Anda di halaman 1dari 26

RESUME PERENCANAAN DAN PERANGKAT

PENUGASAN

Oleh :
Kelompok 1
Khurrotul Aini2017310019
Fitri Nur Azizah 2017310206
Vekki Agustina 2017310150
Indah Melly Metika 2017310144
Kholifah 2017310434
I. Survei Pendahuluan

A. Pengertian Survei Pendahuluan

  Survei pendahuluan merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih memahami tujuan,
proses, risiko, dan kontrol yang terkait dengan audit. Secara sederhana survei pendahuluan dapat
dipahami sebagai suatu proses/kegiatan untuk mendapatkan informasi, tanpa melakukan verifikasi secara
terperinci, tentang kegiatan yang akan di audit.

B. Langkah Dasar Survei Pendahuluan

   1. Melakukan Studi Awal

Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan
audit, bagan organisasi dan dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit.
Studi awal dilakukan dikantor pusat, meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses
informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumya dapat menunjukkan
pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugas tersebut, meskipun pendekatan ini mungkin tidak
lagi layak atau tidak diinginkan untuk di audit tahun ini.

   2. Kuesioner (questionaires).

  Kuesioner formal maupun informal.Bentuk kuesioner dengan susunan pertanyaan pada sisi kiri
halaman dan jawaban di sisi kanan merupakan bentuk yang berguna dan bisa menjadi catatan agenda
pertemuan.Halaman tersebut kemudian dapat disisipkan dikertas kerja tanpa harus disalin ulang.

   3. Bertemu Klien

Pertemuan dengan klien Perlu diatur terlebih dahulu dan dibuatkan jadwal. Dalam meeting tersebut au-
ditor menyampaikan tujuan audit secara terbuka dan berterus terang. Internl auditor harus memiliki
keahlian dalam teknik wawancara dan komunikasi efektif.Kesuksesan atau kegagalan suatu wawancara
sangat ditentukan oleh 6 (enam) langkah sebagai berikut : Persiapan, Penjadwalan, Pembukaan,
Pelaksanaan,Penutupan dan Pen-catatan.

   4. Mengumpulkan Bahan Bukti/mendapatkan informasi Informasi penting dapat diklasifikasikan


berdasarkan empat fungsi dasar manajemen, yaitu:

a. Perencanaan (planning).

 Tentukan tujuan aktivitas atau organisasi,baik jangka panjang maupun jangka pendek.
 Dapatkan salinan kebijakan,arahan,dan prosedur.
 Dapatkan salinan anggaran.
 Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
 Tentukan apakah rencana untuk masa datang telah dibuat.
 Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum direalisasikan.
 Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau yang membantu
menetapkannya.

 b. Pengorganisasian (organizing).

 Dapatkan salinan bagan organisasi.


 Dapatkan salinan deskripsi jabatan.
 Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.
 Telaah tata letak fisik,catatan peralatan,serta lokasi dan kondisi aktiva.
 Tentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang dilakukan akhir-akhir ini atau sejak audit
terakhir.
 Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan tanggung jawab yang di emban.
 Dapatkan informasi mengenai lokasi,sifat,dan ukuran kantor cabang.

  c. Pengarahan (directing).

 Dapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan.


 Tanyakan kepada karyawan apakan instruksi sudah cukup jelas dan bisa dipahami.
 Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah kerja yang memadai.
 Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
 Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting yang akan menarik minat
legislatif atau publik.
 Idetifikasikan hambatan-hambatan bagi kemampuan organisasi untuk melaksanakan tugas- tugas
yang diembannya.

  d. Pengendalian (controlling).

 Dapatkan salinan standar dan pedoman kerja tertulis.


