Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TEORI TENTANG
PENGELOLAAN KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR

Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang


dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi paedagogik. Guru harus
menguasai secara maksimal untuk menguasai kompetensi paedagogik ini secara
teori dan praktik. Untuk itu hendaknya setiap guru harus membekali dirinya untuk
memiliki kompetensi paedagogik.
Kompetensi paedagogik dalam standard nasional pendidikan. penjelasan
pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dari sekian aspek yang harus dilakukan oleh guru, terdapat salah satu aspek
yang sangat penting demi berlangsungnya pembelajaran di dalam kelas adalah
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas menjadi penting, karena merupakan aspek
yang paling utama untuk dapat mengasah motivasi, potensi peserta didik.

A. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Sadirman N, dkk, pengelolaan kelas adalah upaya
mendayagunakan potensi kelas. (1991: 310) Potensi yang dimaksud
disini terdiri dari fasilitas yang ada pada kelas ataupun dari siswa dan
gurunya dalam menyelenggarakan kegiatan di kelas. Seperti pendapat
Haidar Nawawi (1989: 115) yang menjelaskan bahwa pengelolaan kelas
sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa
pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu
dan dana dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-
kegiatan kelas yang berkaitan kurikulum dan perkembangan murid.
20

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah


suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang
diharapkan (1988: 67). Kegiatan pengelolaan yang dimaksud disini
adalah guru dapat mendayagunakan fasilitas fisik yang ada disekitar
kelas seperti jendela, meja, lampu sesuai dengan fungsi dan dibuat
semenarik mungkin sehingga menjadikan kelas dengan kondisi yang
nyaman dan optimal.
Menurut Mulyadi (2009: 4) pengelolaan kelas adalah seperangkat
kegaitan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan
mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,
mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang
positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif dan produktif.
Dari pemaparan menurut ahli di atas dapat ditarik benang merah
bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan yang terdiri dari
mengatur, mengurus dan menyelenggarakan kegiatan kelas dengan
mendayagunakan fasilitas seperti memanfaatkan meja dengan posisi
tertentu, membuka jendela supaya udara segar dapat masuk ke ruangan,
dan lain sebagainya. Selain itu pengelolaan kelas dapat menjadi wadah
untuk mendekatkan murid dan guru dengan itu dapat membantu merubah
sikap siswa yang tidak baik dalam kelas menjadi baik dan menaati
peraturan. Hal ini bertujuan supaya menciptakan iklim harmonis di dalam
kelas sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.

2. Prinsip-Prinsip Mengelola Kelas


Pengelolaan itu cakupannya sangat luas sekali, tetapi dapat dirinci
dengan bentuk prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Karena masalah
pengelolaan bukan masalah yang ringan dan bukan pula masalah yang
tidak diprioritaskan. Guru dapat mengatasi masalah di dalam kelas
21

dengan mengetahui faktor ekstern terkait dengan masalah suasana


lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokkan siswa, jumlah
siswa di kelas dan sebagainya, dan faktor intern berhubungan dengan
masalah emosi, pikiran dan perilaku.
Setiap sekolah ataupun kelas terdapat siswa yang berbeda karakter.
Selain itu kondisi kelasnyapun berbeda pula. Sebenarnya terdapat cara
walau kondisi kelasnya berbeda-beda. Tergantung dari guru yang
mengelola kelas. Untuk memperkecil gangguan dalam pengelolaan kelas
maka terapkan prinsip-prinsip berikut ini.
a. Hangat dan Antusias
Untuk menjalin keakraban dengan peserta didik, sehingga peserta
didik semakin antusias dan aktif saat proses pembelajaran
berlangsung.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan
yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik dan akan
menarik perhatian anak didik dan dapat mengembalikan gairah belajar
mereka.
c. Bervariasi
Penggunaan variasi metode, alat, media dan gaya belajar guru
akan menghindari kejenuhan peserta didik dan akan membuat peserta
didik termotivasi.
d. Keluwesan
Guru yang memiliki sikap luwes akan bijak dalam menggunakan
strategi pembelajaran, karena guru akan menyesuaikan strategi
pembelajaran dengan situasi kondisi kelas dan siswa.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik
yang positif daripada mengomentari tingkah laku yang negatif.
22

f. Penanaman disiplin diri


Guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi
teladan mengenai penegendalian diri dan pelaksanaan tanggung
jawab. (Djamarah dan Aswan. 2002: 206)
Dalam prinsipnya tugas ini kembali lagi dari guru yang
menerapkan pengelolaan kelas. Karena bisaanya siswa menyukai guru
yang dekat dengan siswanya, selalu memberi sajian yang berbeda dalam
pembelajarannya dan yang paling penting selalu memberi motivasi dalam
belajar untuk menumbuhkan sikap percaya diri dalam belajar siswa.

