Anda di halaman 1dari 2

1.

Hubungan Aktifitas Olahraga dengan Infertilitas Pria

Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan fertilitas karena akan meningkatkan


aliran darah dan status anti oksidan. Olahraga berat dapat menurunkan fertilitas. Olahraga >5
jam/minggu, contoh: bersepeda untuk laki-laki. Olahraga >3-5 jam/minggu, contoh: aerobik
untuk perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui juga bahwa sebanyak 23 (56,1%)
responden dengan perilaku olahraga berat mengalami infertilitas pria, dan sebanyak 18
(43,9%) responden dengan perilaku olahraga ringan mengalami infertilitas pria. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0,045 yang artinya secara statistik terdapat hubungan yang
bermakna antara jenis olahraga dengan infertilitas pria. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR
sebesar 2,752 (95% CI: 1,117 - 6,781) yang artinya responden dengan perilaku olahraga berat
berisiko 2,752 kali lebih tinggi untuk mengalami infertilitas pria dibandingkan dengan
responden dengan perilaku olahraga ringan.

Menurut peneliti, olahraga memang sangat baik untuk kesuburan pria asal olahraga itu
dilakukan dengan benar. Tetapi sangat disayangkan olahragawan mengabaikan kesehatan
testis dalam berolahraga. Penggunaan celana dalamyang terlalu ketat dan terlalu lama
berolahraga menggunakan sepeda. Kedua hal ini akan menyebabkan gangguan sirkulasi
panas pada testis sehingga menyebabkan gangguan pada kinerja testis.

2. Hubungan Sikap dengan Niat Berhenti Merokok

Diketahui bahwa dari 30 responden yang mempunyai sikap positif, terdapat 18 orang
(60%) yang memiliki niat berhenti merokok, sedangkan dari 37 responden yang bersikap
negatif ada 14 orang (37,8%) yang memiliki niat untuk berhenti merokok. Hasil analisis
dengan uji 2 didapatkan p-value 0,119 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara
sikap responden dengan niat berhenti merokok pada pegawai laki-laki.

Menurut peneliti responden yang mempunyai sikap positif tetapi tidak mempunyai
niat berhenti merokok hal ini dikarenakan banyak responden yang sudah merokok sejak usia
remaja sehingga merokok sudah menjadi kebiasaan dan menyebabkan ketergantungan.
Sedangkan responden yang mempunyai sikap negatif tetapi mempunyai niat berhenti
merokok dikarenakan responden tersebut sudah merasakan dampak negatif dari merokok,
misalnya sudah terserang penyakit yang diakibatkan oleh rokok. Menurut peneliti keyakinan
yang dimiliki oleh responden untuk berhenti merokok masih sedikit hal ini disebabkan karena
faktor lingkungan kerja.

3. Makanan Sehat/ Gizi Seimbang

Asupan dan pemenuhan zat gizi sesuai kebutuhan seseorang merupakan hak asasi
manusia, termasuk calon ibu, wanita hamil dan wanita menyusui. Investasi kesehatan dan gizi
pada ibu hamil dan menyusui mempunyai berbagai keuntungan baik dilihat dari segi sosial,
ekonomi, kesehatan, dan tumbuh-kembang. Upaya perbaikan gizi wanita dan ibu hamil,
apabila dilakukan jauh sebelum siap menjadi calon ibu (menikah), akan memberi andil cukup
besar baik untuk kesehatan ibu maupun bayi secara umum, juga mencegah kematian ibu.
Perbaikan gizi ibu/wanita dapat langsung maupun tidak langsung berperan dalam
kelangsungan hidup janin sekaligus memungkinkan tumbuh-kembang bayi optimal baik
selama di dalam kandungan maupun setelah kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai