net/publication/332494798
EKSTERNALITAS LINGKUNGAN
CITATION READS
1 3,741
1 author:
Dini Yuniarti
Ahmad Dahlan University
6 PUBLICATIONS 12 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Food security dryland nexus have livelihood assets affected? View project
All content following this page was uploaded by Dini Yuniarti on 18 April 2019.
Dini Yuniarti *
Abstract
Pendahuluan
bagi sebuah perekonomian namun juga memberikan dampak negative bagi lingkungan.
Proses produksi dan konsumsi telah menimbulkan adanya limbah yang kemudian
perekonomian yang tumbuh pesat seperti China, misalnya namun juga terjadi di Negara-
Tengah. Kondisi ini terjadi karena banyak Negara yang memilih pendekatan grow first,
clean up later seperti dinyatakan oleh Thomas (2001). Namun ternyata pendekatan grow
first, clean up later merupakan strategi yang berbiaya tinggi secara social dan ekologi,
*
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan
1
dan mengancam keberlanjutan pertumbuhan itu sendiri. Beberapa kerugian terhadap
kegiatan manusia secara spesifik disebut sebagai eksternalitas. Makalah ini bertujuan
membahas eksternalitas lingkungan dari sudut pandang teori ekonomi, mulai dari konsep
dasar, dampaknya bagi masyarakat dan perekonomian, serta kebijakan untuk mengurangi
eksternalitas lingkungan.
Tinjauan Pustaka
Eksternalitas
Eksternalitas timbul ketika beberapa kegiatan dari produsen dan konsumen memiliki
pengaruh yang tidak diharapkan (tidak langsung) terhadap produsen dan atau konsumen lain.
Eksternalitas bisa positif atau negative. Eksternalitas positif terjadi saat kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok memberikan manfaat pada individu atau kelompok
positif terjadi ketika penemuan para ilmuwan tersebut tidak hanya memberikan manfaat pada
mereka, tapi juga terhadap ilmu pengetahuan dan lingkungan secara keseluruhan. Adapun
eksternalitas negatif terjadi saat kegiatan oleh individu atau kelompok menghasilkan dampak
yang membahayakan bagi orang lain. Polusi adalah contoh eskternalitas negatif. Terjadinya
proses pabrikan di sebuah lokasi akan memberikan eksternalitas negatif pada saat perusahaan
sekitar sungai akan menanggung biaya eksternal dari kegiatan ekonomi tersebut berupa
masalah kesehatan dan berkurangnya ketersediaan air bersih. Polusi air tidak saja
2
ditimbulkan oleh pembuangan limbah pabrik, tapi juga bisa berasal dari penggunaan
ditunjukkan oleh perubahan lingkungan secara fisik hayati (Owen, 2004). Polusi air yang
tersebut telah merubah baik secara fisik maupun hayati sungai yang ada di sekitar
perusahaan tersebut. Selain polusi air perubahan lingkungan lain dapat dilihat dari
definisi lingkungan dalam The Environment (Protection) Act, 1986 sebagai berikut.
The Environment (Protection) Act, 1986 defines environment to include ‘water, air
and land and the interrelationship which exists among and between water, air and land, and
human beings, other living creatures, plants, microorganisms and property’. (Sankar, 2008)
Adapun polusi atau pencemaran itu sendiri berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997
Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 12, adalah sebagai berikut.
Berdasarkan pengertian lingkungan di atas, selain air, udara, dan juga tanah, serta
hubungan timbal balik di antara air, udara, dan tanah dapat berpotensi mengalami
eksternalitas lingkungan. Adanya asap dan konsentrasi bahan-bahan beracun serta global
warming merupakan contoh dari polusi udara. Adapun sampah tidak berbahaya dan
limbah beracun merupakan contoh dari polusi tanah. Polusi limbah beracun jelas
berbahaya dan merupakan masalah serius, sedangkan sampah rumah tangga merupakan
masalah polusi juga, apalagi jika sampah tersebut dibuang ke sungai atau ke tempat yang
tidak semestinya. Emisi gas rumah kaca menyebabkan global warming, yang dihasilkan
dari emisi karbon dioksida, methane, nitrus oxida, dan gas lainnya.
3
Adanya eksternalitas menyebabkan terjadinya perbedaan antara manfaat (biaya )
sosial dengan manfaat (biaya) individu. Timbulnya perbedaan antara manfaat (biaya ) sosial
dengan manfaat (biaya) individu sebagai hasil dari alokasi sumberdaya yang tidak efisien.
Pihak yang menyebabkan eksternalitas tidak memiliki dorongan untuk menanggung dampak
dari kegiatannya terhadap pihak lain. Dalam perekonomian yang berdasarkan pasar
persaingan sempurna, output individu optimal terjadi saat biaya individu marginal sama
dengan harganya. Eksternalitas positif terjadi saat manfaat social marginal lebih besar dari
biaya individu marginal (harga), oleh karena itu output individu optimal lebih kecil dari
output sosial optimal. Adapun eksternalitas negatif terjadi, saat biaya sosial marginal lebih
besar dari biaya individu marginal, oleh karena itu tingkat output individu optimal lebih besar
sebagai kegagalan pasar (market failure). Ketika kegagalan pasar terjadi, pasar
menghasilkan terlalu banyak barang dan jasa tertentu, dan terlalu sedikit menghasilkan
barang dan jasa yang lain. Kesimbangan pasar menunjukkan keadaan permintaan sama
dengan penawaran, dimana kerelaan membayar dari pembeli marginal barang (marginal
benefit) yang ditunjukkan oleh permintaan sama dengan tambahan biaya (marginal cost)
untuk barang tersebut yang ditunjukkan oleh penawaran. Dengan kata lain pada kondisi
ini terjadi alokasi sumberdaya yang efisien. Pada saat terjadi eksternalitas positif,
marginal tidak sama dengan biaya marginal untuk menghasilkan barang tersebut.
4
Demikian pula dengan eksternalitas negatif, penggunaan kendaraan bermotor oleh
seorang individu akan memberikan mafaat bagi pengguna, namun polusi yang
pengguna jalan yang tidak memperoleh manfaat dari kendaraan tersebut. Artinya terjadi
perbedaan marginal benefit dan marginal cost sebagai hasil dari kegiatan tersebut.
Sumber eksternalitas
Sumber dari eksternalitas adalah ketiadaan hak milik (property right), yaitu
produksi serta barang dan jasa. Hak milik tidak ada saat eksternalitas timbul. Tidak ada
seorangpun yang memiliki udara, sungai, dan laut. Pada saat tidak adanya hak milik,
maka tidak ada jaminan sebuah perusahaan swasta beroperasi pada tingkat yang efisien.
Sumberdaya lingkungan seperti udara bersih, air di sungai, laut dan atmosfir hak
berada dalam domain publik. Penggunaan sumberdaya tersebut dianggap sebagai barang
bebas dan faktor produksi tanpa harga. Oleh karena itu mereka menghitung penggunaan
sumberdaya lingkungan tidak ada harganya ketika nilai sosal yang positif mengalami
kelangkaan. Dua alasan penting ketiadaan pasar adalah a) adanya kesulitan mendefisikan,
mendistribusikan dan menentukan hak milik, b) tingginya biaya dari penciptaan dan
pengoperasian pasar (Sankar, 2008). Pada saat sebuah perusahaan membuang limbahnya di
sungai, maka perusahaan memperoleh manfaat dari sungai tersebut, namun tidak
menanggung biaya dari penggunaan sungai tersebut karena perusahaan tidak merasa
5
Tipe-tipe Eksternalitas
kerusakan tanah, dan polusi udara. Polusi di daerah menjadi kesulitan bagi penduduk daerah
tersebut jika memiliki dua karakteristik, yaitu non-rivalry and non-exclusion. Adapun polusi
dari sungai besar dan kerusakan ekosistem gunung mungkin akan mempengaruhi sejumlah
wilayah. Emisi gas rumah kaca merupakan masalah penduduk dunia tanpa memperhatikan
dari mana polusi berasal, emisi menyeluruh berdampak kepada semua orang di dunia dan
masalah otoritas mana yang akan membawahi masalah polusi dan atau kerusakan tersebut.
(Sankar, 2008)
menimbulkan biaya yang besar tidak saja bagi lingkungan tapi juga bagi pembangunan itu
sendiri, Oleh karena itu para ekonom memulai mempertimbangkan jalur pembangunan
alternatif jalur pembangunan dan kualitas lingkungan seperti digambar pada Gambar 1.
“grow now, clean up latter”, ditunjukkan oleh perseseran dari A ke C dengan terjadinya
kemerosotan lingkungan (China, Indonesia dan Thailand sebagai contoh). Alternatif terburuk
6
adalah mengikuti kebijakan yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang melambat
dengan kerusakan lingkungan, yang ditunjukkan oleh pergeseran dari titik A ke B (seperti
ditunjukkan oleh beberapa Negara di Amerika Tengah dan Afrika). Dimana biaya untuk
memperbaiki lingkungannya lebih besar dari biaya pencegahan dan banyak kehilangan tidak
dapat diubah.
