Anda di halaman 1dari 40

DESYROSMIYATI'S BLOGFAKULTAS EKONOMI UTM

Menu

SKIP TO CONTENT

Search

Permintaan Uang

PERMINTAAN UANG

Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

Menjelaskan tentang pandangan kaum kalsik terhadap teori permintaan uang

Menjelaskan tentang pandangan Keynes tentang teori permintaan uang

Menggambar kurva IS-LM

Menjelaskan tentang teori permintaan uang dalam Islam

Deskripsi Singkat:

Paba bab 4: Perkembangan Teori Moneter, membahas tentang berbagai perkembangan teori moneter
mulai dari teori moneter klasik, teori moneter keynes, dan sintesis IS-LM yang merupakan gabungan dari
klasik dan keynes. Ketiga teori tersebut dibedakan dari cara pandang ketiganya terhadap masalah-
masalah khususnya tentang teori permintaan uang, serta kebijakan moneter. Selain itu dijelaskan juga
tentang teori permintaan menurut pandangan Islam.

4.1. Teori Moneter Klasik

4.1.1. Pendahuluan
Para tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan A. Marshall. Say
terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan
(supply creates its own demand). Artinya, suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment
atau underconsumption (Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk
menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).

Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pda tingkat teknologi dan banyaknya faktor produksi
tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat
output potensial yang dapat dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat
menjadi lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai melalui bekerjanya
mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan invisible hand.

Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan menurunkan upah yang
dikehendakinya sampai ada pengusaha yang mau mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat
pengusaha yang tidak dapat menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya
sampai terjual habis. Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya
keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasilsaling mempengaruhinya antara
permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)

Tetapi Malthus menyangah argumentasi di atas dengan mengatakan bahwa meskipun produksi barang
dan jasa tersebut menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa,
namun tidak dapat dipastikan bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan
jasa tersebut. Penawaran memang akan menciptakan tenaga beli, namun belum menciptakan
pengeluaran dengan jumlah yang sama.Misalnya jika masyarakat menabung terlalu banyak dari
pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi),
maka ada sebagian produksi yang tidak terjual. Akibatnya pengusaha akan memperkecil volume
produksi, sehngga akan terjadi pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi produksinya sampai
sisa yang tidak terjual itu habis semua, sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah daripada
semula.

Sedang menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut tidak berarti dana hilang dari
peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha untuk membiayai investasinya. Penabung
mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama
harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan
antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat=investasi meningkat), adalah sebagai akibat
bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat bunga akan berfluktusi sehingga keinginan investasi
perusahaan samadengan keinginan menabung masyarakat.

4.1.2. Teori Kuantitas Uang

4.1.2.1. Teori Irving Fisher

Prinsip dasar teori ini adalah falsafah Say, bahwa ekomi akan selalu berada dalam keadaan Full
Employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan teorinya dengan suatu persamaan.

M.V = P.T

Dimana M : Jumlah Uang

V : Tingkat Perputaran Uang (velocity)

P : Harga (price)

T : Volume barang yang menjadi obyek transaksi

Persamaan di atas merupakan suatu identitas (identity), yang menggambarkan total pengeluaran (MV)
samadengan barang yang dibeli (PT), dan belum menyentuh tentang kuantitas uang.

4.1.2.2. Cambridge/Marshall Equation

Marshal lebih menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode malainkan pada bagian
dari pendapatan (GNP) yang diwujudkan dalam uang kas. Secara matematika sederhana, teori Marshall
dapat ditulis sebagai berikut :
M = k.P.Y

Dimana M : Jumlah Uang

k : Bagian dari GNP yang diwujudkan uang kas, k = 1/v

P : Harga (price)

Y : GNP riil

Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur jumlah output, tetapi diganti
dengan Y. T lebih besar dari Y, karena Y tidak termasuk barang setengah jadi.

