan standar tarif
pendapatan kotor pajak.
karyawan
Perbandingan biaya Biaya tenaga kerja tahun Pengujian kewajaran biaya tenaga
tenaga kerja (gaji, ini: Biaya tenaga kerja kerja apabila selisih berbeda
upah bonus, tahun lalu. secara signifikan lebih dari 1,0.
kesejahteraan, dsb)
dengan biaya tahun
lalu atau anggaran.
Perbandingan utang Utang gaji tahun ini: utang Pengujian kewajaran utang gaji
gaji tahun ini dengan gaji tahun lalu disesuaikan apabila rasio berbeda signifikan.
utang gaji tahun lalu. dengan tingkat
pertumbuhan dalam
volume biaya tenaga kerja.
3.36 Auditing IB 

Rasio Rumus Manfaat dalam audit


Rasio pajak Pajak penghasilan Pengujian kewajaran pajak
penghasilan karyawan karyawan: Total biaya penghasilan karyawan
dengan total biaya tenaga kerja. berdasarkan rasio tahun lalu.
tenaga kerja.
Persentase biaya Total biaya kesejahteraan Pengujian kewajaran biaya
kesejahteraan karyawan: biaya tenaga kesejahteraan karyawan. Data ini
karyawan terhadap kerja bruto. biasanya dibandingkan dengan
biaya tenaga kerja data statistik bidang usaha.
bruto.

Sumber: Al. Haryono Jusup

C. PERTIMBANGAN PENGENDALIAN INTERNAL

Seperti halnya untuk kelompok-kelompok transaksi utama yang lain, kelima


komponen pengendalian intern relevan terhadap siklus jasa personalia. Sejumlah
faktor lingkungan pengendalian mempunyai relevansi langsung. Tanggung
jawab mengenai ketenagakerjaan sering dibebankan pada direktur personalia
atau hubungan ketenagakerjaan, atau manajer sumber daya manusia.
Departemen sumber daya manusia biasanya bertanggung jawab atas
pengangkatan pegawai dan penetapan gaji, upah, dan kesejahteraan pegawai.
Dewan komisaris biasanya menetapkan gaji para pejabat perusahaan serta
berbagai kompensasi untuk pejabat-pejabat tersebut. Departemen atau bagian
yang biasanya terlibat dalam pengolahan transaksi-transaksi penggajian adalah
pencatatan waktu kerja, pembuatan daftar gaji, dan keuangan. Kebijakan dan
praktik di bidang personalia harus menjamin bahwa orang-orang yang tercantum
namanya dalam daftar gaji tidak menyalahi undang-undang atau peraturan
ketenagakerjaan. Selain itu perlu diingat pula bahwa lingkungan pengendalian
yang baik menghendaki adanya penanggung jawab atas penggunaan atau
penempatan personil dalam perusahaan.
Manajemen juga harus memperhitungkan risiko yang berkaitan dengan
kekeliruan atau kecurangan dalam pengolahan penggajian/pengupahan. Hal ini
menyangkut masalah pembayaran yang tidak benar atau terlalu tinggi,
penanganan pajak penghasilan karyawan yang tidak benar, serta pendistribusian
biaya tenaga kerja pabrik yang tidak tepat.
Pemahaman tentang komponen informasi dan komunikasi mensyaratkan
para auditor untuk memiliki pengetahuan tentang metode pengorganisasian dan
pengolahan data yang berkaitan dengan transaksi-transaksi penggunaan tenaga
kerja. Apabila manajemen menggunakan jasa perusahaan lain untuk mengolah
 PAJA3435/MODUL 3 3.37

urusan ini, auditor harus mengerti pembagian tanggung jawab dan pencatatan
yang dilakukan antara perusahaan klien dengan perusahaan jasa dari luar
tersebut. Meskipun beberapa fungsi (misalnya penyelenggaraan catatan
personalia) dilakukan secara on-line, pembuatan daftar gaji dan upah biasanya
menyangkut pengolahan per batch. Dokumen-dokumen, catatan-catatan, file
data, fungsi-fungsi penggajian/pengupahan, dan pengendalian yang berkaitan
akan diuraikan kemudian.
Aktivitas monitoring yang berhubungan dengan penggajian/pengupahan
meliputi umpan balik dari pegawai berkaitan dengan masalah pembayaran,
umpan balik dari instansi pemerintah berkaitan dengan masalah pelaporan dan
pembayaran pajak penghasilan karyawan, penetapan keefektifan pengendalian
penggajian/pengupahan oleh auditor intern, dan pandangan komite audit tentang
kesalahan dalam hal kompensasi untuk pimpinan perusahaan.

D. AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENGGAJIAN

Bagian berikut akan mengidentifikasi dan menjelaskan beberapa dokumen


dan catatan yang lazim digunakan dalam pemrosesan transaksi penggajian.

1. Dokumen dan Catatan


Dokumen dan catatan berikut ini penting dalam pelaksanaan dan pencatatan
transaksi-transaksi penggajian/pengupahan berikut ini.
a. Otorisasi personalia. Memo yang diterbitkan oleh departemen personalia
tentang pengangkatan pegawai beserta semua perubahan status pegawai
untuk keperluan pembuatan daftar gaji & upah.
b. Kartu waktu hadir (clock card). Kartu yang digunakan bagi setiap
pegawai untuk mencatat jam kerja yang telah dilakukan pegawai yang
bersangkutan setiap hari selama periode pembayaran (mingguan, dua
mingguan, atau bulanan). Pencatatan ke dalam kartu ini dilakukan dengan
menggunakan mesin pencatat waktu kerja (time clock). Dalam sistem yang
lebih modern, kartu ini tidak digunakan lagi dan diganti dengan kartu
elektronik (badge) yang bila diselipkan pada terminal akan menghasilkan
pencatatan waktu secara elektronis.
c. Catatan waktu kerja (time ticket). Formulir yang digunakan untuk
mencatat waktu kerja seorang pegawai pada suatu pekerjaan (job) tertentu.
Jumlah jam kerja ini seringkali dicetak dengan mesin.
3.38 Auditing IB 

d. Daftar gaji & upah. Daftar yang menunjukkan nama para pegawai,
pendapatan kotor, potongan-potongan, dan pembayaran bersih untuk suatu
periode. Daftar ini merupakan dasar untuk pembayaran kepada para
pegawai dan pencatatan gaji & upah.
e. Rekening bank-gaji & upah. Rekening giro yang dibuka di bank, khusus
untuk keperluan pembayaran gaji dan upah. Pada setiap periode
pembayaran, rekening ini diisi sebesar jumlah bersih gaji & upah yang
harus dibayar, dan bank akan mengurangi rekening ini sebesar cek-cek
yang diuangkan para pegawai di bank tersebut.
f. Cek gaji/upah. Perintah tertulis kepada bank untuk membayar sejumlah
tertentu kepada pegawai yang menunjukkan cek tersebut di bank. Cek ini
biasanya juga dilampiri dengan informasi tentang pendapatan kotor
pegawai serta potongan-potongan atas pendapatan pegawai yang
bersangkutan.
g. Ikhtisar distribusi biaya tenaga kerja. Laporan yang menunjukkan
pengklasifikasian rekening dari pendapatan kotor para pegawai pabrik
untuk setiap periode pembayaran.
h. SPT pajak penghasilan karyawan. Formulir-formulir yang disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (departemen keuangan) untuk pembayaran
pajak atas gaji & upah pegawai yang telah dipotong perusahaan dari
pendapatan kotor setiap pegawai sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.
i. Arsip pegawai. Berisi data kepegawaian untuk setiap pegawai yang
meliputi informasi pengangkatan pegawai yang bersangkutan, evaluasi
jabatan, tindakan indisipliner (jika ada), dan sebagainya.
j. File induk data personalia. File komputer yang berisi data terkini semua
karyawan yang diperlukan untuk menghitung gaji dan upah, seperti
klasifikasi jabatan, tingkat upah, dan potongan-potongan.
k. File induk pendapatan karyawan. File komputer yang berisi pendapatan
kotor, potongan-potongan, dan pendapatan bersih setiap pegawai yang
dihimpun dari pembayaran gaji & upah per periode pembayaran sejak awal
tahun sampai saat ini.

2. Fungsi-Fungsi dan Pengendalian yang Bersangkutan


Pengolahan transaksi penggajian/pengupahan menyangkut fungsi-fungsi
berikut.
 PAJA3435/MODUL 3 3.39

a. Permulaan transaksi penggajian/pengupahan meliputi:


1) pengangkatan karyawan;
2) pemberian otorisasi perubahan gaji/upah.
b. Penerimaan jasa meliputi:
pembuatan data kehadiran dan waktu kerja.
c. Pencatatan transaksi penggajian/pengupahan meliputi:
penyiapan dan pencatatan daftar gaji/upah.
d. Pembayaran gaji/upah meliputi:
1) pembayaran gaji/upah dan menjaga upah yang belum/tidak diambil;
2) pembayaran pajak penghasilan karyawan.

Masing-masing fungsi di atas akan dijelaskan di bawah ini. Gambar 3.4


memberikan contoh suatu sistem pengolahan transaksi penggajian/pengupahan.
Dalam contoh ini perusahaan menggunakan on-line entry/pengolahan on-line
untuk mengolah perubahan gaji/upah, sedangkan untuk pembuatan daftar gaji
digunakan batch entry/pengolahan batch. Gambar 3.4 melukiskan sejumlah
prosedur pengendalian yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tersebut.
3.40 Auditing IB 

FUNGSI ALUR AUDIT LAPORAN PROGRAM KOMPUTER


DOKUMEN UTAMA DAN FILE

Formulir
Otorisasi
Personalia

MENGAWALI
TRANSAKSI Masukkan
PENGGAJIAN/ Data Personalia Program Personalia File
File Induk Perubahan Induk
PENGUPAHAN
Data Personalia Data
Laporan dari Personalia
File Induk
Perubahan

Kartu
Waktu Review
PENERIMAAN Elektronik dan
JASA persetujuan

File
Program Penggajian dan File Induk
Induk Pemutahiran: Data
Register menghitung gaji/upah Personalia
PENCATATAN berdasarkan waktu dan
Gaji/upah
informasi dalam file induk,
GAJI/UPAH memutahirkan file induk, dan buku
besar; mencetak laporan cek
gaji/upah
Buku File
Besar Induk
Laporan Pendapatan
Penyimpangan karyawan

Ikhtisar
Distribusi
Biaya
Tenaga Kerja File
Induk
Buku
PEMBAYARAN Besar
GAJI/UPAH
Cek

Sumber: Al. Haryono Jusup

Gambar 3.4
Bagan Alir Transaksi Penggajian/Pengupahan

Dalam bagan alir terlihat bahwa tanggung jawab untuk melaksanakan dan
mencatat penggajian/pengupahan tersebar pada beberapa bagian. Pemisahan
tugas ini sangat dalam mengurangi risiko terjadinya pembayaran pada pegawai-
pegawai fiktif atau pembayaran yang melebihi jumlah seharusnya karena tarif
upah atau jumlah jam kerja dihitung dengan jumlah yang lebih besar.
 PAJA3435/MODUL 3 3.41

3. Memperoleh Pemahaman dan Menetapkan Risiko Pengendalian


Prosedur-prosedur yang digunakan untuk mendapatkan dan
mendokumentasikan pemahaman tentang komponen-komponen struktur
pengendalian intern transaksi penggajian/pengupahan, sama dengan prosedur-
prosedur untuk kelompok-kelompok utama transaksi yang lain. Perlu diingat
lagi bahwa prosedur-prosedur ini meliputi pengajuan pertanyaan, review atas
dokumen, observasi, dan mempertimbangkan pengalaman di waktu lalu dengan
klien yang bersangkutan.
Dalam penetapan risiko pengendalian, auditor harus menyadari bahwa salah
saji dalam penggajian/pengupahan bisa terjadi karena kekeliruan yang tidak
disengaja dan bukan merupakan suatu kecurangan. Risiko lebih saji gaji dan
upah yang paling perlu diwaspadai biasanya dilakukan melalui:
a. pembayaran kepada pegawai-pegawai fiktif;
b. pembayaran kepada pegawai yang sesungguhnya tidak bekerja;
c. pembayaran kepada pegawai dengan tarif yang lebih tinggi dari peraturan
yang berlaku di perusahaan.

Dua pengujian pengendalian yang berkaitan dengan risiko pengendalian


untuk asersi keberadaan atau keterjadian adalah (1) pengujian atas penghentian
pegawai dan (2) menyaksikan pembayaran gaji/upah. Pengujian pertama
dilakukan dengan memilih suatu sampel surat-surat pemberhentian pegawai dan
melakukan pemeriksaan atas daftar gaji/upah berikutnya untuk memastikan
bahwa pegawai yang telah berhenti tidak termasuk dalam daftar gaji/upah.
Dalam menyaksikan pembayaran cek-cek gaji/upah, auditor harus mengamati
hal-hal berikut.
a. Terdapat pemisahan tugas antara pembuatan daftar gaji/upah dengan
pembayaran gaji/upah.
b. Setiap pegawai hanya menerima selembar cek.
c. Setiap pegawai harus dapat menunjukkan identitas diri.
d. Terdapat pengawasan yang baik atas cek-cek yang tidak diambil dan tindak
lanjut pengamanannya.

E. PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO GAJI DAN UPAH

Pengujian substantif atas saldo-saldo penggajian/pengupahan biasanya


dilakukan pada tanggal neraca atau mendekati tanggal neraca. Saldo-saldo
rekening yang tercakup dalam transaksi ini meliputi pula utang, gaji, upah,
3.42 Auditing IB 

komisi, bonus, kesejahteraan pegawai, pajak penghasilan karyawan, dan


rekening-rekening biaya yang bersangkutan.

1. Merancang Pengujian Substantif


Dalam melakukan pengujian substantif pada saldo gaji dan upah auditor
tidak perlu melakukan konfirmasi. Prosedur analitis telah dibicarakan di atas
sehingga tidak perlu diulang di sini. Apabila dari prosedur ini tidak dijumpai
fluktuasi yang tidak wajar, maka auditor telah mendapat bukti yang mendukung
tujuan audit yang berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian. Uraian tentang pengujian
substantif khusus untuk saldo-saldo penggajian/pengupahan yang akan
dijelaskan di bawah ini dibatasi hanya pada prosedur-prosedur berikut.
a. Menghitung ulang utang-utang yang berkaitan dengan penggajian/
pengupahan.
b. Mengaudit program kesejahteraan karyawan dan program pensiun.
c. Mengaudit opsi saham.
d. Melakukan verifikasi atas kompensasi kepada para pejabat perusahaan.

2. Menghitung Kembali Kewajiban yang Berkaitan dengan Gaji dan


Upah
Pada umumnya perusahaan memiliki utang-utang tertentu pada tanggal
neraca yang berkaitan dengan penggajian kepada para pejabat dan pegawai
perusahaan berupa gaji dan upah, komisi, bonus, tunjangan kesejahteraan
pegawai, dan sebagainya, serta utang kepada pemerintah (negara) berupa pajak
penghasilan karyawan. Meskipun perhatian utama auditor dalam penggajian
tertuju pada kemungkinan adanya lebih saji, namun untuk utang gaji/upah pada
akhir tahun kemungkinan besar justru berupa kurang saji. Selain itu mungkin
juga terjadi penerapan metode penghitungan utang-utang gaji/upah yang tidak
konsisten dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dalam mendapatkan bukti yang berkaitan dengan kewajaran utang-utang
tersebut, auditor harus me-review perhitungan yang dibuat manajemen atau
melakukan perhitungan secara independen. Utang pajak penghasilan karyawan
harus dibandingkan dengan bukti-bukti pembayaran (penyetoran) pajak
penghasilan karyawan ke kas negara. Bukti tambahan bisa diperoleh dengan
cara memeriksa pembayaran pajak penghasilan karyawan yang dilakukan klien
setelah akhir tahun buku, sebelum berakhirnya pemeriksaan lapangan. Bukti
 PAJA3435/MODUL 3 3.43

yang diperoleh dari pengujian ini terutama berkaitan dengan asersi penilaian
atau pengalokasian.

3. Mengaudit Tunjangan Kesejahteraan Karyawan dan Program


Pensiun
Banyak perusahaan menawarkan pensiun dan kesejahteraan pasca purna
tugas lain kepada para pegawainya. Sejumlah perusahaan manufaktur memiliki
defined benefit pension plan yang membawa berbagai persoalan penting dalam
pengukuran biaya pensiun, serta pengungkapan pensiun tersebut. Risiko paling
besar berkaitan dengan salah saji dalam asersi penilaian atau pengalokasian
(penentuan biaya pensiun) dan asersi penyajian dan pengungkapan (penulisan
catatan kaki tentang pensiun). Dalam hal ini auditor biasanya mempekerjakan
tenaga ahli dari luar untuk mengaudit asumsi-asumsi aktuarial penting yang
diperlukan untuk menentukan biaya pensiun dan proyeksi kewajiban
perusahaan. Dalam mengaudit biaya pensiun, auditor harus juga menilai
kewajaran estimasi-estimasi akuntansi yang penting, dan tingkat bunga yang
digunakan untuk menentukan proyeksi kewajiban di masa datang.

4. Mengaudit Opsi Saham


Dewasa ini banyak perusahaan memberikan kesejahteraan kepada para
karyawannya dalam bentuk opsi saham. Auditor harus menentukan (1) jenis
program insentif yang digunakan untuk memberi kompensasi kepada para
pejabat dan pegawai perusahaan, (2) bagaimana menentukan biaya kompensasi,
dan bagaimana biaya kompensasi dialokasikan ke berbagai periode akuntansi,
dan (3) pengungkapan yang memadai berkaitan dengan program insentif
tersebut.

5. Verifikasi Kompensasi kepada Para Pejabat Perusahaan


Verifikasi atas kompensasi yang diberikan kepada para pejabat perusahaan
merupakan hal yang amat penting karena dua alasan, yaitu: (1) pengungkapan
terpisah tentang kompensasi kepada para pejabat perusahaan dalam perusahaan-
perusahaan publik diharuskan dalam laporan ke Bapepam, dan (2) para pejabat
perusahaan bisa melanggar pengendalian dan menerima gaji, bonus, opsi saham,
dan berbagai bentuk kompensasi lain dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah
yang ditetapkan perusahaan. Pengujian ini berkaitan dengan semua kategori
asersi.
3.44 Auditing IB 

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan sifat siklus personalia!


2) Siklus-siklus apakah yang bersinggungan dengan siklus personalia.
3) Sebutkan beberapa prosedur analitis yang bisa digunakan auditor dalam
siklus personalia dan jelaskan kegunaannya dalam audit!
4) Sebutkan dokumen-dokumen dan catatan yang berkaitan dengan siklus
personalia!
5) Mengapa audit atas kompensasi kepada para pejabat perusahaan dipandang
sangat penting dan pengujian apa yang harus dilakukan terhadap
kompensasi-kompensasi tersebut?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 2 perihal sifat siklus personalia
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal sifat siklus personalia.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal prosedur analitis yang sering
digunakan dalam mengaudit siklus personalia.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal aktivitas pengendalian –
transaksi penggajian.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal pengujian substantif saldo gaji dan
upah.
 PAJA3435/MODUL 3 3.45

R A NG KU M AN

Siklus personalia meliputi kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan


yang bersangkutan dengan pemberian kompensasi kepada pimpinan dan
pegawai perusahaan.
Siklus personalia berkaitan dengan dua siklus lain. Pembayaran
kompensasi kepada karyawan dan pembayaran pajak penghasilan karyawan
yang dipotong perusahaan dari penghasilan karyawan berhubungan dengan
transaksi pengeluaran kas dalam siklus pengeluaran. Pendistribusian biaya
tenaga kerja pabrik ke barang dalam proses berkaitan dengan siklus
produksi.
Auditor harus menggunakan pemahaman tentang bisnis untuk mengerti
arti penting siklus personalia dalam perusahaan yang diperiksanya. Hal ini
akan membantu dalam memahami risiko bisnis klien, mengevaluasi apakah
manajemen cukup memperhitungkan risiko tersebut, dan merancang
pengujian audit yang tepat.
Pengolahan transaksi penggajian/pengupahan menyangkut fungsi-
fungsi berikut: 1) Permulaan transaksi penggajian/pengupahan meliputi;
2) Penerimaan jasa; 3) Pencatatan transaksi penggajian/pengupahan dan
4) Pembayaran gaji/upah.
Pengujian substantif atas saldo gaji dan upah meliputi:
1. menghitung ulang utang-utang yang berkaitan dengan
penggajian/pengupahan;
2. mengaudit program kesejahteraan karyawan dan program pensiun;
3. mengaudit opsi saham;
4. melakukan verifikasi atas kompensasi kepada para pejabat perusahaan.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Asersi yang paling menjadi perhatian auditor ketika mengaudit siklus


personalia adalah ….
A. kelengkapan (Completeness)
B. keberadaan (Existence)
C. hak dan kewajiban (Rights and Obligation)
D. penilaian atau alokasi (Valuation or Allocation)
3.46 Auditing IB 

2. Kartu yang digunakan untuk mencatat jam kerja yang telah dilakukan
pegawai setiap hari adalah ….
A. kartu waktu hadir
B. catatan waktu kerja
C. SPT pajak penghasilan karyawan
D. cek gaji/upah

3. Hal di bawah ini yang bukan merupakan fungsi dari pengolahan transaksi
penggajian/pengupahan adalah ….
A. mengangkat karyawan
B. membuat data kehadiran dan waktu kerja
C. menentukan dan mencatat biaya tenaga kerja sebagai bagian dari biaya
produksi
D. membayar pajak penghasilan karyawan

4. Hal yang perlu diwaspadai terkait dengan risiko kelebihan saji


(overstatement) pembayaran gaji/upah biasanya dilakukan melalui
tindakan-tindakan di bawah ini, kecuali ….
A. pembayaran kepada pegawai-pegawai fiktif
B. pembayaran kepada pegawai yang sesungguhnya tidak bekerja
C. pembayaran kepada pegawai dengan tarif yang lebih tinggi dari
peraturan yang berlaku di perusahaan
D. penundaan pembayaran gaji karyawan

5. Dalam menyaksikan pembayaran cek-cek gaji/upah, hal paling penting


yang harus diamati oleh auditor adalah….
A. waktu pemberian cek yang dilakukan pada sore hari
B. pemisahan tugas antara pembuatan daftar gaji/upah dengan
pembayaran gaji/upah
C. bank yang ditunjuk sebagai tempat pencairan cek gaji/upah
D. identitas yang digunakan oleh para pegawai untuk mengambil cek
 PAJA3435/MODUL 3 3.47

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


 100%
Tingkat penguasaan = Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Kegiatan Belajar 2. mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih,


Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah
80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
3.48 Auditing IB 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) B. Penerimaan bahan baku dari supplier merupakan salah satu fungsi
dalam siklus pengeluaran dan tidak berkaitan dengan fungsi siklus
produksi.
2) D. Pengujian pisah batas pembelian penting dalam memastikan bahwa
transaksi-transaksi yang terjadi dekat dengan akhir tahun telah dicatat
pada periode akuntansi yang benar.
3) C. Kartu waktu (time ticket). Berisi catatan waktu seorang pegawai untuk
suatu job tertentu.
4) C. Prosedur observasi perhitungan persediaan dilakukan untuk
mendapatkan bukti bahwa persediaan pada saat pelaksanaan
perhitungan fisik benar-benar ada (existence).
5) A. Melakukan pengujian persediaan harga pokok hasil produksi bukan
merupakan prosedur dalam observasi penghitungan persediaan,
melainkan prosedur apakah metode penilaian harga (pricing) atas
hasil produksi sudah sesuai atau tidak.

Tes Formatif 2
1) A. Time card (kartu waktu hadir) adalah kartu yang digunakan bagi setiap
pegawai untuk mencatat jam kerja yang telah dilakukan pegawai yang
bersangkutan setiap hari selama periode pembayaran (mingguan, dua
mingguan, atau bulanan).
2) C. Menentukan dan mencatat biaya produksi, termasuk di dalamnya biaya
tenaga kerja langsung, merupakan fungsi dalam siklus produksi.
3) D. Penundaan pembayaran gaji karyawan tidak terkait dengan risiko
kelebihan saji pembayaran upah.
4) B. Diantara pilihan-pilihan tersebut pemisahan tugas antara pembuatan
daftar gaji/upah dengan pembayaran gaji/upah merupakan hal paling
penting yang harus diamati oleh auditor karena menyangkut
pengendalian internal atas transaksi penggajian/pengupahan.
 PAJA3435/MODUL 3 3.49

5) B. Auditor umumnya tidak begitu khawatir dengan asersi kelengkapan


pada siklus personalia, karena kebanyakan pegawai akan segera
bereaksi untuk menagih kepada majikannya jika mereka tidak dibayar
tepat pada waktunya. Namun kecurangan (asersi keberadaan atau
keterjadian) merupakan masalah besar bagi auditor.
3.50 Auditing IB 

Daftar Pustaka

Al. Haryono Jusup. 2002. Pengauditan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah


Tinggi Ekononomi YKPN.

Boynton, Johnson, Kell, 2006. Modern Auditing, 8th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.

Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.
Modul 4

Audit Siklus Investasi dan Pembiayaan


Cahya Irawady, S.E.,M.Si.,Ak.

PE N DA H UL U AN

S iklus Investasi dan Pembiayaan (Investing and Financing Cycle)


berkaitan dengan salah satu tugas utama manajemen dalam hal mengambil
keputusan tentang bagaimana menggunakan sumber daya yang dimilikinya
untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya tersebut harus dikelola
sedemikian rupa dalam berbagai kegiatan perusahaan untuk mendukung
kesinambungan dan pertumbuhan operasi. Seringkali pengeluaran modal ini
sangatlah besar sehingga perusahaan memerlukan tambahan sumber pembiayaan
agar dapat memperoleh aset yang diperlukannya. Pada saat melakukan audit atas
siklus investasi dan pembiayaan, auditor biasanya ingin mendapat jawaban
tentang pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Aset apakah yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan dan
bagaimana rencana manajemen jangka panjang untuk mengembangkan aset
perusahaan?
2. Aset apakah yang dibeli/diperoleh, atau dijual/dihentikan selama periode
yang diaudit?
3. Bagaimana aset baru dibiayai dan bagaimana rencana manajemen jangka
panjang untuk membiayai perkembangan perusahaan?

Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan langsung dengan aktivitas investasi


dan pembelanjaan.
Modul ini membahas aplikasi prosedur-prosedur audit yang diterapkan pada
saat melakukan audit terhadap siklus investasi dan pembiayaan yang disusun
dalam suatu audit program, bukti-bukti audit yang diharapkan diperoleh dengan
kualitas dan kecukupan jumlah yang memadai serta dapat diandalkan dalam
pengambilan kesimpulan akhir dari audit yang dilaksanakan. Perancangan audit
prosedur yang baik akan menjamin keberhasilan auditor dalam melakukan
proses audit yang terbaik dalam setiap penugasan yang dilakukannya.
4.2 Auditing IB 

Pembahasan pada modul ini dimulai dengan penjelasan mengenai sifat


dasar dan pentingnya siklus investasi dan pembiayaan serta tujuan audit yang
diterapkan pada siklus ini. Pembahasan kemudian dilakukan untuk setiap tujuan
audit.
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. menjelaskan sifat siklus investasi dan pembiayaan;
2. menjelaskan bagaimana pemahaman mengenai bisnis dan industri akan
membantu auditor dalam mengembangkan strategi audit untuk siklus
investasi dan pembiayaan;
3. mengidentifikasi kelompok transaksi dan akun-akun yang terlibat, serta
mengidentifikasi tujuan audit atas saldo akun aset tetap untuk siklus
investasi;
4. menjelaskan pertimbangan penting dalam perancangan pengujian substantif
untuk asersi hutang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham.

Cara mempelajari modul ini, pertama baca secara keseluruhan; selanjutnya


tahap demi tahap didalami mulai pendahuluan yang menyangkut relevansi dan
deskripsi singkat untuk memberikan gambaran secara garis besar akan hal yang
hendak Anda pelajari. Selanjutnya, di dalam mempelajari setiap kegiatan belajar
yang ada, bagian pertama adalah Anda harus pahami betul istilah-istilah penting,
kemudian pahami pengertian-pengertian yang tercantum dalam uraian dan
contoh-contoh. Untuk dapat melatih pembelajaran Anda segera kerjakan latihan
dan tes formatif yang ada, dan hitung tingkat penguasaan Anda terhadap materi
yang telah Anda pelajari.
 PAJA3435/MODUL 4 4.3

Kegiatan Belajar 1

Siklus Investasi

A. SIFAT SIKLUS INVESTASI

Aktivitas investasi (investing activities) berkaitan dengan pembelian dan


penjualan tanah, bangunan, peralatan, dan aset lain yang biasanya untuk
digunakan dan tidak dimaksudkan untuk diperdagangkan. Selain itu aktivitas
investasi meliputi pula pembelian dan penjualan instrumen keuangan yang tidak
dimaksudkan untuk diperdagangkan
Langkah pertama dalam mengaudit aktivitas investasi adalah memperoleh
pemahaman mengenai aset-aset yang dibutuhkan untuk mendukung operasi
perusahaan (misalnya: mesin, peralatan, fasilitas, tanah, atau sumber-sumber
alam) dan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan perusahaan
dari pengoperasian aset-aset tersebut.
Langkah kedua dalam mengaudit aktivitas investasi meliputi penentuan aset
apa yang diperoleh selama periode berjalan. Biasanya pertumbuhan dalam aset
tetap harus menunjukkan hubungan yang konsisten dengan pertumbuhan
pendapatan perusahaan. Pada kebanyakan perusahaan, aset jangka panjang
umumnya cukup stabil. Dengan kata lain, sebagian besar aset yang ada pada
akhir tahun, juga sudah ada pada awal tahun. Oleh karena itu, auditor seringkali
lebih memusatkan strategi auditnya pada perubahan (pertambahan atau
pengurangan) dalam aset jangka panjang, bukan pada keseluruhan aset jangka
panjang.
Aktivitas pembiayaan (financing activities) meliputi transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian yang mendatangkan kas atau pembayaran kembali kepada
kreditor (pembiayaan dengan hutang) atau pemilik (pembiayaan dengan modal
sendiri). Aktivitas pembiayaan termasuk kegiatan mendapatkan pinjaman, sewa
guna usaha, menerbitkan obligasi, atau menerbitkan saham preferen atau saham
biasa. Aktivitas ini juga meliputi pembayaran untuk melunasi pinjaman,
pembelian kembali saham (treasury stock), dan pembayaran dividen. Apabila
auditor mengetahui perubahan yang terjadi dalam aktivitas investasi, maka
perubahan dalam aktivitas pembiayaan dapat diprediksi. Strategi audit dalam
siklus ini seringkali memusatkan perhatian pada audit atas populasi hutang dan
ekuitas pada akhir tahun.
4.4 Auditing IB 

Pemahaman Proses Bisnis dan Strategi Audit


Ketika auditor mengembangkan strategi audit berdasarkan transaksi untuk
audit atas investasi dalam aset tetap dan aset-aset jangka panjang lainnya,
biasanya merupakan hasil sampingan dari siklus pengeluaran. Pengendalian
intern atas transaksi-transaksi dalam siklus pengeluaran juga berpengaruh pada
siklus investasi terutama pada investasi dalam aset tetap. Selain itu dalam
pengembangan strategi audit, auditor memandang bahwa aktivitas investasi
berkaitan erat dengan aktivitas pembiayaan. Oleh karena itu, audit atas aktivitas
investasi biasanya dilakukan bersama dengan audit pembiayaan atas investasi
tersebut. Sebagai contoh, apabila perusahaan bermaksud untuk melakukan
ekspansi dalam aset tetap, maka harus dipertimbangkan pula bagaimana
perusahaan akan membiayai ekspansi tersebut. Apabila auditor ingin melihat
kemungkinan dampaknya terhadap laporan keuangan, maka ia harus mengerti
bagaimana aset mendukung operasi perusahaan, aset baru apa yang diperoleh
pada tahun yang diperiksa, dan bagaimana pembiayaannya. Gambar 4.1
memberikan gambaran informasi keuangan yang berkaitan dengan aktivitas
investasi dan pembiayaan pada berbagai industri, yaitu industri yang telah kita
gunakan sebagai ilustrasi pada rangkaian modul sebelumnya.

Pabrikan
Pengecer
Peralatan Komputer
Hotel Bahan
Rumah Elektronik
Makanan
Tangga
% Aset tetap bersih dari total aset 75% 42% 36% 16%
% Hutang operasi dari total aset 25% 36% 47% 56%
% Hutang pembiayaan dari total 65% 33% 23% 10%
aset
% Modal (ekuitas) dari total aset 10% 31% 30% 34%
100% 100% 100% 100%
Rasio penjualan terhadap aset 0,8 1,6 3,7 17,3
tetap bersih
Rasio penjualan terhadap total aset 0,6 0,7 1,4 2,8
Sumber: Al. Haryono Jusup

Gambar 4.1
Ikhtisar Aset Tetap Bersih dan Bagaimana Aset tersebut Dibiayai pada
Beberapa Industri Tertentu

Perusahaan yang bergerak dalam industri perhotelan (secara rata-rata


industri) pada umumnya memiliki aset tetap bersih yang mencerminkan hampir
75% dari total aset. Karena perusahaan ini merupakan perusahaan jasa yang
produk utamanya adalah penyewaan properti jangka pendek, maka tidak
 PAJA3435/MODUL 4 4.5

mengherankan bila dalam perusahaan seperti ini aset berupa supplies dan
piutang hanya merupakan bagian yang kecil dari total aset, tetapi sebaliknya aset
berupa properti merupakan bagian yang besar dan sangat penting bagi
perusahaan. Properti tersebut pada umumnya dibiayai dengan hutang atau
pinjaman yang secara rata-rata industri menunjukkan hampir 65% dari total aset.
Investasi perusahaan pengecer bahan makanan dalam properti, mesin dan
peralatan diperlukan agar perusahaan dapat melaksanakan penjualan yang rata-
rata aset tetap bersihnya sekitar 42% dari total aset. Pada modul terdahulu telah
disebutkan bahwa perusahaan pengecer bahan makanan beroperasi dengan
tingkat laba yang sangat tipis, sehingga pembelian properti, mesin dan
peralatan setiap tahunnya diawasi dengan ketat. Hutang pembiayaan berkisar
antara 33% dari total aset.
Perusahaan industri peralatan rumah tangga, memiliki proporsi investasi
dalam aset tetap yang lebih kecil, karena investasi dengan proporsi yang lebih
besar dilakukan pada persediaan dan piutang usaha. Suatu penelaahan yang
cermat pada sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang ini menunjukkan
bahwa aset-aset tetapnya di depresiasi dengan cepat. Umur rata-rata properti,
mesin dan peralatan dalam industri ini berkaitan langsung dengan suatu fakta
bahwa industri ini memiliki proporsi pembiayaan dengan hutang yang lebih
kecil dari industri pengecer bahan makanan serta memiliki proporsi modal
sendiri (ekuitas) yang lebih tinggi.
Terakhir, perusahaan manufaktur komputer elektronik membutuhkan
investasi paling kecil dalam properti, mesin dan peralatan. Sebagian besar
pelaku dalam bidang usaha ini hanya melakukan perakitan komponen-
komponen yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk jadi (tidak membuatnya
sendiri).
Pada sebagian besar industri, investasi dalam properti, mesin dan peralatan
umumnya material, dan diawasi dengan ketat. Selain itu, sebagian besar
perusahaan tidak dapat menghasilkan aliran kas yang cukup untuk membiayai
pembelian/perolehan aset tetapnya, sehingga investasi baru biasanya selalu
dibarengi dengan tambahan hutang atau tambahan modal dari pemilik. Oleh
karena itu, audit atas aktivitas investasi biasanya dilakukan oleh orang-orang
yang sama dengan mereka yang melakukan audit atas aktivitas pembiayaan.

B. SIKLUS INVESTASI

Investasi dapat dilakukan perusahaan dalam berbagai bentuk. Pembahasan


dalam modul ini difokuskan pada investasi dalam aset tetap (properti, mesin dan
peralatan), sedangkan investasi dalam aset-aset moneter akan dibicarakan pada
modul berikutnya.
4.6 Auditing IB 

1. Tujuan Audit
Tujuan khusus audit dalam audit atas aset tetap pada siklus investasi dapat
dilihat pada Gambar 4.2. Setiap tujuan tersebut diambil dari asersi-asersi
manajemen, baik yang implisit atau eksplisit tentang transaksi-transaksi siklus
investasi yang berkaitan dengan aset jangka panjang. Namun perlu diingat
bahwa tujuan audit ini harus disesuaikan dengan keadaan klien yang diaudit.

Kategori Tujuan Audit Tujuan Audit


Asersi Kelompok Transaksi Saldo Akun
Keberadaan Transaksi pembelian/ perolehan Aset tetap yang tercantum dalam pem-
atau aset tetap (AT1), penjualan/peng- bukuan merupakan aset-aset produktif
keterjadian hentian aset tetap (AT2), dan yang digunakan per tanggal neraca (AT4).
reparasi & pemeliharaan yang
telah dicatat (AT3) berasal dari
transaksi-transaksi yang terjadi
selama tahun yang diperiksa.
Kelengkapan Semua transaksi pembelian/ Saldo-saldo aset tetap telah mencakup
perolehan aset tetap (L1) dan pengaruh seluruh transaksi yang berkait-
penjualan/penghentian aset tetap an dengan aset tetap selama tahun yang
(L2), dan reparasi & pemeliharaan diperiksa (L4).
(L3) yang terjadi selama periode
yang diperiksa, telah dicatat.
Hak dan Perusahaan memiliki atau mendapatkan
kewajiban hak atas seluruh aset tetap yang dicatat
pada tanggal neraca (HK1).
Penilaian atau Transaksi beban depresiasi dan Aset tetap dinyatakan pada harga per-
alokasi penurunan nilai aset tetap telah olehannya (cost) dikurangi dengan
dinilai dengan tepat (PA1). akumulasi depresiasi (PA2) dan telah
diturunkan nilainya sebesar penurunan
nilai yang material (PA3).
Penyajian dan Transaksi-transaksi depresiasi, Aset tetap dan sewa guna modal (capital
pengungkapan reparasi, dan pemeliharaan, serta leases) telah diidentifikasi dan
sewa guna operasi (operating dikelompokkan dengan tepat dalam
leases) telah diidentifikasikan dan laporan keuangan (PP2).
dikelompokkan dengan tepat
dalam laporan keuangan (PP1).
Pengungkapan mengenai harga
perolehan (cost), nilai buku, metode
depresiasi, dan estimasi umur aset tetap,
penempatan aset tetap sebagai jaminan
utang, serta syarat-syarat penting kontrak
sewa guna modal telah memadai (PP3).
Sumber : Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.2
Tujuan Khusus Audit Untuk Siklus Investasi
 PAJA3435/MODUL 4 4.7

2. Pertimbangan Perencanaan Audit


a. Materialitas
Aset tetap biasanya merupakan rekening yang material dari laporan
keuangan. Pertimbangan utama dalam mengevaluasi alokasi materialitas ini
adalah penentuan besarnya salah saji yang akan mempengaruhi keputusan
seorang pemakai laporan keuangan. Pertimbangan berikutnya adalah masalah
biaya untuk mendeteksi salah saji. Audit atas aset tetap relatif murah bila
dibandingkan dengan audit atas akun piutang ataupun persediaan, sehingga
auditor biasanya akan mengalokasikan secara proporsional materialitas yang
lebih kecil ke aset tetap dibandingkan ke piutang atau persediaan.

b. Risiko Bawaan
Risiko bawaan yang berkaitan dengan asersi eksistensi atau keberadaan
biasanya rendah karena aset tetap tidak mudah dicuri. Namun risiko bawaan
bisa naik menjadi moderat atau tinggi karena aset tersebut bekas atau aset yang
dihentikan pemakaiannya dan tidak dihapus dari pembukuan. Asersi
kelengkapan bisa menjadi moderat atau tinggi apabila perusahaan memiliki
aset tetap yang sedang dibangun, atau sewa guna modal dicatat sebagai sewa
guna operasi karena rumitnya akuntansi untuk transaksi sewa guna ini. Risiko
bawaan yang berkaitan dengan asersi penilaian bisa ditetapkan moderat atau
tinggi untuk estimasi akuntansi dalam penetapan taksiran beban depresiasi. Hal
ini akan sangat tergantung pada industri dan tingkat kesulitan dalam melakukan
estimasi umur dan nilai sisa (residu), serta kerumitan metode depresiasi tersebut.

c. Risiko Prosedur Analitis


Risiko prosedur analitis merupakan unsur dari risiko deteksi yang
ditimbulkan oleh kegagalan prosedur analitis dalam mendeteksi salah saji
material. Prosedur analitis adalah prosedur yang murah, namun seringkali sangat
bermanfaat dan membantu auditor dalam menilai kewajaran laporan keuangan.
Gambar 4.3 berisi sejumlah prosedur analitis disertai penjelasan tentang
permasalahan yang bisa diidentifikasi dengan menggunakan prosedur tersebut.
Aset tetap pada umumnya stabil, sehingga prosedur analitis bisa diandalkan
dalam menilai kewajaran laporan keuangan. Namun demikian, auditor harus
menunjukkan sikap skeptis profesional dalam menilai ketepatan beban
depresiasi, serta kebijakan atas reparasi dan pemeliharaan yaitu apakah
dikapitalisasi atau langsung diperlakukan sebagai biaya.
4.8 Auditing IB 

d. Risiko Pengendalian
Aspek-aspek pengendalian intern seperti telah dibicarakan pada modul-
modul terdahulu berpengaruh terhadap keandalan pengendalian, seperti
lingkungan pengendalian yang kuat, perhitungan risiko yang efektif,
pertanggungjawaban penggunaan sumber daya yang efektif, dan pemantauan
sistem pengendalian merupakan hal-hal penting dalam konteks akuntansi untuk
aset tetap. Salah satu transaksi kunci yang berkaitan dengan aset tetap adalah
pencatatan akuntansi awal atas pembelian/perolehan aset tetap. Unsur-unsur
sistem akuntansi dan prosedur pengendalian tertentu yang berhubungan dengan
siklus pengeluaran seperti telah dibahas pada modul sebelumnya bisa diterapkan
untuk pembelian aset tertentu seperti peralatan. Transaksi-transaksi yang secara
individual material, seperti pembelian tanah atau gedung, atau pengeluaran
modal yang berjumlah besar, biasanya memerlukan pengendalian tersendiri
misalnya dengan menggunakan anggaran modal (capital budget) serta otorisasi
dari dewan komisaris. Oleh karena itu, risiko pengendalian untuk keberadaan
atau keterjadian bisa ditetapkan pada tingkat rendah.

Rasio Rumus Manfaat dalam Audit


Perputaran aset Penjualan bersih: rata- Kenaikan tak terduga pada perputaran aset
tetap rata aset tetap tetap bisa menjadi petunjuk adanya kesalahan
pencatatan atau kapitalisasi aset tetap yang
dapat didepresiasi (depreciable assets).
Perputaran total Penjualan bersih: rata- Kenaikan tak terduga perputaran total aset
aset rata total aset bisa menjadi petunjuk adanya kesalahan
pencatatan atau kapitalisasi aset yang dapat
didepresiasi.
Pengembalian [Laba bersih + {bunga Kenaikan tak terduga dalam pengembalian
(return) atas total x (1-tarif pajak)}]/ rata- atas aset bisa menjadi petunjuk adanya
aset rata total aset. kesalahan pencatatan atau kapitalisasi aset
yang dapat didepresiasi.
Persentase Biaya depresiasi/rata- Kenaikan atau penurunan yang tak terduga
depresiasi rata properti, pabrik dalam persentase biaya depresiasi terhadap
terhadap properti, dan peralatan. aset tetap yang dapat di depresiasi bisa
pabrik dan menjadi petunjuk adanya kekeliruan dalam
peralatan. perhitungan depresiasi.
Beban reparasi Beban reparasi dan Kenaikan tak terduga dalam biaya reparasi
terhadap penjualan pemeliharaan: dan pemeliharaan bisa menjadi petunjuk
bersih. penjualan bersih. adanya pengeluaran yang seharusnya
dikapitalisasi telah dicatat sebagai biaya.
Sumber: Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.3
Prosedur Analitis yang Biasa Digunakan dalam Audit untuk Aset Tetap
 PAJA3435/MODUL 4 4.9

C. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO ASET TETAP

1. Menentukan Risiko Deteksi


Auditor akan melakukan pengujian substantif yang lebih luas dalam audit
pertama kali (initial audit) dibandingkan dengan pengujian substantif dalam
audit tahun berikutnya. Dalam audit yang dilakukan pertama kali, auditor harus
memperoleh bukti tentang ketepatan saldo awal periode dan bukti pemilikan
aset tetap. Apabila klien sebelumnya pernah diaudit oleh kantor akuntan lain,
maka bukti atas hal tersebut bisa diperoleh dengan cara auditor pengganti
(successor auditor) me-review kertas kerja auditor pendahulu (predecessor
auditor). Namun apabila klien belum pernah diaudit oleh kantor akuntan
manapun sebelumnya, maka auditor harus melakukan penyelidikan atas saldo-
saldo dan pemilikan atas unit-unit utama aset tetap yang saat ini sedang
beroperasi. Seringkali risiko terbesar pada saat audit pertama kali menyangkut
informasi audit atas saldo-saldo awal yang banyak terjadi pada transaksi tahun-
tahun sebelumnya. Bukti-bukti yang berkaitan dengan audit pertama kali
biasanya diikhtisarkan dan disimpan auditor dalam arsip kertas kerja permanen.

2. Merancang Pengujian Substantif


Pengujian substantif yang bisa dilakukan atas saldo aset tetap pada
penugasan audit berulang serta tujuan khusus audit atas saldo dapat dilihat pada
Gambar 4.4. Pertimbangan risiko biasanya menghasilkan penekanan audit atas
asersi eksistensi atau keterjadian dan asersi penilaian atau alokasi.

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E K HK PA# PP#
Prosedur- 1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan √ √ √ √ √
prosedur bidang usaha klien dan tentukanlah:
awal a. Signifikansi aset tetap dan perubahan
dalam aset tetap terhadap perusahaan.
b. Pemicu-pemicu ekonomi penting yang mem-
pengaruhi perolehan aset tetap perusahaan.
c. Standar industri untuk menentukan
seberapa jauh perusahaan termasuk
bersifat padat modal dan pengaruh aset
tetap terhadap laba perusahaan.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo- √1,3
saldo aset tetap dan catatan-catatan yang akan
diuji lebih lanjut.
a. Telusur saldo-saldo awal aset tetap dan
akumulasi depresiasi ke kertas kerja tahun
lalu.
4.10 Auditing IB 

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E K HK PA# PP#
b. Review aktivitas pada rekening-rekening
buku besar aset tetap dan beban depresiasi
dan selidikilah ayat-ayat jurnal yang
nampak tidak biasa, baik dari segi jumlah
atau sumbernya.
c. Dapatkan daftar tambahan, penghentian,
dan biaya depresiasi aset tetap yang dibuat
klien, dan pastikan bahwa data dalam daftar
cocok dengan catatan yang menjadi dasar
pembuatan daftar tersebut, dengan cara:
1) Periksa kebenaran penjumlahan
menurun (footing) dan penjumlahan
mendatar (crossfooting) daftar aset
tetap dan rekonsiliasi hasil
penjumlahannya dengan kenaikan atau
penurunan dalam saldo rekening buku
besar yang bersangkutan selama
periode yang diperiksa.
2) Ujilah kecocokan unsur-unsur dalam
daftar dengan ayat jurnal dalam
rekening buku besar yang
bersangkutan.
Prosedur 3. Lakukan prosedur analitis: √ √ √ √
analitis a. Berdasarkan pemahaman tentang bisnis 1, 1,2 1,2, 1,2,
dan bidang usaha klien, buatlah taksiran 2, ,3, 3,4 3,4
aset tetap klien. 3, 4
b. Hitunglah rasio-rasio berikut: 4
1) Perputaran aset tetap.
2) Persentase beban depresiasi terhadap
penjualan.
3) Persentase biaya reparasi &
pemeliharaan terhadap penjualan.
4) Persentase laba bersih terhadap aset.
c. Buatlah analisis mengenai hubungan antara
rasio-rasio di atas dengan rasio taksiran
berdasarkan rasio tahun lalu, data industri,
data anggaran, atau data lainnya.
Pengujian 4. Periksa tambahan aset tetap ke dokumen √ √1 √ √1
terinci atas pendukungnya (vouching) 1 √2 √ √1
transaksi 5. Periksa penghentian aset tetap ke dokumen √ √3 √2,3 √1
pendukungnya. 2
6. Review ayat-ayat jurnal ke biaya reparasi & √
pemeliharaan. 3
Pengujian 7. Inspeksi aset tetap. √ √4 √ √2,3 √2,3
terinci atas a. Inspeksi penambahan aset tetap. 4
saldo b. Lakukan peninjauan ke lokasi-lokasi aset
tetap lainnya dan waspadalah kemungkinan
adanya tambahan aset tetap atau
penghentian aset tetap yang tidak
dimasukkan ke dalam daftar aset tetap yang
 PAJA3435/MODUL 4 4.11

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E K HK PA# PP#
dibuat klien, dan perhatikan pula kondisi aset
tetap yang sekiranya berpengaruh terhadap
penilaian dan pengelompokan aset tetap.
8. Periksalah dokumen pemilikan dan kontrak- √ √
kontrak. 1
Pengujian 9. Lakukan penilaian kewajaran beban √1,2 √2
terinci atas depresiasi dengan menilai ketepatan taksiran
saldo: umur dan taksiran nilai residu.
estimasi
akuntansi
10. Tentukan kejadian penting (jika ada) yang √1,2
berpengaruh atas penurunan nilai aset tetap.
Penyajian 11. Bandingkan penyajian dalam laporan dengan √
dan prinsip akuntansi berlaku umum. 1,2,
pengung- a. Tentukan bahwa aset tetap dan biaya yang 3
kapan bersangkutan, laba atau rugi, telah
diidentifikasi dan dikelompokkan dengan
tepat dalam laporan keuangan.
b. Tentukan ketepatan pengungkapan yang
berkaitan dengan harga perolehan (cost),
nilai buku, metode depresiasi, taksiran umur,
penjaminan aset tetap, dan ketentuan-
ketentuan dalam kontrak sewa guna.
Sumber: Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.4
Pengujian Substantif atas Asersi Aset Tetap

3. Pengujian Terinci Transaksi


Pengujian-pengujian substantif ini mencakup tiga jenis transaksi yang
berkaitan dengan aset tetap: (1) penambahan, (2) penghentian, dan (3) reparasi
serta pemeliharaan.

a. Mem-vouching Penambahan Aset Tetap dengan Bukti Pendukung


Semua penambahan aset tetap harus didukung dokumentasi berupa otorisasi
dalam notulen-notulen rapat, voucher, faktur, dan sebagainya. Jumlah yang
tercantum di pembukuan harus dicocokkan ke dokumen pendukung (vouching).
Jika terdapat banyak transaksi, maka vouching bisa dilakukan dengan sampel.
Dalam melaksanakan pengujian ini, auditor harus memastikan kebenaran
akuntansi untuk biaya instalasi, pengangkutan, dan pengeluaran-pengeluaran
lainnya. Untuk konstruksi dalam pengerjaan, auditor harus me-review kontrak
dan dokumentasi pendukung biaya konstruksi.
4.12 Auditing IB 

b. Memvouching Pelepasan Aset Tetap


Bukti-bukti mengenai penjualan, penghentian dan tukar-menukar aset
tetap bisa diperoleh auditor dalam bentuk nota pembayaran kas dari pembeli,
otorisasi tertulis, dan perjanjian penjualan. Dokumen-dokumen tersebut harus
diperiksa dengan cermat untuk memastikan ketelitian dan ketepatan pencatatan
akuntansinya, termasuk pengakuan atas laba atau rugi (jika ada).
Prosedur berikut ini dapat bermanfaat bagi auditor untuk menentukan
apakah semua transaksi penghentian aset tetap telah dicatat:
1) analisis rekening pendapatan lain-lain untuk pencatatan hasil penjualan aset
tetap;
2) menyelidiki perubahan atas fasilitas yang berkaitan dengan lini produk atau
operasi yang dihentikan;
3) menelusuri perintah kerja dan otorisasi penghentian aset tetap ke catatan
akuntansi;
4) me-review polis asuransi untuk memeriksa ada tidaknya pemutusan atau
pengurangan pertanggungan;
5) melakukan tanya jawab dengan manajemen berkaitan dengan penghentian
aset tetap.

Bukti yang diperoleh dalam audit atas pelepasan aset tetap akan berguna
juga dalam mengaudit beban depresiasi. Kerugian besar dalam penjualan atau
penghentian aset tetap bisa menjadi petunjuk bahwa estimasi dalam perhitungan
depresiasi mungkin tidak memadai. Sebaliknya keuntungan besar bisa menjadi
petunjuk bahwa klien telah menetapkan biaya depresiasi yang terlalu besar.

c. Mereview Ayat Jurnal atas Beban Reparasi dan Pemeliharaan


Pengujian ini dilakukan auditor dengan tujuan untuk menentukan ketepatan
dan konsistensi pembebanan rekening beban reparasi. Ketepatan tersebut
meliputi pertimbangan apakah klien telah membedakan dengan tepat antara
pengeluaran modal (capital expenditure) dengan pengeluaran pendapatan
(revenue expenditure). Oleh karena itu, auditor harus memeriksa setiap
pembebanan untuk mengidentifikasi adanya pembebanan yang cukup material
dan seharusnya dikapitalisasi. Untuk itu, auditor harus memeriksa dokumen
pendukung, misalnya faktur dari penjual, perintah kerja yang diterbitkan
perusahaan, otorisasi manajemen untuk menentukan ketepatan pembebanan
atau kebutuhan akan jurnal penyesuaian.
 PAJA3435/MODUL 4 4.13

4. Pengujian Terinci Atas Saldo


Prosedur dalam kategori pengujian substantif ini meliputi: (1) menginspeksi
aset tetap, dan (2) memeriksa dokumen dan kontrak-kontrak hak kepemilikan.

a. Menginspeksi Aset Tetap


Inspeksi atas aset tetap memungkinkan auditor untuk mendapatkan
pengetahuan secara langsung atas eksistensi/keberadaan aset tetap. Pada
penugasan audit yang berulang (tahun berikutnya), inspeksi secara detil dapat
dibatasi pada aset tetap yang merupakan tambahan pada tahun berjalan.

b. Memeriksa dokumen dan kontrak-kontrak hak kepemilikan


Kepemilikan atas kendaraan bermotor dapat dibuktikan dengan memeriksa
bukti pemilikan kendaraan bermotor (BPKB), surat tanda nomor kendaraan
(STNK), dan polis asuransi kendaraan. Untuk mesin, peralatan, dan mebel, bukti
yang terbaik adalah faktur penjual yang telah dilunasi. Bukti kepemilikan aset
dalam properti bisa berupa sertifikat tanah, izin mendirikan bangunan (IMB),
polis asuransi, surat perjanjian hipotik, dan sebagainya. Pemeriksaan atas
dokumen-dokumen pemilikan memberi bukti atas asersi keberadaan atau
keterjadian dan asersi hak dan kewajiban atas aset tetap.
Perjanjian sewa guna (lease) memberi hak kepada penyewa (lease) untuk
menggunakan properti, mesin atau peralatan. Untuk keperluan akuntansi, sewa
guna ini dibedakan menjadi sewa guna modal (capital lease) atau sewa guna
operasi (operating lease). Auditor harus menelaah kontrak-kontrak yang
berkaitan dengan sewa guna ini untuk menentukan klasifikasi yang tepat sesuai
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

5. Pengujian Terinci Atas Saldo: Estimasi Akuntansi


Pengujian atas estimasi akuntansi dalam pengujian substantif atas saldo aset
tetap meliputi: (1) me-review beban penyusutan dan (2) mengevaluasi
penurunan nilai aset tetap.

a. Review Beban Penyusutan


Dalam pengujian ini, auditor mencari bukti mengenai kelayakan,
konsistensi dan ketepatan atas beban penyusutan. Titik tolak yang terpenting
dalam pengujian ini adalah memastikan metode penyusutan yang digunakan
oleh klien selama tahun pelaksanaan audit. Hal ini dapat dilakukan dengan
menelaah skedul penyusutan yang disiapkan oleh klien dan melakukan tanya
4.14 Auditing IB 

jawab. Pada pengujian ini auditor harus menentukan apakah metode yang
digunakan saat ini konsisten tidak dengan tahun-tahun sebelumnya.
Penentuan kewajaran besarnya depresiasi menyangkut pertimbangan atas
berbagai faktor, seperti (1) pengalaman klien di masa lalu dalam mengestimasi
umur ekonomis aset, dan (2) sisa umur ekonomis aset-aset yang masih ada.

b. Mengevaluasi Penurunan Nilai Aset Tetap


Peristiwa-peristiwa yang terjadi antara saat perolehan dan pelepasan suatu
aset dapat berpengaruh atas asersi penilaian dan memerlukan adanya penurunan
nilai (impairment) dalam pembukuan aset tersebut. Auditor harus mengevaluasi
apakah klien telah memperhitungkan secara layak penurunan nilai apabila
terjadi suatu perubahan yang material dalam lingkungan bisnis. Menurut PSAK
48 tentang Penurunan Nilai Aset (Revisi 2009), suatu aset dikatakan melebihi
jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset (carrying amount) melebihi
jumlah yang akan dipulihkan (recoverable amount) melalui penggunaan atau
penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai sehingga
entitas harus mengakui rugi penurunan nilai.

