OLEH KELOMPOK 6:
A. Latar Belakang
Permasalahan korupsi merupakan permasalahan serius dalam suatu bangsa
dan merupakan kejahatan yang luar biasa serta dapat menggoyahkan sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak tahun 1998, masalah pemberantasan
dan pencegahan korupsi telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia sebagai salah satu agenda reformasi, tetapi hasil yang dicapai
belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berdampak semakin melemahkan
citra Pemerintah dimata masyarakat, yang tercermin dalam bentuk
ketidakpercayaan masyarakat, ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum, dan
bertambahnya jumlah angka kemiskinan absolut. Apabila tidak ada perbaikan
yang berarti, maka kondisi tersebut akan sangat membahayakan kesatuan dan
persatuan bangsa.
Cukup banyaknya peraturan perundang-undangan mengenai korupsi yang
dibuat sejak tahun 1957, sebenarnya memperlihatkan besarnya niat bangsa
Indonesia untuk memberantas korupsi hingga saat ini, baik dari sisi hukum
pidana material maupun hukum pidana formal (hukum acara pidana). Namun
demikian, masih ditemui kelemahan yang dapat disalahgunakan oleh pelaku
korupsi untuk melepaskan diri dari jerat hukum. Terlepas dari kuantitas peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan, permasalahan utama pemberantasan
korupsi juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku. Struktur dan sistem
politik yang korup telah melahirkan apatisme dan sikap yang cenderung toleran
terhadap perilaku korupsi. Akibatnya sistem sosial yang terbentuk dalam
masyarakat telah melahirkan sikap dan perilaku yang permisif dan menganggap
korupsi sebagai suatu hal yang wajar dan normal.
Akan tetapi, yang tak kalah memprihatinkan adalah dampak korupsi bagi
pembentukan sikap pandang masyarakat sehari-hari.. Akibatnya, kondisi yang
serba abai ini akan dapat menjelma menjadi serba mengijinkan (permisif). Lama-
kelamaan kondisi sosial ini akan berpotensi memberi ruang pembenaran bahkan
kesempatan bagi pelaksanaan korupsi. Karena, bukannya menjadi sumber nilai-
nilai yang benar, baik dan pantas, kondisi sosial yang serba mengijinkan ini
justru akan dapat menimbulkan kekaburan patokan nilai-nilai. Akibatnya korupsi
pun menjadi hal yang biasa. Termasuk didalam kebiasaan melakukan pungutan
tambahan atas proses pengurusan pembayaran pajak, perijinan, pengurusan
pasport dan pengurusan KTP, maupun penerimaan baik berupa barang atau uang
yang diterima oleh penyelenggara negara maupun pegawai negeri apabila ada
kaitan langsung terhadap tugasnya. Itulah sebabnya sebabnya, perlu membahas
apa dan bagaimana gratifikasi, karena gratifikasi ini merupakan sebuah
pembahasan yang ringan tetapi mempunyai dampak dan efek yg besar terhadap
Tindak Pidana Korupsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud gratifikasi, uang pelicin, pemerasan, dan suap?
2. Bagaimana program pengendalian gratifikasi?
3. Bagaimana sejarah gratifikasi?
4. Bagaimana dasar hukum yang mengatur gratifikasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gratifikasi, uang pelicin, pemerasan, dan suap.
2. Untuk mengetahui program pengendalian gratifikasi
3. Untuk mengetahui sejarah gratifikasi
4. Untuk mengetahui dasar hukum yang mengatur gratifikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA