Anda di halaman 1dari 96

YULIA WARDATI, A.MD., S.SI., APT.

, MM
 ORGAN LIMFATIK
 SISTEM LIMFATIK
 DETERMINAN
 SEL-SEL IMUN SPESIFIK DAN NON SPESIFIK
 ANTIGEN DAN ANTIBODI
ORGAN LIMFATIK
ORGAN LIMFATIK
 PRIMER
 SEKUNDER
ORGAN LIMFATIK PRIMER
 Terdiri atas : sumsum tulang dan timus, yang
merupakan tempat pematangan limfosit.
 Sumsum tulang merupakan jaringan kompleks tempat
hematopoiesis dan depot lemak
 Kegunaan : Diperlukan untuk pematangan,
diferensiasi dan proliferasi sel T dan B sehingga
menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen
 Sel hematopoietik yang diproduksi di sumsum tulang
menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke
dalam sirkulasi dan didistribusikan ke berbagai organ
tubuh.
ORGAN LIMFATIK SEKUNDER
 Limpa dan Kelenjar getah bening merupakan organ
limfoid sekunder yang terorganisasi tinggi, yang
terakhir ditemukan sepanjang sistem pembuluh limfe.
Limpa
 Limpa merupakan tempat utama fagosit memakan
mikroba yang diikat antibodi (opsonisasi)
 Individu tanpa limpa akan menjadi rentan terhadap
infeksi bakteri berkapsul seperti pneumokok dan
meningokok, oleh karena mikroba tersebut biasanya
hanya disingkirkan melalui opsonisasi dan fungsi
fagositosis akan terganggu bila limpa tidak ada.
Kelenjar Getah Bening
 KGB adalah agregat nodular jaringan limfoid yang
terletak sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh .
 Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel
dan mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang
akhirnya dikonsentrasikan di KGB
 Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa
nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respons
terhadap antigen.
Skin-Associated Lymphoid Tissue
 SALT merupakan alat tubuh terluas yang berperan
dalam sawar fisik terhadap lingkungan.
 Kulit juga berpartisipasi dalam pertahanan pejamu,
dalam reaksi imun dan inflamasi lokal
Mucosal Associated Lymphoid
Tissue-Sistem Imun Sekretori
 Imunitas di tempat khusus seperti saluran napas dan
saluran cerna disebut MALT, yang merupakan
imunitas lokal
 MALT merupakan agregat jaringan limfoid atau
limfosit dekat permukaan mukosa.
 Baik antibodi lokal (IgA sekretori) maupun sel limfosit
berperan dalam respon imun spesifik
a. Respons imun oral
b. Bronchial Associated Lymphoid Tissue
c. Gut Associated Lymphoid Tissue
d. Microfod Cell
e. Tonsil dan plak Peyer
f. Sistem imun mukosa difus
a. Respon Imun Oral
Lapisan epitel mukosa merupakan sawar mekanis
terhadap antigen asing dan mikroorganisme.
Sistem imun khusus yang terletak di permukaan epitel
kadang disebut CMIS.
Sistem imun mukosa terdiri atas IgA sekretori yang
diproduksi sel plasma di lamina propria dan
kemudian diangkut melalui sel epitel dengan
bantuan resptor poliimunoglobulin
Respon imun terhadap antigen oral berbeda dari respon
imun terhadap antigen yang diberikan parenteral
b. BALT
Sel-sel BALT berperan dalam respon terhadap antigen
kuman yang terhirup.
Struktur berupa cincin banyak ditemukan di berbagai
tempat, berisikan nodul yang terlihat di sekitar
bronkus dan berhubungan dengan epitel seperti plak
sel limfoid.
Sel plasma ditemukan di bawah epitel
c. GALT
GALT tersebar di mukosa saluran cerna.
Secara fungsional, GALT terdiri atas 2 komponen, yang
terorganisasi dan terdifus
c. Microfold cell (Sel M)
Peran sel M adalah mengantarkan kuman dan bahan
makromolekul dari lumen intestinal ke plak Peyer.
Morfologi sel M unik karena adanya kantong besar pada
membran basolateral yang berisikan limfosit dan
makrofag.