6. Penyajian Aset Tetap yang Sesuai dengan Prinsip Akuntansi


Berlaku Umum
Ketentuan mengenai cara penyajian aset tetap dalam laporan keuangan
cukup banyak. Sebagai contoh, laporan keuangan harus menunjukkan besarnya
depresiasi pada tahun berjalan, harga perolehan (cost) dan nilai buku untuk
kelompok-kelompok utama aset tetap serta metode depresiasi yang digunakan.
Aset tetap yang digadaikan dalam rangka memperoleh pinjaman juga harus
diungkapkan di laporan keuangan. Informasi mengenai hal ini bisa diperoleh
melalui penelaahan atas notulen rapat dan perjanjian kontrak jangka panjang,
dengan mengirimkan konfirmasi, dan dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada manajemen. Ketepatan klien dalam mengungkapkan aset yang diperoleh
melalui perjanjian sewa guna dapat dinilai dengan mengacu pada standar
akuntansi keuangan yang berlaku mengenai perjanjian sewa guna.
 PAJA3435/MODUL 4 4.15

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan sifat siklus investasi dan pembiayaan serta identifikasi kelompok-


kelompok utama transaksi dalam siklus tersebut!
2) Jelaskan strategi audit yang dikembangkan auditor dalam audit atas siklus
investasi dan pembiayaan!
3) Sebutkan tiga prosedur analitis yang bisa dilakukan auditor dalam audit
aset tetap dan bagaimana manfaat prosedur tersebut bagi auditor dalam
mengidentifikasi salah saji potensial!
4) Jelaskan perbedaan tanggung jawab auditor dalam pemeriksaan atas saldo
awal aset tetap dalam audit pertama kali dengan pemeriksaan dalam audit
yang berulang (tahun berikutnya)!
5) Faktor-faktor apakah yang harus dipertimbangkan auditor dalam me-review
ayat jurnal depresiasi dan perhitungannya?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal sifat siklus investasi dan pembiayaan.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal pengembangan proses bisnis
dan strategi audit.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal prosedur analitis yang biasa
digunakan dalam audit untuk aset tetap.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal pengujian substantif atas
saldo aset tetap.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal pengujian terinci atas saldo:
estimasi akuntansi.
4.16 Auditing IB 

R A NG KU M AN

Siklus investasi berkaitan dengan pembelian dan penjualan tanah,


bangunan, peralatan, dan aset lain yang biasanya untuk digunakan dan tidak
dimaksudkan untuk diperdagangkan. Selain itu aktivitas investasi meliputi
pula pembelian dan penjualan instrumen keuangan yang tidak dimaksudkan
untuk diperdagangkan.
Auditor harus menggunakan pemahaman tentang bisnis untuk mengerti
arti penting siklus investasi dalam perusahaan yang diperiksanya. Hal ini
akan membantu dalam memahami risiko bisnis klien, mengevaluasi apakah
manajemen cukup memperhitungkan risiko tersebut, dan merancang
pengujian audit yang tepat.
Aset tetap biasanya merupakan akun dalam siklus investasi yang
nilainya material dalam laporan keuangan. Aspek-aspek pengendalian
intern seperti telah dibicarakan pada modul-modul terdahulu berpengaruh
terhadap keandalan pengendalian, seperti lingkungan pengendalian yang
kuat, perhitungan risiko yang efektif, pertanggungjawaban penggunaan
sumber daya yang efektif, dan pemantauan sistem pengendalian merupakan
hal-hal penting dalam konteks akuntansi untuk aset tetap.
Dalam pengujian terinci atas transaksi, prosedur yang biasa dilakukan
adalah: 1) Mem-vouching Penambahan Aset Tetap dengan Bukti
Pendukung, 2) Mem-vouching Pelepasan Aset Tetap, dan 3) Me-review
Ayat Jurnal atas Beban Reparasi dan Pemeliharaan.
Dalam pengujian terinci atas saldo, prosedur yang dilakukan adalah:
1) menginspeksi aset tetap, 2) memeriksa dokumen dan kontrak-kontrak
hak kepemilikan. Sedangkan untuk hal yang menyangkut estimasi
akuntansi maka dilakukan: 1) review beban penyusutan, dan
2) mengevaluasi penurunan aset tetap.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Berikut ini merupakan transaksi-transaksi yang terkait dengan siklus
pembiayaan, kecuali ….
A. sewa guna usaha (Leasing)
B. penerbitan surat utang (Obligasi)
C. pembayaran dividen
D. pembelian properti untuk investasi
 PAJA3435/MODUL 4 4.17

2) Jenis industri di bawah ini yang proporsi aset tetapnya paling kecil
dibandingkan industri yang lain adalah ….
A. perhotelan
B. jasa konsultan
C. manufaktur
D. perkebunan

3) Pengujian-pengujian berikut ini digunakan dalam pengujian substantif atas


transaksi berkaitan dengan aset tetap, kecuali ….
A. melakukan inspeksi terhadap aset tetap
B. mem-vouching penambahan aset tetap dengan bukti pendukung
C. mem-vouching pelepasan aset tetap
D. me-review ayat jurnal atas beban reparasi dan pemeliharaan

4) Dokumen di bawah ini yang merupakan salah satu jenis bukti kepemilikan
atas tanah adalah ….
A. surat perjanjian hipotik
B. faktur penjual
C. kontrak perjanjian sewa guna usaha
D. kuitansi pembayaran

5) Bukti audit yang paling tepat digunakan oleh auditor ketika melakukan
review atas beban penyusutan aset tetap adalah ….
A. daftar aset tetap
B. skedul penyusutan
C. dokumen kepemilikan aset tetap
D. dokumen kontrak sewa guna usaha atas aset tetap

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
4.18 Auditing IB 

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 PAJA3435/MODUL 4 4.19

Kegiatan Belajar 2

Siklus Pembiayaan

A. SIFAT SIKLUS PEMBIAYAAN

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa transaksi-transaksi investasi


yang signifikan biasanya dibarengi dengan transaksi pembiayaan yang
signifikan pula. Siklus pembiayaan terdiri dari dua kelompok transaksi utama,
yaitu sebagai berikut.
1. Transaksi hutang jangka panjang yang meliputi hutang obligasi, hipotik,
wesel beserta pembayaran pokok dan bunganya.
2. Transaksi ekuitas pemegang saham yang meliputi penerbitan dan
penarikan kembali saham preferan (istimewa) dan saham biasa, transaksi
pembelian kembali saham (buyback), dan pembayaran dividen.

Penerbitan obligasi dan saham biasa merupakan cara yang umum dilakukan
oleh perusahaan dalam mendapatkan sumber dana. Oleh karena itu pembahasan
dalam kegiatan belajar ini akan difokuskan pada kedua sumber pembiayaan ini.
Siklus pembiayaan berkaitan dengan siklus pengeluaran pada saat terjadi
transaksi pembayaran bunga, pelunasan obligasi, pembayaran dividen tunai,
serta pembelian kembali saham. Akun-akun yang digunakan dalam pencatatan
siklus pembiayaan ini terdiri dari:

Transaksi Hutang Jangka Panjang Transaksi Ekuitas Pemegang Saham

Obligasi, Hipotik, Wesel, dan Pinjaman Saham Preferen (Istimewa)


Jangka Panjang Saham Biasa
Premi Obligasi (Diskonto) Saham Dibeli Kembali (Treasury Stock)
Utang Bunga Paid-in Capital
Beban Bunga Saldo Laba
Keuntungan (kerugian) atas Penarikan Dividen
Obligasi Hutang Dividen

1. Tujuan Audit
Gambar 4.5 menjelaskan sejumlah tujuan khusus audit untuk rekening-
rekening yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi pembiayaan. Pertimbangan-
pertimbangan serta prosedur-prosedur yang relevan untuk mencapai tujuan
tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut.
4.20 Auditing IB 

Kategori Tujuan Audit Kelompok


Tujuan Audit Saldo Rekening
Asersi Transaksi
Eksistensi atau Transaksi-transaksi beban Saldo utang jangka panjang dalam
keterjadian bunga dan transaksi rugi-laba pembukuan mencerminkan hutang yang
lainnya yang telah dibukukan ada pada tanggal neraca (E2).
mencerminkan pengaruh Saldo ekuitas pemegang saham
transaksi dan kejadian hutang (modal) mencerminkan hak pemilik
jangka panjang yang terjadi yang ada pada tanggal neraca (E3).
pada tahun berjalan (E1).
Kelengkapan Seluruh beban bunga dan Saldo hutang jangka panjang
transaksi pendapatan lain yang mencerminkan semua hutang jangka
berkaitan dengan hutang jangka panjang kepada kreditur per tanggal
panjang yang terjadi selama neraca (K2).
periode berjalan telah dicatat Saldo ekuitas pemegang saham
(K1). mencerminkan klaim pemilik atas aset
perusahaan (K3).
Hak dan Seluruh saldo hutang jangka panjang
Kewajiban yang tercatat merupakan kewajiban
perusahaan (HK1).
Saldo ekuitas pemegang saham
mencerminkan klaim pemilik atas aset
perusahaan (HK2)
Penilaian atau Transaksi beban bunga dan Saldo hutang jangka panjang (PA2) dan
Alokasi penda-patan lain yang berkaitan ekuitas pemegang saham (PA3) telah
dengan hutang jangka panjang dinilai dengan tepat sesuai dengan
telah dinilai dengan tepat sesuai prinsip akuntansi berlaku umum.
dengan prinsip akuntansi
berlaku umum (PA1).
Penyajian dan Transaksi hutang jangka Saldo hutang jangka panjang dan
pengungkapan panjang dan ekuitas pemegang ekuitas pemegang saham telah
saham (modal) telah diidentifikasi dan dikelompokkan
diidentifikasi dan dikelompokkan dengan tepat dalam laporan keuangan
dengan benar dalam laporan (PP2).
keuangan (PP1). Semua syarat, ketentuan, komitmen,
dan kewajiban yang berkaitan dengan
hutang jangka panjang telah
diungkapkan dengan memadai (PP3).
Semua hal yang berkaitan dengan
penerbitan saham seperti nilai par atau
nilai ditetapkan, saham diotorisasi dan
saham ditempatkan, serta jumlah
saham yang dibeli kembali, telah
diungkapkan (PP4).
Sumber : Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.5
Tujuan Khusus Audit Untuk Siklus Pembiayaan
 PAJA3435/MODUL 4 4.21

2. Pertimbangan Perencanaan Audit


a. Materialitas
Arti penting hutang jangka panjang bagi perusahaan dari sisi kewajaran
penyajian posisi keuangan bisa berbeda-beda. Pada beberapa perusahaan besar,
hutang jangka panjang relatif tidak material apabila dibandingkan dengan total
kewajiban dan ekuitas pemegang saham, akan tetapi pada perusahaan di sektor
publik, hutang jangka panjang merupakan lebih dari 50% klaim atas total aset.
Ekuitas pemegang saham sudah merupakan komponen yang material dalam
neraca. Transaksi dalam siklus pembiayaan ini juga berdampak terhadap
laporan laba rugi seperti pengaruh pembagian dividen terhadap laporan saldo
laba.

b. Risiko Bawaan
Risiko salah saji material dalam melaksanakan dan mencatat transaksi
siklus ini biasanya rendah. Pada kebanyakan perusahaan, transaksi semacam ini
jarang terjadi, kecuali untuk pembayaran dividen dan bunga yang terkadang
ditangani oleh pihak luar. Selain itu, transaksi-transaksi semacam ini
membutuhkan otorisasi dari dewan komisaris, dan pejabat perusahaan terlibat
dalam pelaksanaannya.

c. Risiko Prosedur Analitis


Apabila auditor memahami aktivitas-aktivitas investasi dan sifat bisnis
klien, maka aktivitas-aktivitas pembiayaan klien bisa diperkirakan. Gambar 4.6
menunjukkan beberapa contoh prosedur analitis beserta penjelasan tentang
masalah yang dapat diidentifikasi oleh masing-masing prosedur tersebut.
Prosedur analitis bisa memberi indikasi tentang kebutuhan pembiayaan
perusahaan, kemampuan untuk melunasi hutangnya, serta kewajaran beban
bunga (baik bunga yang diperlakukan sebagai beban maupun yang
dikapitalisasi).

d. Risiko Pengendalian
Penerapan komponen-komponen pengendalian intern atas transaksi-
transaksi dan saldo-saldo pada siklus pembiayaan dalam banyak hal sama
dengan apa yang telah dijelaskan dalam siklus investasi. Sebagai contoh, dalam
hal lingkungan pengendalian, tanggung jawab atas transaksi biasanya diberikan
pada kepala bagian keuangan yang tentunya harus memiliki integritas dan
kompetensi dalam melakukan tugas-tugas tersebut. Sebagian besar transaksi
4.22 Auditing IB 

memerlukan otorisasi dari dewan komisaris, dan komite audit harus memonitor
dengan ketat aktivitas dan pengendalian dalam siklus ini.

Rasio atau Informasi


Rumus Signifikansi dalam Audit
Keuangan Lainnya
Aliran Kas Bebas (free Aliran Kas dari Operasi Aliran kas bebas negatif menunjukkan
cash flow) dikurangi Pengeluaran kebutuhan akan, dan estimasi jumlah,
Modal pembiayaan yang diperlukan untuk
mencegah penurunan kas dan
investasi.
Hutang Berbunga Hutang berbunga : Total Menunjukkan kewajaran proporsi
terhadap Total Aset Aset hutang perusahaan yang bisa
dibandingkan dengan pengalaman
tahun sebelumnya atau data industri.
Perbandingan antara Apakah ROA > tambahan Apabila Perusahaan mampu untuk
persentase laba biaya utang? menghasilkan persentase tingkat laba
terhadap aset (ROA = ROA = [Laba Bersih + bersih yang lebih tinggi daripada
return on assets) {bunga x (1-tarif pajak)}]/ kenaikan biaya pinjaman, maka hal ini
dengan kenaikan biaya Rata-rata Total Aset. merupakan petunjuk bahwa
hutang. perusahaan bisa menggunakan
pembiayaan hutang untuk menambah
aset dan laba perusahaan.
Laba Bersih terhadap (Laba bersih – Dividen Menguji kewajaran ekuitas pemegang
Ekuitas saham Biasa Preferen) : Rata-rata saham pada tingkat laba dan struktur
Ekuitas Saham Biasa. keuangan saat ini.
Aliran Kas dari Operasi Aliran Kas dari Operasi : Merupakan pengujian tentang
terhadap Bagian (Bagian hutang jangka kemampuan perusahaan untuk
Hutang Jangka Panjang panjang yang harus memenuhi kewajiban keuangannya.
yang Jatuh Tempo dilunasi dalam waktu tidak Rasio lebih kecil dari 1 memberi
dalam Waktu Tidak lebih dari satu tahun + petunjuk adanya masalah likuiditas.
Lebih dari Satu Tahun Dividen)
Perbandingan laba Laba Sebelum Bunga dan Merupakan pengujian tentang
terhadap bunga. Pajak : (Beban Bunga + kemampuan perusahaan untuk
Bunga Dikapitalisasi) menghasilkan laba guna menutup
biaya pinjaman. Rasio lebih kecil dari
1 memberi petunjuk bahwa laba
perusahaan tidak cukup untuk
menutup biaya keuangan.
Beban Bunga terhadap (Beban Bunga + Bunga Merupakan pengujian kewajaran
Hutang Berbunga Dikapitalisasi) : Rata-rata tentang beban bunga yang tercatat
Utang Berbunga. yang seharusnya tidak lebih besar
dari rata-rata biaya modal pinjaman.
Sumber: Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.6
Prosedur Analitis Yang Biasa Digunakan Dalam Siklus Pembiayaan
 PAJA3435/MODUL 4 4.23

Dokumen dan Catatan. Sejumlah dokumen yang akan diuraikan pada


siklus investasi, seperti sertifikat saham dan sertifikat obligasi, juga penting
dalam siklus pembiayaan, akan tetapi sudut pandangnya dibalik menjadi sudut
pandang pihak penerbit. Perusahaan biasanya menyelenggarakan buku besar
pembantu yang terpisah untuk pemegang obligasi dan pemegang saham. Selain
itu, transaksi-transaksi siklus pembiayaan menyangkut ayat-ayat dalam jurnal
umum dan jurnal penerimaan dan pengeluaran kas untuk penerbitan dan
pelunasan hutang serta sekuritas saham, pembayaran dan penentuan akrual
bunga, serta pengumuman dan pembayaran dividen.

3. Fungsi-Fungsi Pengendalian dalam Siklus Pembiayaan


Fungsi-fungsi pembiayaan dan aktivitas pengendalian yang bersangkutan
dengan siklus pembiayaan adalah sebagai berikut.
a. Pemberian otorisasi atas obligasi dan modal saham. Dewan komisaris
biasanya memberi otorisasi berdasarkan aktivitas perencanaan strategik dan
aktivitas investasi perusahaan.
b. Penerbitan obligasi dan modal saham. Penerbitan dilakukan sesuai dengan
otorisasi yang diberikan dewan komisaris dan peraturan hukum yang
berlaku, dan hasil penerbitan disetorkan segera ke bank secara utuh;
sertifikat obligasi dan saham harus diamankan secara fisik.
c. Pembayaran bunga obligasi dan dividen tunai. Pembayaran dilakukan
terhadap penerima yang berhak sesuai dengan otorisasi dewan komisaris
dan manajemen.
d. Pelunasan dan pembelian kembali obligasi dan modal saham. Transaksi-
transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi dewan komisaris; saham
yang dibeli kembali harus diamankan secara fisik.
e. Pencatatan transaksi pembelanjaan. Transaksi-transaksi dicatat dengan
benar, baik mengenai jumlahnya, penggolongannya, maupun periode
akuntansinya sesuai dengan otorisasi dan dokumen pendukung; tugas
pelaksanaan dan pencatatan transaksi harus dipisahkan, pengecekan
independen secara periodik mengenai kecocokan antara buku besar
pembantu dengan rekening kontrol.
4.24 Auditing IB 

B. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG JANGKA


PANJANG

Dari sudut pandang audit, hutang wesel, hutang hipotik, dan hutang
obligasi mempunyai karakteristik yang sama. Pada umumnya, hutang-hutang
semacam ini (1) disertai dengan perjanjian tentang bunga yang disepakati,
(2) memerlukan persetujuan dari dewan komisaris, (3) dapat disertai dengan
jaminan atau agunan. Tujuan audit atas rekening-rekening ini biasanya dapat
dicapai dengan relatif mudah.
Pada umumnya perusahaan hanya memiliki sedikit transaksi yang berkaitan
dengan hutang jangka panjang, tetapi jumlah per transaksi seringkali jumlahnya
sangat signifikan. Pengujian substantif atas saldo hutang jangka panjang bisa
dilakukan sebelum atau sesudah tanggal neraca. Pengujian atas biaya yang
berkaitan biasanya dilakukan bersamaan dengan pengujian atas saldo hutang.

1. Menentukan Risiko Deteksi


Karena sifat dan jarang terjadinya transaksi semacam ini, maka risiko
deteksi umumnya rendah untuk semua asersi yang berkaitan, kecuali untuk
asersi kelengkapan dan penilaian atau alokasi. Namun demikian, walaupun
transaksi hutang jangka panjang tidak sering terjadi, auditor harus selalu
waspada terhadap kemungkinan adanya hutang tidak dicatat.

2. Perancangan Pengujian Substantif


Gambar 4.7 menunjukkan daftar pengujian substantif yang bisa dilakukan
untuk hutang jangka panjang beserta tujuan audit yang bersangkutan dengan
setiap prosedur. Berdasarkan daftar ini auditor bisa merancang program audit
untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang bisa diterima atas setiap asersi yang
signifikan. Pada pengujian ini auditor terutama harus waspada terhadap
kemungkinan terjadinya kurang saji (asersi kelengkapan) hutang jangka
panjang.
Auditor biasanya akan lebih mengandalkan pada (1) komunikasi langsung
dengan pihak luar yang independen, (2) review atas dokumen-dokumen, dan
(3) melakukan perhitungan ulang dalam mendapatkan bukti kompeten yang
cukup tentang asersi-asersi yang berkaitan dengan hutang jangka panjang.
Kertas kerja audit, seperti analisis atas hutang wesel jangka panjang pada
Gambar 4.8, digunakan auditor untuk mendokumentasikan pengujian yang
dilakukannya.
 PAJA3435/MODUL 4 4.25

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E K HK PA# PP#
Prosedur- 1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan
prosedur bidang usaha klien dan tentukanlah: √ √ √ √ √
awal a. Signifikansi aset tetap dan perubahan
dalam aset tetap terhadap perusahaan.
b. Pemicu-pemicu ekonomi penting yang
mempengaruhi perolehan aset tetap
perusahaan.
c. Standar industri untuk menentukan
seberapa jauh perusahaan termasuk
bersifat padat modal dan pengaruh aset
tetap terhadap laba perusahaan.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo-
saldo aset tetap dan catatan-catatan yang akan √1,3
diuji lebih lanjut.
a. Telusur saldo-saldo awal aset tetap dan
akumulasi depresiasi ke kertas kerja tahun
lalu.
b. Review aktivitas pada rekening-rekening
buku besar aset tetap dan beban depresiasi
dan selidikilah ayat-ayat jurnal yang nampak
tidak biasa, baik dari segi jumlah atau
sumbernya.
c. Dapatkan daftar tambahan, penghentian,
dan biaya depresiasi aset tetap yang dibuat
klien, dan pastikan bahwa data dalam daftar
cocok dengan catatan yang menjadi dasar
pembuatan daftar tersebut, dengan cara:
1) Periksa kebenaran penjumlahan
menurun (footing) dan penjumlahan
mendatar (crossfooting) daftar aset
tetap dan rekonsiliasi hasil
penjumlahannya dengan kenaikan atau
penurunan dalam saldo rekening buku
besar yang bersangkutan selama
periode yang diperiksa.
2) Ujilah kecocokan unsur-unsur dalam
daftar dengan ayat jurnal dalam reke-
ning buku besar yang bersangkutan.
Prosedur 3. Lakukan prosedur analitis:
analitis a. Berdasarkan pemahaman tentang bisnis √ √ √ √
dan bidang usaha klien, buatlah taksiran 1,2,3, 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4
aset tetap klien. 4
b. Hitunglah rasio-rasio berikut:
1) Perputaran aset tetap.
2) Persentase beban depresiasi
terhadap penjualan.
3) Persentase biaya reparasi &
pemeliharaan terhadap penjualan.
4) Persentase laba bersih terhadap aset.
c. Buatlah analisis mengenai hubungan
4.26 Auditing IB 

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E K HK PA# PP#
antara rasio-rasio di atas dengan rasio
taksiran berdasarkan rasio tahun lalu, data
industri, data anggaran, atau data lainnya.
Pengujian 4. Periksa tambahan aset tetap ke dokumen
terinci pendukungnya (vouching) √1 √1 √ √1
atas 5. Periksa penghentian aset tetap ke dokumen √2 √2 √ √1
transaksi pendukungnya.
6. Review ayat-ayat jurnal ke biaya reparasi & √3 √3 √2,3 √1
pemeliharaan.
Pengujian 7. Inspeksi aset tetap.
terinci a. Inspeksi penambahan aset tetap. √4 √4 √ √2,3 √2,3
atas b. Lakukan peninjauan ke lokasi-lokasi aset
saldo tetap lainnya dan waspadalah
kemungkinan adanya tambahan aset tetap
atau penghentian aset tetap yang tidak
dimasukkan ke dalam daftar aset tetap
yang dibuat klien, dan perhatikan pula
kondisi aset tetap yang sekiranya
berpengaruh terhadap penilaian dan
pengelompokan aset tetap.
8. Periksalah dokumen pemilikan dan kontrak-
kontrak. √1 √
Pengujian 9. Lakukan penilaian kewajaran beban depresiasi
terinci dengan menilai ketepatan taksiran umur dan √1,2 √2
atas taksiran nilai residu.
saldo:
estimasi
akuntansi
10. Tentukan kejadian penting (jika ada) yang
berpengaruh atas penurunan nilai aset tetap. √1,2
Penyajian 11. Bandingkan penyajian dalam laporan dengan
dan prinsip akuntansi berlaku umum. √
pengung- a. Tentukan bahwa aset tetap dan biaya 1,2,3
kapan yang bersangkutan, laba atau rugi, telah
diidentifikasi dan dikelompokkan dengan
tepat dalam laporan keuangan.
b. Tentukan ketepatan pengungkapan yang
berkaitan dengan harga perolehan (cost),
nilai buku, metode depresiasi, taksiran
umur, penjaminan aset tetap, dan
ketentuan-ketentuan dalam kontrak sewa
guna.

Sumber : Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.7
Pengujian Substantif Atas Asersi Hutang Jangka Panjang
 PAJA3435/MODUL 4 4.27

3. Prosedur Analitis
Bagian terpenting dari audit atas hutang jangka panjang adalah menentukan
bahwa informasi keuangan yang akan diaudit konsisten dengan harapan atau
ekspektasi auditor. Auditor juga harus mengevaluasi pengungkapan mengenai
waktu jatuh tempo hutang serta perjanjian hutang. Sebagai bagian dari tanggung
jawab auditor atas evaluasi mengenai apakah suatu entitas dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern), maka auditor akan
mengevaluasi kemampuan entitas tersebut dalam menghasilkan arus kas guna
memenuhi komitmen yang berkaitan dengan beban bunga (termasuk bunga yang
dikapitalisasi).

Jangka Panjang dan Hutang Bunga Dibuat Oleh: ___________ Tgl: _________
31 Desember 201X Direview Oleh: _________ Tgl: _________

Wesel Bayar Hutang Bunga

Wesel Hutang
Hutang Bunga
Bayar Bunga
Saldo Saldo Saldo Saldo
Keterangan Tambahan Pembayaran Beban Pembayaran
1-1-11 31-12-11 1-1-11 31-12-11
Wesel Bayar 10% ke Culver National
Bank,
Jatuh Tempo $100.000 per tahun
300.000 100.000 200.000 150.000 250.000 30.000 10.000
Sampai 1/7/X3

Wesel Bayar 9% ke First Trust Company,


250.000 250.000 7.500 7.500
Bunga 9% Jatuh tempo 1-9-20X3
300.000 250.000 100.000 450.000 150.000 32.500 30.000 1.750.000
F F F FF F F F FF
Ke MM-1 Ke M-1

Sumber : Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.8
Kertas Kerja Hutang Wesel dan Hutang Bunga

4. Pengujian Terinci Atas Transaksi


Dalam melakukan audit atas obligasi, auditor harus mendapatkan bukti
mengenai nilai nominal dari obligasi serta hasil bersih pada saat penerbitan
obligasi tersebut. Penerbitan surat hutang ini harus ditelusuri ke penerimaan kas
yang dibuktikan dengan tanda terima dari broker. Pembayaran pokok pinjaman
hutang jangka panjang dapat diverifikasi dengan memeriksa voucher atau bukti
pengeluaran kas; pembayaran untuk pelunasan hutang dapat diperiksa juga
dengan menginspeksi sertifikat wesel atau sertifikat obligasi. Apabila
pembayaran pokok utang dilakukan secara angsuran, maka ketepatan angsuran
harus diperiksa juga ke skedul pembayaran. Obligasi mungkin juga dikonversi
4.28 Auditing IB 

menjadi saham. Apabila hal ini terjadi, maka auditor harus memeriksa transaksi
konversi tersebut dengan menginspeksi sertifikat obligasi dan sertifikat saham
yang bersangkutan.

5. Pengujian Terinci Atas Saldo


Pengujian substantif atas saldo hutang jangka panjang meliputi tiga kategori
berikut: (1) me-review otorisasi dan kontrak hutang jangka panjang,
(2) mengkonfirmasi hutang kepada kreditur, (3) menghitung kembali beban
bunga.

a. Mereview Otorisasi dan Kontrak


Kewenangan melakukan perjanjian untuk meminjam uang melalui
penerbitan hutang jangka panjang berada di tangan dewan komisaris. Bukti
mengenai otorisasi ini dapat dilihat pada notulen rapat dewan komisaris.
Biasanya auditor hanya me-review otorisasi yang diberikan pada tahun berjalan
saja, karena otorisasi utang yang sudah ada pada awal tahun telah diberikan
pada tahun sebelumnya dan telah disimpan auditor dalam arsip kertas kerja
permanen. Penelaahan kontrak atas hutang jangka panjang juga mencakup
rincian perjanjian dan aspek ketaatan perusahaan terhadap hal tersebut.

b. Mengkonfirmasi Hutang
Konfirmasi mengenai keberadaan hutang jangka panjang dan ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan hutang jangka panjang dilakukan auditor
dengan melakukan komunikasi langsung kepada kreditur. Dalam konfirmasi
ditanyakan juga mengenai status hutang yang bersangkutan pada saat ini, serta
transaksi-transaksi yang terjadi pada periode berjalan. Semua jawaban
konfirmasi harus dibandingkan dengan catatan-catatan dan setiap perbedaan
harus diselidiki.

c. Menghitung Kembali Beban Bunga


Bukti mengenai beban bunga dan hutang bunga dapat dengan mudah
diperoleh oleh auditor. Auditor akan melakukan kembali perhitungan beban
bunga klien dan menelusuri pembayaran bunga ke voucher pendukung, serta
jawaban atas permintaan konfirmasi.
 PAJA3435/MODUL 4 4.29

6. Penyajian Hutang Jangka Panjang Yang Sesuai Dengan Prinsip


Akuntansi Berlaku Umum
Dalam menilai ketepatan klasifikasi dan pengungkapan hutang jangka
panjang yang dibuat oleh klien, auditor harus selalu memperhatikan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku. Pengujian seperti inspeksi perjanjian
hutang serta konfirmasi hutang memberikan informasi untuk diperbandingkan.

C. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO EKUITAS


PEMEGANG SAHAM

1. Menentukan Risiko Deteksi


Transaksi-transaksi saham yang rutin pada perusahaan publik seringkali
ditangani oleh register dan agen penjual. Dalam kasus ini, risiko bawaan dan
risiko pengendalian untuk saldo-saldo rekening tersebut biasanya ditetapkan
rendah. Risiko bawaan dan risiko pengendalian bisa menjadi lebih tinggi
apabila terdapat transaksi yang bersifat insidental seperti terjadi penerbitan
saham dalam rangka akuisisi, konversi obligasi menjadi saham biasa, atau opsi
saham. Faktor-faktor tersebut juga harus dipertimbangkan.

2. Merancang Pengujian Substantif


Berikut ini adalah daftar pengujian substantif yang dapat dilakukan untuk
saldo ekuitas pemegang saham beserta tujuan khusus audit yang berkaitan
dengan pengujian tersebut.

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E3 K3 HK3 PA3 PP#
Prosedur- 1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan √ √ √ √ √
prosedur bidang usaha dan tentukanlah:
awal a. signifikansi berbagai sumber pembiayaan
(hutang dan ekuitas);
b. pemicu-pemicu ekonomi utama yang
berpengaruh atas kebutuhan perusahaan
akan pembiayaan serta kemampuan untuk
mendapatkan ekuitas modal dan membayar
dividen;
c. standar industri yang menunjukkan seberapa
besar industri menggunakan pembelanjaan
modal.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo √
ekuitas pemegang saham serta catatan-catatan
yang akan diuji lebih lanjut.
4.30 Auditing IB 

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E3 K3 HK3 PA3 PP#
a. Telusur saldo awal rekening-rekening
ekuitas pemegang saham ke kertas kerja
tahun lalu.
b. Review aktivitas dalam rekening-rekening
ekuitas pemegang saham dan selidikilah
ayat-ayat jurnal yang nampak tidak biasa,
baik dari segi jumlah maupun sumbernya.
c. Dapatkan daftar-daftar perubahan dalam
saldo-saldo ekuitas pemegang saham yang
dibuat klien dan pastikan bahwa daftar-
daftar tersebut akurat dan sesuai dengan
catatan akuntansi yang menjadi dasar
pembuatannya dengan cara:
1) Lakukan penjumlahan menurun dan
mendatar atas daftar-daftar dan
rekonsiliasi jumlah-jumlah tersebut
dengan saldo-saldo di buku pembantu
dan di buku besar.
2) Ujilah kecocokan antara unsur-unsur
dalam daftar dengan pendebetan/
pengkreditan di buku besar pembantu
dan di rekening buku besar.
Prosedur 3. Lakukan prosedur analitis. √ √ √
analitis Hitunglah rasio-rasio:
a. laba bersih dengan ekuitas saham biasa;
b. ekuitas dengan total kewajiban ditambah
ekuitas;
c. pembayaran dividen (dividend pay-out
ratio);
d. laba bersih per lembar saham;
e. tingkat perkembangan berkelanjutan;
f. hasil analisis rasio dibandingkan prakiraan
auditor berdasarkan pengalaman tahun
lalu, anggaran, industri, dan data lainnya.
Pengujian 4. Cocokkan semua pendebetan dan pengkredit- √ √ √
detil an ke rekening modal saham disetor dengan
transaksi dokumen pendukungnya.
5. Cocokkan semua pendebetan dan pengkredit- √ √ √
an ke rekening laba ditahan dengan dokumen
pendukungnya.
Pengujian 6. Review pasal-pasal dalam anggaran dasar √ √
detil saldo perusahaan.
7. Review otorisasi dan termin-termin penerbitan √ √
saham.
8. Konfirmasi saham beredar dengan registrar √ √ √
dan transfer agent.
9. Inspeksi buku sertifikat saham. √ √ √
10. Inspeksi saham-saham yang dibeli kembali. √ √ √
Penyajian 11. Bandingkan penyajian di laporan dengan
dan prinsip akuntansi berlaku umum. √2
 PAJA3435/MODUL 4 4.31

Tujuan Audit Saldo Rekening


Kategori Pengujian Substantif
E3 K3 HK3 PA3 PP#
pengung- a. Tentukan bahwa saldo rekening ekuitas
kapan pemegang saham telah diidentifikasi dan √4
dikelompokkan dengan tepat dalam laporan
keuangan.
b. Tentukan ketepatan pengungkapan yang
menyangkut semua perubahan dalam
rekening-rekening ekuitas pemegang saham
selama periode yang diaudit, nilai pari atau
nilai yang ditetapkan, preferensi dividen dan
likuidasi, ketentuan opsi saham, konversi,
serta saham dibeli kembali.
Sumber : Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.9
Pengujian Substantif untuk Asersi-Asersi Ekuitas Pemegang Saham

3. Prosedur Awal
Auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai bisnis dan industri klien
untuk menentukan (1) kebutuhan perusahaan akan pembiayaan ekstern dan
(2) kebutuhan akan pembiayaan dengan menggunakan ekuitas (modal saham)
untuk mendukung perkembangan perusahaan. Pembiayaan ekuitas diperlukan
baik untuk mendukung aktivitas investasi, atau untuk mendukung investasi yang
diperlukan dalam modal kerja (misalkan penambahan persediaan dan piutang
untuk mengembangkan perusahaan).

4. Prosedur Analitis
Gambar 4.10 menunjukkan sejumlah rasio yang biasa digunakan dalam
menguji kewajaran ekuitas pemegang saham. Hubungan keuangan yang
dinyatakan dalam rasio-rasio tersebut dapat bermanfaat dalam mengevaluasi
kewajaran saldo rekening-rekening ekuitas pemegang saham.

Rasio Rumus Manfaat dalam Audit


Pengembalian atas ekuitas (Laba bersih – dividen Merupakan pengukur tingkat
pemegang saham. preferen): Rata-rata ekuitas pengembalian yang diperoleh
pemegang saham biasa. atas investasi yang dilakukan
pemegang saham biasa. Auditor
harus memahami faktor-faktor
persaingan yang memungkinkan
perusahaan memperoleh laba
4.32 Auditing IB 

Rasio Rumus Manfaat dalam Audit


yang tidak biasa dalam jumlah
besar.
Perbandingan ekuitas Ekuitas pemegang saham: Mengukur kewajaran proporsi
dengan jumlah kewajiban (Ekuitas pemegang saham + ekuitas perusahaan yang bisa
dan ekuitas. total kewajiban). dibandingkan dengan
pengalaman tahun lalu atau data
industri.
Tingkat pembayaran Dividen tunai : Laba bersih Auditor umumnya memperkirakan
dividen akan adanya tingkat pembayaran
dividen yang rendah dalam
perusahaan yang mengalami
kenaikan tingkat perkembangan
yang tinggi, karena perusahaan
membutuhkan penginvestasian
kembali laba untuk mendanai
modal kerja dan aset jangka
panjang.
Laba per saham Laba bersih: Rata-rata Laba per lembar saham berguna
tertimbang saham biasa sebagai pembanding dengan
beredar. harga per lembar saham. Untuk
menilai kewajaran, rasio ini bisa
dibandingkan dengan rasio harga
saham berbanding laba pada
industri.
Tingkat perkembangan Hasil ekuitas saham biasa x Untuk mengestimasi tingkat
berkelanjutan (sustainable (1 – Tingkat pembayaran perkembangan penjualan yang
growth rate). dividen) dapat diperoleh tanpa mengubah
profitabilitas atau struktur
keuangan perusahaan. Auditor
akan mengharapkan terjadi
perubahan dalam struktur
pembelanjaan apabila
perkembangan penjualan secara
signifikan lebih cepat dari tingkat
perkembangan berkelanjutan.
Sumber : Boynton, Johnson & Kell

Gambar 4.10
Prosedur Analitis Yang Biasa Digunakan dalam Mengaudit
Ekuitas Pemegang Saham
 PAJA3435/MODUL 4 4.33

5. Pengujian Terinci Atas Transaksi


Pengujian atas transaksi ini meliputi vouching atas ayat jurnal dalam akun
modal disetor (paid in capital) dan saldo laba (retained earning).

a. Vouching Ayat Jurnal ke Akun Modal Disetor


Setiap transaksi yang menyebabkan perubahan dalam akun modal disetor
harus di-vouch ke dokumen pendukungnya. Apabila saham tersebut baru
diterbitkan maka auditor dapat memeriksa bukti penerimaan kas dari hasil
penerbitan saham tersebut. Apabila penerbitan saham tersebut tidak diterima
perusahaan dalam bentuk kas, misalnya dalam bentuk aset tetap, maka auditor
harus memeriksa dengan seksama dasar penilaian yang digunakan dalam
transaksi tersebut, seperti misalnya nilai pasar. Analisis atas akun modal disetor
dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Dibuat oleh: ………….. Tgl: …………


Direview Oleh: ………….. Tgl: ………..
Willems Company
Modal Saham, nilai par $100
31-12-2011
Akun #600 P–2
Jumlah Saham Saham Diterbitkan Jumlah
Diotorisasi dan Beredar
Saldo, 1-1-2011 10.000 5.000 500.000
Saham diterbitkan 1.000 100.000
seharga nominal
tunai,
tgl 1-4-2011
Saldo,31-12-20X1 10.000 6.000 600.000

Gambar 4.11
Kertas Kerja Modal Saham

b. Vouching Jurnal ke Akun Saldo Laba


Setiap ayat jurnal pada akun saldo laba kecuali posting laba bersih (atau
rugi bersih) harus di-vouch ke dokumen pendukung. Sementara ayat jurnal
untuk pengumuman dividen dan apropriasi saldo laba (saldo laba yang telah
4.34 Auditing IB 

diperuntukkan bagi keperluan tertentu). Dalam menentukan kelayakan distribusi


saldo laba, auditor harus:
1) menetapkan bahwa hak preferensi dan hak pemegang saham lain, serta
pembatasan pembagian dividen telah dilaksanakan;
2) menetapkan jumlah saham yang beredar pada tanggal pencatatan dan
memeriksa ketepatan jumlah dividen yang diumumkan dengan cara
menghitung kembali;
3) memastikan kebenaran ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat
pengumuman dividen;
4) menelusuri pembayaran dividen ke bukti pengeluaran kas dan dokumen
lainnya.

Vouching akan memungkinkan auditor untuk meyakinkan apakah


(1) pemisahan yang tepat telah dilakukan antara modal disetor dan saldo laba,
(2) persyaratan hukum serta kontrak yang berlaku telah dipenuhi.

6. Pengujian Terinci Atas Saldo


Pengujian substantif atas saldo akan dijelaskan dalam bagian berikut ini:

a. Review Akta Pendirian serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga Perusahaan
Salinan akta pendirian serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
perusahaan harus dimiliki auditor dan disimpan dalam kertas kerja permanen.
Auditor harus mengajukan pertanyaan kepada manajemen dan penasihat hukum
klien tentang ada tidaknya perubahan dalam salah satu atau kedua dokumen
tersebut. Jawaban mengenai pertanyaan tersebut harus diperoleh secara tertulis.
Pengujian substantif dirancang untuk menentukan bahwa modal saham
telah memenuhi semua persyaratan hukum dan bahwa dewan komisaris telah
melakukan tindakan sesuai batas kewenangannya.

b. Review Otorisasi dan Persyaratan Penerbitan Saham


Seluruh penerbitan saham, pembelian kembali saham, dan pengumuman
dividen harus diotorisasi oleh dewan direksi. Oleh karena itu, review atas
notulen rapat bertujuan untuk mendapatkan bukti bahwa transaksi-transaksi
yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham selama tahun berjalan telah
mendapat otorisasi yang sah.
 PAJA3435/MODUL 4 4.35

Jenis saham mungkin saja berbeda yang membuat perbedaan pula dalam
hak-hak pemegang saham bersangkutan dalam pengumuman dividen maupun
likuidasi perusahaan.

c. Konfirmasi Saham yang Beredar dengan Registrar dan Agen Penjual


(Transfer Agent)
Apabila klien menggunakan registrar, auditor harus mengkonfirmasi jumlah
saham diotorisasi (authorized), diterbitkan (issued), dan saham beredar
(outstanding) pada tanggal neraca kepada registrar. Konfirmasi kepada agen
penjual akan menghasilkan bukti tentang jumlah saham yang dimiliki oleh
masing-masing pemegang saham. Jawaban konfirmasi tersebut kemudian akan
dibandingkan dengan rekening modal saham dan buku besar pemegang saham.

d. Menginspeksi Saham yang Dibeli Kembali (Treasury Stock)


Pada waktu menginspeksi treasury stock, auditor harus membuat catatan
dalam kertas kerjanya tentang jumlah saham yang dibeli kembali selama
periode yang diperiksa dan dilakukan penelusuran ke catatan kas. Saat yang
bersamaan dengan perhitungan sekuritas-sekuritas yang lain. Perhitungan ini
sebaiknya dilakukan pada tanggal neraca. Apabila tidak memungkinkan, maka
perlu dilakukan rekonsiliasi dari tanggal perhitungan ke tanggal neraca. Jumlah
saham tersebut harus cocok dengan jumlah saham yang tercatat dalam rekening
Modal Saham Dibeli Kembali.

7. Penyajian Ekuitas Pemegang Saham yang Sesuai dengan Prinsip


Akuntansi Berlaku Umum
Agar laporan keuangan bersifat informatif, maka perubahan pada setiap
akun ekuitas pemegang saham harus diungkapkan. Pengungkapan tersebut bisa
dilakukan pada bagian tertentu dalam laporan utama dengan memberi catatan di
dalamnya, atau disajikan dalam laporan terpisah. Pengungkapan yang berkaitan
dengan bagian ekuitas ini meliputi ketentuan opsi saham, dividen yang masih
tertunggak, nilai par saham (par value) atau nilai yang ditetapkan (stated value),
preferensi dalam pembagian dividen dan likuidasi.
4.36 Auditing IB 

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan sifat siklus pembiayaan serta siklus-siklus lain yang bersinggungan


dengan siklus ini!
2) Sebutkan empat prosedur analitis yang bisa dilakukan auditor dalam audit
siklus pembiayaan dan jelaskan bagaimana prosedur tersebut dapat
membantu auditor!
3) Sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi yang bersangkutan dengan transaksi
siklus pembiayaan!
4) Pengujian substantif apa yang dapat digunakan untuk asersi keberadaan dan
asersi penilaian saldo-saldo utang jangka panjang?
5) Sebutkan rasio-rasio yang bisa digunakan dalam menerapkan prosedur
analitis untuk saldo-saldo ekuitas pemegang saham!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 2 perihal sifat siklus pembiayaan.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal prosedur analitis yang biasa
digunakan dalam mengaudit ekuitas pemegang saham.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal fungsi-fungsi pengendalian dalam
siklus pembiayaan.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal pengujian terinci atas saldo
hutang jangka panjang.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal prosedur analitis dalam mengaudit
ekuitas pemegang saham.
 PAJA3435/MODUL 4 4.37

R A NG KU M AN

Siklus pembiayaan meliputi transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian


yang mendatangkan kas atau pembayaran kembali kepada kreditor
(pembiayaan dengan hutang) atau pemilik (pembiayaan dengan modal
sendiri).
Aktivitas siklus pembiayaan termasuk kegiatan mendapatkan
pinjaman, sewa guna usaha, menerbitkan obligasi, atau menerbitkan saham
preferen atau saham biasa. Aktivitas ini juga meliputi pembayaran untuk
melunasi pinjaman, pembelian kembali saham (treasury stock), dan
pembayaran dividen.
Auditor harus menggunakan pemahaman tentang bisnis untuk mengerti
arti penting siklus pembiayaan dalam perusahaan yang diperiksanya. Hal
ini akan membantu dalam memahami risiko bisnis klien, mengevaluasi
apakah manajemen cukup memperhitungkan risiko tersebut, dan merancang
pengujian audit yang tepat.
Fungsi-fungsi dalam transaksi pembiayaan meliputi:
1. pemberian otorisasi atas obligasi dan modal saham;
2. penerbitan obligasi dan modal saham;
3. pembayaran bunga obligasi dan dividen tunai;
4. pelunasan dan pembelian kembali obligasi dan modal saham;
5. pencatatan transaksi pembelanjaan.

Pengujian substantif atas saldo hutang jangka panjang meliputi tiga


kategori berikut. (1) me-review otorisasi dan kontrak hutang jangka
panjang, (2) mengkonfirmasi hutang kepada kreditur, (3) menghitung
kembali beban bunga.
Pengujian substantif atas saldo ekuitas pemegang saham meliputi:
(1) Review akta pendirian serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
perusahaan, (2) Review otorisasi dan persyaratan penerbitan saham,
(3) konfirmasi saham yang beredar dengan registrar dan agen penjual
(Transfer Agent), (4) Menginspeksi saham yang dibeli kembali (Treasury
Stock).
4.38 Auditing IB 

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Dalam Kewenangan melakukan perjanjian untuk meminjam uang melalui
penerbitan hutang jangka panjang berada di tangan pemegang saham yang
diwakili oleh dewan komisaris. Bukti mengenai otorisasi ini dapat dilihat
pada ….
A. kontrak hutang jangka panjang
B. notulensi rapat dewan direksi
C. skedul pembayaran pokok dan bunga hutang jangka panjang
D. notulensi rapat dewan komisaris

2) Dalam melakukan pengujian terinci atas saldo hutang jangka panjang,


auditor akan melakukan prosedur-prosedur di bawah ini, kecuali ….
A. review otorisasi dan kontrak hutang jangka panjang
B. menelusuri penerbitan surat hutang ke bukti penerimaan kas
C. menghitung kembali beban bunga
D. mengkonfirmasi hutang

3) Hal berikut ini yang merupakan pertimbangan utama auditor, apabila ia


memeriksa bagian ekuitas pemegang saham suatu neraca adalah ….
A. jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham
dalam rekening modal saham ditangani oleh transfer agen saham yang
independen
B. dividen saham dan/atau pemecahan saham selama tahun yang diperiksa
telah disetujui oleh para pemegang saham
C. dividen saham telah dikapitalisasi sebesar nilai par atau nilai yang
ditetapkan pada tanggal pengumuman dividen
D. ayat-ayat jurnal yang dibukukan ke dalam rekening modal saham telah
ditelusur ke keputusan dalam notulen rapat dewan komisaris

4) Apabila perusahaan klien tidak menyelenggarakan catatan saham sendiri,


auditor harus mendapatkan konfirmasi tertulis dari transfer agent dan
registrar tentang ….
A. pembatasan pembayaran dividen
B. jumlah saham yang diterbitkan dan beredar
C. jaminan tentang nilai likuidasi saham preferen
D. jumlah saham yang diperjanjikan akan dibeli kembali
 PAJA3435/MODUL 4 4.39

5) Program pemeriksaan atas dalam menentukan kelayakan distribusi saldo


laba harus mencakup hal-hal berikut, kecuali ….
A. menetapkan jumlah saham yang beredar pada tanggal pencatatan dan
memeriksa ketepatan jumlah dividen yang diumumkan dengan cara
menghitung kembali
B. memastikan kebenaran ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat
pengumuman dividen
C. melakukan prosedur analitis atas perbandingan ekuitas dengan
kewajiban
D. menelusur pembayaran dividen ke bukti pengeluaran kas dan dokumen
lainnya

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.
4.40 Auditing IB 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) D. Pembelian properti untuk investasi bukan merupakan transaksi yang
terkait dengan siklus pembiayaan melainkan termasuk dalam siklus
investasi.
2) B. Industri jasa, salah satunya jasa konsultan merupakan jenis industri
yang proporsi aset tetapnya relatif lebih rendah dibandingkan industri
lainnya. Industri ini memang lebih banyak mengandalkan optimalisasi
sumber daya manusia dibandingkan dengan aset tetapnya.
3) A. Menginspeksi aset tetap bukan merupakan pengujian substantif atas
transaksi melainkan pengujian terinci atas saldo aset tetap.
4) A. Surat perjanjian hipotik merupakan salah satu bukti kepemilikan aset
atas properti seperti tanah, di samping bukti-bukti lainnya seperti
sertifikat tanah, IMB dan polis asuransi.
5) B. Skedul penyusutan merupakan dokumen yang biasanya digunakan
dalam melakukan review atas beban penyusutan karena dalam
dokumen tersebut dijelaskan secara rinci mengenai perhitungan
penyusutan, termasuk umur ekonomis dan nilai buku aset tetap.

Tes Formatif 2
1) C. Bukti mengenai otorisasi dewan komisaris untuk menerbitkan hutang
jangka panjang dapat dilihat pada notulensi rapat dewan komisaris.
2) B. Menelusuri penerbitan surat hutang ke penerimaan kas bukan
merupakan pengujian atas saldo hutang jangka panjang melainkan
pengujian atas transaksi.
3) A. Apabila transaksi-transaksi saham yang rutin pada perusahaan publik
ditangani oleh registrar dan agen penjual maka risiko bawaan dan
risiko pengendalian untuk saldo-saldo rekening tersebut biasanya
ditetapkan rendah. Pilihan B, C dan D hanya membahas mengenai
dividen.
4) B. Transaksi-transaksi saham yang rutin pada perusahaan publik
seringkali ditangani oleh registrar dan agen penjual. Apabila klien
menggunakan registrar, auditor harus mengkonfirmasi jumlah saham
diotorisasi (authorized), diterbitkan (issued), dan saham beredar
(outstanding) pada tanggal neraca kepada registrar.
5) C. Untuk menentukan kelayakan distribusi saldo laba tidak cukup dengan
menggunakan prosedur analitis.
 PAJA3435/MODUL 4 4.41

Daftar Pustaka

Al. Haryono Jusup. (2002). Pengauditan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN.

Boynton, Johnson, Kell. (2006). Modern Auditing, 8th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009).


Jakarta: Salemba Empat.
Modul 5

Audit Atas Saldo Kas


Cahya Irawady, S.E.,M.Si.,Ak.

PE N DA H UL U AN

A udit atas saldo kas merupakan bidang audit terakhir yang dibahas dalam
modul ini. Hal ini dikarenakan bukti yang dikumpulkan untuk saldo kas
sangat tergantung pada hasil pengujian dalam berbagai siklus transaksi lainnya.
Misalnya, jika hasil pengujian atas sistem pengendalian internal dan pengujian
transaksi dari siklus pengeluaran memberi keyakinan yang memadai, maka
auditor dapat mengurangi pengujian terinci atas saldo akhir kas.
Auditor melakukan pemeriksaan terhadap kas dengan tujuan utama
meyakini saldo kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan telah disajikan
dengan wajar, sesuai dengan nilai konversi berdasarkan kurs mata uang yang
berlaku pada saat perusahaan menyusun pelaporan keuangan.
Pembahasan pada modul ini dimulai dengan penjelasan mengenai sifat
dasar dan pentingnya siklus investasi dan pembiayaan serta tujuan audit yang
diterapkan pada siklus ini. Pembahasan kemudian dilakukan untuk setiap tujuan
audit.
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk
menjelaskan:
1. karakteristik dan jenis-jenis kas;
2. bagaimana hubungan kas dengan siklus-siklus transaksi lainnya;
3. pengujian substantif dalam audit atas saldo kas dan bank.

Cara mempelajari modul ini, pertama baca secara keseluruhan; selanjutnya


tahap demi tahap didalami mulai pendahuluan yang menyangkut relevansi dan
deskripsi singkat untuk memberikan gambaran secara garis besar akan hal yang
hendak Anda pelajari. Selanjutnya, di dalam mempelajari setiap kegiatan belajar
yang ada, bagian pertama adalah Anda harus pahami betul istilah-istilah penting,
kemudian pahami pengertian-pengertian yang tercantum dalam uraian dan
5.2 Auditing IB 

contoh-contoh. Untuk dapat melatih pembelajaran Anda segera kerjakan latihan


dan tes formatif yang ada, dan hitung tingkat penguasaan Anda terhadap materi
yang telah Anda pelajari.
 PAJA3435/MODUL 5 5.3

Kegiatan Belajar 1

Kas

K as pada umumnya dikendalikan dengan sangat baik, namun hal ini dapat
membuat auditor terjebak pada anggapan yang salah, karena baiknya
pengendalian atas kas. Saat anggapan bahwa keamanan atas kas sangat baik,
kecurangan yang terjadi dapat tidak terdeteksi. Perusahaan dapat mencatat kas
secara “overstate” melalui beberapa seri transaksi untuk menutupi kekurangan
kas yang sebenarnya, dan memungkinkan pelaku kecurangan untuk menjelaskan
kepada auditor bahwa saldo kas telah sesuai.

A. KARAKTERISTIK KAS

Kas di perusahaan memiliki karakteristik yang unik. Dari sisi jumlah


transaksi kas, pada perusahaan umumnya, transaksi yang berkaitan dengan kas
pada satu periode berjumlah sangat banyak. Namun demikian, di sisi lain nilai
saldo kas di tangan (cash on hand) yang ada di perusahaan pada akhir periode
biasanya tidak bernilai terlalu besar.
Perkembangan jasa perbankan dalam membantu pengelolaan kas (cash
management) serta semakin banyaknya instrumen finansial berikut derivatifnya
menimbulkan risiko baru dalam pengelolaan kas dan setara kas pada
perusahaan. Pemahaman auditor mengenai instrumen finansial, risiko bawaan
dan tujuan penggunaan instrumen finansial menjadi penting untuk menentukan
kewajaran transaksi dan saldo kas dan setara kas.
Auditor pada saat mengevaluasi pengelolaan kas dan setara kas akan
memberikan perhatian khusus pada faktor pengamanan secara fisik. Kas yang
disimpan dalam lemari besi dan terkunci dengan dua kunci yang dipegang oleh
pegawai yang berbeda (joint custody) memiliki pengamanan pada tingkat yang
sangat baik, dibandingkan dengan kas yang tersimpan dalam laci namun tidak
terkunci.
Pengamanan atas kas menjadi faktor yang penting, karena sifat dasar dari
kas adalah mudah berpindah tangan dan semua pihak akan beranggapan jika kas
dipegang oleh seseorang maka dia adalah pemiliknya, serta sangat diinginkan
oleh semua orang. Sifat dasar kas yang demikian menyebabkan risiko atas kas
menjadi tinggi. Tingginya risiko menyebabkan faktor pengamanan terhadap
5.4 Auditing IB 

fisik kas dan sistem yang menentukan batas aman penyimpanan kas menjadi
perhatian utama dari auditor.
Perusahaan umumnya memiliki batas tertentu yang berbeda-beda untuk
nilai yang dianggap aman berkaitan dengan uang tunai yang boleh disimpan
pada brankas perusahaan. Jika batas aman tersebut terlampaui, maka pemegang
kas memiliki kewajiban untuk segera menyetorkan kelebihan kas ke rekening
perusahaan di bank.
Berdasarkan sifatnya, saldo kas dan setara kas yang disajikan dalam laporan
keuangan perusahaan pada umumnya terdiri dari kas di tangan (cash on hand),
kas di bank (cash in bank) dan surat berharga setara kas (cash equivalent).
Berikut ini adalah penjelasan atas ketiga bentuk kas tersebut.

