Lahan Gambut
Lahan Gambut
Di Kalimantan Proses pembentukan gambut terjadi baik pada daerah pantai maupun di
daerah pedalaman dengan fisiografi yang memungkinkan terbentuknya gambut, oleh sebab itu
kesuburan gambut sangat bervariasi, gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur, sedang
gambut pedalaman seperti di Bereng Bengkel Kalimantan Tengah kurang subur
(Harjowigeno, 1996)
unsur hara dari tanah mineral dibawah gambut selanjutnya gambut terbentuk diperkaya dengan
unsur hara dari luapan air sungai. Tumbuhan yang tumbuh cukup subur dan kaya mineral
sehingga gambut yang terbentuk juga subur (gambut topogen). Dalam perkembangan selanjutya
gambut semakin tebal dan akar tumbuhan yang hidup digambut tidak mampu mencapai tanah
mineral di bawahnya, air sungai tidak mampu lagi menggenangi permukaan gambut. Sumber
hara utama pada gambut ini hanyalah dari air hujan sehingga vegetasi yang tumbuh menjadi
kurang subur dan menyebabkan gambut yang terbentuk menjadi gambut miskin hara. Gambut ini
disebut sebagai gambut ombrogen (Saeri sagiman, 2001)
Pengelolaan Lahan Gambut
Lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 25.6 juta ha, tersebar di Pulau Sumatera 8.9 juta
ha (34.8%), Pulau Kalimantan 5.8 juta ha (22.7%) dan Pulau Irian 10.9 juta ha (42.6%). Di
wilayah Sumatera, sebagian besar gambut berada di pantai Timur, sedangkan di Kalimantan ada
di Provinsi Kalimantan Barat, Tengah dan Selatan (Driessen et al, 1974, dalam Setiadi, 1995).
Hasil studi Puslitanak (2005), menunjukkan bahwa luas lahan gambut di Kalimantan Tengah
mencapai 3.01 juta ha atau 52.2% dari seluruh luasan gambut di Kalimantan. Gambut di
Kalimantan Tengah tersebut 1/3 nya merupakan gambut tebal (ketebalan ≥3 meter)
Berdasarkan pengelompokkan wilayah pengelolaan lahan gambut, maka kawasan
bergambut di Kalimantan Tengah dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok utama,
yakni :
1. Kawasan Bergambut yang Belum Digarap
2. Kawasan Bergambut Areal Eks PLG
3. Kawasan Bergambut TNTP
4. Kawasan Bergambut Terlantar
5. Kawasan Bergambut yang Diolah Masyarakat