Disusun oleh :
Wenny Puja Permana Putri 18.06.1.0048
Rifqi Naufal 18.06.1.0068
Rifqi Muhammad 18.06.1.0074
Ujang Sugih 18.06.1.0064
Puji dan syukur kami panajatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-
Nya, sehingga kami dapat melakukan studi dokumen dan dapat menyelesaikan
makalah tentang ” Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ”
Penulis berharap makalah ini memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal
menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
i
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang ........................................................................................... i
1.2. Rumusan
Masalah ...................................................................................... ii
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup
ii
3.1. Kesimpulan .......................................................................................
....... 18
Daftar Pustaka
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pajak daerah dan restribusi daerah?
2. Apa saja jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah?
3. Apa perbedaan antara pajak daerah dan retribusi daerah?
4. Tolak ukur pajak daerah dan retribusi daerah?
5. Ciri-ciri pajak daerah dan retribusi daerah?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak atau kontribusi wajib yang diberikan oleh penduduk suatu daerah kepada
pemerintah daerah ini akan digunakan untuk kepentingan pemerintahan dan
kepentingan umum suatu daerah.
Berikut ini ciri-ciri pajak daerah yang membedakannya dengan pajak pusat:
1. Pajak daerah bisa berasal dari pajak asli daerah atau pajak pusat yang
diserahkan ke daerah sebagai pajak daerah.
2. Pajak daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.
3. Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan/pengeluaran untuk
pembangunan dan pemerintahan daerah.
3
4. Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan
Undang-undang sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada subjek
pajaknya.
Unsur-unsur yang ada dalam pajak daerah pada dasarnya sama seperti unsur pajak
lainnya yakni subjek pajak daerah, objek pajak daerah, dan tarif pajak daerah.
4
2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
Menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau pembuatan sepihak atau keadaan terjadi karena
jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan
usaha.
Nah, untuk tarif BBNKB, berikut ini rinciannya:
1. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan masing-
masing sebagai berikut:
1. Penyerahan pertama sebesar 10%.
2. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%.
2. Khusus kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang
tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan masing-
masing sebagai berikut:
1. Penyerahan pertama sebesar 0,75%.
2. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
5
1. Terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% dari asumsi
harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Undang-undang
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan.
2. Diperlukan stabilitas harga bahan bakar minyak untuk jangka
waktu paling lama 3 tahun sejak ditetapkannya Undang-undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. Dalam hal harga minyak dunia sebagaimana dimaksud pada poin
kedua huruf a sudah kembali normal, Peraturan Presiden dicabut dalam
jangka waktu paling lama 2 bulan.
6
4. Penghitungan Harga Dasar Air sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (3) dengan cara mengalikan faktor nilai air dengan Harga Air
Baku.
5. Nilai Perolehan Air Tanah dan Harga Air Baku sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)ditetapkan dengan Peraturan
Walikota
6. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20%.
7. Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
5. Pajak Rokok
Pajak Rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah pusat.
Objek pajak dari Pajak Rokok adalah jenis rokok yang meliputi sigaret,
cerutu, dan rokok daun. Konsumen rokok telah otomatis membayar pajak
rokok karena WP membayar Pajak Rokok bersamaan dengan pembelian
pita cukai.
Wajib pajak yang bertanggung jawab membayar pajak adalah pengusaha
pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa
Nomor Pokok Pengusaha kena Cukai.
Subjek pajak dari Pajak Rokok ini adalah konsumen rokok.
Tarif pajak rokok sebesar 10% dari cukai rokok dipungut oleh instansi
pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan dengan
pemungutan cukai rokok.
Pajak tersebut dikenakan atas fasilitas yang disediakan oleh hotel tersebut.
7
Tarif pajak hotel dikenakan sebesar 10% dari jumlah yang harus
dibayarkan kepada hotel dan masa pajak hotel adalah 1 bulan.
2. Pajak Restoran
Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran.
Tarif pajak restoran sebesar 10% dari biaya pelayanan yang ada diberikan
sebuah restoran.
3. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak yang kenakan atas jasa pelayanan hiburan
yang memiliki biaya atau ada pemungutan biaya di dalamnya.
Objek pajak hiburan adalah yang menyelenggarakan hiburan tersebut,
sedangkan subjeknya adalah mereka yang menikmati hiburan tersebut.
Kisaran tarif untuk pajak hiburan ini adalah 0%-35% tergantung dari jenis
hiburan yang dinikmati.
4. Pajak Reklame
Pajak Reklame merupakan pajak yang diambil/dipungut atas benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan coraknya dirancang untuk tujuan
komersial agar menarik perhatian umum.
Biasanya reklame ini meliputi papan, bilboard, reklame kain, dan lain
sebagainya.
Namun, ada pengecualian pemungutan pajak untuk reklame seperti
reklame dari pemerintah, reklame melalui internet, televisi, koran, dan
lain sebagainya.
Tarif untuk pajak reklame ini adalah 25% dari nilai sewa reklame yang
bersangkutan.
5. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak yang dipungut atas penggunaan
tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain.
Tarif pajak penerangan ini berbeda-beda, tergantung dari penggunaannya.
8
Berikut ini tarif Pajak Penerangan Jalan terbagi menjadi 3, yakni:
1. Tarif Pajak Penerangan Jalan yang disediakan oleh PLN atau bukan
PLN yang digunakan atau dikonsumsi oleh industri, pertambangan
minyak bumi dan gas alam, sebesar 3%.
2. Tarif Pajak Penerangan Jalan yang bersumber dari PLN atau bukan
PLN yang digunakan atau dikonsumsi selain yang dimaksud pada
poin pertama sebesar 2,4%.
3. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 1,5%.
7. Pajak Parkir
Pajak Parkir merupakan pajak yang dipungut atas pembuatan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang berkaitan dengan pokok usaha atau
sebagai sebuah usaha/penitipan kendaraan.
Lahan parkir yang dikenakan pajak adalah lahan yang kapasitasnya bisa
menampung lebih dari 10 kendaraan roda 4 atau lebih dari 20 kendaraan
roda 2. Tarif pajak yang dikenakan sebesar 20%.
8. Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah adalah pajak yang dikenakan atas penggunaan air tanah
untuk tujuan komersil. Besar tarif Pajak Air tanah adalah 20%.
9. Pajak Sarang Burung Walet
9
Pajak Sarang Burung Walet merupakan pajak yang dikenakan atas
pengambilan sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung walet
sebesar 10%.
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan merupakan pajak
yang dikenakan atas bumi atau bangunan yang dimiliki, dikuasi, atau
dimanfaatkan.
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan:
1. Pajak untuk pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang
bernilai kurang dari 1 miliar sebesar 0,1%.
2. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang bernilai
lebih dari 1 miliar sebesar 0,2%.
3. Sedangkan tarif untuk pemanfaatan yang menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan, dikenakan tarif sebesar 50%.
2.4 Tolok Ukur Untuk Menilai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
10
ditarik kesimpulan bahwa pajak yang budgetair pasti ditarik ke
pemerintah yang lebih tinggi, sedangkan daerah hanyalah diberi pajak
yang berfungsi reguleerend, dan tidak memiliki kemampuan untuk
memperkuat posisi keuangan daerah. Namun demikian, tidak semua
pajak daerah nonbudgetair. Banyak juga pajak daerah yang budgetair.
2. Equity (Keadilan Pajak dan Retribusi).
Menurut Musgrave & Musgrave (1989), arti penting keadilan terdapat
pada kenyataan bahwa setiap orang harus mendapat bagian yang layak
dalam kegiatan pemerintah yang mereka biayai sendiri. Namun sampai
saat ini tidak diperoleh kepastian mengenai apa yang dimaksud dengan
bagian yang layak. Biasanya orang menilai keadilan berdasarkan dua
pendekatan, pertama adalah pendekatan manfaat dan kedua pendekatan
kemampuan membayar. Berdasarkan pendekatan kemampuan
membayar ini, dikenal istilah keadilan horizontal dan keadilan vertikal.
Adapun yang dimaksudkan keadilan horizontal menurut Devas (1988)
adalah beban pajak haruslah sama benar antara berbagai kelompok yang
berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama. Sedangkan
keadilan vertikal adalah kelompok yang memiliki sumber daya yang
besar membayar lebih banyak daripada yang memiliki sumber daya
kecil. Namun, sebagai suatu catatan, menurut Rossen, (1988),
pemikiran mengenai keadilan dalam prinsip perpajakan adalah
pemikiran tradisional. Sebab prinsip keadilan dalam perpajakan daerah,
bahkan prinsip-prinsip lainnya, dapat digambarkan dalam hubungan
antara pajak dengan social welfare funtion. Dengan kata lain, sebagai
ganti atas prinsip keadilan, maka telah diintrodusir social welfare
function yang dikaitkan dengan perpajakan daerah. Artinya berapapun
pajak daerah ditetapkan, asal social welfare tidak mengalami penurunan,
maka suatu penetapan pajak dikatakan tidak memiliki masalah dalam
keadilan pungutan.
3. Economic Efeciency (Efesisensi Ekonomi).
Pajak, dapat menjadi penghambat perkembangan dan pertumbuhan
perekonomian. Sebab, pajak menyerap pendapatan masyarakat,
11
akibatnya perputaran ekonomi yang semula berputar dengan cepat
menjadi lebih lambat. Melalui keseimbangan dan hubungan antara
pendapatan dengan pengeluaran keseluruhan, maka dapat diketahui
bahwa pendapatan terbentuk dari pengeluaran konsumsi masyarakat,
pengeluaran tabungan masyarakat, dan pengeluaran pajak.
12
5. Suitability As A Local Source (Kesesuaian Sebagai
Penerimaan Daerah).
13
2.7 Jenis-Jenis Retribusi Daerah Beserta Tarifnya
Retribusi daerah dibagi menjadi 3 jenis, seperti yang tertuang dalam UU No.
28 tahun 2009, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan
Retribusi Perizinan Tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu-
persatu:
2.7.1 Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum merupakan pungutan atas pelayanan yang
disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
Retribusi Jasa Umum dibagi ke dalam 15 bagian, yang meliputi:
14
6. Retribusi Pelayanan Pasar untuk pungutan atas penggunaan fasilitas
pasar tradisional berupa pelataran dan los yang dikelola oleh daerah
dan khusus disediakan untuk pedagang, kecuali pelayanan fasilitas
pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor untuk pungutan atas
pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diselenggarakan
oleh daerah.
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran untuk pungutan
atas pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam
kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan
jiwa.
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta untuk pungutan atas
pemanfaatan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah.
10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus untuk pungutan
atas pelayanan penyedotan kakus yang dilakukan oleh daerah dan
tidak termasuk yang dikelola oleh BUMD dan swasta.
11. Retribusi Pengolah Limbah Cair untuk pungutan atas pelayanan
pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah.
12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang untuk pungutan atas
pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus
yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan untuk pungutan atas pelayanan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah
daerah.
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi untuk pungutan
atas pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi.
15
15. Retribusi Pengendalian Lalu Lintas untuk pungutan atas
penggunaan ruas jalan, koridor, dan kawasan tertentu pada waktu
dan tingkat kepadatan tertentu.
16
4. Retribusi Terminal untuk pungutan atas pemakaian tempat
pelayanan penyediaan parkir untuk kendaraan penumpang dan bus
umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lain di lingkungan
terminal yang dimiliki/dikelola oleh daerah, terkecuali yang
dimiliki/dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan swasta.
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir untuk pungutan atas pemakaian
tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh daerah, terkecuali yang disediakan/dikelola oleh BUMN,
BUMD, dan swasta.
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Vila untuk pungutan
atas pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/vila yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh daerah, terkecuali yang dimiliki/dikelola oleh
pemerintah, BUMN, BUMD, dan swasta.
7. Retribusi Rumah Potong Hewan untuk pungutan atas pelayanan
penyediaan fasilitas pemotongan hewan yang dimiliki dan/atau
dikelola oleh daerah, termasuk layanan pemeriksaan kesehatan
hewan sebelum dan sesudah dipotong.
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan untuk pungutan atas pelayanan
jasa kepelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
pemerintah daerah.
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga untuk pungutan atas
pemakaian tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang dimiliki
dan dikelola oleh daerah.
10. Retribusi Penyeberangan di Air untuk pungutan atas pelayanan
penyeberangan orang/barang dengan menggunakan kendaraan di air
milik/kelola daerah.
11. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah untuk pungutan atas
penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah, terkecuali hasil
penjualan usaha daerah oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan
swasta.
17
diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien
dan berorientasi pada harga pasar.
18
yang bersangkutan. Biayanya meliputi dokumen izin, pengawasan di
lapangan, penegakan hukum, tata usaha, dan biaya dampak negatif dari
pemberian izin tersebut.
BAB 3
19
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau PDRD adalah pungutan oleh daerah
yang merupakan salah satu hak daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah.
Hak-hak daerah tersebut sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Hasil PDRD merupakan sebagian sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain
dari PDRD, sumber PAD adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. PDRD ditetapkan dengan Undang-
Undang, terbaru dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintahan daerah dilarang melakukan pungutan
atau dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan Undang-Undang.
DAFTAR PUSTAKA
20
https://www.wikiapbn.org/pajak-daerah-dan-retribusi-daerah/
https://www.online-pajak.com/pajak-daerah
https://www.online-pajak.com/retribusi-daerah
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/mengenal-pajak-daerah-dan-
retribusi-daerah/
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-retribusi-daerah-makalah-dan-
definisi-ciri-tujuan-jenis-11
21