1. Kas di Tangan (Cash on Hand)


Kas di tangan berasal dari hasil penerimaan kas harian perusahaan, baik
yang berasal dari penerimaan piutang maupun berasal dari penjualan tunai yang
belum disetorkan ke bank, serta kas kecil (petty cash). Kas kecil pada
perusahaan dipergunakan untuk melakukan transaksi pembelian tunai dengan
nilai transaksi yang relatif kecil, sehingga dapat dibayar lebih mudah dan lebih
cepat dengan kas daripada menggunakan cek. Kas kecil biasanya ditetapkan
untuk total nilai tertentu yang dianggap aman dan tidak memerlukan proses
pembayaran melalui bank.
Contoh transaksi yang biasanya dilakukan melalui kas kecil antara lain
adalah pembayaran biaya langganan media koran ataupun majalah, pembayaran
penggunaan listrik, telepon dan air, pembelian bahan bakar, biaya jalan tol,
biaya parkir yang dikeluarkan untuk kendaraan operasional, dan lain-lain yang
sifatnya segera harus dibayar dan nilai transaksinya relatif kecil.
Terdapat beberapa cara pengelolaan kas kecil. Salah satu cara yang dikenal
dan paling banyak dipergunakan adalah menggunakan imprest fund. Pada cara
ini pengeluaran tunai dilakukan menggunakan dana kas kecil hingga saldo kas
mendekati batas tertentu. Pada saat itulah transaksi akan dipertanggungjawabkan
dan dikelompokkan sesuai jenis bebannya, serta dicatat oleh bagian akuntansi.
Kas yang terpakai berdasarkan pertanggungjawaban kas akan diisi kembali
sesuai dengan nilai kas yang terpakai. Dengan demikian saldo kas kecil kas akan
memiliki nilai yang tetap.
 PAJA3435/MODUL 5 5.5

2. Kas di Bank (Cash in Bank)


Entitas perusahaan dapat menyimpan kelebihan kas yang dimilikinya di
bank dalam berbagai bentuk yang disediakan oleh bank. Penyimpanan dana di
bank memiliki beberapa keuntungan, selain memiliki tingkat pengamanan yang
lebih baik, perusahaan juga seperti memiliki pencatatan pembanding selain
catatan yang ada di perusahaan, baik untuk transaksi penerimaan ataupun
pengeluaran kas yang dilakukan melalui bank.
Penyimpanan dana di bank yang paling umum dipilih perusahaan adalah
dalam bentuk rekening giro. Penyimpanan dalam bentuk rekening giro di bank
memiliki kelebihan, yaitu dapat ditarik menggunakan instrumen cek dan/atau
bilyet giro yang dapat dijadikan alat pembayaran kepada pihak supplier
perusahaan, serta dapat ditarik melalui mekanisme kliring antarbank.
Perusahaan dapat menggunakan lebih dari satu rekening bank yang dibuka,
baik pada bank yang sama ataupun pada bank yang berbeda. Setiap rekening
bank dapat dibuka dengan tujuan yang khusus, namun secara umum penggunaan
rekening bank adalah untuk mempermudah pengelolaan kas (cash management).
Contohnya perusahaan pada umumnya melakukan pembedaan peruntukan
rekening giro di bank yang dimilikinya untuk tujuan tertentu, seperti berikut ini.
a. General Checking Accounts adalah rekening giro yang secara umum
dipergunakan perusahaan untuk melakukan transaksi kas. Perusahaan
secara rutin menerima kas dari hasil penjualan melalui transfer dana atau
pengiriman dana secara elektronik (electronic fund transfer) secara
langsung ke dalam rekening bank ini. Selain itu perusahaan juga akan
melakukan pengeluaran kas untuk pembayaran kewajibannya kepada
supplier dengan menggunakan cek dan melakukan pembayaran melalui
bank dari rekening ini.
b. Imprest Payroll Accounts merupakan rekening giro yang khusus digunakan
untuk membayar gaji bulanan pegawai. Banyak perusahaan memisahkan
dana untuk pembayaran gaji pegawai pada rekening bank yang khusus diisi
sejumlah beban gaji yang dikeluarkannya setiap bulan. Pada saat
pembayaran gaji, perusahaan dapat memberikan cek kepada para
karyawannya atau mengirimkan gaji karyawannya dari rekening khusus gaji
tersebut hingga saldo pada rekening giro khusus gaji tersebut habis.
c. Cash Management Account adalah rekening giro di bank yang
dipergunakan secara khusus untuk menampung kas yang belum akan
dipergunakan (idle cash) pada rekening ini. Pengelolaan kas yang baik pada
perusahaan akan berupaya mendapatkan tambahan hasil, termasuk dari idle
5.6 Auditing IB 

cash-nya. Saat ini banyak perusahaan telah memiliki kerja sama dengan
institusi keuangan, bank, dan bukan bank, yang memungkinkan untuk
memindahkan kelebihan kas yang dimilikinya menjadi investasi sementara
yang berjangka waktu pendek dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
tambahan bagi perusahaan.
d. Rekening giro valuta asing dipergunakan oleh perusahaan untuk
menampung transaksi perusahaan yang dilakukan dalam valuta asing.
Perusahaan menggunakan rekening valuta asing untuk menampung dana
hasil penjualan ekspor yang dilakukan ke luar negeri dan juga melakukan
pembayaran kepada supplier-nya di luar negeri.
e. Rekening giro lainnya merupakan rekening giro yang dibuka dengan tujuan
khusus lainnya, dan dibuka sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Penyimpanan uang dalam bentuk rekening giro di bank membutuhkan


proses rekonsiliasi bank secara rutin setiap akhir bulan. Rekonsiliasi bank
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui saldo bank yang sebenarnya masih
menjadi hak perusahaan. Rekonsiliasi diperlukan karena pembayaran dengan
menggunakan instrumen cek dan bilyet giro memungkinkan terjadinya cek atau
giro yang sudah dikeluarkan perusahaan kepada pihak supplier, namun
dananya belum ditarik oleh penerima (outstanding cheque).
Kondisi tersebut di atas terjadi karena pada akhir bulan cek atau bilyet giro
masih dalam proses kliring di bank, atau karena perusahaan supplier baru
menerima cek atau bilyet giro dan belum menyetorkannya ke banknya masing-
masing. Auditor secara khusus memberikan perhatian terhadap proses
rekonsiliasi bank untuk memastikan bahwa saldo bank tidak termasuk sejumlah
nilai yang belum ditarik (outstanding cheque) tersebut.

3. Setara Kas (Cash Equivalent)


Setara kas merupakan investasi perusahaan jangka pendek pada instrumen
keuangan yang sangat likuid dan siap dikonversi menjadi kas, serta bebas dari
risiko perubahan nilai yang signifikan. Mengacu pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 2 yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
akuntan di Indonesia yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang laporan arus
kas, suatu investasi dapat dikategorikan sebagai setara kas apabila investasi
tersebut memiliki masa jatuh tempo maksimal dalam waktu 3 (tiga) bulan.
Sebagai contoh, dana perusahaan yang ditempatkan di bank dalam bentuk
deposito 1 bulan, 2 bulan dan maksimal 3 bulan dapat dikelompokkan pada
 PAJA3435/MODUL 5 5.7

setara kas. Selain itu penempatan dana perusahaan pada deposit on call, pasar
uang antarbank (interbank money market) juga dapat dikelompokkan sebagai
setara kas.

B. HUBUNGAN KAS DENGAN SIKLUS-SIKLUS TRANSAKSI

Kas memiliki hubungan secara langsung dengan empat dari lima siklus
transaksi yang ada pada perusahaan. Siklus-siklus yang berkaitan langsung
tersebut adalah siklus pendapatan (siklus penjualan dan penerimaan piutang),
pengeluaran (siklus pembelian dan pembayaran hutang), siklus pembiayaan,
siklus investasi (siklus perolehan modal dan pengembalian modal), dan siklus
penggajian dan personalia.
Dari keseluruhan siklus yang ada, siklus produksi (siklus persediaan dan
pergudangan) merupakan satu-satunya siklus transaksi dalam perusahaan yang
tidak memiliki kaitan secara langsung dengan transaksi kas di perusahaan.
Kaitan saldo kas dengan siklus-siklus tersebut dapat dilihat seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.1 sebagai berikut.

Siklus Penjualan Siklus Perolehan


dan Penerimaan dan Pembayaran
Kas Kembali Modal

Kas

XXX XXX

Siklus Penggajian
Siklus Pembelian
dan personalia
dan Pembayaran
Siklus Persediaan
Utang
dan Pergudangan

Gambar 5.1
Hubungan Siklus Transaksi dengan Kas
5.8 Auditing IB 

C. PERTIMBANGAN PERENCANAAN AUDIT

Auditor harus mempertimbangkan beberapa hal berikut ini dalam


melakukan pemeriksaan terhadap saldo kas dan bank yang ada di perusahaan
yang diauditnya. Pertimbangan tersebut adalah seperti diuraikan berikut ini.

1. Materialitas
Saldo kas pada akhir tahun biasanya tidak memiliki nominal yang besar
dibandingkan dengan jumlah aset lancar maupun keseluruhan aset. Namun dari
sisi jumlah atau volume transaksi (mutasi) kas selama satu periode akuntansi
akan mencakup suatu jumlah transaksi dan nilai rupiah yang sangat besar,
sehingga berpotensi untuk terjadinya salah saji yang material.
Auditor pada saat memeriksa saldo kas biasanya menetapkan tingkat
materialitas pada tingkat yang rendah untuk saldo kas. Sehingga kesalahan yang
terjadi pada akun kas akan segera menjadi material. Pemeriksaan saldo kas
tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut.
a. Volume aktivitas. Jumlah transaksi kas yang sangat banyak dalam setiap
tahun menjadikan tingginya kemungkinan untuk terjadinya kesalahan
karena berkaitan dengan transaksi pada siklus lainnya.
b. Likuiditas. Kas merupakan aset yang berisiko tinggi karena sifatnya
merupakan aset yang paling likuid dan mudah untuk dipindahtangankan.
c. Pengiriman kas secara elektronik (electronic transfer of cash) menyebabkan
pengendalian manual tidak dapat lagi diandalkan. Untuk itu diperlukan
pengendalian atas sistem informasi dan teknologi informasi.
d. Kepatuhan terhadap perjanjian kredit. Perusahaan yang memiliki pinjaman
dari bank biasanya harus memenuhi ketentuan kas minimum yang harus ada
di rekening banknya. Kewajiban ini menyebabkan perusahaan harus
menjaga sejumlah kas dalam nilai yang cukup.

Perjanjian kredit biasanya menetapkan pembatasan terhadap kas dengan


tujuan untuk menjaga agar peminjam dapat memenuhi kewajibannya secara
tepat waktu. Audit terhadap saldo kas termasuk mengevaluasi pengendalian
internal terhadap operasional selama periode pemeriksaan.

2. Risiko Bawaan (Inherent Risk)


Risiko bawaan (Inherent risk) untuk kas dan setara kas termasuk pada
kelompok tinggi karena sifatnya, risiko kehilangan dan risiko keuangan lain
 PAJA3435/MODUL 5 5.9

seperti menurunnya kurs nilai tukar mata uang. Selain itu tingginya volume
transaksi kas dapat menimbulkan tingkat risiko bawaan (inherent risk) yang
signifikan untuk asersi saldo kas tertentu.
Risiko yang tinggi untuk kas terutama terjadi pada asersi keberadaan dan
keterjadian (existence and occurrence) serta kelengkapan (completeness).
Risiko bawaan terhadap keberadaan dan keterjadian sangat dipengaruhi oleh
sifat kas yang rentan terhadap pencurian/penyelewengan, mengingat kas sangat
diinginkan oleh semua orang. Namun demikian, jika dilihat dari sisi penilaian
(valuation) secara fisik, kas memiliki risiko yang rendah, karena nilai dari kas
tidak ditentukan oleh kondisi fisik kas, namun oleh nilai nominal yang
tercantum pada mata uang.
Sifat kas yang unik dan memiliki risiko tinggi menyebabkan auditor
cenderung merancang prosedur auditnya guna mendeteksi salah saji pada tingkat
yang lebih rendah dibandingkan dengan akun-akun lainnya, sekalipun risiko
pengendaliannya rendah. Berikut adalah pertimbangan yang biasa diambil oleh
auditor terhadap saldo kas:
a. audit terhadap saldo kas lazimnya dilakukan dengan basis 100%, dengan
cara melakukan perhitungan atas seluruh kas yang disimpan pada kasir di
perusahaan;
b. sifat, waktu, dan luas pengujian disesuaikan dengan tingkat materialitas dan
risiko auditnya, pada umumnya prosedur audit dilakukan pada saat
mendekati tanggal neraca laporan keuangan.

3. Risiko Pengendalian
Pengendalian terhadap kas pada umumnya dirancang dengan sangat baik.
Hampir tidak pernah ditemukan perusahaan yang tidak menerapkan
pengendalian yang ketat terhadap kas yang mereka miliki.
Auditor pada saat melakukan penilaian terhadap keandalan saldo kas akan
bergantung pada hasil penilaian terhadap berikut ini.
a. Pengendalian (control) yang diterapkan oleh perusahaan atas siklus-siklus
transaksi lainnya yang secara langsung terkait dengan transaksi kas dan
akan sangat mempengaruhi keandalan saldo kas, yaitu siklus pendapatan,
pengeluaran, pembiayaan, investasi dan jasa personalia.
b. Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank yang dibuat secara teratur setiap bulan oleh orang
independen yang bukan menjadi pemegang kas dan bukan pemegang
catatan penerimaan dan pengeluaran kas dapat meningkatkan pengendalian
atas saldo bank yang dimiliki oleh perusahaan.
5.10 Auditing IB 

D. EVALUASI PENGENDALIAN KAS

Sifat dasar uang tunai (kas) yang memiliki risiko tinggi memerlukan
pengendalian internal yang baik. Auditor akan menilai pengendalian terhadap
kas menggunakan prinsip pengendalian sebagai berikut.
1. Pemisahan tugas pemegang kas.
2. Pembatasan endorsemen penerimaan cek dari pelanggan.
3. Pembuatan rekonsiliasi bank yang independen.
4. Pengendalian komputer atas kas.
5. Otorisasi transaksi kas.
6. Dokumen penerimaan kas yang memiliki pra-nomor.
7. Pemeriksaan internal audit secara periodik.
8. Pegawai yang kompeten dan terlatih secara baik.

1. Pemisahan tugas pemegang kas. Pemisahan tugas/fungsi antara pegawai


yang menyimpan kas dengan pencatat kas. Fungsi pencatatan atas transaksi
kas tidak boleh dirangkap oleh pegawai yang bertanggung jawab atas
penyimpanan kas secara fisik.
2. Pembatasan endorsemen terhadap cek yang diterima dari pelanggan/
pembeli. Cek yang diterima dari pelanggan harus segera disetorkan ke bank
pada hari yang sama. Selain itu cek yang diterima oleh perusahaan sebagai
pembayaran dari pelanggan hanya diatasnamakan kepada perusahaan,
sehingga pencairan cek hanya bisa dilakukan oleh perusahaan yang
menerima cek tersebut. Prosedur ini dapat mencegah terjadinya cek yang
tidak disetorkan atau dicairkan ke pihak luar perusahaan.
3. Pembuatan bank rekonsiliasi secara independen. Pembuatan bank
rekonsiliasi oleh pihak yang independen, bukan pemegang kas/bank dan
bukan juga bagian pencatatan, akan menjamin diperolehnya saldo kas/bank
yang benar.
4. Pengendalian komputer atas kas. Perkembangan teknologi
memungkinkan pengendalian yang lebih baik atas saldo kas. Transaksi kas
yang terjadi dapat dengan segera tercatat, sehingga saldo kas dapat segera
diketahui dan perhitungan kas menjadi lebih cepat dapat dilakukan.
5. Otorisasi transaksi kas. Proses penerimaan maupun pengeluaran kas
memerlukan proses otorisasi yang memadai. Seseorang yang memiliki
kewenangan otorisasi dapat menerima dan memberikan izin pengeluaran
uang dalam jumlah besar.
 PAJA3435/MODUL 5 5.11

Dalam prosedur otorisasi terdapat tiga macam pengendalian otorisasi yang


harus ada dalam pengendalian kas sebagai berikut.
a. Kewenangan untuk otorisasi harus diberikan kepada pegawai secara
individu terkait dengan posisi dan jabatannya. Pemberian kewenangan
ini harus diperiksa secara rutin oleh atasan langsung penerima
kewenangan.
b. Prosedur otentikasi terhadap transaksi, harus dipastikan bahwa
prosedur ini hanya dilakukan oleh pegawai yang berhak untuk
melakukan eksekusi terhadap transaksi. Proses otentikasi pada sistem
manual dapat dilakukan dengan melakukan pencocokan dan
pembatasan akses pegawai ke tempat penyimpanan cek dan kas.
Proses otentikasi pada sistem komputerisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan password, kartu pengenal, karakter khusus, atau terminal
input lain seperti finger scan yang secara khusus terhubung dengan
komputer.
c. Monitoring. Prosedur monitoring ditetapkan untuk melakukan
pengecekan terhadap transaksi harian yang terjadi, dibandingkan
dengan anggaran kas, batas otorisasi perorangan dan tingkat risiko dari
transaksi yang terjadi.
6. Dokumen penerimaan kas yang memiliki pra-nomor. Dokumen yang
telah diberi pranomor tercetak menjadi pengendalian yang mudah namun
memberikan dampak yang cukup efektif. Jika terjadi dokumen yang hilang
atau penggunaan dokumen yang tidak berurutan akan mudah dilacak dari
nomor urut tercetak tersebut.
7. Pemeriksaan internal audit secara periodik. Pemeriksaan internal yang
dilakukan dapat meningkatkan pengendalian terhadap kas, dan secara
langsung menurunkan risiko kecurangan terhadap kas.
8. Pegawai yang kompeten dan terlatih secara baik. Auditor secara umum
melakukan penilaian untuk mengetahui bagaimana para pegawai
melaksanakan pekerjaannya. Pegawai yang kompeten dan terlatih dengan
baik akan meningkatkan kualitas pengendalian internal, sehingga auditor
dapat mempertimbangkan untuk menurunkan tingkat risiko yang
ditetapkannya.
5.12 Auditing IB 

E. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO KAS

Suatu pengujian substantif dilakukan untuk mendapatkan keyakinan yang


memadai terhadap kewajaran saldo kas yang ada di perusahaan. Pengujian ini
dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit atas saldo kas. Sebagai contoh
prosedur audit untuk pengujian substantif disajikan dalam Tabel 5.1.
Daftar prosedur pengujian ini berlaku untuk satu atau lebih tujuan audit.

Tabel 5.1
Pengujian Substantif untuk Asersi dalam Saldo Kas

Tujuan Audit Saldo


Rekening
Kategori Pengujian Substantif
E C# R VA PD
O1 O1 1 #
Prosedur- 1. Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri
prosedur serta tentukan:
awal a. signifikansi dari saldo dan transaksi kas bagi
entitas;
b. kebijakan entitas dalam meramalkan saldo
kas dan menginvestasikan saldo kas.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo dan
catatan kas yang akan mendapat pengujian lebih
lanjut.
a. Menelusuri saldo awal kas di tangan dan di bank
ke kertas kerja tahun sebelumnya.
b. Menelaah aktivitas dalam akun buku besar kas
dan menyelidiki ayat jurnal yang tampak tidak
biasa dari segi jumlah maupun sumbernya.
c. Dapatkan ikhtisar kas di tangan dan di bank,
yang disiapkan oleh klien.
Prosedur 3. Lakukan prosedur analitis: √ √ √
Analitis a. bandingkan saldo kas dengan jumlah yang
dianggarkan, saldo tahun lalu atau jumlah yang
diharapkan;
b. hitunglah kas sebagai persentase aktiva lancar
dan bandingkan dengan nilai yang diharapkan.
Pengujian 4. Lakukan pengujian pisah batas kas: √ √ √3 √
Terinci a. amati bahwa semua kas yang diterima
atas menjelang penutupan usaha pada akhir tahun 3,4
Transaksi fiskal termasuk dalam kas yang ada di tangan
dan tidak ada penerimaan dari periode
berikutnya yang dimasukkan;
b. me-review dokumentasi seperti ikhtisar kas
harian, slip deposit duplikat dan laporan bank
yang mencakup beberapa hari sebelum dan
sesudah tanggal akhir tahun untuk menentukan
pisah batas yang tepat.
 PAJA3435/MODUL 5 5.13

Tujuan Audit Saldo


Rekening
Kategori Pengujian Substantif
E C# R VA PD
O1 O1 1 #
c. Amati cek terakhir yang diterbitkan dan
dikirimkan pada hari kerja terakhir di tahun fiskal
dan menelusurinya ke catatan akuntansi.
d. Bandingkan tanggal-tanggal pada cek yang
diterbitkan beberapa hari sebelum dan sesudah
akhir tahun ke tanggal pencatatan cek untuk
menentukan pisah batas yang tepat.
5. Telusur transfer bank selama beberapa hari
sebelum dan sesudah tanggal akhir tahun untuk
menentukan bahwa setiap transfer telah dicatat
dengan benar sebagai penerimaan maupun
pengeluaran dalam periode akuntansi yang sama.
6. Menyiapkan bukti atau proof kas untuk setiap akun
kas di bank di mana entitas itu tidak mampu
merekonsiliasi.
Pengujian 7. Menghitung kas di tangan yang belum disetorkan
terinci atas dan menentukan bahwa jumlah tersebut telah
saldo dimasukkan dalam saldo kas.
8. Konfirmasi saldo setoran dan pinjaman dengan
bank.
9. Konfirmasi perjanjian lain dengan bank seperti line of
credit, perjanjian saldo dan jaminan pinjaman.
10. Menelaah atau menyiapkan rekonsiliasi bank
sebagaimana mestinya.
11. Dapatkan dan gunakan laporan pisah batas dari
bank untuk memverifikasi pos-pos rekonsiliasi bank,
mendeteksi semua cek yang belum dicatat yang
telah di kliring oleh bank.
Penyajian 12. Bandingkan penyajian laporan keuangan dengan
dan PSAK.
Pengung- a. Tentukan apakah saldo kas telah diidentifikasi
kapan dan diklasifikasikan dengan tepat.
b. Menentukan bahwa overdraft bank telah
direklasifikasi sebagai kewajiban lancar.
c. Lakukan tanya jawab dengan manajemen,
menelaah dokumentasi korespondensi dengan
bank dan menelaah notulensi rapat untuk
menentukan hal-hal yang memerlukan
pengungkapan.

Prosedur Awal Pemeriksaan Kas


Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa audit atas saldo kas merupakan
bidang audit terakhir yang dibahas. karena bukti yang dikumpulkan untuk saldo
kas sangat tergantung pada hasil pengujian dalam berbagai siklus transaksi
lainnya.
5.14 Auditing IB 

Pengujian atas pengendalian (test of controls) dan pengujian atas transaksi


(test of transactions) dilakukan dalam audit siklus-siklus transaksi yang lain
yang berkaitan secara langsung dengan kas. Tabel 5.2. berikut ini menunjukkan
hubungan antara setiap siklus dan kaitannya dengan saldo kas pada perusahaan.

Tabel 5.2
Hubungan antara Siklus-siklus Transaksi dengan Kas

Siklus Transaksi Pengujian yang berhubungan dengan saldo kas


Siklus Pendapatan Penerimaan Kas
Siklus Pengeluaran Pengeluaran Kas
Siklus Pembiayaan dan Investasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Jasa Personalia Pengeluaran Kas

F. PROSEDUR AUDIT UNTUK SALDO KAS DI BANK

1. Penerimaan Konfirmasi Bank


Penerimaan konfirmasi secara langsung dari setiap bank atau lembaga
keuangan lain dimana klien melaksanakan kegiatan bisnis sangat penting bagi
setiap audit, kecuali ada sejumlah besar rekening tidak aktif yang tidak lazim.
Jika bank tidak menanggapi permintaan konfirmasi, auditor harus mengirimkan
permintaan kedua atau meminta klien untuk menelepon bank tersebut.

Tujuan Konfirmasi Bank


a. Bukan semata-mata untuk mengecek kebenaran saldo, namun juga dapat
meyakinkan kebenaran pemilikan dana dan riwayat transaksi yang terjadi.
b. Memperoleh informasi lain tentang perusahaan, seperti: dana lain di bank,
kredit yang diperoleh dari bank.
c. Memberikan bukti mengenai Existence, Rights & obligations, Valuation.
d. Berkontribusi untuk Completeness, Presentation & disclosures.
e. Konfirmasi dikirim kepada semua bank dimana klien memiliki account,
termasuk yang bersaldo nihil.

Setelah konfirmasi bank diterima, saldo rekening bank yang ditegaskan oleh
bank harus ditelusuri ke jumlah yang tercantum pada rekonsiliasi bank.
Demikian pula, semua informasi lainnya pada rekonsiliasi harus ditelusuri ke
kertas kerja audit yang relevan.
 PAJA3435/MODUL 5 5.15

2. Penerimaan Rekening Koran pada Titik Pisah Batas (Cut-off Bank


Statement)
a. Rekening koran pisah batas (cut-off bank statement) adalah suatu rekening
koran untuk sebagian periode, biasanya beberapa hari setelah tanggal
neraca.
b. Diterima langsung oleh auditor dari bank yang bersangkutan.
c. Bermanfaat untuk memverifikasi unsur-unsur rekonsiliasi bank:
1) setoran dalam perjalanan (deposit in transit);
2) cek yang masih beredar/belum dicairkan (outstanding checks).

3. Pengujian Rekonsiliasi Bank


Alasan pengujian rekonsiliasi bank adalah untuk memverifikasi apakah
saldo bank klien yang tercatat berjumlah sama dengan jumlah kas yang
sebenarnya ada di bank kecuali untuk setoran dalam perjalanan, cek-cek yang
beredar, dan pos-pos rekonsiliasi lainnya. Dalam pengujian rekonsiliasi bank ini,
rekening koran pisah batas (cut-off bank statement) menyediakan berbagai
informasi dalam pelaksanaan pengujian ini.
Beberapa prosedur utama yang dilakukan dalam pengujian rekonsiliasi bank
adalah:
a. dapatkan rekonsiliasi bank per tanggal neraca dan uji kecermatannya (detail
tie-in);
b. kirim permintaan konfirmasi bank dan rekening koran pisah batas;
c. lakukan pengujian atas rekonsiliasi bank yang dilakukan oleh klien:
1) cocokkan saldo kas menurut konfirmasi dengan saldo menurut
rekonsiliasi bank;
2) catat nomor cek yang terakhir dikeluarkan sebelum tanggal neraca
(dilakukan ketika melakukan cut-off test transaksi pengeluaran kas);
3) telusur cek-cek yang ada dalam cut-off bank statement ke daftar cek-
cek yang masih beredar (outstanding checks) dalam rekonsiliasi bank
dan ke jurnal pengeluaran kas;
4) investigasi outstanding checks yang belum dicairkan/tidak tercantum
dalam cut-off bank statement:
a) telusur ke jurnal pengeluaran kas;
b) telusur ke rekening koran bulan berikutnya;
c) diskusikan dengan klien;
d) jika cek daluwarsa, lakukan penyesuaian (adjustment) terhadap
catatan utang.
5.16 Auditing IB 

5) Telusur setoran dalam perjalanan (deposit in transit) ke jurnal


penerimaan kas dan cut-off bank statement.
6) Telusur unsur-unsur rekonsiliasi bank lainnya (beban bank, jasa giro,
inkaso) ke rekening koran dan memo debit/kreditnya, dan tentukan
apakah unsur-unsur tersebut telah dicatat dengan benar.

Gambar 5.2
Kertas Kerja – Pengujian Rekonsiliasi Bank

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan karakteristik dari kas dan sebutkan jenis-jenis kas yang disajikan
dalam laporan keuangan perusahaan!
2) Jelaskan hubungan antara saldo kas dengan siklus-siklus transaksi lainnya!
3) Jelaskan penilaian auditor terhadap pengendalian kas yang dilakukan
dengan menerapkan delapan prinsip pengendalian!
4) Jelaskan tujuan dilakukan prosedur audit konfirmasi bank!
5) Jelaskan tahapan prosedur pembuatan rekonsiliasi bank!
 PAJA3435/MODUL 5 5.17

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
perihal karakteristik kas.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal hubungan antara saldo kas dengan siklus-siklus
transaksi lainnya.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal prosedur berorientasi fraud.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal prosedur audit untuk kas di tangan.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal pengujian rekonsiliasi bank.

R A NG KU M AN

Audit atas saldo kas merupakan bidang audit terakhir yang dibahas
dalam modul ini karena bukti yang dikumpulkan untuk saldo kas sangat
tergantung pada hasil pengujian dalam berbagai siklus transaksi lainnya.
Auditor pada saat mengevaluasi kas dan setara kas akan memberikan
perhatian khusus pada faktor pengamanan secara fisik. Kas yang disimpan
dalam lemari besi dan terkunci dengan dua kunci yang dipegang oleh
pegawai yang berbeda (joint custody) memiliki pengamanan pada tingkat
yang sangat baik, dibandingkan dengan kas yang tersimpan dalam laci
namun tidak terkunci.
Saldo kas dan setara kas yang disajikan dalam laporan keuangan
perusahaan pada umumnya terdiri dari kas di tangan (cash on hand), kas di
bank (cash in bank) dan setara kas (cash equivalent).
Kas memiliki hubungan secara langsung dengan empat dari lima siklus
transaksi yang ada pada perusahaan. Siklus-siklus yang berkaitan langsung
tersebut adalah siklus pendapatan (siklus penjualan dan penerimaan
piutang), pengeluaran (siklus pembelian dan pembayaran hutang), siklus
pembiayaan, siklus investasi (siklus perolehan modal dan pengembalian
modal), dan siklus penggajian dan personalia.
Prosedur audit untuk saldo kas di bank meliputi: (1) Penerimaan
konfirmasi bank, (2) Penerimaan rekening koran pada titik pisah batas (cut-
off bank statement) dan (3) Pengujian atas rekonsiliasi bank. Prosedur audit
untuk saldo kas di tangan meliputi penghitungan fisik atas kas tersebut.
5.18 Auditing IB 

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Penyajian saldo kas dalam laporan keuangan pada umumnya terdiri
dari ….
A. kas di tangan (cash on hand), kas pada bank (cash in bank) dan setara
kas (cash equivalent)
B. kas di tangan (cash on hand), kas pada bank (cash in bank)
C. kas di tangan (cash on hand) dan setara kas (cash equivalent)
D. semua jawaban di atas benar

2) Perusahaan biasanya melakukan pengelolaan uang di bank dengan


membagi sesuai dengan tujuan dari setiap rekeningnya. Tujuan pembukaan
rekening di bank yang umum adalah ....
A. general checking account, imprest payroll accounts
B. rekening giro valuta asing, rekening giro khusus lainnya
C. cash management accounts
D. semua jawaban di atas benar

3) Berikut ini yang dapat digolongkan sebagai setara kas adalah ....
A. investasi sementara dengan masa jatuh tempo maksimal 3 bulan
B. investasi sementara dengan masa jatuh tempo lebih dari 3 bulan
C. penempatan dana pada instrumen pasar uang yang tidak memiliki
tingkat likuiditas tinggi
D. semua jawaban di atas benar

4) Perhitungan auditor atas saldo kas harus dikoordinasikan bersamaan


dengan ….
A. pemahaman atas struktur pengendalian internal yang berkenaan dengan
pengamanan terhadap kas
B. perhitungan investasi dalam bentuk sekuritas yang mudah untuk
dipasarkan
C. perhitungan persediaan barang
D. penilaian piutang usaha

5) Bukti utama berkenaan dengan saldo bank di akhir tahun di


dokumentasikan dalam ….
A. konfirmasi bank
B. rekonsiliasi bank
 PAJA3435/MODUL 5 5.19

C. skedul transfer antar bank


D. skedul utama setoran bank

6) Penerimaan rekening koran pada titik pisah batas (Cut-off Bank Statement)
adalah rekening koran untuk sebagian periode transaksi dengan bank,
biasanya beberapa hari setelah tanggal neraca, rekening koran ini
bermanfaat bagi auditor untuk ….
A. menetapkan saldo bank pada akhir tahun
B. melihat aliran uang keluar setelah akhir tahun
C. melakukan verifikasi unsur-unsur setoran dalam perjalanan (deposit in
transit) dan cek yang masih beredar/belum dicairkan (outstanding
checks)
D. semua jawaban di atas benar

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
5.20 Auditing IB 

Kegiatan Belajar 2

Kecurangan Kas

C ek atau bilyet giro yang dikeluarkan oleh perbankan saat ini sudah
menggunakan kode dengan tinta magnetik (magnetic-ink character
recognition/MICR). MICR bertujuan untuk mempercepat proses transaksi yang
menggunakan cek atau bilyet giro dan membukukan penarikan dana dari
rekening nasabahnya.
Walaupun teknologi MICR telah cukup canggih, namun kemungkinan
terjadinya kecurangan menggunakan cek yang kodifikasinya diubah saat ini
meningkat. Hal ini terjadi karena semakin tersedianya alat cetak dengan kualitas
grafis yang baik untuk komputer mikro dengan harga yang relatif murah, dan
bahkan dapat dipergunakan untuk mengubah kode cek yang menggunakan kode
MICR. Dengan mempergunakan alat tersebut, cek yang palsu akan lebih mudah
dibuat dan bahkan sulit dibedakan dari cek atau bilyet giro yang asli.
Apakah ada solusi untuk mencegah hal tersebut?
Dalam rangka pencegahan terjadinya kasus di atas, setidaknya terdapat
pengendalian internal mendasar yang harus ada, yaitu:
1. meminta bank untuk menyediakan cek yang dicetak secara khusus dengan
mencantumkan logo perusahaan akan menyulitkan pemalsuan;
2. otorisasi penandatanganan cek oleh dua orang yang berbeda (contra sign)
untuk batasan nilai tertentu sebagai pengendalian terhadap pengeluaran cek
dalam nilai yang relatif besar;
3. penggunaan cap dengan beberapa warna pada cek yang dipergunakan;
4. menggunakan kertas dengan jenis khusus dan membatasi akses ke tempat
penyimpanan blanko cek;
5. menggunakan rekening bank khusus untuk pengeluaran-pengeluaran yang
bernilai kecil;
6. menetapkan proses penyusunan rekonsiliasi bank oleh pihak independen
secara berkala dan tepat waktu terhadap seluruh rekening bank yang
dimiliki perusahaan.
 PAJA3435/MODUL 5 5.21

A. PROSEDUR BERORIENTASI FRAUD

Seringkali auditor merasa perlu untuk memperluas prosedur-prosedur pada


akhir tahun untuk menguji secara ekstensif kemungkinan timbulnya fraud
apabila pengendalian intern klien ternyata lemah.
Prosedur-prosedur berorientasi fraud yang dibahas dalam bagian ini adalah
pembuktian kas (proof of cash) dan pengujian untuk kiting dan lapping.

1. Pembuktian Kas (Proof of Cash)


Proof of Cash seringkali dipergunakan oleh auditor untuk mendapatkan
bukti yang kuat terhadap saldo kas di perusahaan yang di auditnya. Auditor
seringkali menyiapkan suatu pembuktian kas manakala pengendalian intern atas
kas dianggap tidak memadai. Suatu pembuktian kas (Proof of Cash) mencakup
hal-hal sebagai berikut.
a. Rekonsiliasi saldo pada rekening koran dengan saldo buku besar pada
periode saat dilakukan proof of cash.
b. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetor dengan jumlah penerimaan kas
untuk suatu periode tertentu.
c. Rekonsiliasi saldo rekening koran dengan saldo buku besar pada akhir
periode proof of cash.

Pembuktian kas semacam ini biasa disebut sebagai pembuktian kas empat
kolom. Pembuktian kas ini dapat dilaksanakan untuk satu bulan atau lebih, satu
tahun keseluruhan, atau bulan terakhir dari suatu tahun.

2. Pengujian untuk Kiting


Kiting merupakan kecurangan (fraud) yang dilakukan dengan cara
mencatat transfer uang sebagai setoran di rekening koran bank penerima namun
secara sengaja tidak mencatat pengurangannya pada rekening bank yang
dananya ditarik.
Kiting biasanya dilakukan untuk menutupi kekurangan kas (cash shortage)
yang disebabkan oleh kecurangan yang dilakukan oleh pemegang kas. Berikut
ini adalah prosedur audit yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi adanya
kiting.
a. Buat daftar transfer antar bank yang terjadi beberapa hari sebelum dan
sesudah tanggal neraca, dan telusur masing-masing transaksi ke catatan
5.22 Auditing IB 

akuntansinya untuk menentukan bahwa setiap transfer telah dicatat


sebagai penerimaan dan pengeluaran dalam periode yang sama.
b. Bandingkan informasi pengeluaran menurut daftar transfer ke jurnal
pengeluaran kas dan rekening koran bank.
c. Bandingkan informasi penerimaan menurut daftar transfer ke jurnal
penerimaan kas dan rekening koran bank.
d. Pastikan apakah pengeluaran-pengeluaran menurut daftar transfer
harus/tidak termasuk sebagai outstanding checks dalam rekonsiliasi bank.
e. Pastikan apakah penerimaan-penerimaan menurut daftar transfer
harus/tidak termasuk sebagai setoran dalam rekonsiliasi bank.

Berikut adalah contoh kasus untuk – Kitting


Divisi A
a. Melakukan pengiriman uang melalui bank transfer senilai
Rp100.000.000,00 kepada Divisi B pada saat mendekati akhir tahun, namun
pencatatan atas transaksi tersebut secara sengaja dilakukan pada awal tahun
berikutnya.
b. Transfer yang dilakukan tersebut tidak nampak pada rekening koran dari
bank pada tahun berjalan, karena melampaui tanggal cut-off rekening koran
bank, sehingga baru akan nampak pada rekening koran bank bulan
berikutnya.
c. Transfer yang dilakukan oleh divisi A tersebut tidak menurunkan saldo
bank divisi A, karena tidak dicatat pada periode tahun berjalan.

Divisi B
a. Menerima uang melalui transfer masuk dari divisi A sebesar
Rp100.000.000,00 sebelum akhir tahun dan mencatatnya sebagai
penerimaan setoran di tahun berjalan.
b. Terdapat dua kemungkinan pencatatan setoran, dicatat atau tidak. Jika tidak
dicatat maka setoran akan terlihat sebagai deposit in transit pada bank
rekonsiliasi yang dibuat.
c. Jika dicatat maka saldo akhir rekening bank akan meningkat karena adanya
transfer dari divisi A pada akhir tahun. Selanjutnya dampak dari transfer
tadi akan membuat saldo kas di bank disajikan pada laporan keuangan
konsolidasi perusahaan lebih besar dari seharusnya (overstated).
 PAJA3435/MODUL 5 5.23

3. Pengujian untuk Lapping


Lapping merupakan ketidakberesan (irregularity) yang mengakibatkan
jumlah penerimaan kas tidak sesuai dengan yang seharusnya. Lapping dilakukan
dengan cara mengambil penerimaan uang (dari debitur) dan menunda
pencatatannya.
Lapping terjadi karena perangkapan fungsi penerimaan kas dan pencatatan
piutang dan penerimaan cek pelunasan piutang dari pelanggan. Perangkapan
fungsi yang terjadi akan menyebabkan dapat ditundanya atau bahkan
dihilangkannya transaksi kas yang terjadi.

Contoh terjadinya transaksi Lapping:


Penerimaan Dokumen Jurnal Bukti Setor
Tunai 600 Bukti 600 D/ Penjualan 600 Tunai 400
penjualan Tunai
tunai
Cek dari 200 Bukti - - Cek 200
pelanggan dihilangkan/tid
ak dibuat
Jumlah 800 600 600 600

Pada contoh di atas akibat dari perangkapan fungsi penerimaan cek dan
uang tunai dari pelanggan. Lapping yang terjadi dengan cara bukti penerimaan
cek dari pelanggan dihilangkan/tidak dibuat dan cek disetorkan sebagai bagian
dari penerimaan hasil penjualan tunai. Lapping yang dilakukan oleh pegawai
menghilangkan kas senilai Rp200 yang berasal dari penjualan secara tunai.
Auditor dapat melakukan prosedur audit untuk mendeteksi dan
mengungkapkan jika terdapat indikasi adanya lapping antara lain sebagai
berikut.
a. Konfirmasi piutang secara mendadak (surprise) dalam periode interim.
b. Lakukan penghitungan kas (undeposited collections) secara mendadak dan
awasi prosedur penyetorannya.
c. Bandingkan copy bukti setor dengan:
1) Rincian laporan harian penerimaan kas.
2) Catatan setoran pada jurnal penerimaan kas.
3) Posting (kredit) pada master file/kartu piutang.
5.24 Auditing IB 

B. PROSEDUR AUDIT UNTUK SALDO KAS DI TANGAN (CASH


ON HAND)

1. Menghitung Kas di Tangan (Cash on Hand)


Penerimaan kas yang belum disetor (undeposit receipt) merupakan salah
satu jenis cash on hand. Untuk melaksanakan penghitungan kas secara tepat,
maka prosedur ini perlu dilakukan oleh auditor:
a. dilakukan terhadap semua dana kas yang ada;
b. harus mengandung unsur surprise;
c. selama penghitungan semua dana kas harus berada dalam penguasaan
auditor;
d. kasir yang bertanggung jawab harus menyaksikan penghitungan;
e. buat laporan hasil penghitungan dan ditandatangani oleh kasir dan
supervisornya.

Pengendalian atas semua dana kas dirancang untuk mencegah pemindahan


uang kas yang telah dihitung ke uang kas yang sudah dihitung oleh klien.
Penyegelan uang kas dan penggunaan staf auditor tambahan seringkali
diperlukan apabila kas disimpan di banyak lokasi.

2. Kas Kecil
Kas kecil merupakan rekening yang unik, karena seringkali jumlahnya
tidak material tetapi selalu diperiksa dalam audit. Penekanan dalam verifikasi
kas kecil harus diarahkan pada pengujian transaksi kas kecil, bukan pada saldo
akhir kas kecil tersebut.
Berikut ini adalah prosedur yang dilakukan oleh auditor dalam
memverifikasi kas kecil berikut ini.
a. Diskusikan dengan kasir tentang prosedur pengelolaan dana kas kecil
(imprest/fluctuating system)
b. Uji transaksi-transaksi pengisian kembali (reimbursement):
1) periksa urutan nomor & otorisasi bukti kas kecil;
2) periksa kelengkapan & kelayakan dokumen pendukung bukti kas kecil;
3) bandingkan jumlah reimbursement dengan total bukti-bukti kas
kecilnya;
4) lakukan penghitungan atas dana kas kecil.
 PAJA3435/MODUL 5 5.25

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Prosedur audit apa saja yang dapat dilakukan oleh auditor dalam
menghitung kas di tangan?
2) Bagaimana proses terjadinya lapping dalam penerimaan kas?
3) Prosedur audit apa saja yang dapat dipilih oleh auditor untuk menemukan
adanya lapping.
4) Bagaimana proses terjadinya kitting dalam penerimaan kas?
5) Prosedur apa saja yang dapat dipilih oleh auditor untuk menemukan adanya
kitting?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
perihal prosedur audit untuk kas di tangan.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal prosedur berorientasi fraud bagian kasus lapping.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal prosedur audit berorientasi fraud bagian audit lapping.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal prosedur berorientasi fraud bagian kasus kitting.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal prosedur audit berorientasi fraud bagian audit kitting.

R A NG KU M AN

Proof of Cash seringkali dipergunakan oleh auditor untuk


mendapatkan bukti yang kuat terhadap saldo kas di perusahaan yang di
auditnya. Auditor seringkali menyiapkan suatu pembuktian kas manakala
pengendalian intern atas kas dianggap tidak memadai.
Kiting merupakan kecurangan (fraud) yang dilakukan dengan cara
mencatat transfer uang sebagai setoran di rekening koran bank penerima
namun secara sengaja tidak mencatat pengurangannya pada rekening bank
5.26 Auditing IB 

yang dananya ditarik. Kiting biasanya dilakukan untuk menutupi


kekurangan kas (cash shortage) yang disebabkan oleh kecurangan yang
dilakukan oleh pemegang kas.
Lapping merupakan ketidakberesan (irregularity) yang mengakibatkan
jumlah penerimaan kas tidak sesuai dengan yang seharusnya. Lapping
dilakukan dengan cara mengambil penerimaan uang (dari debitur) dan
menunda pencatatannya.
Penerimaan kas yang belum disetor (undeposit receipt) merupakan
salah satu jenis cash on hand. Pengendalian atas semua dana kas dirancang
untuk mencegah pemindahan uang kas yang telah dihitung ke uang kas
yang sudah dihitung oleh klien.
Kas kecil merupakan rekening yang unik, karena seringkali jumlahnya
tidak material tetapi selalu diperiksa dalam audit. Penekanan dalam
verifikasi kas kecil harus diarahkan pada pengujian transaksi kas kecil,
bukan pada saldo akhir kas kecil.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Kecurangan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi pada proses


penarikan uang menggunakan cek atau giro dapat diatasi dengan cara ….
A. meminta bank untuk mencetak logo khusus pada cek atau bilyet giro
yang digunakan perusahaan
B. cek yang dikeluarkan perusahaan di otorisasi oleh dua orang yang
berbeda
C. menggunakan cap yang memiliki warna yang khusus untuk
pengeluaran cek dan bilyet giro
D. seluruh jawaban di atas benar

2) Proof of Cash seringkali dipergunakan oleh auditor untuk mendapatkan


bukti yang kuat terhadap saldo kas di perusahaan yang di auditnya. Auditor
menyiapkan suatu pembuktian kas manakala pengendalian intern atas kas
dianggap ….
A. cukup kuat
B. lemah
C. sangat baik
D. seluruh jawaban di atas benar
 PAJA3435/MODUL 5 5.27

3) Suatu kekurangan kas dapat disembunyikan dengan memindahkan dana kas


dari satu lokasi ke lokasi lainnya atau dengan mengubah aktiva yang dapat
dinegosiasikan menjadi kas. Prosedur berikut ini yang dapat mencegah hal
tersebut adalah ….
A. konfirmasi secara serentak
B. rekonsiliasi bank secara serentak
C. verifikasi secara serentak
D. perhitungan kas yang mendadak secara serentak

4) Prosedur berikut ini yang merupakan perlindungan terbaik bagi perusahaan


yang ingin mencegah lapping adalah ….
A. memisahkan tugas sehingga pemegang pembukuan yang bertanggung
jawab tidak mempunyai akses ke penerimaan piutang
B. memisahkan tugas sehingga seorang karyawan tidak mempunyai akses
ganda ke cek dari pelanggan dan uang dari penerimaan kas harian
C. mengusahakan agar pelanggan mengirimkan pembayaran langsung ke
bank perusahaan
D. meminta agar cek pembayaran pelanggan dibayarkan ke perusahaan
dan dialamatkan ke bendaharawan

5) Kiting merupakan kecurangan (fraud) yang dilakukan dengan cara ….


A. mencatat transfer uang sebagai setoran di rekening koran bank
penerima dan mencatat pengurangannya pada rekening bank yang
dananya ditarik
B. mencatat transfer uang sebagai setoran di rekening koran bank
penerima
C. mencatat transfer uang sebagai setoran di rekening koran bank
penerima dan secara sengaja tidak mencatat pengurangannya pada
rekening bank yang dananya ditarik
D. seluruh jawaban di atas benar

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal
5.28 Auditing IB 

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 PAJA3435/MODUL 5 5.29

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) A. Berdasarkan sifatnya, saldo kas dan setara kas yang disajikan dalam
laporan keuangan perusahaan pada umumnya terdiri dari kas di tangan
(cash on hand), kas di bank (cash in bank) dan surat berharga setara
kas (cash equivalent).
2) D. Lihat bagian kas di bank, perusahaan biasa menggunakan lima (5) jenis
akun untuk keperluan kegiatan operasionalnya.
3) A. Lihat bagian setara kas, investasi sementara yang maksimal dari 3
bulan termasuk pada kelompok setara kas
4) B. Perhitungan kas dilakukan untuk mendapatkan saldo kas dan setara
kas, oleh karena itu perlu dikoordinasikan dengan penilaian investasi
jangka pendek, di antaranya sekuritas yang mudah untuk dipasarkan.
5) B. Lihat bagian rekonsiliasi bank. Dokumentasi bukti utama untuk saldo
kas di bank adalah hasil rekonsiliasi bank untuk mendapatkan saldo kas
di bank yang sebenarnya.
6) D. Lihat bagian titik pisah batas rekening koran, bermanfaat untuk melihat
aliran uang setelah tanggal neraca dan melakukan verifikasi setoran
dalam perjalanan dan cek yang beredar dan belum dicairkan dari bank.

Tes Formatif 2
1) D. Lihat kasus kecurangan dengan pemanfaatan teknologi, seluruh
jawaban merupakan bagian dari pencegahan terjadinya kecurangan.
2) B. Lihat bagian proof of cash, dipergunakan auditor jika ia menilai
pengendalian intern atas kas lemah.
3) D. Lihat kasus lapping, perhitungan kas serentak dan mendadak dapat
mengungkap disembunyikannya kas dari satu lokasi ke lokasi lain.
4) B. Lihat kasus lapping, terjadi karena penggabungan tugas penerimaan
cek dari pelanggan dan penerimaan kas harian.
5) C. Lihat kasus kitting, terjadi karena transfer antar rekening perusahaan
dicatat transfer masuknya, namun ditunda pencatatan transfer keluar.
5.30 Auditing IB 

Daftar Pustaka

Al. Haryono Jusup. (2002). Pengauditan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ekononomi YKPN.

Arens, Elder and Beasley. (2008). Auditing and Assurance Services, 12th
Edition. Prentice Hall, Inc.

Boynton, Johnson, Kell. (2006). Modern Auditing, 8th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.
Modul 6

Penyelesaian Audit dan Jasa Lainnya


Cahya Irawady, S.E., M.Si., Ak.

PE N DA H UL U AN

B erbagai aspek dari pengujian terkait siklus transaksi maupun akun-akun


yang spesifik telah dibahas dalam modul-modul sebelumnya. Pada bagian
ini akan dibahas dua aspek tambahan yang penting dalam aktivitas audit atas
laporan keuangan. Pertimbangan pertama ditujukan pada penyelesaian audit.
Setelah menjelaskan aktivitas-aktivitas dalam penyelesaian audit, harus
dipertimbangkan pula pada tanggung jawab auditor sesudah dilakukannya audit.
Tanggung jawab ini akan terkait dengan peristiwa yang terjadi sesudah tanggal
laporan auditor.
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. menguraikan tanggung jawab auditor dalam penyelesaian audit;
2. menjelaskan prosedur-prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan;
3. memahami tanggung jawab auditor berkaitan dengan peristiwa kemudian
(subsequent event);
4. menjelaskan tujuan surat representasi klien;
5. menjelaskan tanggung jawab auditor dan prosedur untuk mengevaluasi
keberlangsungan usaha (going concern);
6. menjelaskan komunikasi antara auditor dengan klien pada saat seluruh
proses audit telah selesai;
7. menjelaskan tanggung jawab auditor sesudah audit;
8. menjelaskan jenis-jenis penugasan yang diberikan oleh akuntan publik.

Cara mempelajari modul ini, pertama baca secara keseluruhan; selanjutnya


tahap demi tahap didalami mulai pendahuluan yang menyangkut relevansi dan
deskripsi singkat untuk memberikan gambaran secara garis besar akan hal yang
hendak Anda pelajari. Selanjutnya, di dalam mempelajari setiap kegiatan belajar
yang ada, Anda harus pahami betul istilah-istilah penting, kemudian pahami
pengertian-pengertian yang tercantum dalam uraian dan contoh-contoh. Untuk
dapat melatih pembelajaran Anda segera kerjakan latihan dan tes formatif yang
ada, dan hitung tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda
pelajari.
6.2 Auditing IB 

Kegiatan Belajar 1

Penyelesaian Audit

P
1.
rosedur yang dilaksanakan dalam aktivitas penyelesaian audit ini memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda, yaitu:
tidak berkaitan dengan siklus-siklus transaksi ataupun akun-akun spesifik;
2. dilaksanakan setelah tanggal neraca;
3. melibatkan banyak pertimbangan subyektif (judgment) auditor;
4. dilakukan oleh staf auditor yang berpengalaman (senior ataupun manajer);
5. waktu kerja sangatlah ketat.

Dalam pembahasan di modul ini, tanggung jawab auditor dalam


menyelesaikan audit akan dibagi menjadi tiga yaitu:
1. menyelesaikan pekerjaan lapangan;
2. mengevaluasi hasil temuan;
3. mengkomunikasikan hasil kepada klien.

A. MENYELESAIKAN PEKERJAAN LAPANGAN

Dalam penyelesaian pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur-


prosedur tertentu untuk mendapatkan bukti tambahan. Prosedur-prosedur
tersebut adalah:
1. menelaah peristiwa kemudian (subsequent event);
2. menelaah kewajiban bersyarat (contingent liabilities);
3. menelaah notulen-notulen rapat;
4. mendapatkan surat representasi klien (client representation letter);
5. melakukan prosedur analitis (analytical procedures).

1. Menelaah Peristiwa Kemudian


Auditor memiliki tanggung jawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa
yang terjadi setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terjadi sesuatu
yang mempengaruhi penilaian atau pengungkapan atas laporan keuangan yang
sedang diaudit.
Tanggung jawab auditor untuk menelaah peristiwa kemudian biasanya
dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal
laporan audit, seperti dijelaskan dalam Gambar 6.1 berikut ini.
 PAJA3435/MODUL 6 6.3

Akhir Pekerjaan Tanggal


Tanggal Neraca
Lapangan Penerbitan
31 Desember
(Tanggal Laporan) Laporan 15 Maret

Peristiwa Kemudian

Periode Peristiwa Kemudian

Gambar 6.1
Periode Waktu Peristiwa Kemudian (Subsequent Event)

Terdapat 2 (dua) jenis peristiwa kemudian yang memerlukan pertimbangan


manajemen dan evaluasi oleh auditor dilakukan atas peristiwa yang mempunyai
dampak langsung terhadap laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian,
serta peristiwa kemudian yang tidak mempunyai dampak langsung terhadap
laporan keuangan akan tetapi tetap diperlukan adanya pengungkapan.
Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak langsung terhadap laporan
keuangan dan memerlukan penyesuaian. Peristiwa atau transaksi ini
memberikan tambahan informasi kepada manajemen dalam menentukan
penilaian saldo atas suatu akun saat tanggal neraca serta memberikan informasi
bagi auditor dalam memverifikasi saldo.
Berikut ini adalah contoh peristiwa kemudian yang memerlukan
penyesuaian atas saldo akun dalam laporan keuangan periode berjalan:
a. pengumuman pailit suatu pelanggan yang memiliki saldo piutang yang
besar akibat memburuknya kondisi keuangan;
b. penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari jumlah yang
sudah tercatat dalam pembukuan;
c. pelepasan (disposal) suatu aset tetap yang sudah tidak digunakan dalam
kegiatan operasional dengan harga di bawah nilai buku aset tersebut;
d. penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehannya.

Peristiwa kemudian yang tidak mempunyai dampak langsung terhadap


laporan keuangan tetapi memerlukan pengungkapan. Peristiwa kemudian
jenis ini memberikan bukti atas kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca
yang dilaporkan tetapi sifatnya sangat signifikan sehingga diperlukan
pengungkapan meskipun tidak diperlukan penyesuaian.
6.4 Auditing IB 

Berikut ini adalah contoh peristiwa yang terjadi pada periode berikutnya
yang memerlukan pengungkapan dan bukan penyesuaian dalam laporan
keuangan:
a. penurunan dalam nilai pasar efek-efek yang disimpan sebagai investasi
yang sifatnya sementara atau penjualan kembali efek-efek tersebut;
b. penerbitan obligasi atau ekuitas;
c. penurunan nilai pasar persediaan sebagai konsekuensi akibat tindakan
pemerintah yang menerapkan pembatasan penjualan barang;
d. kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran.

a. Prosedur audit dalam penelaahan peristiwa kemudian


Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian
sampai tanggal laporan auditor, yang merupakan akhir dari pekerjaan lapangan.
Prosedur audit dalam penelaahan peristiwa kemudian dapat dilakukan dalam dua
cara berikut. (1) dengan mewaspadai peristiwa kemudian pada saat melakukan
pengujian substantif akhir tahun, seperti pengujian pisah-batas (cut-off) dan
mencari kewajiban yang belum tercatat, (2) dengan melaksanakan prosedur
audit berikut ini.
1) Menelaah laporan keuangan interim terakhir yang disiapkan setelah tanggal
neraca serta membandingkannya dengan laporan keuangan yang sedang
diaudit.
2) Melakukan tanya jawab kepada manajemen mengenai:
a) setiap kewajiban bersyarat maupun komitmen yang ada pada tanggal
neraca atau pada saat tanya jawab dilakukan;
b) setiap perubahan yang signifikan pada modal saham, hutang jangka
panjang atau modal kerja perusahaan;
c) status atas akun-akun yang belum jelas penyelesaiannya pada tanggal
neraca;
d) adanya penyesuaian yang tidak biasa yang dilakukan setelah tanggal
neraca.
3) Menelaah notulen rapat dewan komisaris pemegang saham untuk melihat
adanya peristiwa kemudian yang penting mungkin mempengaruhi laporan
keuangan yang sedang diaudit.
4) Melakukan korespondensi dengan pengacara mengenai adanya masalah
litigasi, klaim maupun penilaian.
5) Menelaah catatan yang disiapkan setelah tanggal neraca.
 PAJA3435/MODUL 6 6.5

6) Mendapatkan surat representasi dari klien mengenai peristiwa kemudian


yang akan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan.
7) Melakukan tanya jawab tambahan atau melaksanakan prosedur-prosedur
tambahan yang dipandang perlu dalam situasi-situasi tertentu.

b. Penggunaan tanggal ganda (dual dating)


Kadang-kadang auditor menentukan bahwa peristiwa kemudian yang
penting terjadi setelah pekerjaan lapangan selesai, tetapi sebelum laporan audit
diterbitkan. Dalam situasi tersebut, Standar Auditing mewajibkan auditor untuk
memperluas pengujian audit atas peristiwa kemudian yang terungkap untuk
meyakinkan bahwa klien telah secara benar mengungkapkannya.
Auditor mempunyai dua pilihan untuk memperluas pengujian atas peristiwa
kemudian, yaitu:
1) memperluas periode pengujian atas peristiwa kemudian sampai tanggal
dimana auditor yakin bahwa peristiwa kemudian tersebut telah dinyatakan
dengan benar untuk pilihan pertama ini, tanggal laporan audit akan diubah;
2) membatasi penelaahan kepada hal yang berkaitan dengan peristiwa
kemudian yang baru. untuk pilihan ini, laporan audit akan diberi tanggal
ganda (dual-dating).

c. Pengaruh terhadap laporan auditor


Kelalaian untuk mencatat atau mengungkapkan secara tepat peristiwa
kemudian dalam laporan keuangan akan menimbulkan penyimpangan dari
laporan standar auditor.

2. Menelaah Kewajiban Bersyarat (Contingent Liabilities)


Kewajiban bersyarat adalah kemungkinan potensi kewajiban di masa
mendatang kepada pihak ketiga yang jumlah tidak diketahui sebagai akibat
aktivitas yang telah terjadi. Tiga kondisi yang menyebabkan adanya kewajiban
bersyarat, (1) terdapat kemungkinan pembayaran di masa datang kepada pihak
ketiga akibat kondisi saat ini, (2) terdapat ketidakpastian atas jumlah
pembayaran di masa mendatang, dan (3) hasilnya akan ditentukan oleh peristiwa
di masa datang.
Apabila potensi kerugian adalah tinggi dan jumlah kerugian dapat
diestimasi dengan masuk akal, maka kerugian tersebut seharusnya diakui dan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Pengungkapan, baik dalam catatan
kaki (footnotes) maupun dalam bentuk yang lain, tetap diperlukan apabila
6.6 Auditing IB 

jumlah kerugian tidak mungkin dapat diestimasi dengan memadai. Beberapa


kewajiban bersyarat yang merupakan kepentingan utama auditor:
a. perkara hukum yang tertunda (pending litigations) atas paten, kewajiban
produk atau tindakan lain;
b. perselisihan mengenai pajak penghasilan;
c. garansi barang;
d. wesel tagih yang di diskonto;
e. jaminan atas kewajiban pihak lain;
f. saldo yang belum digunakan dalam letter of credit (lc) yang masih beredar.