Sel mengantarkan antigen dari lumen saluran cerna ke
sel imun yang ditemukan dalam kantong tersebut
secara terus-menerus.
e. Tonsil dan Plak Peyer
Jaringan limfoid mukosa seperti tonsil faring dan folikel
limfoid yang terisolasi, plak Peyer di usus kecil
berperan pada fase induksi respons imun.
Di sekitar tenggorok ditemukan 3 golongan tonsil yaitu
tonsil palatina, tonsil lingual dan tonsil faringeal atau
adenoid yang merupakan cincin jaringan limfoid
sekitar faring yang disebut cincin Waldeyer.
f. Sistem imun mukosa difus
Sistem imun mukosa difus terdiri atas limfosit
intraepitel dan limfosit di lamina propria.
Limfosit intraepitel ditemukan dalam epitel mukosa dan
di atas lamina propria.
Lamina propria terletak tepat di bawah epitel yang
strukturnya longgar.
Fungsi efektor lamina propria adalah sekresi antibodi
terutama IgA yang diproduksi sejumlah besar sel
plasma.
SISTEM LIMFATIK
SISTEM LIMFATIK
 Sistem ini menampung cairan yag keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan dan
mengembalikannya ke pembuluh darah.
 Hal itu memastikan adanya keseimbangan di dalam
cairan dalam sistem sirkulasi
 Sistem limfatik juga berperan sebagai alat transpor
limfosit dan antigen dari jaringan ikat ke jaringan
limfoid yang terorganisasi, tempat limfosit diaktifkan.
a. HEV-tempat ekstravasasi limfosit
HEV merupakan sel khusus, gemuk dan tinggi yang
tersebar di endotel vaskular dalam venul poskapilar
berbagai organ limfoid.
b. Homing atau trafficking
Homing mukosa adalah kembalinya sistem limfoid
reaktif imunologis ke asalnya di folikel mukosa.
Homing limfosit diatur oleh profil reseptor dan sinyal.
Reseptor pada permukaan limfosit tersebut akan
memberikan arah dan tujuan kembali ke plak Peyer
DETERMINAN
A. SPESIES
B. KETURUNAN DAN USIA
C. HORMON
D. SUHU
E. NUTRISI
F. FLORA BAKTERI NORMAL
A. SPESIES
Di antara berbagai spesies ada perbedaan kerentanan
yang jelas terhadap berbagai mikroba, misalnya tikus
sangat resisten terhadap difteri sedangkan manusia
sangat rentan
B. KETURUNAN DAN USIA
Peranan heriditer yang menentukan resistensi terhadap
infeksi terlihat dari studi tuberkolosis pada pasangan
kembar.
Infeksi lebih sering terjadi dan lebih berat pada anak
usia balita, hewan usia muda dibanding dewasa.
Demikian pada usia lanjut disertai dengan penurunan
resistensi terhadap infeksi terutama virus.
Defisiensi imun pada subyek normal usia lanjut
Neutrofil
Penurunan fagositosis
Penurunan aktivitas mikrobisidal
Imunitas selular
Sel CD3+ menurun
Suset sel Th2 meningkat dan Th1 menurun
Proliferasi limfoit menurun
Ekspresi CD28 munurun
Hipersensitivitas lambat menurun
Produksi sitrokin proinflamasi meningkat
Imunitas humoral
Autoantibodi meningkat
Respons imun primer menurun
Sel NK
Persentase meningkat
Aktivitas sitotoksik menurun
C. Hormon
Sebelum pubertas, sistem imun pada pria dan wanita
sama. Sistem imun berkembang tanpa pengaruh
hormon skes.
Androgen yang dilepas pria bersifat imunosupresif,
dilepas secara menetap selama masa dewasa dan tidak
berfluktuasi sampai usia lanjut
Pada wanita, respon imun terintegrasi dengan sistem
endokrin yang tujuannya agar janin dalam kandungan
tidak ditolak selama hamil.
D. Suhu
Beberapa mikroba tidak menginfeksi manusia oleh
karena itu tidak dapat hidup baik pada suhu 37 °C.
Kelangsungan hidup berbagai jenis mikroba tergantung
dari suhu.
E. NUTRISI
Nutrisi yang buruk sudah jelas menurunkan resistensi
terhadap infeksi.
Defisiensi imun terjadi di seluruh dunia paling sering
disebabkan karen malnutrisi.
Kekurangan protein dapat menimbulkan gangguan
imunitas, menimbulkan atrofi dan mengurangnya sel
di timus dan kelenjar limfoid serta hilangnya sel
limfoid di sekitar pembuluh darah limpa yang
meningkatkan infeksi oportunistik.
F. FLORA BAKTERI NORMAL
Flora bakteri normal di kulit dapat memproduksi
berbagai bahan antimikrobial seperti bakteriosin dan
asam.
Kemungkinan kegunaan flora komensal tersebut adalah
untuk menyingkirrkan mikroba lain atau patogen.
Bila flora komensal di usus mati karena antibiotik,
mikroba patogen dengan mudah mengambil tempat
flora komensal tadi.
SEL IMUN SPESIFIK DAN NON
SPESIFIK
SEL IMUN NON SPESIFIK
SISTEM FAGOSIT MAKROFAG
A. Fagosit Mononuklear
B. Reseptor Imunitas Nonspesifik
C. Fagosit Polimorfonuklear
D. Sel NK, Sel Null, Sel K
E. Sel Dendritik
Fagosit Mononuklear
1.Monosit
Monosit adalah fagosit yag didistribusikan secara luas
sekali di organ limfoid organ lainnya.
Monosit berperan sebagai APC, mengenal, menyerang
mikroba dan sel kanker dan juga memproduksi
sitokin, mengerahkan pertahanan sebagai respons
terhadap infeksi.
2. Makrofag
Makrofag yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai
makrofag residen, berbentuk khusus yang tergantung
dari alat /jaringan yang ditempati dan dinamakan
sesuai dengan lokasi jaringan sbb. :
Usus : Makrofag intestinal
Kulit : Sel dendritik atau sel langerhans
Paru : makrofag alveolar, sel langerhans
Jaringan ikat : histiosit
Hati : sel Kuppfer
Ginjal : Sel mesangial
Otak : Sel mikroglia
Tulang : osteoklas
Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa
granul dan melepas berbagai bahan, antara lisozim,
komplemen, interferon dan sitokin yang semuanya
memberikan kontribusi dalam pertahanan nonspesifik
dan spesifik.
a. Lisosom
Lisosom adalah organel sitoplasma yang memiliki
membran dan mengandung enzim hidrolitik
multipel seperti ribonuklease, deoksiribonuklease,
fosfatase, glikosidase,kolagenase, arilsulfatasa dan
katespin.
b. Endosom adalah vesikel intraseluler berukuran 0,1-0,2
μm yang diproduksi melalui endositosis.
c. Mitokondria
Mitokondria adalah organel sitoplasma yang diperlukan
dalam metabolisme sel pada sel eukariositik aerobik,
tempat terjadinya respirasi, transpor elektron,
fosforilase oksidatif dan reaksi siklus asam sitrat.
Mitokondria memiliki DNA dan ribosom.
Reseptor Imunitas Nonspesifik
1. Molekul Larut
2. Reseptor Tidak Larut
1. Molekul Larut
Imunitas nonspesifik menggunakan sejumlah molekul
larut yang ditemukan dalam darah dan cairan
jaringan atau molekul tidak larut yang diikat pada
membran makrofag, neutrofil Dan SD.
Contoh Reseptor larut :
CRP mengikat polisakarida C yang merupakan
komponen bakteri dan jamur dan mengaktifkan
komplemen melalui jalur klasik
2. Reseptor tidak larut
Monosit dan makrofag mengekspresikan reseptor yang
mengenal sejumlah struktur yang ditemukan dalam
spesise mikroba untuk menemukan mikroba
penyebab infeksi.
Contoh : TLR1, dengan ligan lipopeptida triasil dengan
mikroba sasaran mikrobakteri
Fagosit Polimorfoneuklear
 Nama lain polimorf atau granulosit dibentuk dalam
sumsum tulang belakang.
 Granulosit dibagi menjadi : neutrofil, eosinofil dan
basofil
 Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis.
 Fungsi utama eosinofil adalah melawan infeksi parasit
dan dapat juga memakan kompleks antigen antibodi
dan fagosit
 Fungsi utama basofil adalah melepas mediator
inflamasi dan fagosit
 Fungsi utama sel mast seperti basofil
 Bedanya sel mast hanya ditemukan dalam jaringan
yang berhubungan dengan pembuluh darah dan
basofil dalam darah
Limfosit terdiri atas sel B, sel T (Th, Tc/CTL, Tr) dan sel
NK
Sel NK yang memiliki reseptor aktivasi dapat
merupakan pembunuh poten sel terinfeksi virus,
jamur dan tumor langsung tanpa bantuan
komplemen. Fenomena itu disebut ADCC.
Sel Dendritik
 SD atau APC berasal dari sel asal dalam sumsum
tulang atau dari prekursor monosit dalam darah atau
dari monosit sendiri.
 Anatomi Aktivasi Limfosit
 Reseptor Sel
 Sel B
 Sel T
ANATOMI AKTIVASI LIMFOSIT
 Limfosit yang berperan dalam respon imun spesifik

Jenis Sel Fungsi Sel Produk Fungsi Produk

B Produksi antibodi Antibodi Neutralisasi


Presentasi antigen Opsonisasi
Lisis Sel
Th2 Meningkatkan Sitokin IL-3, IL- Membantu sel B
produksi antibodi oleh 4, IL-5, IL 10, IL dan Tc
sel B 13
Meningkatkan Tc aktif
Th1 Inflamasi: mengawali IL-2. IFN-γ, TNF Mediator
dan meningkatkan inflamasi
Jenis Sel Fungsi Sel Produk Fungsi Produk
Tr Menurunksn produksi sel Faktor supresif Supresi Th dan
B (misal TGF-β akibatnya juga
Menurunkan sel Tc aktif supresi B dan Tc
Tc Lisis sel target antigenik IFNγ Meningkatkan
ekspresi MHC
Aktivasi sel Nk
Perforin Merusak membran
sel target
NKT Pemusnahan sel sasaran IL-4, IFNγ
RESEPTOR SEL
Molekul yangmengikat antigen

Ig G TCR MHC

Tempat antigen Terdiri atas 3 Terdiri atas 3 Lekukan terdiri


diikat CDR dan VH dan CDR dalam V12 atas α1 dan α2
3 CDR dalam VL dan 3 CDR (Kelas I) atau
dalam Vβ α1dan β1 (Kela II)
Sifat antigen Makromolekul Kompleks Peptida
yang dapat (protein, lipid, polipeptida
diikat polisakarida dan MHC
kimiawi keccil)
IgG TCR MHC
Sifat determinan Linier dan Determinan linier Determinan linerir
antigenik yang determinan peptida, hanya 2 peptida, hanya
dikenal berbagai atau 3 residu asam beberapa residu
makromolekul dan amino peptida asam amino
kimia yang diikuti peptida
konformasional molekul MHC
Afinitas ikatan Kd 107 – 1011, Kd 10 5- 107 Kd 10 6– 109 M,
antigen afinitas rata-rata ikatan sangat
Ig meningkat stabil
selama respons
imun
 Ciri-ciri Antigen yang dikenal sel T
Ciri-ciri antigen yang dikenal sel T Keterangan
Sel T terbanyak mengenal peptida Hanya peptida yang diikat molekul
dan tidak molekul-molekul lain MHC
Sel T mengenal antigen yang Molekul MHC merupakan protein
berikatan dengan sel dan bukan membran yang dapat mengikat
antigen larut peptida pada permukaan sel
Sel CD4+ dan CD8+ lebih mengenal Jalur MHC memastikan bahwa MHC-
antigen asal vesikuler dan sitotoksik II mempresentasikan peptida asal
protein ekstraseluler yang dimakan
APC dan diproses di vesikel, sedang
MHC-I mempresentasikan peptida
asal protein sitotoksik, CD4 dan CD8
masing-masing mengikat regio
polimorfik MHC-II dan MHC-I
SEL B
 Sel B merupakan 5-25% dari limfosit dalam darah yang
berjumlah sekitar 1000-2000 sel/mm3. Terbanyak
merupakan limfosit asal sumsum tulang (hampir 50%)
sisanya sekitar 1/3 nya berasal dari KGB, limfe dan
kurang dari 1% di timus
 Pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Setelah
matang sel B bergerak ke organ-organ seperti di limpa,
kelenjar getah bening dan tonsil.
 Pematangan limfosit terjadi melalui proses yang
disebut seleksi (positif dan negatif). Seleksi
pematangan primer terjadi pada organ limfoid primer
yaitu sumsum tulang untuk sel B dan timus untuk sel
T.
 Oleh karena beberapa self-antigen tidak ditemukan
dalam sumsum tulang, sel B yang mengekspresikan
mIg spesifik untuk antigen tersebut, tidak dapat
disingkirkan oleh seleksi negatif dalam sumsum
tulang.
 Untuk mencegah terjadinya reaksi autoimun,
diperlukan proses eliminasi atau yang menjadikan
inaktif di jaringan limfoid.
 BCR yang mengikat antigen multivalen asing, akan
memacu 4 proses : proliferasi, diferensiasi menjadi sel
plasma yang memproduksi antibodi, membentuk sel
memori dan mempresentasikan antigen ke sel T.
1. Ig permukaan
 Sel B termuda sudah ditemukan dalam hati janin dan
sumsum tulang dan belum mengekspresikan
immunoglobulin atau petanda permukaan.
 Kebanyakan sel B yang matang dan belum diaktifkan
meninggalkan sumsum tulang.
 Mula-mula dibentuk IgM dalam sitoplasma sel yang dapat
digunakan sebagai ciri dari sel pre-B.
 Selanjutnya dibentuk IgD yang kemudian juga bergerak ke
arah membran sel.
 Sel yang sudah memiliki IgM dan IgD sebagai reseptor
dianggap matang
2. Reseptor Fc
Semua sel B memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgG
(Fcγ-R).
Peran reseptor ini adalah dalam gerakan antibodi
melewati membran sel dan transfer IgG dari ibu ke
janin melalui plasenta.
Reseptor tersebut dapat diikat pasif oleh berbagai sel
seperti sel B dan sel T, neutrofil, sel mast, eosinofil,
makrofag dan sel NK.
3. Reseptor C3
Sel B memiliki pula reseptor untuk kompenen
komplemen yang diaktifkan C3b.
4. Reseptor Epstein Barr Virus
EBV dapat diikat sel B melalui reseptor spesifik (RC3D).
Infeksi EBV sering menimbulkan replikasi sel B yang
stabil dan terus menerus
5. Determinan antigenik imunoglobulin
Molekul imunoglobulin sendiri, bila disuntikkan ke
spesies hewan lain, dapat berfungsi sebagai imunogen
poten yang menginduksi respons imun.
Determinan antigen atau epitop pada imunoglobulin
terdiri atas 3 kategori mayor, determinan isotip, alotip
dan idiotip, yang terletak dalam bagian khas molekul.
 Determinan isotipik adalah regio konstan yang
membedakan setiap kelas Ig dan subelas spesies
 Determinan alotipik tidak jelas menunjukkan asam
amino oleh perbedaan alel gen isotip. Perbedaan
alotipik dapat ditemukan dengan membandingkan
kelas antibodi yang sama di antara berbagai
perkawinan galur
 Determinan idiotipik dibentuk oleh konformasi
sekuens asam amino rantai berat dan variabel regio
rantai ringan untuk setiap antigen
SEL T
 Progenitor sel asal sumsum tulang yang bermigrasi ke
timus berdiferensiasi menjadi sel T.
 Sel T yang nonaktif disirkulasikan melalui KGB dan
limpa yang dikonsentrasikan dalam folikel dan zona
marginal sekitar folikel
 Fungsi sel T umumnya berperan pada inflamasi,
aktivasi fagositosis makrofag, aktivasi dan proliferasi
sel B dalam produksi antibodi.