3. Tujuan Pengelolaan Kelas


Tujuan dari pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja untuk terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan
intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Saifuddin,
2014: 74)
Selain itu Mulyadi (2009: 5) juga menggambarkan tujuan
pengelolaan kelas sebagai berikut:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang
mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individualnya.

Pengelolaan yang dilakukan bukan tanpa tujuan. Karena tujuan


itulah guru selalu berusaha mengelola kelas dengan baik. Walaupun
terkadang kelelahan fisik dan pikiran dirasakan. Namun guru tetap
23

berusaha mengelola kelas dengan baik demi menjadikan siswanya tidak


tahu menjadi tahu dan tidak berilmu menjadi berilmu.

4. Klasifikasi Administrasi Kelas


Klasifikasi manajemen/pengelolaan kelas meliputi dua unsur
kegiatan yang secara garis besar terdiri dari:
a. Pengaturan siswa
Siswa adalah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di
kelas yang ditempatkan sebagai objek. Oleh karena itu pengaturan
siswa adalah bagaimana mengatur dan menempatkan siswa dalam
kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan
emosionalnya. (Tim Dosen UPI: 108)
Kelas kerap diwarnai berbagai perilaku siswa, baik itu positif
ataupun negatif. Pada saat guru ingin membina tingkah laku yang
dikehendaki, yaitu tingkah laku yang positif digunakan pendekatan
perubahan tingkah laku, yakni dengan cara memberikan penguatan
yang bersifat positif. Sedangkan untuk menghilangakan atau
menghentikan tingkah laku yang tidak diinginkan, digunakan
peringatan, jika tidak memadai digunakan sanksi kaidah-kaidah
pendidikan. Dengan peringatan dan sanksi ini dimaksudkan agar
siswa tidak lagi mengulangi perbuatan yang tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Walaupun begitu tetap saja tugas guru harus menggunakan
pendekaran sosio-emosiaonal. Merangkul seluruh siswa supaya
bersikap adil dan tidak subjektif. Selain itu guru harus berusaha
mengembangkan suasana hangat, gembira, mengembangkan
kedekatan antara guru dan siswa, membina hubungan baik siswa
dengan siswa. Karena siswa akan merasa tidak suka dengan guru
yang pilih kasih. Hanya karena dekat dan kenal dengan guru tidak
dihukum, sebaliknya karena malas dan suka membolos justru selalu
dihukum dan diberi sanksi. (Sagala, Syaiful. 2006: 88)
24

b. Pengaturan fasilitas
Aktivitas dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelas
kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi
fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik kelas berupa
sarana prasarana kelas harus dapat memenuhi dan mendukung
interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasi kehidupan di kelas dapat
berlangsung dengan baik. (Tim Dosen UPI: 108)
Terdapat dua bagian administrasi kelas yang harus ada pada
setiap kelas, diantaranya yaitu adminstrasi pajangan dan administrasi
meja guru yang sesuai dengan manfaat dan tujuannya masing-
masing. Berikut ini masing-masing kelengkapan dari administrasi
tersebut.
1) Administrasi pajangan/dinding, meliputi papan absensi, tata
tertib sekolah, daftar pelajaran, daftar piket siswa, struktur
organisasi kelas, denah kelas, gambar lambang Negara, presiden
dan wakil presiden RI, papan pajangan, hiasan dinding dan
media pembelajaran.
2) Administrasi di atas meja guru meliputi, silabus, RPP, KKM,
buku pedoman mengajar, buku paket, daftar kelas, daftar nilai,
buku portofolio dan lain sebagainya. (Saifuddin. 2012: 76)
Menurut Djamarah dan Aswan (2002) dalam pengaturan ruang
belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1) Ukuran dan bentuk kelas
2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
3) Jumlah siwa dalam kelas
4) Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5) Jumlah kelompok dalam kelas
6) Komposisi siwa dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan
siswa kurang pandai, pria dan wanita).
Selain itu mendesain ruang kelas sangat penting untuk
diperhatikan, karena mempengaruhi suasana pembelajaran. Suasana
25

pembelajaran yang ideal menurut Sholeh Hamid (2014: 117) adalah


sebagai berikut:
1) Lingkungan kelas
Lingkungan kelas yang ideal pertama, sebaiknya disediakan
gambar berupa sombol atau poster motivasi yang akan membuat
siswa semangat belajar. Kedua, menggunakan warna, baik
mewarnai dinding kelas ataupun penggunaan alat tulis untuk
mempertegas makna suatu kata.
2) Pengaturan bangku, kegiatan ini bisa dilakukan sesuai dengan
metode pembelajaran dan suasana belajar yang ingin
diwujudkan.
3) Pemberian aroma terapi yang patut dicoba dalam dunia
pendidikan agar bisa menumbuhkan rasa relex dan antusiasme
siswa dalam belajar
4) Pengaturan tanaman dan tumbuh-tumbuhan, hal ini bertujuan
menciptakan suasana belajar yang sejuk dan nyaman, karena
dari tanaman sendiri menghasilkan oksigen yang baik unutk
siswa dan gurunya.
5) Penggunaan alat bantu pendidikan, tujuannya agar dapat
membantu segala tujuan pembelajaran dari pendididikan itu
sendiri.

Dari kedua klasifikasi administrasi kelas tersebut, tidak harus


terpenuhi semuanya. Yang terpenting adalah kerjasama antara guru
dan siswanya dalam mengelola kelas. Guru harus terbisaanya
mengelola kelas dengan ketentuan-ketentuan di atas. Siswa juga
harus tetap menjaga kelasnya supaya tetap nyaman dan menarik
untuk dijadikan tempat belajar. Namun, adakalanya siswa merasa
bosan dan sumpeg dengan aribut kelas yang banyak. Untuk itu,
sewajarnya saja dalam mengelola kelas baik itu dari sisi siswa dan
fasilitasnya.

5. Kegiatan Administrasi Kelas


Mengelola kelas sama dengan administrasi atau pengelolaan kelas
yang baik dan menarik dapat mendorong siswa untuk belajar dengan
baik, yang memungkinkan tercapainya hasil yang baik pula, dan pada
gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan secara maksimal.
Terdapat 8 aspek pengelolaan kelas berikut:
26

a. Mengecek kehadiran siswa


b. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai
pekerjaan siswa tersebut.
c. Pendistribusian bahan dan alat.
d. Mengumpulkan informasi dari siswa.
e. Mencatat data siswa.
f. Pemeliharaan arsip.
g. Menyampaikan materi pembelajaran.
h. Memberikan tugas atau PR.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pembinaan siswa sebagai
berikut:
a. Orientasi siswa baru
b. Pencatatan siswa di kelas, berupa daftar siswa di kelas, grafik
prestasi belajar dan daftar kegiatan siswa.
c. Pembinaan disiplin siswa.
d. Pengaturan kehadiran siswa, berupa papan absensi harian siswa,
buku absensi harian siswa dan rekapitulasi absensi siswa. (Saifuddin.
2012: 79)

6. Model-Model Pengelolaan Kelas


Terdapat beberapa model dalam pengelolaan kelas yang dapat
diaplikasikan dalam proses pembelajaran, menurut Azhar Imam (2013:
93).
a. Model Humanistik
Model humanistik dalam pengelolaan kelas menekankan pada
faktor keunikan setiap peserta didik. Orientasi pendekatannya lebih
condong ke student-centered daripada teacher-centered. Pada model
ini, lebih menitikberatkan pada partisipasi aktif peserta didik dalam
proses pembelajaran di kelas, sistem supervise, dan pengembangan
internal individu pebelajar.
27

Strategi yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan kelas


model humanistic, yang mencakup:
1) Mempedulikan peserta didik, guru harus menunjukkan sikap
peduli kepada peserta didik.
2) Membuat aturan, memberikan penghargaan.
3) Menggunakan humor.
4) Merancang dan membentuk lingkungan belajar.

b. Model Demokratik
Model demokratis juga sangat menghargai perbedaan dan hak-
hak setiap peserta didik, dan bahkan menekankan pada pentingnya
kebebasan bersuara. Pada model ini, para peserta didik diberikan hak
dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan mengelola kelas mereka.
Ada 3 (tiga) cara bagi pebelajar yang dapat digunakan untuk
mempertahankan dan memelihara fokus pebelajar dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1) Mengembangkan cara-cara yang dapat membuat para peserta
didik memiliki sikap tanggung jawab, seperti; pemberian tugas
individual dan presentasi.
2) Menggunakan kelompok.
3) Memformat kelas atau materi pelajaran yang minim dengan
kebosanan.

c. Model Behavioristik
Model behavioristik pada pengelolaan kelas menekankan pada
diberlakukannya konskwensi-konsekwensi perilaku dalam usaha
meminimalisasi masalah di kelas, disamping menggunakan perilaku-
perilaku tersebut untuk mengoreksi jika perilaku menyimpang
tersebut diulang atau terjadi kembali.
28

Model behavioristik dalam pengelolaan kelas dijalankan secara


kaku dan berstandar, jika ada pebelajar melakukan kesalahan seperti;
berbicara keras, atau lari-lari, maka mereka akan segera bertindak
dengan hukuman melalui pengurangan point-point yang didapatkan
sebelumnya, tujuannya untuk meminimalisir dan mengontrol
perilaku menyimpang para peserta didik.
Prinsip-prinsip model behavioristik yang diterapkan dalam
praktek pembelajaran:
1) Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta didik ikut
terlibat aktif.
2) Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta
didik mudah mempelajari dan dapat memberi respon tertentu.
3) Tiap-tiap respon harus diberi umpan balik secara langsung.
4) Setiap kali peserta didik memberikan respon yang benar perlu
diberi penguatan.
Ciri–ciri model behavioristik ini adalah memandang pola- pola
perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembisaaan dan
penguatan dengan stimulus-stimulus dalam lingkungan belajar.

d. Model Kontruktivis
Model ini lebih berpihak pada pendekatan pembelajaran student-
centered seperti pada model humanistic dan model demokratik.
Pembelajaran berbasiskan konstruktivisme memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Pengetahuan bukan sebagai objek, bisa berubah dan tidak
menentu.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman
kongkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi.
3) Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi
dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.
29

4) Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa,


obyek atau prespektif yang ada dalam dunia nyata sehingga
muncul makna yang unik dan individualistik.
5) Peserta didik bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan yang dipelajari.
6) Segala sesuatu bersifat asing bagi peserta didik, Seorang guru
yang memberi makna terhadap realitas.
7) Ketidakteraturan.
8) Peserta diidk dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas.
9) Kebebasan merupakan unsur yang sangat esensial.
10) Kontrol belajar dipegang oleh peserta didik..
11) Tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman,
yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata.
12) Penyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara
bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian
(deduktif).
13) Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni
pertanyaan atau pandangan peserta didik.
14) Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan
bahan manipulative dengan penekanan pada keterampilan
berfikir kritis.
15) Pembelajaran menekankan pada proses.
16) Evaluasi.
Berkaitan dengan pengelolaan kelas, pebelajar yang
konstruktivistik akan mengedepankan keragaman melalui penataan
lingkungan belajar yang bebas. Dengan demikian, jelas bahwa
lingkungan belajar mempengaruhi kemampuan pebelajar untuk
berfokus dan menyerap informasi.
Seorang hendaknya membekali dirinya dengan model-model
pengelolaan kelas ini, karena dengan ini guru bisa dikatakan
memenuhii kriteria kompetensi paedagogik. Selain itu dapat
30

memudahkan guru dalam menentukan strategi belajar sesuai dengan


situasi dan kondisi kelas.

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan
pada tingkah laku tersebut. (Sugiharto, dkk. 2007: 20)
Sedangkan belajar menurut Hilgard dan Bower yang dikutip
Ngalim Purwanto (2004: 84), berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Motivasi belajar yang tinggi tercermin pada tingkah laku tersebut.
Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah
patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.
(Uno, Hamzah B. 2013: 23). motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat
perilaku siswa antara lain:
a. Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.
b. Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam
belajar.
c. Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar
senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi (Sugiharto, dkk. 2007:
20)
Setelah memperhatikan uraian tentang pengertian motivasi dan
belajar di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar
adalah keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menjamin
31

kelangsungan dari kegiatan belajar mengajar bisa berupa tingkah laku


siswa yang terlibat dalam pembelajaran dan memberikan arahan pada
kegiatan belajar mengajar sehingga mengakibatkan tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai.
Jadi yang dimaksud motivasi belajar adalah daya penggerak atau
pendorong yang dapat menggerakkan seseorang untuk lebih giat dalam
belajar supaya siswa dapat mencapai sesuatu yang dutuju yakni merubah
tingkah laku dan gaya belajar siswa serta menjadikan siswa yang
berilmu. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan
gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang
mempunyai motivasi memiliki energy yang banyak untuk melaksanakan
belajar.