 Telaah sistem dan alur kerja.
 Telaah data finansial historis,kenali trennya.
 Telaah laporan operasi finansial.
 Indentifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan bagan alir.

  e. Pengendalian Resiko

 Menentukan jenis pengendalian yang diterapkan


 Survey pebdahuluan memberikan dasar bagi untuk menyiapkan progam audit

II. Program Audit


A. Tujuan dan Manfaat

Merupakan pendoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit audit
dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah – Langkah audit dirancang untuk :

(1) Mengumpulkan bahan bukti audit.

(2) Untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapan mengenai efisiensi, keekonomisan,
dan efektifitas aktifitas yang akan di priksa.Program tersebut berisi arahan – arahan pemeriksaan dan
evaluasi informasi yan di butuhkan untuk memenuhi tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit.

Manfaat Program Audit Internal. Program audit yang di susun dengan baik bisa memberikan banyak
manfaat seperti :

 Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit y, yang merupakan suatu
rencana yang dapat di komunikasikan baik kepada supervisor maupun kepada staff.
 Menjadi dasar penugasan auditor.
 Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit karena memuat waktu audit
yang di anggarkan. 
 Memungkinkan supervisor audit dan manager membandngkan apayang di kerjakan dengan apa
yang di rencanakan.
 Membantu melatih staf – staf yang belu berpengalaman dalam tahap – tahap pelaksanaan audit.

B. Tanggung Jawab dan Lingkup Audit

Perencanaan harus didokumentasikan dan harus mencakup :

 perolehan penegasan rencana kerja audit.


 penetuan bagaimana kapan dan kepada hasil audit dikomunikasikan.
 penulisan program audit.
 pelaksanaan jika layak survei lapangan untuk mengenal lebih dekat aktivitas dan kontrol yang
akan diaudit.
 komunikasi dengan orang-orang yang perlu mengetahui audit yang akan dilakukan.
 penentuan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan audit.

  Menurut Standar Auditor Internal yang professional bertanggung jawab untuk memeriksa dan
mengevaluasi efektivitas system control internal organisasi dan kualitas kinerja dalam pelaksanaan
tanggung jawab yang diemban. Tujuan utama dari sistem pengendalian internal untuk memastikan :

1. keandalan dan integritas informasi.

2. ketaatan dengan kebijakan rencana, prosedur, hukum dan regulasi.

3. pengamanan aset.
4. penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien.

5. pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk operasi dan program

C. Mendefinisikan Ekonomisasi, Efisiensi dan Efektivitas

  Istilah-istilah ekonomis, efisiensi, dan efektivitas sering digunakan bergantian, meskipun ter tipis
pada istilah-istilah tersebut.

  a. Ekonomis (economy)

Ekonomis sering digunakan untuk mengartikan penghematan; tetapi sebenarnya lebih dari itu. Implikasi
utamanya adalah adanya "manajemen yang berhati-hati" atau "gunakan hingga mendapatkan keuntungan
terbaik tanpa ada sisa"—makna yang juga bisa diterapkan untuk efisiensi.

  b. Efisiensi (Efficiency)

Efesiensi berarti meminimalkan kerugian atau penghamburan tenaga ketika memberikan dampak,
rnenghasilkan, atau memfungsikan. Bila mengacu ke seseorang, istilah efisien berarti menggunakan
keahlian, tahan menderita, dan tetap waspada; kadang kala menjadi sinonim dengan istilah cakap dan
kompeten. Dalam beberapa kasus istilah efisien (efficient) dapat diterapkan ke orang atau operasi yang
kompeten dan cakap memproduksi basil yang diinginkan dengan upaya minimum.

  c. Efektivitas (effectiveness)

Efektivitas menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan untuk menghasilkan dampak tertentu.
Sesuatu bisa jadi efektif tetapi tidak efisien atau ekonomis. Program untuk membuat system menjadi lebih
efisien atau ekonomis juga bisa menjadi lebih efektif. Karena program audit biasanya melibatkan ketiga
konsep tersebut, auditor internal harus memiliki definisi perbedaan ketiganya di pikiran mereka ketika
membuat program audit.