Persamaan MV = PT, T dianggap tetap karena selalu dalam keadaan full employment (Say)

V juga dianggap tetap, karena perubahan cara pembayaran akan terjadi dalam waktu yang lama,
sehingga k = 1/v juga tetap.

Persamaan Marshall sudah menunjukkan adanya permintaan uang dimana masyarakat menghendaki
bagian tertentu dari pendpatannya diwujudkan dalam bentuk uang kas, yang ditunjukan dengan nilai k.
(teori kuntitas uang)

Menurut teori kuantitas uang, perubahan JUB mengakibatkan perubahan harga secara proporsional.
Kalau JUB naik 2 kali, harga juga akan naik 2 kali.

Pandangan di atas didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :

Kongklusi : JUB hanya mempengaruhi harga secara proporsional. Uang tidak mempengaruhi output riil
(Y). Y hanya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas faktor produksi.

4.2. Teori Moneter Keynes

4.2.1. Pendahuluan
Keynes dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”, 1936
melakukan kritik terhadap teori Klasik. Menurut keynes, mekanisme pasar tidak secara otomatis
menciptakan Full Employment dalam perekonomian. Oleh karena itu membutuhkan campur tangan
pemerintah (investasi yang besar) sebagaimana disampaikan dalam kumpulan kuliahnya di Oxford
University yang diterbikan ahun 1926 dengan judul ”The End of Laissez Faire”, dalam bukunya
dinyatakan ;

“I believe that some coordinate act of intelligent judgement is required as to the scale on which it is
desirable that the community as a whole should save, to scale on which these savings should go abroad
in the form of foreign investments, and whether the present organization ot the investment market
distributes savings along the most nationally productive channels. I do not think that these matter
should be left entirely to the chances of private judgement and privat profits, as they are at present”

A Tract on Monetary Reform merupakan buku Keynes yang menegaskan pentingnya kebijakan stabilitas
harga. Instabilitas harga memiliki dampak yang berbeda terhadap tiga golongan masyarakat.

1. Investor, dirugikan pada saat terjadi inflasi (kenaikan harga)

2. Pengusaha, dirugikan saat terjadi deflasi

3. Penerima Upah, dirugikan saat terjadi deflasi

Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan tentang Stabilitas Harga oleh pemrintah, karena stabilisasi
tidak dapat dilakukan dalam sistim moneter saat itu (standar emas)

4.2.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional

Keynes membantah Klasik dimana S = I dalam keadan full employment. Menurut Keynes, dalam
kenyataan S ≠ I, dan keseimbangan pendapatan dapat tercapai sebelum full employment.
Contoh Kasus :

Output Perusahaan (FE) Rp. 1.000,- juta (Y) dengan kasus sebagai berikut ;

1. Perusahaan Menjual 800 Persediaan 200 Keinginan perusahaan tepat sama dengan keinginan
Rumah Tangga

2. Konsumen / RT Membeli 800 Tabungan 200

3. Konsumen / RT Membeli 700 Tabungan 300 Keinginan tidak sama, bagaimana ?

Terhadap kasus no 3 di atas Klasik dan Keynes memiliki pendapat dan penyelesaian yang berbeda ;

KLASIK KEYNES

Keinginan menabung > investasi ð Output tdk terjual ð harga turun sampai terjual habis ð Upah turun
karena produksi berkurang dan buruh tidak beredia menganggur ð Bunga turun karena S > I ð Tabungan
turun & konsumsi naik ð S = I dalam keadaan FE Keinginan menabung > investasi ð Perusahaan
mengurangi produksi ð Output akan turun selama S>I, dan berhenti saat S=I ð Tercipta keseimbangan
baru dimana Yeq baru < Yeq lama

4.2.3. Konsumsi dan Penentuan Pendapatan Nasional (GNP)

Secara lebih detil dapat diamati dalam gambar pengeluaran, dan Pendapatan Nasional di bawah ini.

Capture8
C = a + bY ð b (marginal propencity to consume) (rC/rY) ð nilai b < 1

Misalkan b = 0,6, maka setiap kenaikan Pendapatan Rp.1000,- akan menambah konsumsi sebesar
Rp.600,-, yang berarti pula tambahan untuk tabungan sebesar Rp. 400,-

a = konstantan ð yaitu besarnya konsumsi saat pendapatan (Y) = 0, dan faktor yang mempengaruhi C
selain Y, dimana kenaikan a akan menggeser kurva C.

Sudut 45o menunjukkan adanya keseimbangan antara pengeluaran (E) = Pendapatan Nasional (Y)

Pengeluaran terdiri atas Konsumsi dan Investasi (autonomous, besarnya tidak tergantung pada
pendapatan)
Capture9

Yeq diperoleh apabila E=Y. Ditunjukkan dari perpotongan antara garis E = C + I dengan garis pembantu
Y=E
S = Y- C

S = Y – (a + bY) ð Y – a – bY

S = – a + (1 – b)Y

(1-b) ðmarginal propencity to saving (MPS) ð (rS/rY)

Pada Yeq, keinginan RT untuk menbung samadengan keinginan perusahaan untuk investasi, sehingga di
atas Yeq keinginan menabung RT lebih besar dari keinginan investasi perusahaan.

Perubahan Pendapatan Nasional (GNP)

² PERTANYAAN ² JAWABAN

Apakah Yeq akan bertahan lama ? Ya, apabila tidak terjadi perubahan fungsi C, S dan I

Kalau Yeq bertahan lama, apakah hal itu baik ? Ya, apabila Yeq tersebut berada dalam keadaan Full
Employment

Keynes : menolak anggapan ini, karena I bersifat tidak stabil sehingga sering naik-turun, sehingga
pendapatan nasional juga naik turun.

Capture10
Turunnya investasi dari Io ke I1, menggeser keseimbangan dari Z ke N dan pendapatan nasional turun
dari Yo ke Y1 (penurunan Y sebesar rY=NM=ZM)

Besar penurunan investasi = ZP, dimana ZP<ZM (atau penurunan investasi yang kecil mengakibatkan
penurunan Y yang lebih besar

Penjelasan : Investasi turun ] Pendapatan turun ] Konsumsi turun sebesar bY ] pendapatan turun lagi
dan seterusnya. Turunnya pendapatan sebesar angka pengganda dikalikan besar penurunan investasi.

Besarnya angka pengganda dapat dijelaskan secara matematis sebagai berikut;

rY = rC + rI

rC = brY

rY – rC = rI
rY – brC = rI, kedua ruas dibagi (1-b), sehingga

rY = rI (1/(1-b), dimana 1/(1-b) adalah angka pengganda (multiplier)

Perubahan pengeluaran di atas bersifat Autonomous (independen/tidak tergantung GNP), tetapi pada
proses multiplier, perubahan pengeluaran outonomous ini mengakibatkan perubahan pengeluaran
induced. Misalnya makin besar MPC, makin besar pula perubahan GNP.

Keynes : Pengeluaran konsumsi bersifat induced (tergantung pendapatan), sedangkan pengeluaran


investasi adalah autonomous (tidak tergantung pendapatan, tetapi tergantung tingkat bunga dan
keuntungan)

Keynes : masalah utama makro ekonomi adalah perubahan engeluaran autonomous akan
mengakibatkan fluktuasi dalam kegiatan ekonomi melalui proses multiplier.

Perubahan GNP akan mengakibatkan UNEMPLOYMENT apabila pengeluaran autonomous turun di


bawah Full Employment GNP. Sebaliknya, akan terjadi inflasi apabila pengeluaran autonomous naik
sedangkan GNP sudah ada pada keadaan Full Employment. APA YANG HARUS DILAKUKAN ???

² SOLUSI KLASIK ² SOLUSI KEYNES

Tidak berbuat apa-apa (do nothing-laissez faire), dalam jangka panjang akan terjadi FE dan equilibrium
Do something, melalui Peran Pemerintah, karena dalam jangka panjang kita semua akan mati.
Oleh karena itu, teori Keynes lebih menitikberatkan pada analisis jangka pendek

4.2.5. Peranan Pemerintah

Apabila investasi swasta tidak mencukupi untuk mendorong kenaikan GNP, maka diperlukan intevensi
pemerintah, baik melalui pajak maupun pengeluaran pemerintah (G). Selanjutnya adalah memasukkan
intervensi pemerinth ke dalam model matematika.
Y=C+I+G

Capture11
Capture12
Gambar 5.4, bila Yo keadaan Full Emploiment, maka adanya G akan menimbulkan inflasi (infltionry gap),
oleh karena itu biasanya G dibiayai melalui perpajakan.

C = a + bY – bT atau C = a + b(Y – T)

2. Pajak tidak langsung mempengarui I atau G, tetapi mempengaruhi pendapatan yang siap
dibelanjakan (disposable income), yaitu

pendapatan setelah dikurangi pajak.

Sehingga mamtematika sederhana besarta multiplier G dan T dapat ditunjukkan sebagai berikut ;

Keadaan keseimbangan :

Y=C+I+G

Fungsi Konsumsi :

C = a + bYd, Yd adalah disposable income yang besarnya = Y – T

Fungsi Pajak :

T = To + tY, dimana To adalah Pajak tetap, dan t adalah tarif pajak

Investasi (I) dan Pengeluaran Pemerintah (G) dianggap tetap (autonomous)


Dengan substitusi diperoleh :

C = a + bYd

C = a + b(Y – T)

C = a + b(Y – To – tY)

C = a – bTo + b(1-t)Y

Perubahan To akan menggesar garis C, sedang perubahan t akan mengubah lereng C

Selanjutnya memasukkan persamaan terakhir ini ke dalam persamaan ’a’, diperoleh ;

Y=C+I+G

Y = a – bTo + b(1-t)Y + I + G

{1-b(1-t)}Y = a – bTo + I + G

Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa G mempunyai multiplier seperti I dan a (konsumsi
autonomous) sebesar ;

Multiplier G, I atau a =

Demikian pula dapat diketahui pula besarnya multiplier pajak (T) yaitu sebesar ;

Multiplier
Berdasarkan analisi multiplier ini, Keynes yakin bahwa turunnya investasi swasta tidak akan memiliki
efek terhadap GNP manakala diimbangi dengan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam jumlah yang
sama atau penerimaan pajak (kebijakan fiskal)

Pasar Uang dan Tingkat Bunga

Menurut Klasik, tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara Tabungan dan Invstasi. Tetapi Keynes
memiliki pandangan yang berbeda. Tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang
(pada pasar uang). Uang merupakan alat portopolio yang bisa diwujudkan dalam bentuk UANG KAS dan
SURAT BERHARGA.

Resiko dan gain surat berharga ditentukan oleh tingkat bunga ”rata-rata” dari segala macam surat
berharga yang beredar di masyarakat. Permintaan uang oleh Keynes disebut sebagai Liquidity
Preference tergantung dari tingkat bunga.

Capture13
Teori tingkat bunga Keynes memiliki hubungan yang negatif antara Tingkat Bunga Vs. Jumlah Uang.

Terjadi spekulasi dalam fluktuasi tingkat bunga

Naiknya tingkat bunga e cost memegang uang kas naik e hasrat memegang uang kas turun e demikian
pula sebaliknya.

Pada tingkat bunga keseimbangan (req), keinginan memegang uang kas sama dengan Jumlah uang.

Bila tingkat bunga di bawah keseimbangan (r1), masyarakat menginginkan uang kas lebih banyak dengan
menjual surat berharga, pada koordinat F. Penjual surat berharga ini mendorong harga ’surat berharga’
turun, sampai keadaan keseimbangan dimana keinginan memegang uang kas sama dengan JUB. Dan
demikian pula sebaliknya.

4.2.6. Kebijakan Moneter


Tingkat bunga akan berubah apabila terdapat perubahan dalam permintaan dan penawaran uang.
Diasumsikan bahwa permintaan uang tidak berubah, untuk menganalisis bagaimana pengaruh
penawaran uang terhadap tingkat bunga dan kegiatan ekonomi (diukur dengan GNP)

Capture14
Penambahan JUB sebanyak Rp. 1 T mengakibatkan JUB dari Rp.6 T menjadi Rp.7 T, dan akhirnya suku
bunga turun dari r6 menjadi r7, dan setrusnya

Pengaruh penambahan JUB terhadap GNP dapat dijelaskan dengan tingkat bunga. Turunnya bunga
mengakibatkan investasi naik, ceteris paribus, kurva investasi bergesar naik dan GNP naik melalui proses
multiplier (gambar 5.3).

Capture15
Pada tingkat bunga yang sangat rendah, masyarakat berkeyakinan akan terjadi kenaikan hingga ke
tingkat yang wajar di masa yang akan datang. Pada saat ini harga surat berharga sangat tinggi sehingga
meskipun terjadi kenaikan jumlah uang berdar, masyarakat memilih menyimpan dalam bentuk uang kas.
Inilah yang disebut sebagai ”Liquidity Trap”, bagian yang horizontal dari kurva permintaan uang.

Pada keadaan ini, kebijakan moneter tidak efektif sama sekali, karena setiap penambahan JUB tidak
akan digunakan untuk membeli surat berharga, tetapi disimpan dalam bentuk uang kas

Capture16
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dijelaskan ;

Semakin datar kurva permintaan uang, kebijaksanaan moneter makin tidak efektif, karena perubahan
tingkat bunga yang ditimbulkan kecil sehingga perubahn terhadap GNP juga kecil

Penambahan JUB dari Rp 5 T ke Rp 6 T akan menurunkan tingkat bunga. Pada kurva permintaan uang
datar, penurunan tingkat bunga yang kecil saja mampu mendorong jumlah yang diminta naik dengan
presentasi yang lebih besar.

Efektifitas kebijakan moneter tidak hanya ditentukan oleh lereng kurva permintaan uang, tetapi oleh
elastisitas kurva pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga. Semakin elastis kurva investasi,
penurunan tingkat bunga yang kecil saja akan mendorong naiknya investasi yang cukup besar, sehingga
GNP turut naik dengan jumlah yang besar pula.

4.2.7. Permintaan Uang untuk Transaksi

Kenaikan GNP mendorong permintaan uang untuk transaksi naik, dengan JUB yang tetap, maka tingkat
bunga akan berubah.

Capture17
Kenaikan GNP mengakibatkan kurva LP0 bergerak ke LP1, apabila JUB tetap maka bunga akan naik dari
ro ke r1. Sebab pada saat itu mesyarakat mengalami kelebihan permintaan uang kas sebesar rD.
Untuk memenuhi kekurangan tersebut, usaha yang dilakukan adalah dengan menjual surat berharga,
sehingga sampai terjadi keseimbangan hingga r1

Model Keynes belum dapat menjelaskan tentang efek kebijakan (fiskal dan moneter) terhadap tingkat
bunga dan pendapatan nasional. Akhirnya ahli ekonomi A. Hansen dan J. Hicks mengembangkan teori
Keynes edngan suatu kurva yang disebut IS dan LM.

4.3. Sintesis IS-LM

4.3.1. Kurva IS

Alat analisi ini disusun dari ekonomi Keynes yang berupa uatu keseimbangan dalam pasar barang (sektor
riil). Berdasarkan pada persamaan Y = C + I + G dan S + T = I + G, maka proses penurunan kurva IS sebagai
berikut ;

Penurunan Kurva IS Secara Matematis :

(1) C = a + b(Y-T) ] S = -a + (-b)Y-bT : Fungsi Konsumsi dan Tabungan

(2) I = d – n(r) : Fungsi Investasi

(3) T = e + t(Y) : Fungsi Pajak

(4) G=Ğ : Pengeluaran Pemrintah tetap

(5) Y = C + I + Ğ atau S + T = I + G : Keadaan keseimbangan

Dengan cara memasukkan persamaan (1) sampai dengan (2) ke persamaan (5), maka diperoleh
persamaan berikut ;
Y=C+I+G

Y = a + b(Y – e – t(Y)) + d – n(r) = Ğ

Y = a + bY – bt(Y) – eb + d – n(r) = Ğ

(1 – b + bt)Y = a – eb + d – n(r) + Ğ

(6) ] FUNGSI IS

Fungsi IS menunjukkan berbagai kombinasi antara tingkat pendapatan (Y) dengan tingkat bunga (r)
dalam keadaan keseimbangan (S + T = I + G)

Hubungan Y dengan r negatif, karena pada tingkat bunga yang lebih tinggi inveatasi akan turun, dan
demikian pulasebaliknya.

Penurunan Kurva IS Secara Grafis :

Capture18
Kuadran A: Pada tingkat pendapatan Yo diperoleh (S+T)o melalui fungsi Tabungan. Pada keadaan
keseimbangan (kuadran B) pada (S+T)o diperoleh (I+G)o. Tingkat bunga yang sesuai untuk (I+G)o adalah
ro pada kuadran C, sehingga diperoleh titik P (koordinat antara Y dan r) di kuadran D. Dengan cara yang
sama yang dimulai dari Y1, akhirnya diperoleh koordinat kedia antara Y dan r, yaitu titi Q. Apabila titik P
dan Q dihubungkan, maka terbentuklah kurva IS

4.3.2. Kurva LM
Kurva LM menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar uang (permintaan uang sama dengan
JUB). Secara matematis dapat dijelakan dengan model sebagai berikut ;

(7) MD = f – h (R) + k (Y) : Liquidity Preference atau permintaan uang kas

(8) M = M* : Penawaran uang (tetap, ditentukan Bank Sentral)

(9) Md = M*

Dengan menyelesaikan persamaan (7) samapai (9), maka diperoleh persamaan sebagai berikut ;

M = f – h(r) + k(Y)

(10) ] FUNGSI KURVA LM

Kurva LM berbentuk positif, hal ini disebabkan karena pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi
permintaan uang kas naik. Oleh karena itu, tingkat bunga juga harus naikuntuk menurunkan permintaan
uang kas anagr seimbang dengan JUB yang relatif tetap.

Secara grafis kurva LM dapat diturunkan dengan cara sebagai berikut :

Capture19
Pada kuadran A, dimulai pada titik Yo diperoleh permintaan uang kas untuk transaksi MTo. Dari kuadran
B diketahui besar permintaan uang kas untuk spekulasi sebesar Mspo, yaitu selisih antara JUB dikurangi
MT. Tingkat bunga yang sesuai untuk Mspo adalah r0 (kuadran C, sehingga dihasilkan koordinat antara Y
dan r di titik P (kuadran D. Dengan cara yang sama yang dimulai pada Y1, akhirnya diperoleh titik Q,
dapabila P dan Q dihubungkan terbentuklah kurva LM.
Kebijakan fiskal dalam hal ini tidak mempengaruhi lereng maupun pergeseran kurva LM. Karena variabel
G tidak terdapat dalam kurva LM, kebijakan moneter (misal penambahan M) akan menggeser kurva LM
ke kanan bawah.

4.3.3. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang

Keseimbangan pendapatan (Y) dan tingkat bunga (r) haruslah memenuhi pula adanya keseimbangan
baik dalam pasar barang (S+T = I+G) maupun dalam pasar uang (Ms = Md). Hal ini ditunjukkan dengan
perpotongan antara kurva IS dengan LM.

Hanya pada titik E dapat diperoleh dengan menyelesaikan bersama persamaan (6) dan (10), dan hasilnya
sebagai berikut ;

Capture20

Capture21

4.3.4. Efektivitas Kebijakan Moneter dan Fiskal


Efektivitas kebijakan moneter dan fiskal diukur dengan besarnya kenaikan pendapatan sebagai akibat
kebijaksanaan tersebut. Semakin besar kenaikan pendapatan sebagai akibat misalnya kenaikan uang
maka kebijakan moneter makin efektif.

4.3.4.1. Kebijakan Moneter

Efektivitas kebijakan moneter ditentukan oleh ;

Lereng dan Kurva IS, yakni elastisitas investasi terhadap tingkat bunga. Makin datar kurva IS (makin
elastis I terhadap r) kebijakan moneter makin efektif. Sebab turunnya r akibat penambahan JUB
mengakibatkan naiknya I yang cukup besar. Sebaliknya makin tegak kurva IS, maka elastisitas I terhadap
r makin kecil dan kebijakan moneter makin kurang efektif.

Capture22
Misal dengan Kebijakan Moneter ekspansif (menambah JUB), LM0 bergeser ke LM1. efek terhadap Y
tergantung kurva IS-nya. Untuk IS datar, Y naik dari Y0 ke Y2, sedang untuk IS tegak, kenaikan Y lebih
kecil (Y0 ke Y1). Jadi makin datar kurva IS, kebijakan moneter makin efektif.

Lereng Kurva LM. Yakni elastisita permintaan uang terhadap tingkat bunga. Makin datar kurva LM
(makin elastis), kebijkan moneter makin tidak efektif, dan sebaliknya.

Capture23
Kebijakan moneter yang ekspansif menggerakan LM ke kanan. Perbedaannya adalah, kurva LM yang
tegak memiliki pengaruh yang jauh lebih besar (Y0-Y2) terhadap perubahan Y dibandingkan dengan
kurva LM yang datar (Y0-Y1), atau (Y0-Y2) > (Y0-Y1). Dengan demikian makin datar LM, maka kebijakan
moneter makin tidak efektif.

4.3.4.2. Kebijakan Fiskal

Lereng Kurva IS, Makin tegak kurva IS, kebijakan fiskal makin efektif, dan sebaliknya

Capture24
Kebijakan fiskal (misal dengan menambah G), mengakibatkan seluruh kurva IS bergeser ke kanan.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kebijakan Fiskal makin efektif pada Kurva IS yang tegak.

Lereng Kurva LM, Makin datar kurv LM, kebijakan fiskal semakin efektif.

Capture25
Berdasarkan simulasi di atas akhirnya dapat diketahui bahwa yang menentukan efektivitas kebijakan
moneter maupun fiskal adalah sebagai berikut ;

Kebijakan Kurva Moneter (efektif) Fiskal (efektif)

IS Datar Tegak

LM Tegak Datar

Teori Permintaan Uang dalam Islam


Dalam Islam hanya dikenal dua motif permintaan akan uang, yaitu motif transaksi dan motif berjaga-
jaga. Karena Islam melarang tindakan spekulasi, instrumen moneter tidak menggunakan variabel yang
mengarah kepada motif spekulasi. Penggunanan instrumenpengganti tingkat bunga dimaksudkan untuk
mencapai tujuan yang penting dan mendesak serta mendorong investasi yang produktif dan efisien.

Permintaan Uang Mazhab Iqtishaduna

Permintaan uang ditujukan hanya untuk memenuhi dua tujuan pokok, yaitu untuk transaksi atau
berjaga-jaga. Secara matematis, dapat diformulasiukan sebagai berikut:

Md = Md trans + MdPrec

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi tingkat pendapatan seseorang. Semakin tinggi
tingkat pendapatan, permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga meningkat.
Atau dapat diformulasikan sebagai berikut:

Md trans = f (Y)

Md prec = f(Y, Pt/Po)

Dimana:

Y = Pendapatan

Pt = Harga Kredit

Po = Harga Tunai
Dalam grafik dapat digambarkan sebagai berikut:

Capture26
Permintaan Uang Mazhab Mainstream

Strategi utama mazhab mainstream adalah pengenaan pajak terhadap aset produktif yang menganggur
dengan tujuan mengalokasikan sumber dana pada kegiatan usaha produktif. Kebijakan ini berdampak
pada pola permiontaan akan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan
terhadap aset produktif yang dianggurkan, permintaan terhadap aset ini akan berkuurang.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Md = Md trans + Md prec

Md trans = f (Y)

Md prec & inv = f(Y, )

Aset yang menganggur diwakili oleh nilai . Semakin tinggi nilai , semakin kecil permintaan uang untuk
motif berjag-jaga karena biaya resiko untuk membayar pajak terhadap uang tunai tersebut menjadi naik.
Secara alamiah, dalam kondisi seperti ini orang akan berusaha memperkecil jumlah pajak kepada
pemerintah dengan mengurangi kekayaan yang menganggur.

Permintaan Uang Mazhab Alternatif

Permintaan uang dalam mazhab ini erat kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam Islam.
Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ” keberadaan uang pada hakekatnya adalah representatif
volume transaksi yang ada dalam sektor riil”. Teori ini kemudian mernjembatani pertumbuhan uang di
sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.
Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah uang tidak dapat didasarkan semata-mata pada
perubahan waktu, melainkan melalui pemanfaatan uang tersebut secara ekonomis. Artinya, nilai uang
tidak harus selalu bertambah seiring dengan pertambahan waktu, tetapi pertambahan nilai itu
tergantung pada usaha yang dilakukan.

Soal-Soal:

Jelaskan tentang pandangan kaum klasik tentang permintaan uang!

Jelaskan perbedaan pandangan kaum klasik dan keynes tenteng teori permintaan uang

Jelaskan bagaimana pandangan kaum klasik dan kaum keynes tentang permintaan uang disatukan
dalam sebuah kajian baru, yaitu IS-LM

Sebutkan dan jelaskan tiga mazhab dalam Islam yang membahas tentang permintaan uang!

Daftar Pustaka

Nopirin (1998), Ekonomi Moneter Buku I, BPFE UGM, Yogyakarta.

Mishkin, Frederic S. (2006), The Economics of Money, Banking, and Financial Markets, Pearson –
Addison Weasley

Insukindro (1997), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta

Karim, Adi Warman (2002), Ekonomi Islam: Suatau Kajian Ekonomi Makro, The International Institute of
Islamic Thought (IIIT), Jakarta.
ADVERTISEMENT

Advertisements

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Share this:

TwitterFacebook

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment

Name *

Email *

Website

Notify me of new comments via email.


Search for:

Search …

RECENT POSTS

Jangan Sekedar Cari Pendamping

“Jangan Jatuh Cinta! Tapi Bangun Cinta”

Jokowi Masuk Juru Kampanye Nasional PDIP

Laporkan Dana Kampanye ke KPU, Gerindra Rp 122 M dan PAN Rp 84 M

Test blog

RECENT COMMENTS

ARCHIVES

June 2014

March 2014

CATEGORIES

Uncategorized

META

Register

Log in

Entries RSS

Comments RSS

WordPress.com

STATISTIK BLOG

9,544 hit

Desy Rosmiyati

Advertisements
REPORT THIS AD

Search for:

Search …

RECENT POSTS

Jangan Sekedar Cari Pendamping

“Jangan Jatuh Cinta! Tapi Bangun Cinta”

Jokowi Masuk Juru Kampanye Nasional PDIP

Laporkan Dana Kampanye ke KPU, Gerindra Rp 122 M dan PAN Rp 84 M

Test blog

RECENT COMMENTS

ARCHIVES

June 2014

March 2014

CATEGORIES

Uncategorized

META

Register

Log in

Entries RSS

Comments RSS

WordPress.com

BLOG AT WORDPRESS.COM.

:)

Anda mungkin juga menyukai