2. Kebutuhan dan Teori Motivasi


Manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan. Terdapat 4
kebutuhan yaitu:
a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk aktivitas
Dalam dunia pendidikan pasti terdapat sesuatu yang disukai oleh
peserta didik, baikitu dari materi pembelajaran ataupun dari cara
guru dalam mengajar, hal ini yang akan menjadikan kegembiraan
baginya. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar
bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan
rasa gembira.
b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
Dalam hal pendidikan, dengan cara memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk
orang yang disukainya. Misalnya, memberi semangat untuk belajar
dengan tekun karena hal itu akan membuat orang tua merasa
bahagia.
32

c. Kebutuhan untuk mencapai hasil


Pujian adalah salah satu cara untuk mencapai hasil. Karena
dengan pujian, peserta didik akan tergugah hatinya untuk bekerja
dan belajar dengan giat.
d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Kesulitan belajar seringkali terjadi pada setiap peserta didik. Hal
ini bukan sebagai kelemahan peserta didik. Namun, jika peserta
didik memiliki motivasi yang tinggi ingin menjadi sukses,
kekurangan ini menjadi dorongan untuk berusaha dan tekun demi
mencapai sesuatu yang diinginkan. (Sardiman. 2007: 78)
Kebutuhan manusia sebanarnya bersifat dinamis dan dapat berubah-
ubah sesuai motivasi yang dipengaruhi situasi dan kondisi tertentu.
Seperti halnya siswa yang ada pada kelas. Kebutuhan awalnya hanyalah
ingin belajar, tapi setelah dipengaruhi lingkungan, teman dan guru bisa
saja berubah tidak hanya belajar tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik
disetiap pembelajarannya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi


Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu atau timbulnya
tidak memerlukan rangasanagan dari luar karena memang telah ada
dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan
kebutuhannya. Motivasi intrinsik berisi, penyesuaian tugas dengan
minat, perencaraan yang penuh variasi, umpan balik atau respon
siswa, kesempatan respons peserta didik yang aktif dan kesempatan
peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.
b. Motivasi Ekstinsik
Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar
individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang
positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena manfaatnya.
33

Motivasi ekstrinsik berisi, penyesuaian tugas dengan minat,


perencanaan yang penuh variasi, respons siswa, kesempatan peserta
didik yang aktif, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. (Uno,
Hamzah B. 2013: 9)
Kedua motivasi ini sangat berkaitan dalam menjadikan siswa yang
terdidik. Karena motivasi ekstrinsik tanpa motivasi intrinsik sama saja
tidak berguna. Motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri
bahwa dengan belajar akan menjadikan siswa yang terdidik dengan baik.
Bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak berguna, namun sifat siswa itu
dinamis dan dapat berubah-ubah. Salah satu menumbuhkan motivasi
ekstrinsiknya dengan cara pengelolaan kelas yang menarik.

4. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah


Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah.
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajar
peserta didik. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa bisaanya yang
dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik.
b. Hadiah
Hadiah juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian. Kerena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan
34

prestasi belajar siswa. Persaingan ini sangat baik digunakan unutk


meningkatkan kegiatan belajr siswa.
d. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui aka nada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan
sarana motivasi. Tetapi jangan terlalu sering karena bisa
membosankan.
e. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya
terus meningkakat.
f. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang
nmenyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus
akan membangkitkan harga diri.
g. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh
karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
h. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar
35

i. Minat
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat ini dapat dibangkitkan dengan cara sebagai
berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
j. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna
dan menguntungkan, maka timbul gairah untuk terus belajar.
(Sardiman. 2007: 91)
Semua bentuk motivasi di sekolah ini sangat berguna bagi guru
yang sedang menggunakan pendekatan motivasi tersebut. Namun suatu
cara sederhana yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan
cara pemberian pujian dan applause dari teman dan guru. Karena siswa
merasa dihargai dan memiliki posisi terbaik di kelas. Dengan cara
tersebut siswa akan semakin semangat untuk belajar dan belajar.

5. Tujuan dan Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran


Menurut Ngalim Purwanto (1004: 73) tujuan motivasi secara
umum adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang
guru, motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya
agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
36

Motivasi pada dasarnya membantu dalam memahami dan


menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang
belajar. Berikut peranan penting motivasi belajar dan pembelajaran.
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam pengutan belajar apabila seorang
anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya
dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau
dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan
berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun. Dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi
untuk belajar menyebebkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya,
apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,
maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk
mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi
sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar. (Uno,
Hamzah B. 2013: 27).
Motivasi ini menjadikan siswa lebih mandiri dan tidak putus asa
dalam belajar. Karena dengan berusaha belajar dengan baik dan tekun,
akan memperoleh hasil yang baik. Untuk itu pentinglah sebuah motivasi
untuk membangkitkan gairah siswa dalam belajar yang salah satunya
dengan pengelolaan kelas yang baik dan benar.
37

C. Urgensi Pengelolaan Kelas Dengan Motivasi Belajar


Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang
dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi paedagogik. Guru harus
menguasai kompetensi paedagogik ini secara teori dan praktik. Karena dari
sinilah perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan pesat dan produktif.
Dalam dunia pendidikan kompetensi guru adalah syang peling penting dalam
melaksanakan pembelajaran.
Salah satu aspek kompetensi paedagogik adalah pengelolaan kelas,
karena jika guru tidak mengelola kelas dengan baik maka motivasi belajar
siswa juga kurang baik. Untuk itu, pengelolaan kelas adalah satu resep pokok
yang tanpanya akan terasa aneh dan hambar. Begitu juga dengan pengelolaan
kelas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan
pengajaran dan proses sangat tergantung oleh pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru . Apabila guru dapat menguasai segala permasalahan
yang timbuldengan seketika dan tidak terduga-duga maka dapat dipastikan
usaha menciptakan suasana kelas yang optimal sangat mudah diwujudkan.
Namun apabila guru menangani masalah yang terjadi di kelas dan akibatnya
kelas akan kacau dan tidak terkendali. Kaitannya dengan pengelolaan kelas
guru harus mempunyai banyak sekali keterampilan mengajar dan penguasaan
suasana kelas yang bervariasi. Jika seguru dalam melakukan proses belajar
mengajar sesuai dengan prosedur dan keterampilan pengelolaan kelas erta
prinsip, tantangan, variasi, keluwesan dan penekanan pada hal positif maka
bisa dipastikan terciptanya suasanakelas yag hangat dan antusias yang akan
mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk betah belajar di kelas dan
bersungguh-sungguh.
Dalam belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri
khas yang digunakan untuk belajar. Apakah kelasnya nyaman atau tidak,
apakah kelasnya segar atau pengap. Hal demikian ini berpengaruh terhadap
motivasi belajar. Demikian juga kelas yang amburadul, tidak memberikan
gairah bagi belajar siswa. Sebaiknya kelas yang teratur, yang tertata rapi
dikelola dengan baik maka akan mendorong seseorang bergairah belajar.
38

Jelaslah bahwa dengan pengelolaan kelas berpengaruh terhadap motivasi


belajar Pendidikan Agama Islam.
Dalam proses pembelajaran masalah kegiatan siswa adalah yang
menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain
adalah untuk suatu upaya bagaimana suasana kelas yang tercipta itu
menyenangkan hati sisiwa dan dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Kegiatan yang guru lakukan dalam pengelolaan kelas dan dapat
mempengaruhi motivasi belajar seperti mengatur ruangan kelas dan
menciptakan iklim belajar yang serasi.
Mengatur tata ruang sangatlah penting. Seperti yang dikatakan Sholeh
Hamid (2014: 117). “Desain ruang kelas merupakan hal yang sangat penting,
karena akan memperngaruhi suasana pembelajaran dalam kelas”. Misalnya
bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis,
tempat meja guru, bahkan bagaimana mengatur hiasan di dalam ruanga kelas,
disamping itu semua kelas harus dalam keadaan bersih.
Kemudian yang berkaitan dengan menciptakan iklim belajar mengajar
yang serasi. Seperti yang diungkapan Mulyadi (2009: 4) mengenai
pengelolaan kelas. “Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegaitan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan”. Misalnya di kelas terdapat
tingkah laku siswa yang kurang serasi seperti ramai, nakal, mengantuk atau
mengganggu teman lain, guru harus dapat mengambil tindakan yang tepat
dengan menghentikan tingkah laku siswa tadi kemudian mengarahkan kepada
hal yang lebih produktif.
Hal ini berarti tidak ada seorang gurupun yang ingin agar siswa tidak
senang dan tidak bersemangat dalam beljar, karena akan mengganggu
kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswa tidak mau
memperhatikan penjelasan yang diberikan guru unutk materi pelajaran
tertentu. Agar kegiatan pengajaran itu dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu
upaya kearah itu adalah dengan cara pengelolaan kelas yang baik.
39

Seperti yang dikemukan John W. Santrock yang dikutip oleh Mulyadi


(2009: 5) kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan
tugas yang menantang dan akan memberikan aktivitas dimana siswa menjadi
terserap kedalamnya, termotivasi belajar, memahami aturan dan regulasi yang
harus dipatuhi. Sebaliknya, siswa yang tidak termotivasi secara akademik
akan menjadi makin tidak termotivasi.
Pengelolaan kelas yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
sebenarnya sederhana saja. Hanya saja butuh kebisaaan dan pengorbanan
fisik pikiran. Seperti yang diungkapkan Djamarah dan Aswan (2002: 199),
“pengelolaan yang dilakukan bukan tanpa tujuan. Karena tujuan itulah guru
selalu berusaha mengelola kelas dengan baik. Walaupun terkadang kelelahan
fisik dan pikiran dirasakan. Namun guru tetap berusaha mengelola kelas
dengan baik demi menjadikan siswanya tidak tahu menjadi tahu dan tidak
berilmu menjadi berilmu”. Pengelolaan kelas itu dimaksudkan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Ketika kelas terganggu, guru
berusaha mengembalikannya agar tidak terjadi penghalang bagi proses belajar
mengajar.
Pengelolaan kelas yang berhasil akan menumbuhkan kebanggaan kelas
sehingga meningkatkan rasa solidaritas dan keinginan untuk ikut
berpartisipasi di dalam kelas tersebut. Akibatnya akan mempengaruhi
motivasi belajar siswa terutama dalam belajar Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan pengelolaan kelas yang kurang mendukung akan mengakibatkan
siswa sulit menyesuaikan diri dalam suasana kelas. Akibatnya motivasi dan
kegiatan belajar berkurang, bahkan cenderung untuk menolak sama sekali
berarti akan menghambat kegiatan siswa.
Menciptakan suasana kelas yang optimal dan dinamis tidaklah mudah
bagi seorang guru, sebab diperlukan adanya usaha dari guru itu sendiri,
dengan mempertimbangkan sarana kelas yang ada. Jelasnya guru itu harus
memiliki kemampuan pokok yaitu pengelolaan kelas. Pentingnya kemampuan
mengelola kelas bagi seorang guru yaitu tampak kelas di saat terjadinya
40

proses belajar di kelas. Disamping mengingat akan fungsinya, yang tidak


hanya pada siswa, melainkan ada pada seorang guru itu sendiri.
Sesuai indikator motivasi belajar yang diklasifikasikan oleh Hamzah B.
Uno (2013: 23):
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4. Adanya penghargaan dalam belajar
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seorang siswa dapat belajar dengan baik.
Dari indikator tersebut seluruhnya merupakan aspek dari pengelolaan
kelas. Jadi dapat dikatakan dalam menumbuhkan motivasi belajar seluruhnya
bergantung pada pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik maka
tercipta motivasi belajar siswa yang baik pula.
Dalam aktivitas belajar ada mekanisme hubungan umpan balik
begaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa
untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah barang tentu peran
guru sangat penting. Bagaimana yang melakukan usaha untuk dapsat
memberikan motivasi agar siswanya melakukan aktivitas belajar dengan baik
pula. Karena hal itulah maka setiap guru harus benar-benar memperhatikan
masalah memotivasi siswa. Memberikan motivasi kepada seorang siswa
berarti menggerakkan untuk belajar dan melakukan aktivitas yang
mendukung tujuan. Jika guru berhasil memotivasi siswa untuk melakukan
aktivitas belajar dengan baik maka prestasi yang dicapai siswa akan baik dan
memuaskan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada kaitannya dengan
pengaruh pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa. Semakin
baiknya cara mengelola kelas atau mengorganisir kelas akan membawa
pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa yang dapat memanjang
terhadap pembentukan kepribadian siswa. Pengelolaan kelas yang baik akan
41

mempengaruhi suatu motivasi belajar siswa terutama dalam belajar


Pendidikan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai