Anda di halaman 1dari 12

KESETIMBANGAN KIMIA

A. Reaksi Reversible dan Irreversible
Berdasarkan arahnya, reaksi kimia dapat dibagi atas dua yaitu sebagai berikut.
1. Reaksi berkesudahan disebut reaksi irreversible (satu arah). Hasil reaksi tidak dapat
diubah lagi menjadi zat pereaksi yang artinya zat yang direaksikan habis dan
terbentuk zat baru

Ciri-ciri reaksi satu arah sebagai berikut :

 Reaksi ditulis dengan satu anak panah ( → )


 Reaksi berlansung satu arah dari kiri ke kanan.
 Zat hasil reaksi tidak dapat dikembalikan seperti zat mula-mula.
 Reaksi baru berhenti apabila salah satu atau semua reaktan habis.

Contoh:

1.  NaOH(aq)  +  HCl(aq)  →  NaCl(aq)  +  H2O(l)

Pada reaksi tersebut NaOH habis bereaksi denagn HCl membentuk NaCl dan air.

NaCl  dan air tidak dapat bereaksi kembali menjadi NaOH dan HCl.

2. Mg(s)  +  2 HCl(aq)  →  MgCl2(aq)  +  H2(g)

Mg habis bereaksi denagn HCl membentuk MgCl2 dan gas H2. MgCl2 dan


H2 tidak dapat bereaksi kembali membentuk Mg dan HCl.

2. Reaksi kesetimbangan disebut reaksi reversible (reaksi dua arah). Reaksi yang dapat
berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik. Yang dimaksud dengan
reaksi reversible adalah zat-zat hasil reaksi dapat bereaksi kembali membentuk zat
pereaksi. 

Ciri-ciri reaksi bolak-balik sebagai berikut :


 Reaksi ditulis dengan dua anak panah ( ↔ )
 Reaksi berlansung dari dua arah, yaitu dari kiri ke kanan dan dari kanan ke
kiri.
 Zat hasil reaksi dapat dikembalikan seperti zat mula-mula.
 Reaksi tidak pernah berhenti karena komponen zat tidak pernah habis.

Contoh :

Reaksi :   PbSO4(s)  +  2NaI(aq) → PbI2(s)  +  Na2SO4(aq)

Endapan PbI yang ternebtuk dapat direaksikan denagn cara menambahkan larutan
Na2SO4 berlebih.

PbI2(s) + Na2SO4 (aq) → PbSO4(s)   +  2NaI(aq)

Dalam menuliskan reaksi bolak-balik, kedua reaksi dapat digabungkan sebagai


berikut:  PbSO4(s)   +  2NaI(aq)  ↔  PbI2(s)  +  2NaI(aq)

B. Kesetimbangan Dinamis

Kesetimbangan kimia merupakan keadaan reaksi bolak-balik dimana laju reaksi


reaktan dan produk sama dan konsentrasi keduanya tetap. Kesetimbangan kimia hanya
terjadi pada reaksi bolak-balik dimana laju terbentuknya reaktan sama dengan laju
terbentuknya produk. Kesetimbangan kimia bersifat dinamis sehingga juga sering disebut
kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan dinamis adalah suatu reaksi bolak-balik pada
saat keadaan konsentrasi tetap tapi sebenarnya tetap terjadi reaksi (terus-menerus).
Kesetimbangan dinamis tidak terjadi secara makroskopis melainkan secara mikroskopis
(partikel zat). 

Ciri-ciri kesetimbangan dinamis yaitu sebagai berikut.

 Reaksi berlangsung terus-menerus dengan arah yang berlawanan


 Terjadi pada ruang tertutup, suhu, dan tekanan tetap
 Kecepatan reaksi ke arah produk (hasil reaksi) sama dengan kecepatan reaksi ke
arah reaktan (zat-zat pereaksi)
 Tidak terjadi perubahan makroskopis, yaitu perubahan yang dapat dilihat, tetapi
 terjadi perubahan mikroskopis, yaitu perubahan tingkat partikel (tidak dapat
dilihat).
 Setiap komponen tetap ada.

C. Jenis Kesetimbangan Berdasarkan Wujud.

Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang, reaksi kesetimbangan
terdiri dari dua jenis, yaitu kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen.

1. Kesetimbangan Homogen

Kesetimbangan homogen adalah suatu kesetimbangan yang didalamnya terdapat zat-


zar dengan wujud yang sama, terdiri dari:

a. Kesetimbangan antara larutan dan larutan

Contoh:  Fe3(aq) +  SCN(aq)  →  Fe(SCN)3 (aq)

b. Kesetimbangan anatar gas dan gas

Contoh :  2SO2(g)  +  O2(g)  → 2SO2(g) 

2. Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan Heterogen adalah kesetimbngan yang di dalamnya terdapat zat-zat


dengan wujud yang berbeda, terdiri dari:

a. Kesetimbangan antara zat padat dan gas

Contoh:  CaCO3(s)   ↔    CaO(s)   +   CO2(g)

b. Kesetimbangan antara gas dengan zat cair.

Contoh:  H2O(g)  ↔   H2O(l)

c. Kesetimbangan antara zat padat dengan larutan

Contoh: AgCl(s)  ↔    Ag+(aq)   +   Cl–(aq)


d. Kesetimbangan antara gas, zat cair, dan zat padat

Contoh:  NaHCO3(s)   ↔    Na2CO3(s) +  H2O(l)  +  CO2(g)

D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Arah Kesetimbangan

Reaksi kesetimbangan dapat berlangsung dua arah, yaitu kearah produk dan
kearah reaktan. Reaksi kearah produk akan menambah jumlah produk dan menurunkan
reaktan. Sebaliknya, reaksi kearah reaktan akan menurunkan produk dan menambah
reaktan., hingga pada saat reaksi tersebut mengalami kesetimbangan kembali.

Hubungan antar reaksi yang timbul pada sistem kesetimbangan kimia dengan
pengaruh atau aksi yang diberikan dari luar dapa diterangkan berdasarkan asas Le
Chatelier  yang menyatakan “apabila dalam suatu sistem kesetimbangan yang sedang
berlangsung dilakukan aksi, maka timbul reaksi dari sistem sehingga pengaruh aksi
tersebut dapat diperkecil”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Konsentrasi

Pada suatu sistem kesetimbangan, jika konsentrasi salah satu zat ditambahkan maka
kesetimbangan akan bergeser dari arah za yang konsentrasinya ditambah. Sebaliknya, jika
konsentrasi salah satu dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser kearah zat yang
konsentrasinya dikurangi.

Contoh reaksi: 2SO2(g) + O2(g) ↔   2SO3(g)


 Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.
 Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O 2, maka kesetimbangan akan bergeser
ke kiri.

2. Pengaruh Perubahan Volume

Pada suatu sistem kesetimbangan jika volume diperbesar, maka konsentrasi setiap zat
dalam sistem itu akan berkurang. Sehingga sistem akan mengadakan reaksi dengan
menggeser kesetimbangan ke arah zat yang jumlah koefisiennya lebih besar.
Sebaliknya, jika volume diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser kearah zat
yang koefisiennya lebih kecil.

Contoh: N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)

Koefisien reaksi di kanan = 2

Koefisien reaksi di kiri = 4

 Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperbesar (= volume diperkecil),


maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
 Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperkecil (= volume diperbesar),
maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
3. Pengaruh Tekanan

Pada suatu sistem kesetimbangan jika tekanan dinaikkan, maka kesetimbangan akan
bergeser kearah jumlah koefisien gas terkecil (jumlah mol gas terkecil). Sebaliknya,
jika tekanan diturunkan, maka kesetimbangan bergeser kearah jumlah kiefisien gas
terbesar (jumlah mol gas terbesar).

4. Pengaruh suhu

Kesetimbangan reaksi dapat dipengaruhi oleh


perubahan-perubahan suhu diluar sistem. Hubungan
antara perubahan suhu dengan sistem kesetimbangan kimia dirumuskan oleh Van’t
Hoff (1852-1911). Van’t hoff menyatakan bahwa “Jika dalam sistem kesetimbangan
suhu ruang dinaikkan, kesetimbangan bergeser kearah reaksi yang membutuhkan
kalor (endoterm). Sebaliknya, jika dalam sistem kesetimbangan suhu ruang
diturunkan, kesetimbangan bergeser kearah reaksi yang mengeluarkan kalor
(ekstorm)”.

Contoh:  2NO(g) + O2(g) ↔  2NO2(g) ∆H = -216 kJ

 Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.


 Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
5. Pengaruh katalis

Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju
dan reaksi balik dengan sam kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif
yang ada dalam kesetimbangan; nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah.
Katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi katalis
tidak menyebabkan kesetimbangan bergeser, melainkan hanya mempercepat
tercapainya kesetimbangan.

E. Kesetimbangan dalam Industri

Banyak proses industri zat kimia yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan.
Agar efesien, kondisi reaksi haruslah diusahakan sedemikian sehingga menggeser
kesetimbangan ke arah produk dan meminimalkan reaksi balik. Dalam reaksi
kesetimbangan, produk yang dihasilkan tidak efektif karena dapat membentuk kembali
pereaksi. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal diperlukan pengetahuan untuk
menggeser posisi kesetimbangan ke arah produk.

1) Reaksi Kesetimbangan pada Industri Amonia dan Pembuatan Amonia

Nitrogen terdapat melimpah di udara, yaitu sekitar 78% volume. Walaupun demikian,
senyawa nitrogen tidak terdapat banyak di alam. Satu-satunya sumber alam yang
penting ialah NaNO3 yang disebut Sendawa Chili. Sementara itu, kebutuhan senyawa
nitrogen semakin banyak, misalnya untuk industri pupuk, dan bahan peledak. Oleh
karena itu, proses sintesis senyawa nitrogen, fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses
industri yang sangat penting. Metode yang utama adalah mereaksikan nitrogen dengan
hidrogen membentuk amonia. Selanjutnya amonia dapat diubah menjadi senyawa
nitrogen lan seperti asam nitrat dan garam nitrat.

Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz Haber
(1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan amonia
untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur
kimia juga dari Jerman.

Amonia merupakan bahan dasar untuk pembuatan pupuk, sebagai pelarut, pembersih,
dan banyak lagi produk sintetik yang menggunakan bahan dasar amonia. Amonia
disintesis dari gas N2 dan H2 melalui proses Haber seperti ditunjukkan pada Gambar
5.11, reaksinya membentuk kesetimbangan. Secara termokimia, pembentukan amonia
bersifat eksotermis.

Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan


reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan
tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu
500oC sekalipun. Dipihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu
akan mengurangi rendemen.

Dewasa ini, seiring dengan kemajuan teknologi, digunakan tekanan yang jauh lebih
besar, bahkan mencapai 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang
terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen
dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian
campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator sehingga
terbentuk amonia.

Gambar Diagram sintentis amonia (proses Haber)

Masalah utama sintesis amonia adalah bagaimana menggeser posisi kesetimbangan ke


arah kanan agar dihasilkan amonia semaksimal mungkin. Saran pertama tentu pereaksi
harus dipasok terus menerus agar posisi kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan
amonia. Saran kedua, suhu dan tekanan sistem harus optimal.

a. Optimasi Suhu.

Oleh karena pembentukan amonia bersifat eksoterm maka untuk mengoptimalkan


produksi amonia, suhu reaksi harus tinggi atau rendah? Tentunya harus rendah
karena suhu reaksi yang tinggi akan menggeser kesetimbangan ke arah reaksi
endoterm (penguraian amonia). Jika suhu terlalu rendah, reaksi berlangsung
sangat lambat (hampir tidak bereaksi). Jika suhu terlalu tinggi, reaksi bergeser ke
arah penguraian amonia. Jadi, bagaimana cara yang efektif dan efisien? Dalam
kasus seperti ini, perlu ditentukan suhu optimum (tidak terlalu tinggi, juga tidak
terlalu rendah). Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa suhu optimum
pembentukan amonia sekitar 4500C–5000C.

b. Optimasi Tekanan.

Selain optimasi suhu, tekanan juga perlu dioptimasi, mengapa? Ini dikarenakan
sintesis amonia melibatkan fasa gas dan rasio stoikiometri antara pereaksi dan
hasil reaksi tidak sama. Koefisien reaksi pembentukan amonia lebih kecil dari
koefisien pereaksi sehingga tekanan harus tinggi. Dalam praktiknya, tekanan yang
diterapkan sekitar 250 atm. Tekanan yang diterapkan tidak lebih tinggi
dikarenakan semakin tinggi tekanan maka diperlukan peralatan yang sangat kuat
agar tidak terjadi ledakan. Hal ini berkaitan dengan teknologi.

2) Reaksi Kesetimbangan pada Industri Asam Sulfat

Di Indonesia, asam sulfat merupakan salah satu bahan baku untuk membuat pupuk,
pigmen dan cat, pembuatan besi dan baja, pembuatan pulp dan kertas, pengisi sel
accumulator, pelarut, pengatur pH di dalam proses industri, pendehidrasi, serta
pembuatan produk-produk kimia lainnya, seperti amonium sulfat dan kalsium
hidrofosfat. Pembuatan asam sulfat di industri dikembangkan melalui proses kontak
seperti pada Gambar 5.13, dengan tiga tahap utama sebagai berikut :

a. Pembentukan belerang dioksida, persamaan reaksinya adalah

S(l) + O2(g) → SO2(g)

b. Pembentukan belerang trioksida, persamaan reaksinya adalah

SO2(g) + O2(g) ⇆ SO3(g)   ΔH = –190 kJ

c. Pembentukan asam sulfat, melalui zat antara, yaitu asam pirosulfat. Persamaan
reaksinya adalah

SO3(g) + H2SO4(aq) → H2S2O7(aq)

H2S2O7(aq) + ½ O(l) → 2 H2SO4(aq) 


Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini merupakan reaksi
kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada sintesis amonia, reaksi ini hanya
berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan tetapi pada suhu tinggi justru kesetimbangan
bergeser ke kiri.

Cara mengoptimasi pembentukan SO3 pada tahap kedua yaitu

a. Optimasi Suhu

Oleh karena pembentukan SO3 bersifat eksoterm, efektivitas pembentukan SO3


dioperasikan pada suhu rendah. Kendalanya, sama seperti pada kasus pembuatan
amonia. Jika suhu terlalu rendah maka reaksi berlangsung sangat lambat. Akan
tetapi, jika suhu terlalu tinggi, reaksi bergeser ke arah penguraian SO 3. Selain itu,
katalis menjadi tidak berfungsi. Berdasarkan hasil penyelidikan, suhu optimum
pembentukan SO3 sekitar 450°C – 500°C.

b. Optimasi Tekanan

Berdasarkan data koefisien reaksi, Anda dapat menduga bahwa tekanan yang
dioperasikan harus tinggi, agar posisi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
Umumnya, tekanan yang dioperasikan berkisar antara 2–3 atm. Tekanan tinggi tidak
dapat dioperasikan dalam proses ini sebab peralatannya tidak mendukung (SO 3 bersifat
korosif terhadap logam).

Dalam industri kimia, jika campuran reaksi kesetimbangan mencapai kesetimbangan


maka produk reaksi tidak bertambah lagi. Akan tetapi produk reaksinya diambil atau
disisihkan, maka akan menghasilkan lagi produk reaksi.
Amonia yang terbentuk dipisahkan dari campuran kesetimbangan dengan cara
pencarian dari gas nitrogen di daur ulang ke wadah reaksi untuk menghasilkan produk
reaksi. Banyak proses alamiah dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan
perubahan konsentrasi pada sistem kesetimbangan. pH darah dan jaringan badan kira-
kira 7,4 . Harga ini diatur dalam darah berada dalam kesetimbangan dengan ion
hidrogen karbonat dan ion hidrogen.

Jika konsentrasi ion hidrogen bertambah, ion-ion ini bereaksi dengan ion hidrogen
karbonat. Jika konsentrasi ion hidrogen terlampau rendah, asam karbonat bereaksi
menghasilkan hidrogen. Oksigen diangkut dari paru-paru ke sel badan oleh
haemoglobin dalam sel darah merah. Dalam paru-paru, konsentrasi oksigen cukup
tinggi dan haemoglobin bereaksi dengan oksigen membentuk oksihemoglobin. Reaksi
ini dapat ditulis,

Dalam jaringan tubuh, konsentrasi oksigen rendah, sehingga reaksi sebaliknya yang
terjadi, yaitu menghasilkan oksigen untuk digunakan dalam sel tubuh. Ketika oksigen
diangkut dari paru-paru ke jaringan tubuh, karbon dioksida yang dihasilkan oleh
respirasi sel angkut dari jaringan tubuh ke paru-paru. Dalam jaringan tubuh karbon
dioksida yang konsentrasinya relatif tinggi melarut dalam darah bereaksi dengan air
membentuk asam karbonat.

Dalam paru-paru di mana konsentrasi karbon dioksida relatif rendah, reaksi sebaliknya
yang terjadi dan karbon dikeluarkan dari darah ke udara
Jika air tanah mengalir melalui daerah berkapur, maka batu kapur melarut. Jika air
berjumpa dengan udara yang mengandung sedikit karbondioksida maka karbon
dioksida akan dilepaskan dari larutan ke udara, sehingga kalsium karbonat
mengendap.

Anda mungkin juga menyukai