Sel T Sel B
Tempat pematangan Timus Sumsum tulang
Reseptor antigen TcR Antibodi
MHC untuk pengenalan Ya Tidak
Petanda Semua memiliki Ig permukaan
TcR/CD3 CD19/CD20/CD21
Th-CD4 CD79
Tc-CD8
Lokasi utama dalam Parakortikal Folikel
kelenjar getah bening
Sel memori Ya Ya
Sel T Sel B
Fungsi Proteksi terhadap Proteksi terhadap
mikroba ekstraseluler mikroba intraseluler
Produk Th1-IFNγ/TNF-α Antibodi (sel B menjadi
TH2-IL-4, IL-5, IL-6, Tc- sel plasma)
perforin
ANTIGEN DAN ANTIBODI
 Berbagai patogen seperti bakteri, virus, jamur atau
parasit mengandung berbagai bahan yang disebut
IMUNOGEN atau ANTIGEN dan dapat menginduksi
sejumlah respon imun.
 ANTIBODI adalah bahan glikoprotein yang diproduksi
sel B sebagai respon terhadap rangsangan imunogen
ANTIGEN
 Secara spesifik, imunogen adalah bahan yang dapat
merangsang sel B atau sel T atau keduanya.
 Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan
produk respon imun yang dirangsang oleh imunogen
spesifik seperti antibodi dan atau TCR.
 Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi
baik respon imun maupun bereaksi dengan
produknya.
 Antigen inkomplit atau HAPTEN adalah yang tidak
dapat dengan sendiri menginduksi respon imun, tetap
dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi.
 Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan
dengan molekul besar yang disebut molekul atau
protein pembawa
 IMUNOGENESITAS adalah
kemampuan untuk menginduksi respons imun humoral
atau seluler.
Sifat dasar bahan tertentu (imunogen).
Imunogen adalah bahan yang menginduksi respon
imun.
Respon imun ditandai dengan induksi sel B untuk
memproduksi Ig dan aktivasi sel T yang melepas
sitokin.
 ANTIGENISITAS adalah kemampuan suatu bahan
antigen untuk menginduksi respon imun yang dapat
bereaksi dengan reseptor antigen tersebut yang
diproduksi sel B (antibodi) dan reseptor antigen pada
permukaan sel T.
 Meskipun suatu bahan yang dapat menginduksi
respon imun spesifik disebut ANTIGEN, tetapi lebih
tepat disebut IMUNOGEN.
 Semua molekul dengan sifat antigenisitas, namun
tidak demikian sebaliknya.
 EPITOP atau DETERMINAN ANTIGEN adalah bagian
dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan
reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian
dari antibodi atau oleh reseptor antibodi.
ANTIBODI
 Serum mengandung molekul antibodi yang
digolongkan dalam protein yang disebut GLOBULIN
dan sekarang dikenal sebagai IMUNOGLOBULIN
 CIRI : spesifitas dan aktivitas
 FUNGSI UTAMA : Mengikat antigen dan
menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan
 Ig dibentuk oleh selplasma yang berasal dari
proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan
antigen
 Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan
mengikat antigen baru lainnya yang sejenis.
Kelas dan Sifat Imunoglobulin
Ig G 1-4 Ig A Ig M Ig D Ig E
Sifat Utama Paling Ig utama Aglutinator Umumnya Pengerahan
banyak dalam yang sangat ditemukan agen anti
ditemukan sekresi efektif; pada mikrobial.
dalam seromukosa diproduksi permukaan Meningkat
cairan untuk dini pada limfosit pada infeksi
tubuh menjaga respons parasit.
terutama permukaan imun. Berperan
ekstravasku luar tubuh Pertahanan pada gejala
lar untuk terdepan alergi atopi
memerangi terhadap
mikroorgan bakterimia
isme dan
toksinnya
Ig G1-4 Ig A Ig M Ig D Ig E
Fungsi Fungsi Ditemukan Mengikat Menimbulk
Opsonisasi dalam komplemen an alergi,
ADCC sekresi Opsonin syok
Imunitas (asam baik anafilaktik.
neonatal lambung) Pertahanan
Proteksi terhadap
terhadap parasit.
mukosa
disekresi
dalam air
susu
Ig G 1-4 Ig A IgM IgD IgE
Ikatan sel Manonukle Limfosit Limfosit Reseptor sel Sel Mast
ar Neutrofil Reseptor sel B Basofil
Limfosit B Limfosit
Neutrofil
Trombosit

Anda mungkin juga menyukai