Income Level
A D
B A
Kualitas lingkungan
Teori mengenai eksternalitas negatif merupakan dasar dari ilmu ekonomi lingkungan.
Berikut secara garis besar akan dijelaskan pilihan kebijakan yang berkenaan dengan
eksternalitas. Pada saat terjadi eksternalitas, pemerintah dan swasta dapat menyusun solusi
Pemerintah dapat menanggapi dengan dua cara, yaitu dengan kebijakan control –
Kebijakan kedua adalah kebijakan yang berorientasi pasar (market-based policy) yang
7
menyediakan insentif sehingga para pembuat kebijakan swasta akan memilih untuk
mengharuskan perilaku tertentu, misalnya membuang bahan kimia beracun ke persediaan air
adalah tindakan kriminal. Namun untuk sebagian besar kasus polusi situasinya tidaklah
pemerintah tidak dapat melarang semua jenis kendaraan untuk mengatasi eksternalitas. Untuk
itu pembuat kebijakan harus mempunyai informasi mengenai kegiatan-kegiatan usaha serta
dan biaya marginal social. Pemerintah dapat menginternalisasikan eksternalitas dengan cara
yang digunakan untuk memperbaiki efek-efek dari eksternalitas negative tersebut disebut
Adanya masalah informasi mengenai dampak marginal dan biaya sosial marginal,
penentuan output social optimal dan keunikannya dalam pelaksanaan pajak Pigovian disoroti
oleh Baumol and Oates. Untuk memecahkan masalah tersebut mereka menyarankan
pendekatan dua tahap. Pertama, memutuskan standar lingkungan yang didasarkan pada
ketersediaan pengetahuan ilmiah dan pilihan social. Kedua, menentukan salah satu opsi, yaitu
pendekatan norma dan harga atau pendekatan norma dan ijin. Pendekatan norma dan harga
dapat diputuskan dengan pengetahuan mengenai fungsi biaya penyusutan marginal. Alternalif
lain, dengan norma dan informasi tentang garis dasar tingkat polusi, jumlah yang boleh
didistribusikan dan harga yang diperbolehkan oleh kekuatan pasar. (Sankar, 2008)
8
Selain pemerintah, swasta juga dapat memberikan solusi untuk eksternalitas.
Meskipun eksternalitas menyebabkan alokasi sumberdaya menjadi tidak efsien, namun tidak
eksternalitas dengan menggunakan moral dan hukum sosial. Solusi lainnya adalah dengan
teorema Coase (Coase Theorem) yang menyatakan, bahwa jika pihak-pihak swasta dapat
melakukan tawar menawar mengenai alokasi sumberdaya tanpa harus mengeluarkan biaya,
tergantung dari apakah keuntungan dari mencegah kerusakan lebih besar dari kerugian
membiarkan kerusakan itu terjadi jika menghentikan kegiatan yang menghasilkan kerusakan.
(Mankiw, 2004)
Pembahasan
perhatian terhadap ilmu ekonomi. Pada umumnya diskusi tersebut memfokuskan pada
aspek fisik dari lingkungan, bukan pada manfaat dan biaya. Asumsi yang biasa
mengenai lingkungan menekankan pada benefit dan cost. Titik awal dari analisis
ekonomi untuk lingkungan adalah permintaan untuk lingkungan yang sehat. (Taggart, et
al, 2003)
9
Permintaan akan lingkungan sehat meningkat karena dua alasan utama. Pertama
barang dan jasa. Salah satu barang tersebut adalah lingkungan dengan kualitas yang baik.
yang terus meningkat dari tahun 2004 sampai 2006 ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1.
menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pencemaran udara yang
Dampak dari eksternalitas, misalnya emisi gas hasil dari kendaraan bermotor
kematian tiap tahun (WHO/UNEP). Saat ini banyak negara berkembang menghadapi
masalah polusi udara yang jauh lebih serius dibandingkan negara maju. Contoh klasik
10
pengaruh polusi udara terhadap kesehatan dapat dilihat pada kota-kota di negara maju
seperti Meuse Valley, Belgia tahun 1930; Donora, Pennsylvania tahun 1948; dan London,
Inggris tahun 1952; di mana terjadi peningkatan angka kematian (mortalitas) dan
kesakitan (morbiditas) akibat polusi udara yang berakibat pada penurunan produktivitas
dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Oleh sebab itu polusi udara juga merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting. (Zaini, 2008)
polusi udara di perkotaan. World Bank, dalam kurun waktu 6 tahun sejak 1995 hingga
hampir 100%. Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang
yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan
11
bakar dengan kualitas kurang baik (misal: kadar timbal/Pb yang tinggi) . World Bank
juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat
tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City. Polusi udara yang terjadi sangat
berpotensi menggangu kesehatan. Menurut perhitungan kasar dari World Bank tahun
1994 dengan mengambil contoh kasus kota Jakarta, jika konsentrasi partikulat (PM)
dapat diturunkan sesuai standar WHO, diperkirakan akan terjadi penurunan tiap
tahunnya: 1400 kasus kematian bayi prematur; 2000 kasus rawat di RS, 49.000
kunjungan ke gawat darurat; 600.000 serangan asma; 124.000 kasus bronchitis pada
anak; 31 juta gejala penyakit saluran pernapasan serta peningkatan efisiensi 7.6 juta hari
kerja yang hilang akibat penyakit saluran pernapasan - suatu jumlah yang sangat
signifikan dari sudut pandang kesehatan masyarakat. Dari sisi ekonomi pembiayaan
kesehatan (health cost) akibat polusi udara di Jakarta diperkirakan mencapai hampir 220
masyarakat baik dari segi kesehatan, lingkungan maupun ekonomi. Padahal untuk
menciptakan generasi yang unggul diperlukan kesehatan yang baik dan lindungan yang
berkualitas baik bagi seluruh masyarakat. Adanya masalah kesehatan nantinya akan
menurunkan produktivitas sumber daya manusia dan sumberdaya alam yang dimiliki.
itu sendiri. Timbulnya eksternalitas lingkungan di atas, tidak bisa dilepaskan dari adanya
akan menjadi ironi jika aktivitas ekonomi yang ditujukkan untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi dengan tujuan mencapai kesejahteraan, malah memberikan dampak yang buruk
12
bagi masyarakat itu sendiri. Untuk itu diperlukan evaluasi dan perubahan paradigma,
Beberapa indicator pembangunan telah direvisi, tidak lagi hanya terbatas pada angka-
secara menyeluruh. Keberhasilan tidah hanya diukur berdasarkan kemajuan fisik semata,
namun juga dilihat dari kemajuan manusia dan lingkungan., yaitu pembangunan yang
Salah satu agenda yang berkaitan dengan sustainable development yang banyak
digunakan oleh Negara-negara adalah The Millenium Development Goals (MDGs), yaitu
program yang diperkenalkan oleh United Nation World Summit untuk mencapai
8 (delapan) tujuan yang diagendakan dalam MDCs, yaitu pengurangan kemiskinan dan
Beberapa tujuan MDGs tersebut sangat erat kaitannya dengan lingkungan, seperti
penyakit seperti malaria, dan penyakit lainnya, kepekaan lingkungan, dan pengembangan
13
pendorong tercapainya kedelapan tujuan tersebut. Untuk itu diperlukan kebijakan-
berupa command and control policy, market based policy, maupun solusi yang
efektif jika tidak diikuti oleh perangkat hukum yang kuat, kewibawaan aparat penegak
Penutup
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Mengungat dampaknya yang besar
terhadap kesehatan, lingkungan, bahkan pembangunan ekonomi itu sendiri, maka perlu
kebijakan yang diambil oleh pemerintah seperti Pigovian tax, regulasi, maupun solusi
Daftar Pustaka
Adiningsih, Sri, A. Ika Rahutami, Ratih Pratiwi Anwar, R. Awang Susatya Wijaya,
Ekoningtyas Margu Wardani. 2008. Satu Dekade Paska - Krisis Ekonomi, Badai
Pasti Berlalu ? Pusat Studi Asia Pasifik. Penerbit Kanisius
Mankiw, Gregory N., 2004. Principles Economics. 3rd ed. Thomson South-Western
Mc. Taggart, Douglas, Christopher Findlay, Michael Parkin. 2003. Economics. 4th ed.
Addison Wesley.
14
Sankar, U. 2008. Environmental Externalities. Didapat Online :
http://coe.mse.ac.in/dp/envt-ext-sankar.pdf
Sugiyono, Agus, 2008. Penggunaan Energi dan Pemanasan Global: Prospek bagi
Indonesia. Didapat Online :
http://www.geocities.com/athens/academy/1943/paper/p0201.pdf
Zaini, Jamal. 2008. Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan, Inovasi Online. Didapat
Online :http://io.ppi-jepang.org/article
15