Prosedur audit dalam penelaahan kewajiban bersyarat


Berikut ini adalah beberapa prosedur audit yang lazim digunakan untuk
mencari kewajiban bersyarat.
a. Tanya jawab dengan manajemen mengenai kemungkinan adanya kewajiban
bersyarat yang belum dicatat.
b. Telaah surat ketetapan pajak tahun berjalan dan tahun lalu untuk melihat
penyelesaian perselisihan atas pajak penghasilan.
c. Telaah notulen rapat direksi dan komisaris serta pemegang saham atas
adanya indikasi tuntutan atau kewajiban lainnya.
d. Analisis beban yang berkaitan dengan masalah hukum (legal) untuk periode
yang diaudit.
e. Dapatkan konfirmasi dari seluruh pengacara utama yang melaksanakan jasa
pelayanan hukum kepada klien mengenai status pending litigation atau
kewajiban bersyarat lainnya.
f. Telaah kertas kerja yang ada mengenai informasi yang menunjukkan
potensi hal bersyarat.
g. Dapatkan letter of credit sedekat mungkin dari tanggal neraca dan dapatkan
konfirmasi atas saldo yang digunakan maupun yang belum digunakan.

3. Menelaah Notulen Rapat


Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris dan subkomitenya,
seperti komite manajemen risiko dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang
mempunyai hubungan signifikan dengan audit. Sebagai contoh, dewan
komisaris dapat mengotorisasi penerbitan obligasi baru, pembelian kembali
saham perusahaan (buyback), pembayaran dividen tunai atau penghentian suatu
lini produk dalam perusahaan. Auditor harus menentukan bahwa semua notulen
rapat dewan yang diadakan selama periode yang sedang diaudit dan selama
 PAJA3435/MODUL 6 6.7

periode dari tanggal neraca sampai akhir pekerjaan lapangan harus diserahkan
kepada auditor untuk di review atau ditelaah.

4. Mendapatkan Surat Representasi Klien


Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai
bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai standar auditing (PSA 17, SA Seksi
333). Representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti
penerapan prosedur audit standar yang diperlukan untuk mendapatkan dasar
yang layak atas suatu pendapat.
Tujuan dari surat representasi klien (client representation letter) adalah:
a. menegaskan tanggung jawab atas asersi-asersi dalam laporan keuangan;
b. menegaskan dan mendokumentasikan representasi lisan yang disampaikan
manajemen kepada auditor;
c. mengurangi kemungkinan salah paham mengenai masalah yang
direpresentasikan.

Surat representasi klien antara lain mencakup hal-hal mengenai:


a. pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan
secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum/basis akuntansi komprehensif lain;
b. tersedianya semua catatan keuangan dan data yang berkaitan;
c. kelengkapan dan tersedianya semua notulen rapat pemegang saham, dewan
komisaris, dan direksi;
d. informasi mengenai transaksi dalam hubungan istimewa serta utang
piutangnya;
e. rencana atau maksud manajemen yang mungkin akan mempengaruhi
penilaian atau klasifikasi aktiva atau kewajiban;
f. pengungkapan sehubungan dengan perjanjian-perjanjian yang mencakup
adanya pembatasan (misalnya, pembatasan kas, pinjaman subordinasi, dan
sebagainya);
g. pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran hukum yang berdampak
terhadap perlunya pengungkapan atau pencatatan rugi kontingensi.

Surat representasi klien akan diberi tanggal sama dengan tanggal pada
laporan audit, ditujukan kepada auditor dari manajemen serta menggunakan kop
surat klien, dan harus ditandatangani oleh anggota manajemen yang
6.8 Auditing IB 

bertanggung jawab dan memahami masalah-masalah yang tercantum dalam


surat representasi klien (biasanya oleh Direktur Utama dan Direktur Keuangan).

Pengaruh surat representasi klien terhadap laporan auditor


Apabila auditor menerima surat representasi klien dan auditor mampu
mendukung representasi manajemen, maka laporan audit standar dapat
diterbitkan. Akan tetapi, apabila auditor (1) tidak dapat memperoleh surat
representasi klien, (2) tidak dapat mendukung representasi manajemen yang
bersifat material bagi laporan keuangan dengan bukti-bukti yang diperoleh
melalui prosedur audit lainnya, maka terjadi pembatasan ruang lingkup
(limitations of scope). Suatu pembatasan ruang lingkup akan mengakibatkan
penyimpangan dari laporan standar auditor yang bisa membuat diterbitkannya
opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) maupun tidak menyatakan
pendapat (disclaimer).

5. Melaksanakan Prosedur Analitis


Pada bagian modul terdahulu telah dijelaskan penerapan prosedur analitis
dalam perencanaan audit dan dalam pelaksanaan pengujian substantif pada
akhir tahun. Prosedur analitis ini biasanya melibatkan penggunaan rasio dan
teknik-teknik komparatif lainnya. Prosedur analitis ini juga disyaratkan dalam
penyelesaian audit sebagai review keseluruhan (atau akhir) atas laporan
keuangan.
Dalam penyelesaian audit, tujuan dilakukannya prosedur analitis ini adalah
untuk melihat berbagai aspek berikut ini, yaitu:
a. apakah laporan keuangan masih mengindikasikan adanya salah saji
material;
b. menilai kelangsungan hidup (going concern) perusahaan;
c. apakah laporan keuangan telah masuk akal (make sense) dari sudut pandang
para pemakai laporan keuangan.

Prosedur analitis ini akan dilakukan oleh auditor yang berpengalaman dan
memiliki pemahaman yang baik tentang bisnis & industri klien (biasanya oleh
partner atau manajer).
 PAJA3435/MODUL 6 6.9

B. MENGEVALUASI TEMUAN

Evaluasi atas temuan-temuan selama proses audit bertujuan untuk


(1) menentukan jenis opini yang harus dinyatakan (2) menentukan apakah
standar audit telah dipenuhi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam
mengevaluasi temuan auditor akan melakukan langkah-langkah berikut.
1. Membuat penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit.
2. Mengevaluasi apakah ada keraguan yang besar mengenai kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya (going concern).
3. Melakukan review secara teknis atas laporan keuangan.
4. Merumuskan pendapat dan membuat naskah laporan audit.
5. Melakukan review akhir atas kertas kerja.

1. Membuat Penilaian Akhir Atas Materialitas dan Risiko Audit


Dalam merumuskan suatu opini atas laporan keuangan, auditor harus
menggabungkan semua bukti audit yang diperoleh selama proses audit. Syarat
utama dalam memutuskan suatu pendapat adalah penilaian akhir atas
materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan proses ini adalah
menjumlahkan semua salah saji yang ditemukan ketika memeriksa semua akun
yang belum dikoreksi oleh klien. Dalam beberapa kasus, salah saji yang belum
dikoreksi mungkin secara individual tidak material sehingga tidak ada koreksi
yang diminta oleh auditor. Dalam kasus lainnya, klien mungkin tidak bersedia
melakukan koreksi yang diminta. Apabila terjadi hal seperti ini maka auditor
akan menentukan dampak total salah saji terhadap laba bersih dan angka dalam
laporan keuangan lainnya yang berhubungan dengan salah saji tersebut, seperti
aset lancar maupun kewajiban lancar.
Auditor akan menentukan salah saji dalam suatu akun berdasarkan
komponen-komponen berikut ini.
a. Salah saji yang belum dikoreksi yang diidentifikasi melalui pengujian
substantif atas rincian saldo dan transaksi.
b. Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik
sampling audit.
c. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan di
kuantifikasi oleh prosedur audit lainnya.

Semua komponen ini yang terdapat pada suatu akun dikenal sebagai salah
saji yang mungkin terjadi (likely misstatement). Sementara jumlah salah saji
6.10 Auditing IB 

yang mungkin terjadi dalam semua akun disebut sebagai salah saji agregat yang
mungkin terjadi (aggregate likely misstatement)
Dalam perencanaan audit, auditor akan menetapkan tingkat risiko audit
yang dapat diterima. Jika aggregat likely misstatement meningkat maka risiko
bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material juga
meningkat. Jika auditor menyimpulkan bahwa risiko audit berada pada tingkat
yang dapat diterima maka ia dapat merumuskan pendapat yang didukung
dengan temuan yang sudah diperoleh. Akan tetapi, apabila auditor merasa yakin
bahwa risiko audit tidak dapat diterima, maka ia harus (1) melaksanakan
pengujian substantif tambahan atau (2) meyakinkan klien untuk melakukan
koreksi yang diperlukan guna mengurangi risiko salah saji yang material ke
tingkat yang dapat diterima.

2. Mengevaluasi Keberlangsungan Usaha (Going Concern)


Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah ada keraguan yang
substansial tentang kemampuan klien untuk mempertahankan keberlangsungan
usahanya selama satu periode waktu yang layak, yaitu tidak melebihi satu tahun
dari tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Informasi yang
menimbulkan keraguan yang substansial tentang asumsi keberlangsungan
usaha berkaitan dengan ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi
kewajibannya ketika jatuh tempo.
Jika auditor meragukan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
keberlangsungan usahanya maka ia dapat mengambil langkah-langkah berikut.
Auditor harus (1) mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen yang
dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh atau kondisi peristiwa tersebut, dan
(2) menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat diterapkan secara
efektif.
Jika setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor menyimpulkan
bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai keberlangsungan usaha,
maka ia harus (1) mempertimbangkan kelayakan pengungkapan mengenai
kemungkinan ketidakmampuan entitas untuk mempertahankan keberlangsungan
usahanya dalam periode yang layak, dan (2) menyertakan suatu paragraf
penjelasan (sesudah paragraf opini) dalam laporan audit.

3. Merumuskan Pendapat dan Menulis Langkah Laporan Audit


Sebelum mengambil keputusan akhir tentang opini yang akan diberikan,
biasanya auditor akan melakukan pertemuan dengan klien. Pada pertemuan ini,
 PAJA3435/MODUL 6 6.11

auditor melaporkan temuannya secara lisan dan berusaha memberikan dasar


pemikiran untuk melakukan penyesuaian yang diusulkan atau pengungkapan
tambahan. Sebaliknya, manajemen juga dapat berusaha untuk mempertahankan
posisinya. Pada akhirnya, beberapa kesepakatan dapat dicapai tentang
perubahan yang harus dilakukan dan auditor dapat memberikan opini wajar
tanpa pengecualian. Apabila kesepakatan tersebut tidak tercapai, maka auditor
mungkin akan mengeluarkan jenis pendapat lainnya.

4. Melakukan Review Akhir Atas Kertas Kerja


Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan, bukti
yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat oleh penyusun kertas kerja.
Tingkatan review yang dapat dilakukan dalam penyelesaian audit sebagai
berikut.

Review Sifat Review


Manajer Me-review kertas kerja yang disiapkan oleh
auditor senior dan me-review beberapa atau
semua kertas kerja yang di-review oleh auditor
senior.
Partner yang bertanggung jawab Me-review kertas kerja yang disiapkan oleh
atas penugasan manajer dan me-review kertas kerja lainnya
atas dasar selektif

Tujuan dilakukannya review ini adalah untuk mendapatkan kepastian


bahwa:
a. pekerjaan telah dilaksanakan dengan akurat dan menyeluruh;
b. pertimbangan (judgments) yang dibuat bawahan telah layak dan tepat;
c. penugasan telah diselesaikan sesuai kondisi/syarat-syarat dalam surat
penugasan;
d. semua masalah yang menyangkut akuntansi, auditing, dan pelaporan telah
diselesaikan dengan baik;
e. kertas kerja mendukung opini yang diberikan;
f. standar auditing dan kebijakan pengendalian mutu telah dipenuhi.

C. KOMUNIKASI DENGAN KLIEN

Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit melibatkan


komite audit dan manajemen. Komunikasi dengan komite audit membicarakan
6.12 Auditing IB 

hal-hal berkenaan dengan (1) pengendalian internal klien dan (2) pelaksanaan
audit. Sementara komunikasi dengan manajemen dilakukan melalui surat
manajemen.

1. Mengkomunikasikan Hal-hal yang Berkaitan dengan Pengendalian


Internal
Selama melakukan audit, auditor mungkin menyadari hal-hal yang
berkaitan dengan pengendalian internal yang harus menjadi kepentingan komite
audit klien atau pribadi dengan wewenang dan tanggung jawab yang sama.
Kondisi yang dilaporkan terutama mengenai masalah-masalah yang
menunjukkan penyimpangan signifikan dalam rancangan maupun operasi
pengendalian internal klien yang dapat berdampak buruk terhadap kemampuan
mencatat, memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan sesuai
dengan asersi manajemen di dalam laporan keuangan

2. Mengkomunikasikan Hal-hal yang Berkenaan dengan Pelaksanaan


Audit
Dalam melaksanakan komunikasi yang berkenaan dengan pelaksanaan
audit, auditor akan menyampaikan hal-hal tertentu berkenaan dengan
pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses
pelaporan keuangan. Biasanya tanggung jawab ini dibebankan kepada komite
audit dari dewan komisaris atau ke satu kelompok tertentu dengan wewenang
yang sama seperti komite keuangan.
Komunikasi dengan komite audit dapat mencakup hal-hal berikut.
a. Tanggung jawab auditor menurut standar auditing.
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan.
c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas.
d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi.
e. Penyesuaian audit yang signifikan.
f. Ketidaksepakatan dengan manajemen yang signifikan.
g. Konsultasi dengan akuntan lain.
h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri
i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit.

3. Menyiapkan Surat Manajemen (Management Letter)


Surat manajemen (management letter) dimaksudkan untuk memberikan
rekomendasi kepada klien untuk memperbaiki usaha maupun bisnisnya. Surat
 PAJA3435/MODUL 6 6.13

manajemen ini akan memuat rekomendasi yang biasanya berkaitan dengan


peningkatan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.
Surat manajemen berbeda dari komunikasi yang diminta pada hal yang
berkaitan dengan struktur pengendalian internal yang dibahas pada bagian
sebelumnya. Surat manajemen sifatnya adalah optional. Penerbitan surat ini
akan menciptakan suatu kesan yang menguntungkan dan dapat mendorong
tanggapan yang cepat serta positif dari manajemen.
Surat manajemen dapat mencakup komentar mengenai:
a. hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak
dipertimbangkan sebagai kondisi yang dapat dilaporkan;
b. rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah
yang tercatat selama proses audit;
c. hal-hal yang bersangkutan mengenai pajak.

D. TANGGUNG JAWAB SETELAH AUDIT

Bagian ini akan membahas mengenai tanggung jawab auditor setelah


penyelesaian pekerjaan lapangan. Tanggung jawab setelah audit (post-audit
responsibilities) mencakup pertimbangan atas:
1. peristiwa kemudian (subsequent events) yang terjadi antara tanggal dan
penerbitan laporan auditor;
2. penemuan fakta setelah audit (subsequent discovery of facts).

1. Peristiwa Kemudian antara Tanggal dan Penerbitan Laporan


Merupakan peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal laporan auditor
dan tanggal diterbitkannya laporan auditor. Ketika menghadapi situasi semacam
ini, maka:
a. auditor tidak bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur-prosedur
audit dalam periode ini untuk mengungkapkan adanya subsequent events
yang material;
b. jika auditor mengetahui terjadinya subsequent events yang material, auditor
harus mempertimbangkan pengaruh peristiwa tersebut terhadap laporan
keuangan (adjustment atau disclosure);
c. laporan auditor menggunakan dual dating.
6.14 Auditing IB 

2. Penemuan Fakta Setelah Audit


Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang
ada setelah audit (tetapi tidak diketahui) pada tanggal laporan audit. Namun
dalam standar auditing, jika (1) auditor menyadari adanya fakta tersebut dan
(2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan yang telah dikeluarkan, maka
auditor diwajibkan untuk memastikan keandalan informasi tersebut.
Bila fakta tersebut kemungkinan berpengaruh terhadap laporan audit yang
telah diterbitkannya, auditor harus menginvestigasi kebenaran fakta tersebut.
Bila auditor yakin fakta tersebut penting dan berpengaruh signifikan terhadap
laporan keuangan dan laporan auditor, auditor harus melakukan langkah-
langkah berikut.
a. Memberitahu klien bahwa laporan audit tidak dapat lagi diandalkan dan
meminta klien merevisi laporan keuangan dan menerbitkan kembali laporan
auditor yang telah direvisi. Apabila klien menolak, auditor harus
menginformasikan penolakan tersebut kepada dewan komisaris.
b. Memberitahu lembaga berwenang yang memiliki yurisdiksi terhadap klien
bahwa laporan tersebut tidak dapat lagi diandalkan.
c. Memberitahu (biasanya lewat lembaga yang berwenang) setiap orang yang
diketahui mengandalkan laporan audit bahwa laporan tersebut tidak dapat
lagi digunakan.
 PAJA3435/MODUL 6 6.15

Penyelesaian Komunikasi dengan


Evaluasi Temuan
Pekerjaan Lapangan Klien

Membuat penilaian Komunikasi hal-hal


Menelaah peristiwa
akhir atas materialitas tentang pengendalian
kemudian
dan risiko audit internal

Komunikasi hal-hal
Menelaah kewajiban
terkait pelaksanaan
bersyarat Mengevaluasi keraguan audit
yang substansial
mengenai going
concern perusahaan
Menyiapkan surat
Menelaah notulen rapat
manajemen

Merumuskan pendapat
dan menulis naskah
Mendapatkan surat laporan audit
representasi klien

Melakukan prosedur Melakukan review akhir


analitis kertas kerja

Gambar 6.2
Ikhtisar Tanggung Jawab Auditor dalam Penyelesaian Audit

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Identifikasi tiga kategori aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian


audit!
2) Jelaskan dua jenis umum peristiwa kemudian (subsequent event)! Berikan
dua contoh untuk masing-masing peristiwa kemudian tersebut!
6.16 Auditing IB 

3) Bagaimana tanggung jawab auditor ketika mengevaluasi kemampuan


perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya selama
periode waktu yang layak?
4) Apa tujuan auditor dalam mendapatkan surat representasi klien, dan apabila
klien menolak untuk menyerahkan surat tersebut bagaimana dampaknya
terhadap pemberian opini audit?
5) Pihak-pihak mana yang terlibat dalam komunikasi antara auditor dengan
klien pada penutupan audit?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal penyelesaian audit.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal menelaah peristiwa
kemudian.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal mengevaluasi keberlangsungan
hidup.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal mendapatkan surat
representasi klien.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal komunikasi dengan klien.

R A NG KU M AN

Tanggung jawab auditor dalam menyelesaikan audit akan dibagi


menjadi tiga kategori yaitu: (1) menyelesaikan pekerjaan lapangan,
(2) Mengevaluasi Hasil Temuan dan (3) mengkomunikasikan hasil kepada
klien.
Dalam penyelesaian pekerjaan lapangan auditor melaksanakan
prosedur-prosedur tertentu untuk mendapatkan bukti tambahan yaitu:
(1) menelaah peristiwa kemudian (subsequent event), (2) menelaah
kewajiban bersyarat (contingent liabilities), (3) menelaah notulen-notulen
rapat, (4) mendapatkan surat representasi klien (Client Representation
Letter) dan (5) melakukan prosedur analitis (Analytical Procedures).
 PAJA3435/MODUL 6 6.17

Dalam mengevaluasi hasil temuan, auditor akan melakukan langkah-


langkah berikut.
1. Membuat penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit.
2. Mengevaluasi apakah ada keraguan yang besar mengenai kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya (going concern).
3. Melakukan review secara teknis atas laporan keuangan.
4. Merumuskan pendapat dan membuat naskah laporan audit.
5. Melakukan review akhir atas kertas kerja.

Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit


melibatkan komite audit dan manajemen. Komunikasi dengan komite audit
membicarakan hal-hal berkenaan dengan (1) pengendalian internal klien
dan (2) pelaksanaan audit. Sementara komunikasi dengan manajemen
dilakukan melalui surat manajemen.
Tanggung jawab setelah audit (post-audit responsibilities) mencakup
pertimbangan atas (1) Peristiwa kemudian (subsequent events) yang terjadi
antara tanggal dan penerbitan laporan auditor dan (2) Penemuan fakta
setelah audit (subsequent discovery of facts).

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Prosedur audit yang paling mungkin dilakukan untuk mengungkapkan
keberadaan kewajiban bersyarat adalah ….
A. penelaahan atas voucher yang dibayar sepanjang bulan setelah akhir
tahun
B. konfirmasi utang usaha
C. tanya jawab dengan penasihat hukum
D. konfirmasi surat hipotik

2) Auditor harus meminta agar klien mengirim surat pernyataan kepada


pengacara yang telah dimintai konsultasi berkenaan dengan masalah
hukum. Alasan utama permintaan ini adalah untuk memberikan ….
A. informasi berkenaan dengan kemajuan kasus sampai tanggal terbaru
B. bukti yang mendukung
C. estimasi jumlah kerugian yang mungkin ditanggung perusahaan
D. pendapat pakar mengenai apakah suatu kerugian tersebut adalah
mungkin, sangat mungkin, atau kecil kemungkinan terjadi
6.18 Auditing IB 

3) Penolakan manajemen untuk memberikan pernyataan tertulis atas hal yang


dipandang penting oleh auditor akan menyebabkan ….
A. bukti yang kuat bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
B. penyimpangan dari undang-undang
C. ketidakpastian yang cukup untuk menghindari pendapat wajar tanpa
pengecualian
D. pembatasan ruang lingkup yang cukup untuk menghindarkan pendapat
wajar tanpa pengecualian

4) Satu contoh peristiwa yang terjadi dalam periode pekerjaan lapangan


auditor setelah akhir tahun yang sedang diaudit yang biasanya tidak
memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan atau laporan audit
adalah ….
A. menurunnya volume penjualan akibat resesi bisnis
B. kerusakan sarana pabrik akibat banjir yang besar
C. penerbitan modal saham yang diiklankan dengan sangat gencar
D. penyelesaian kewajiban yang besar, dan jumlahnya jauh lebih kecil
dari nilai yang sudah tercatat di pembukuan

5) Hall menerima suatu penugasan untuk mengaudit laporan keuangan


tahun 2010 dari ZZZ Company. ZZZ telah menyelesaikan penyusunan
laporan keuangan tahun 2010 pada tanggal 13 Februari 2011 dan Hall mulai
melakukan pekerjaan lapangan pada tanggal 17 Februari 2011. Hall
menyelesaikan pekerjaan lapangan pada tanggal 24 Maret 2011 dan
menyelesaikan laporan pada tanggal 28 Maret 2011. Berdasarkan kasus ini
surat representasi klien biasanya akan diberi tanggal ….
A. 13 Februari 2011
B. 17 Februari 2011
C. 24 Maret 2011
D. 28 Maret 2011

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal
 PAJA3435/MODUL 6 6.19

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
6.20 Auditing IB 

Kegiatan Belajar 2

Jasa Lainnya dan Penugasan Atestasi

D i samping keterlibatan dalam audit atas laporan keuangan historis yang


disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku, kantor akuntan
publik juga dapat berhadapan dengan berbagai penugasan atas jenis-jenis
informasi yang lainnya, dengan tingkat kepastian (level of assurance) dan jenis
laporan yang berbeda pula. Jenis penugasan ini meliputi reviu atas laporan
keuangan historis dan penugasan dengan keyakinan yang terbatas (limited
assurance) atas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan khusus bagi para
pengguna laporan keuangan. Bagian ini juga akan membahas mengenai jenis
penugasan yang tidak melibatkan laporan keuangan, seperti WebTrust dan
SysTrust serta laporan atas proyeksi laporan keuangan.

A. JASA REVIU DAN KOMPILASI

Banyak perusahaan yang tidak mencatatkan sahamnya di bursa efek (non


listed companies) membutuhkan jasa kantor akuntan publik untuk me-review
maupun mengkompilasi laporan keuangan, selain mengaudit. Manajemen
perusahaan mungkin meyakini bahwa audit atas laporan keuangan masih belum
diperlukan karena tidak adanya ketentuan yang mengharuskannya dan
manajemen melihat tidak ada urgensi laporan keuangan yang telah diaudit bagi
para pengguna internal perusahaan. Perusahaan dapat memberikan penugasan
kepada kantor akuntan publik untuk membantu pembuatan laporan keuangan,
baik untuk keperluan internal ataupun untuk ditujukan kepada kreditor dalam
perjanjian kredit. Pemberi pinjaman mungkin membutuhkan laporan keuangan
yang cukup hanya dengan dikompilasi atau direview, dibandingkan laporan
keuangan yang diaudit, bergantung kepada besar kecilnya pinjaman.
Standar yang digunakan oleh kantor akuntan publik untuk melakukan kompilasi
dan reviu atas laporan keuangan disebut sebagai Standar Akuntansi dan Review
(SAR), yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Tingkat keyakinan (level of assurance) yang diperoleh dari kompilasi dan
review laporan keuangan berada di bawah audit, memerlukan bukti yang lebih
sedikit dan juga membutuhkan biaya yang lebih sedikit pula.
Gambar 6.3 mengilustrasikan perbedaan dalam akumulasi bukti dan tingkat
keyakinan untuk audit, review dan kompilasi.
 PAJA3435/MODUL 6 6.21

Tinggi
(Audit)

Tingkat
Keyakinan
Moderat
yang
(Review)
Dicapai

Tidak Ada
(Kompilasi)

Minimal Signifikan Luas


(Kompilasi) (Review) (Audit)

Jumlah Bahan
Bukti yang
Dikumpulkan

Gambar 6.3
Hubungan antara Pengumpulan Bukti dan Keyakinan yang dicapai

Dikarenakan jasa review dan kompilasi memberikan keyakinan yang lebih


kecil daripada audit, penting bagi akuntan publik untuk membangun
pemahaman dengan klien, terutama dalam surat penugasan yang tertulis,
mengenai detail penugasan yang akan dilaksanakan. 2 (dua) bagian membahas
secara lebih terinci mengenai persyaratan atas jasa review dan kompilasi.

1. Jasa Layanan Review


Penugasan Jasa Review didesain untuk memungkinkan akuntan publik
memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, yang mencakup pengungkapan informasi yang
memadai atau dasar akuntansi yang lainnya, seperti akuntansi “berbasis kas.”
Akuntan yang memberikan jasa review harus independen terhadap klien.
Prosedur yang Disarankan untuk Review. Bukti-bukti yang dikumpulkan
dalam penugasan review terutama terdiri dari permintaan informasi kepada
manajemen dan prosedur analitis. Di sini tampak dengan jelas bahwa prosedur
yang dilakukan dalam proses review secara substansi lebih sederhana dari
6.22 Auditing IB 

prosedur yang dilaksanakan dalam audit atas laporan keuangan. Penugasan


review tidak mencakup pemahaman atas pengendalian internal, pengujian atas
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi maupun pengujian saldo,
seperti konfirmasi piutang kepada pihak ketiga atau pemeriksaan fisik atas
persediaan. Berikut ini adalah prosedur-prosedur yang direkomendasikan untuk
penugasan review.
a. Memperoleh pemahaman mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan praktik
mengenai industri klien.
b. Memperoleh pemahaman tentang klien, mencakup informasi mengenai sifat
transaksi bisnis klien, catatan akuntansi, karyawan serta formulir dan isi
laporan keuangan.
c. Melakukan tanya jawab manajemen. Prosedur ini merupakan prosedur
review yang terpenting. Berikut merupakan ilustrasi permintaan informasi
kepada manajemen.
1) Permintaan informasi mengenai prosedur perusahaan dalam
pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran transaksi serta
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan.
2) Permintaan informasi mengenai tindakan yang diambil pada rapat
umum pemegang saham dan rapat dewan direksi.
3) Permintaan informasi mengenai pihak yang bertanggung jawab atas
masalah keuangan dan akuntansi, terutama menyangkut apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten.
d. Melaksanakan prosedur analitis. Hal ini merupakan cara untuk
mengidentifikasi hubungan antarpos-pos dalam laporan keuangan serta
untuk mengidentifikasi indikasi salah saji dalam area tertentu dalam laporan
keuangan. Prosedur analitis yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan
prosedur yang dilakukan dalam proses audit.
e. Memperoleh Surat Representasi. Akuntan publik diwajibkan untuk
memperoleh surat representasi dari manajemen mengenai masalah
keuangan.

2. Jasa Layanan Kompilasi


Penugasan jasa kompilasi dalam Standar Akuntansi dan Review (SAR)
didefinisikan sebagai penyajian dalam bentuk laporan keuangan informasi yang
merupakan pernyataan manajemen (pemilik) tanpa usaha untuk memberikan
pernyataan mengenai suatu keyakinan apapun terhadap laporan tersebut. Banyak
 PAJA3435/MODUL 6 6.23

kantor akuntan publik menyusun laporan keuangan bulanan, kuartalan, maupun


tahunan untuk kliennya. Biasanya laporan tersebut digunakan untuk pihak
internal manajemen, walaupun laporan tersebut juga bisa diberikan kepada
pihak eksternal perusahaan.
Persyaratan kompilasi. Kompilasi tidak berarti akuntan tidak memiliki
tanggung jawab. Akuntan harus selalu bertanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan dengan teliti dan seksama. Dalam penugasan kompilasi, akuntan harus
selalu melakukan hal berikut ini.
a. Memberikan pemahaman kepada klien mengenai sifat dan keterbatasan jasa
layanan yang dilaksanakan serta deskripsi laporannya, jika laporan
kompilasi diterbitkan.
b. Memperoleh pemahaman mengenai prinsip dan praktik akuntansi industri
klien.
c. Memperoleh pemahaman mengenai sifat dan transaksi bisnis klien, catatan
akuntansi, karyawan serta dasar, bentuk dan isi laporan keuangan.
d. Melakukan tanya jawab kepada manajemen untuk menentukan apakah
informasi yang diterima telah memuaskan.
e. Membaca laporan keuangan yang telah di kompilasi dan
mempertimbangkan apakah laporan keuangan tersebut layak bila ditinjau
dari segi bentuknya, dan bebas dari kekeliruan material yang nyata. Dalam
hubungan ini, istilah kekeliruan diartikan sebagai kesalahan dalam
kompilasi laporan keuangan, termasuk kesalahan hitung atau kesalahan
tulis, dan kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi, termasuk
pengungkapan yang kurang memadai.

Kantor akuntan publik tidak harus melakukan permintaan informasi lain


atau melakukan prosedur lain untuk memverifikasi informasi yang diberikan
oleh klien. Namun jika akuntan publik merasa bahwa laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar, maka tambahan informasi harus diperoleh. Apabila
klien menolak memberikan informasi tersebut, akuntan publik harus menarik
diri dari penugasan kompilasi.

B. REVIEW INFORMASI KEUANGAN INTERIM UNTUK


PERUSAHAAN PUBLIK

Review informasi keuangan interim dilakukan guna membantu manajemen


di perusahaan publik atau perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia untuk
6.24 Auditing IB 

memenuhi tanggung jawab pelaporan kepada regulator, dalam hal ini adalah
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
BAPEPAM mewajibkan kepada emiten dan perusahaan publik untuk
menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada BAPEPAM. Laporan
keuangan berkala yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan dan laporan
keuangan tengah tahunan, dan laporan kuartalan. Laporan kuartalan tidak harus
diaudit, tetapi diwajibkan untuk di-review oleh auditor eksternal sebelum
perusahaan menyerahkan kepada BAPEPAM.
Seperti dalam Standar Akuntansi dan Review (SAR), review informasi
keuangan interim untuk perusahaan publik mencakup 5 (lima) persyaratan
dalam penugasan review. Auditor diharuskan untuk: (1) memperoleh
pemahaman mengenai prinsip akuntansi dari industri klien, (2) memperoleh
informasi mengenai klien, (3) melakukan tanya jawab dengan manajemen,
(4) melakukan prosedur analitis dan (5) memperoleh surat representasi
manajemen (representation letter).
Dalam review atas informasi interim perusahaan publik ini, sebagaimana
dalam review laporan keuangan, akuntan publik tidak memberikan dasar untuk
menyatakan pendapat. Biasanya, auditor tidak melakukan pengujian atas
catatan akuntansi, konfirmasi dari pihak independen maupun pemeriksaan fisik.
Namun, kedua jenis review ini memiliki perbedaan di area tertentu. Berikut ini
adalah perbedaan-perbedaan tersebut:
1. dikarenakan audit laporan keuangan tahunan juga dilakukan terhadap
perusahaan publik, maka auditor harus memperoleh informasi yang
memadai mengenai pengendalian internal baik untuk informasi keuangan
secara tahunan maupun interim;
2. sama halnya dengan perbedaan sebelumnya, dikarenakan klien akan
diaudit pada akhir tahun, maka pemahaman auditor mengenai hasil
prosedur audit tersebut akan digunakan dalam mempertimbangkan ruang
lingkup prosedur analitis dan tanya jawab dalam pelaksanaan review;
3. menurut Standar Akuntansi dan Review, auditor melakukan tanya jawab
mengenai tindakan dari hasil rapat dewan direksi maupun dewan komisaris.
Dalam review interim atas perusahaan publik, auditor akan membaca
notulen rapat tersebut;
4. auditor juga harus memperoleh bukti mengenai kesesuaian antara informasi
keuangan interim dengan catatan akuntansi dalam review interim atas
perusahaan publik.
 PAJA3435/MODUL 6 6.25

C. PENUGASAN ATESTASI

Seperti sudah dibahas sebelumnya, yang disebut sebagai jasa atestasi


adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi untuk
pengambil keputusan. Para pihak yang bertanggung jawab atas pengambilan
keputusan bisnis menggunakan jasa layanan atestasi guna membantu
meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang mereka gunakan.
Akuntan publik menyediakan jasa atestasi ini sebagai salah satu jasa yang
mereka berikan kepada kliennya.
Akuntan publik semakin banyak diminta melaksanakan berbagai kegiatan
yang serupa dengan audit atau atestasi untuk tujuan yang berbeda-beda.
Penugasan atestasi semacam ini misalnya bank meminta akuntan publik untuk
menyatakan secara tertulis apakah klien yang diaudit telah memenuhi
persyaratan perjanjian pinjaman (loan agreement).
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah mengatur penugasan
atestasi ini dalam Standar Atestasi (SAT). Tujuan dari disusunnya standar ini
adalah untuk memberikan kerangka acuan umum serta batasan dalam fungsi
atestasi, termasuk dalam hal audit laporan keuangan historis, sebagai bagian dari
penugasan atestasi. Para penyusun standar audit berusaha membedakan antara
topik yang dibahas dalam standar audit dan topik dalam standar atestasi,
walaupun sebenarnya keduanya adalah bagian dari penugasan atestasi. Secara
umum, atestasi berkaitan dengan pemberian keyakinan atas laporan keuangan
historis. Sedangkan bentuk atestasi selain audit dibahas dalam standar atestasi
(kecuali untuk standar review, yang dibahas dalam Standar Review/SAR).
Standar atestasi mengatur mengenai berbagai jenis penugasan atestasi
dalam bidang-bidang ini, yaitu:
1. laporan keuangan prospektif (prospective financial statements);
2. pro forma informasi keuangan;
3. laporan mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan;
4. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
5. penugasan atas prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures
engagements);
6. diskusi dan analisis manajemen (management’s discussion and analysis).

Pengembangan standar-standar ini diperlukan karena akuntan publik


membutuhkan lebih banyak panduan khusus daripada yang diberikan oleh
standar atestasi umum.
6.26 Auditing IB 

Standar atestasi menjelaskan 3 (tiga) tingkatan penugasan dan bentuk


kesimpulan sebagai berikut.
1. Pemeriksaan (Examination).
2. Penelaahan (Reviews).
3. Prosedur yang Disepakati (Agreed upon procedures).

Pemeriksaan akan menghasilkan kesimpulan yang bersifat positif. Dalam


jenis laporan ini, kantor akuntan publik membuat pernyataan langsung apakah
penyajian asersi, secara keseluruhan, memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Laporan atas pemeriksaan tidak dibatasi pendistribusiannya oleh klien setelah
diterbitkan.
Dalam penugasan review, kantor akuntan publik memberikan kesimpulan
dalam bentuk negatif. Dalam format pelaporan ini, kantor akuntan publik
menyatakan bahwa semua informasi menjadi perhatian untuk menunjukkan
bahwa asersi tidak disajikan untuk semua hal yang material sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Laporan review juga tidak dibatasi
pendistribusiannya.
Pada penugasan prosedur yang disepakati, prosedur yang akan dilakukan
dalam penugasan ini merupakan prosedur yang sudah disepakati oleh kantor
akuntan publik, pihak yang bertanggung jawab terhadap asersi, dan pihak yang
merupakan pengguna dari laporan akuntan publik ini. Tingkat keyakinan yang
diberikan dalam laporan ini sebatas pada prosedur khusus yang telah disepakati
dan dilakukan. Oleh karena hal tersebut, maka laporan dalam penugasan ini
dibatasi pendistribusiannya hanya kepada pihak-pihak yang terkait.

D. JASA LAYANAN WEBTRUST

Dalam jasa atestasi WebTrust, klien menugaskan kantor akuntan publik


untuk memberikan jasa kepastian yang wajar bahwa website perusahaan telah
memenuhi prinsip dan kriteria Trust Service tertentu untuk satu atau lebih aspek
aktivitas e-commerce. Website yang telah memenuhi prinsip Trust Service
diperbolehkan untuk menunjukkan stempel/cap elektronik bertuliskan WebTrust
pada setiap transaksi atau halaman website nya. Paling tidak setiap sekali dalam
setahun, kantor akuntan publik akan melakukan pengujian kembali aspek-aspek
yang terkait dengan e-commerce untuk memastikan bahwa bahwa website
perusahaan senantiasa mematuhi kriteria dan prinsip WebTrust.
 PAJA3435/MODUL 6 6.27

Ketika melakukan jasa layanan WebTrust, kantor akuntan publik akan


menilai apakah website perusahaan telah mematuhi 5 (lima) prinsip Trust
Services, yang diperlihatkan dalam Tabel 6.4.

Tabel 6.4
5 (Lima) Prinsip Trust Service

Prinsip Aspek yang Harus Diungkapkan dan Dipatuhi


Keamanan (Security) Praktik keamanan untuk memastikan bahwa
sistem terlindungi dari akses yang tidak
diotorisasi (baik secara fisik maupun logis).
Ketersediaan (Availability) Praktik ketersediaan, untuk memastikan bahwa
sistem selalu beroperasi dan digunakan sesuai
dengan kesepakatan.
Integritas Pemrosesan (Processing Integritas pemrosesan, untuk memastikan bahwa
Integrity) sistem pemrosesan telah lengkap, akurat, tepat
waktu, dan terotorisasi.
Privasi Online (Online Privacy) Praktik privasi online, untuk memastikan bahwa
informasi personal yang diperoleh dalam
transaksi e-commerce digunakan, diungkapkan,
dan dipelihara sesuai dengan persetujuan/
kesepakatan.
Kerahasiaan (Confidentiality) Praktik kerahasiaan, untuk memastikan bahwa
informasi yang rahasia dilindungi sesuai
persetujuan/kesepakatan.

E. JASA LAYANAN SYSTRUST

Semakin bergantungnya suatu organisasi pada teknologi informasi, maka


persoalan keamanan, ketersediaan, dan akurasi dari sistem komputer menjadi
sangat penting. Sistem yang tidak dapat diandalkan dapat memicu rantai
peristiwa bisnis yang berpengaruh negatif kepada perusahaan, pelanggan,
pemasok, serta mitra bisnis lainnya. Jasa SysTrust memberikan keyakinan
kepada manajemen, dewan komisaris atau pihak ketiga mengenai keandalan
sistem informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi.
Dalam penugasan SysTrust, kantor akuntan publik yang telah memiliki
sertifikasi untuk melakukan jasa ini akan mengevaluasi sistem komputer
perusahaan menggunakan prinsip dan kriteria Trust Services dan menentukan
apakah terdapat pengendalian atas sistem tersebut. Selanjutnya akan dilakukan
pengujian untuk menentukan apakah pengendalian tersebut berjalan secara
6.28 Auditing IB 

efektif selama periode tertentu. Apabila sistem telah memenuhi persyaratan dari
prinsip dan kriteria Trust Services maka laporan atestasi dengan tingkat
pemeriksaan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian akan diterbitkan
menurut standar atestasi.

F. LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTIF

Laporan keuangan prospektif merujuk pada laporan keuangan yang


diprediksi atau diharapkan dalam beberapa periode di masa mendatang (untuk
laporan laba rugi) atau per tanggal di masa mendatang (untuk neraca). Salah
satu contohnya adalah prediksi manajemen terhadap laporan laba rugi dan
neraca pada satu tahun mendatang.
Umumnya, kantor akuntan publik yakin bahwa terdapat kesempatan dan
potensi risiko bagi auditor untuk memberikan kredibilitas atas informasi
keuangan prospektif. Apabila auditor dapat meningkatkan keandalan informasi,
maka risiko informasi dapat dikurangi melalui cara yang sama dengan audit atas
laporan keuangan historis. Risiko akan muncul karena hasil aktual yang akan
diperoleh di masa yang akan datang mungkin berbeda secara signifikan dengan
yang telah diprediksi dalam laporan keuangan prospektif. Regulator, pengguna,
dan juga pihak lain akan mengkritisi dan mengajukan tuntutan bagi auditor,
bahkan ketika informasi tersebut telah disajikan secara wajar, berdasarkan
segala informasi ketika laporan tersebut disusun.
Terdapat 2 (dua) jenis laporan keuangan prospektif yang didefinisikan oleh
Standar Atestasi (SAT), yaitu:
1. Prakiraan Keuangan
Prakiraan keuangan adalah laporan keuangan prospektif yang menyajikan
sepanjang pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang diharapkan dari suatu
entitas. Prakiraan keuangan didasarkan atas asumsi pihak yang bertanggung
jawab, yang mencerminkan kondisi yang diharapkan akan terjadi, dan arah
tindakan yang diharapkan akan diambil. Prakiraan keuangan dapat
dinyatakan dalam jumlah moneter tertentu sebagai suatu prakiraan tunggal
maupun berbentuk suatu kisaran (range), yang dalam penentuannya pihak
yang bertanggung jawab memilih asumsi pokok untuk membentuk suatu
kisaran.
 PAJA3435/MODUL 6 6.29

2. Proyeksi Keuangan
Proyeksi keuangan adalah laporan keuangan prospektif yang menyajikan,
sepanjang pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, atas
dasar satu atau lebih asumsi hipotetis, posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisi keuangan yang diharapkan dari suatu entitas. Proyeksi
keuangan kadangkala disusun untuk menyajikan satu atau lebih arah
tindakan yang lebih bersifat hipotetis untuk dinilai sebagai jawaban atas
pertanyaan seperti "Apa yang akan terjadi jika?" Proyeksi keuangan
didasarkan atas asumsi pihak yang bertanggung jawab, mencerminkan
kondisi yang diharapkan akan terjadi dan tindakan yang akan diambil,
dengan adanya satu atau lebih asumsi hipotetis. Suatu proyeksi, seperti
halnya prakiraan, dapat berupa kisaran.

Standar Atestasi menjelaskan bahwa kantor akuntan publik tidak melakukan


atestasi atas keakuratan laporan keuangan prospektif, melainkan lebih
menekankan pada pemeriksaan atas asumsi-asumsi yang mendasari serta
penyusunan dan penyajian perkiraan dan proyeksi keuangan. Berikut ini adalah
4 (empat) unsur dari pemeriksaan terhadap perkiraan dan proyeksi keuangan:
a. mengevaluasi penyusunan laporan keuangan prospektif;
b. mengevaluasi hal-hal yang menjadi pendukung asumsi yang digunakan;
c. mengevaluasi penyajian laporan keuangan prospektif terhadap pedoman
penyajian yang telah ditetapkan;
d. menerbitkan laporan pemeriksaan.

G. PENUGASAN ATAS PROSEDUR YANG DISEPAKATI

Apabila auditor dan manajemen maupun pihak ketiga yang berkepentingan


sepakat bahwa audit akan dibatasi hingga ke prosedur audit tertentu, maka
kesepakatan tersebut disebut sebagai penugasan atas prosedur yang disepakati
(agreed upon procedures).
Oleh karena kebutuhan pemakai laporan ini sangat bervariasi, maka sifat,
waktu, dan luasnya prosedur yang disepakati juga sangat bervariasi. Oleh
karena itu, pemakai bertanggung jawab atas kecukupan prosedur tersebut
karena mereka lebih memahami dengan baik prosedur yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Dalam suatu penugasan prosedur yang disepakati,
kantor akuntan publik tidak melaksanakan suatu pemeriksaan atau review dan
tidak memberikan pendapat atau keyakinan terbatas atas asersi. Di lain pihak,
6.30 Auditing IB 

laporan kantor akuntan publik atas prosedur yang disepakati harus dalam bentuk
prosedur dan temuan.

H. JASA AUDIT LAINNYA ATAU PENUGASAN DENGAN


TINGKAT KEYAKINAN TERBATAS

Pada pembahasan di bagian modul ini telah dijelaskan mengenai jasa


kompilasi dan review untuk perusahaan nonpublik, demikian pula jasa review
interim untuk perusahaan publik. Di bagian ini akan dijelaskan mengenai jenis
audit lainnya serta jasa atestasi yang tercakup dalam standar auditing akan
tetapi bukan merupakan audit atas laporan keuangan historis. Beberapa di
antaranya adalah audit laporan keuangan yang menggunakan basis akuntansi
komprehensif lainnya, audit atas elemen atau akun tertentu serta audit atas
kepatuhan terhadap kewajiban hutang.

1. Audit dengan Dasar Akuntansi Komprehensif Lainnya


Auditor seringkali mengaudit laporan keuangan yang disusun menggunakan
dasar selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar audit juga
diaplikasikan dalam penugasan audit untuk jenis ini, namun persyaratan
pelaporannya akan berbeda dari yang digunakan dalam audit laporan keuangan.
Dasar atau basis selain prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk laporan
yang akan diterbitkan adalah sebagai berikut.
a. Dasar kas atau kas yang dimodifikasi. Dengan akuntansi berbasis kas,
hanya penerimaan dan pengeluaran kas yang dibukukan. Sedangkan apabila
menggunakan dasar kas yang dimodifikasi, basis kas akan tetap digunakan
kecuali untuk pos-pos tertentu seperti aset tetap dan depresiasi.
b. Dasar yang digunakan untuk memenuhi ketentuan regulator. Contoh yang
umum adalah sistem klasifikasi akun yang seragam yang digunakan oleh
perusahaan kereta api, prasarana dan asuransi.
c. Dasar pajak penghasilan. Aturan pengukuran yang sama harus digunakan
untuk mengisi surat pemberitahuan (SPT) pajak yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan.
d. Seperangkat kriteria tertentu yang memiliki dukungan secara substansial.
Contohnya adalah akuntansi berdasar tingkat harga. Metode akuntansi ini
harus diterapkan untuk semua pos yang material dalam laporan keuangan.
 PAJA3435/MODUL 6 6.31

Auditor akan melakukan penugasan audit ini dengan cara yang sama saat
melakukan audit laporan keuangan berbasis prinsip akuntansi umum, hanya saja
auditor harus lebih memahami basis akuntansi yang digunakan oleh klien.
Sebagai contoh, dalam audit atas perusahaan kereta api, terdapat persyaratan
akuntansi yang kompleks, yang mengharuskan auditor memiliki pengetahuan
khusus mengenai hal tersebut.

2. Audit atas Unsur, Akun, atau Elemen Tertentu


Auditor seringkali diminta untuk menerbitkan laporan atas audit terhadap
aspek tertentu dari laporan keuangan. Contohnya adalah laporan khusus atas
penjualan, laporan atas partisipasi laba dan laporan atas royalti.
Kantor akuntan publik secara khusus akan melakukan audit atas elemen
maupun pos tertentu. Jenis audit ini hampir serupa dengan audit laporan
keuangan akan tetapi diterapkan tidak secara penuh atas laporan keuangan.
Terdapat 2 (dua) perbedaan utama antara audit atas elemen atau pos khusus
dengan audit atas laporan keuangan lengkap:
a. materialitas didefinisikan berdasarkan unsur, akun, atau elemen yang
sedang diaudit dan bukan berdasarkan keseluruhan laporan keuangan;
b. standar pelaporan berbeda dengan standar pelaporan menurut standar audit
yang berlaku karena yang diperiksa bukanlah laporan keuangan
keseluruhan, namun hanya penyajian unsur, akun, dan pos-pos tertentu saja.

Auditor harus memperluas ruang lingkup auditnya pada unsur atau pos-pos
lain yang berhubungan dengan obyek yang sedang diaudit. Contohnya adalah
dalam menyatakan opini atas penjualan. Auditor juga harus mempertimbangkan
pengaruh piutang usaha terhadap penjualan.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Definisikan apa yang dimaksud dengan standar atestasi. Bedakan antara


standar atestasi dengan standar audit yang berlaku umum!
2) Jelaskan tujuan penugasan jasa layanan WebTrust!
3) Jelaskan apa yang dimaksud dengan laporan keuangan prospektif dan
bedakan antara prakiraan dan proyeksi laporan keuangan!
6.32 Auditing IB 

4) Apa yang dimaksud dengan istilah tingkat keyakinan (level of assurance)?


Bagaimana tingkat keyakinan tersebut berbeda untuk audit terhadap laporan
keuangan, review dan kompilasi laporan keuangan?
5) Sebutkan 2 (dua) perbedaan utama antara audit atas elemen atau pos khusus
dengan audit atas laporan keuangan lengkap!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
perihal penugasan atestasi.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal jasa layanan WebTrust.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal laporan keuangan prospektif.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal jasa review dan kompilasi.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari perihal audit atas unsur, akun atau elemen tertentu.

R A NG KU M AN

Banyak perusahaan, terutama perusahaan yang tidak mencatatkan


sahamnya di bursa efek (non listed companies) membutuhkan jasa kantor
akuntan publik untuk mereview maupun mengkompilasi laporan keuangan,
selain mengaudit.
Tingkat keyakinan (level of assurance) yang diperoleh dari kompilasi
dan review laporan keuangan berada di bawah audit, memerlukan bukti
yang lebih sedikit dan juga membutuhkan biaya yang lebih sedikit pula.
Standar atestasi menjelaskan 3 (tiga) tingkatan penugasan dan bentuk
kesimpulan sebagai berikut.
1. Pemeriksaan (Examination).
2. Penelaahan (Reviews).
3. Prosedur yang Disepakati (Agreed upon procedures).

Dalam jasa atestasi WebTrust, klien menugaskan kantor akuntan publik


untuk memberikan jasa kepastian yang wajar bahwa website perusahaan
telah memenuhi prinsip dan kriteria Trust Service tertentu untuk satu atau
lebih aspek aktivitas e-commerce.
 PAJA3435/MODUL 6 6.33

Jasa SysTrust memberikan keyakinan kepada manajemen, dewan


komisaris atau pihak ketiga mengenai keandalan sistem informasi yang
digunakan untuk menghasilkan informasi.
Terdapat 2 (dua) jenis laporan keuangan prospektif yang didefinisikan
oleh Standar Atestasi (SAT), yaitu: prakiraan keuangan dan proyeksi
keuangan.
Agreed upon procedures merupakan penugasan apabila auditor dan
manajemen maupun pihak ketiga yang berkepentingan sepakat bahwa audit
akan dibatasi hingga ke prosedur audit tertentu.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Jasa profesional yang masuk dalam kategori penugasan atestasi adalah ….
A. penugasan sebagai konsultan manajemen untuk memberikan saran
mengenai teknologi informasi kepada klien
B. penugasan untuk melaporkan ketaatan terhadap persyaratan undang-
undang
C. penugasan untuk membantu perusahaan menyusun surat
pemberitahuan pajak kepada pemerintah (SPT)
D. kompilasi laporan keuangan dari catatan akuntansi klien

2) Akuntan publik Cahya, Zakie, dan rekan melaksanakan jasa layanan review
untuk perusahaan manufaktur kecil. Dalam pelaksanaan penugasan
tersebut akuntan publik menemukan bahwa tidak terdapat dokumen
pendukung untuk pengeluaran sebesar Rp40 juta. Direktur keuangan
meyakinkannya bahwa pengeluaran tersebut adalah benar adanya. Yang
harus dilakukan oleh akuntan publik tersebut adalah ….
A. memasukkan pengeluaran yang tanpa dokumen tersebut tanpa
melakukan prosedur lebih lanjut ke dalam laporan dengan dasar
pemikiran bahwa akuntan publik tidak sedang melakukan audit
B. memodifikasi pendapat review atau menarik diri dari penugasan jika
pengeluaran itu tidak didukung dengan bukti yang memuaskan
C. tidak memasukkan pengeluaran tanpa dokumen pendukung ke laporan
D. memperoleh representasi (pernyataan tanggung jawab) dari direktur
keuangan bahwa pengeluaran itu layak dan harus dimasukkan ke dalam
laporan keuangan tahun berjalan
6.34 Auditing IB 

3) Dari pernyataan berikut ini, pernyataan yang paling tepat menguraikan


tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan jasa layanan
kompilasi perusahaan adalah ….
A. akuntan publik harus memahami metode bisnis dan akuntansi klien
serta membaca kewajaran laporan keuangan
B. akuntan publik harus berpuas diri bahwa laporan keuangan itu telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
C. akuntan publik harus mendapatkan pemahaman pengendalian intern
dan melaksanakan pengujian pengendalian
D. akuntan publik mengurangi tanggung jawabnya kepada pihak ketiga

4) Tujuan utama dari penugasan SysTrust adalah untuk memberikan keyakinan


tentang ….
A. praktik privasi bisnis dan informasi sebuah entitas
B. keamanan sistem yang digunakan untuk e-commerce
C. ketersediaan, keamanan, dan integritas sistem
D. keamanan sistem, integritas transaksi, dan privasi informasi

5) Yang bukan merupakan prosedur yang disarankan dalam penugasan review


laporan keuangan adalah ….
A. memperoleh pemahaman mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan
praktik mengenai industri klien
B. melakukan tanya jawab kepada manajemen
C. melakukan prosedur analitis
D. melakukan pemeriksaan fisik atas persediaan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
 PAJA3435/MODUL 6 6.35

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.
6.36 Auditing IB 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C. Kewajiban bersyarat/kontinjensi hanya dapat diungkap dari hasil
wawancara atau permintaan pendapat ahli dari penasihat hukum.
2) D. Surat jawaban merupakan bukti pendapat pakar mengenai tingkat
kemungkinan terjadinya kerugian.
3) C. Penolakan manajemen memberikan pernyataan tertulis mengakibatkan
keraguan/ketidakpastian. Apabila material nilainya maka dapat
mengakibatkan pengecualian karena auditor ragu akan kewajaran saldo
laporan keuangan.
4) B. Kerusakan sarana pabrik akibat banjir yang besar tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan dan tidak memerlukan pengungkapan
dalam laporan keuangan.
5) C. Surat representasi klien diberi tanggal sesuai berakhirnya pekerjaan
lapangan.

Tes Formatif 2
1 B. Salah satu jenis jasa atestasi adalah penugasan audit atas kepatuhan
atas suatu kesepakatan/perjanjian.
2 D. Representasi dari direktur keuangan merupakan bukti atas pengeluaran
dan dapat untuk menjadi dasar auditor melakukan koreksi dan meminta
manajemen untuk melakukan koreksi atas laporan keuangan.
3 D. Dalam memberikan layanan kompilasi, akuntan publik mengurangi
tanggung jawabnya kepada pihak ketiga dan melaksanakan
penyusunan laporan keuangan sesuai dengan bukti dokumen yang
disediakan oleh kliennya.
4 C. Sys-trust adalah jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik untuk
meyakinkan bahwa suatu sistem informasi telah memenuhi persyaratan
ketersediaan, keamanan dan integritas sistem.
5 D. Melakukan pemeriksaan fisik atas persediaan merupakan salah satu
prosedur audit, dan tidak perlu dilakukan pada penugasan review.
 PAJA3435/MODUL 6 6.37

Daftar Pustaka

Al. Haryono Jusup. (2002). Pengauditan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN.

Arens, Elder and Beasley. (2008). Auditing and Assurance Services, 12th
Edition. Prentice Hall, Inc.

Boynton, Johnson, Kell. (2006). Modern Auditing, 8th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009).


Jakarta: Salemba Empat.
6.38 Auditing IB 

Daftar Riwayat Hidup

Cahya Irawady. lahir di Bandung, 04 Januari 1966,


menikah dan mempunyai dua orang putri. Gelar sarjana
Akuntansi diperoleh dari Universitas Padjadjaran pada
tahun 1989, dan Magister Sains bidang kajian utama
Akuntansi diperoleh dari Program Pasca Sarjana
Universitas Padjadjaran pada tahun 2008.
Tahun 1989-1997 bekerja pada bank pemerintah, tahun
1997-1998 di perusahaan swasta, lalu tahun 1999 hingga saat ini, menjadi dosen
tetap pada Departemen Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Pengalaman profesional di bidang audit, diperoleh pertama kali saat bekerja
di PT Bank Dagang Negara (persero) tahun 1989 sebagai auditor internal bank,
kemudian dialihkan ke bidang operasional beberapa kantor cabangnya. Di
Universitas Padjadjaran sejak tahun 2006 mendapat tugas tambahan di Satuan
Pengawasan Intern (SPI) sebagai auditor internal dan menjadi ketua SPI pada
periode 2011 hingga 2014. Pengalaman praktek profesional sebagai auditor
eksternal diperoleh sejak tahun 1999 pada kantor akuntan publik di Bandung.

Anda mungkin juga menyukai