D. Program Pro Forma

Program Pro Forma sangat penting dan berguna jika audit akan dilaksanakan oleh auditor- auditor
yang kurang berpengalaman yang pekerjaanya harus diawasi. Program tersebut juga bermanfaat jika :

 Jenis audit yang sama akan dilakukan di sejumlag lokasi yang berbeda.
 Informasi yang bisa dibandingkan diperlukan untuk setiap lokasi.
 Laporan serupa atau laporan konsolidasi akan dikeluarkan.
 Operasi yang audit relatif serupa

III. Pekerjan Lapangan

A. Proses dan Tujuan Field work / Pekerjaan Lapangan

Field work / pekerjaan lapangan adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis
dalammengumpulkan bukti audit yang objektif mengenai operasi/kegiatan yang diaudit,
kemudianmengevaluasinya untuk
(1) memastikan bahwa operasi/kegiatan tersebut sesuai denganstandar/kriteria yang dapat diterima dan
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta ;

(2) menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajeme.

Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan prosedur#prosedur audit yang
ada di program audit, sesuai tujuan audit. Tujuan audit tidak sama dengan tujuan operasi, tetapi tujuan
audit terkait dengan tujuan operasional.

IV. TEMUAN AUDIT DAN KERTAS KERJA

A. Pengertian Temuan Audit


AuditMenurut ISO 9000, temuan audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit yang
dikumpulkan t e r h a d a p kr i t e r i a a u d i t . T e m u a n a u d i t d a p a t m e n gi n d i k a s i k a n , ba i k
k e s e s ua i a n a t a u p u n ketidaksesuaian dengan kriteria audit atau peluang perbaikan. Pengertian
ketidak sesuaian sendiri adalah penyimpangan melalui bukti obyektif atas kriteria audit yang
ditetapkan auditor harus menginvestigasi untuk menentukan secara tepat kriteria audit yang
dilanggar dan menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan.Jenis ketidak sesuaian dalam temuan audit
antara lain:

1. Major
Sebuah temuan audit dikatakan kategori major, apabila tidak sesuai dengan
persyaratan ISO9001:2008 yang seharusnya dijalankan dan harus dilakukan perbaikan
segera.
2. Minor
Sebuah temuan audit dikatan kategori minor, apabila terdapat inkonsistensi
dalam menjalankan prosedur yang diturunkan dari ISO 9001:2008 dan diberikan
deadline waktu tertentu untuk memperbaikinya.

3. Observasi
Sebuah temuan audit dikatakan kategori observasi, apabila temuan tersebut
bukan termasukdalam persyaratan ISO 9001:2008 tetapi sebaiknya dijalankan. Dalam
temuan observasi, auditor a kan memberi kan rekome ndasi sebagai us ula n
peni ngkata n, namun di visi ter kait dalam perusahaan memiliki hak bebas untuk
menjalankan atau tidak menjalankan usulan tersebut.

A. Sifat danTemuan Audit


Temuan audit dapat memiliki berbagai bentuk & ukuran misalnya:
1. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil tetapi tidak dilakukan, seperti pengiriman
yang dilakukan tetapi tidak ditagih.
2. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan
s e w a d a r i perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya
sendiri.
3. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif
yang telah diganti dengan tarif yang lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan.
4. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragan
untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim tersebut bervariasi dalam
jumlah dan signifikansinya.

B. Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit (audit paperwork) adalah mata rantai yang menghubungkan antara catatan klien
auditor dengan laporan audit. Sehingga kertas kerja adalah alat yang sangat penting dalam melaksanakan
profesi auditor.
Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 05, kertas kerja audit harus bisa atau cukup
menunjukan bahwa sebuah catatan akuntansi harus sudah sesuai dengan laporan keuangan atau informasi
lain yang dilaporkan dan standar auditing yang digunakan.
Kertas kerja audit pada umumnya harus berisikan dokumentasi yang menunjukan:
1. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan sudah
direncanakan dan sudah disupervisi dengan baik.
2. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan kedua. Yaitu pemahaman yang memadai
atas struktur pengendalian intern untuk dapat merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang sudah dilaksanakan.

3. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu bukti audit sudah
didapatkan, prosedur audit sudah diaplikasikan, dan pengujian sudah dilakukan yang dapat
memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai landasan atau dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di-audit.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit


Terdapat beberapa tujuan dibuatnya kertas kerja audit, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk Mendukung Pendapat Auditor atas Laporan Keuangan yang Di-audit-nya.
Standar pekerjaan lapangan yang ketiga mensyaratkan bahwa seorang auditor mendapatkan
bukti kompeten yang cukup sebagai pedoman untuk dapat menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang di-audit-nya. Kertas kerja audit bisa dipakai oleh auditor untuk mendukung
pendapat yang disampaikannya dan sebagai bukti bahwa auditor sudah melakukan audit
yang memadai.
2. Untuk Menguatkan Berbagai Kesimpulan Auditor dan Kompetensi Audit-nya.
Di kemudian hari, apabila terdapat pihak yang membutuhkan penjelasan tentang kesimpulan
atau pertimbangan yang sudah dibuat oleh auditor dalam proses audit yang dilakukannya,
maka auditor dapat memeriksa kembali kertas kerja audit yang sudah dibuat dalam audit-
nya. Pembuatan seperangkat kertas kerja audit yang lengkap adalah syarat yang sangat
penting untuk membuktikan sudah dilakukannya dengan baik proses audit atas laporan
keuangan.
3. Untuk Mengkoordinasi dan Mengorganisasi Seluruh Proses Audit.
Audit yang dilakukan oleh seorang auditor terdiri dari suatu proses atau tahapan audit yang
dilakukan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana.Semua proses audit tersebut akan
menghasilkan berbagai macam bukti yang akan membentuk kertas kerja audit.
Pengkoordinasian dan pengorganisasian setiap tahapan atau proses audit tersebut bisa
dilakukan dengan memakai kertas kerja.
4. Untuk Memberikan Dasar dalam Audit Selanjutnya.
Dalam melakukan proses audit yang berulang dengan klien yang sama dan dalam periode
akuntansi yang berbeda, seorang auditor membutuhkan data atau informasi tentang:
 Sifat usaha klien-nya.
 Catatan dan juga sistem akuntansi klien.
 Pengendalian intern yang dilakukan klien.
 Rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam proses audit yang
dilakukan sebelumnya.
 Berbagai jurnal penyesuaian yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporan
keuangan yang terdahulu.

Informasi tersebut sangat berguna untuk melakukan proses audit selanjutnya dan bisa dengan
mudah diperoleh dari kertas kerja audit periode sebelumnya.

Syarat Kertas Kerja Audit


Kecakapan teknis dan juga keahlian professional dari seorang auditor bisa terlihat pada kertas kerja
audit yang dibuatnya. Untuk dapat membuktikan bahwa seorang auditor berkompeten dalam melakukan
pekerjaan lapangan sesuai dengan standar auditing, maka dia harus bisa membuat kertas kerja yang benar
– benar mempunyai manfaat. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, maka terdapat 5 syarat kertas kerja
audit yang perlu untuk diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Lengkap
Sebuah kertas kerja audit harus lah lengkap. Lengkap disini maksudnya adalah:
 Berisikan seluruh informasi atau data penting yang harus dicantumkan. Seorang
auditor harus bisa menentukan komposisi seluruh data penting yang harus
dimasukkan ke dalam kertas kerja.
 Tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja tersebut
akan diperiksa oleh seorang auditor senior dan kemungkinan akan diperiksa oleh
pihak luar, maka kertas kerja harus berisi informasi lengkap.
Dengan demikian tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Sebuah kertas kerja
audit harus disusun untuk dapat “berbicara” sendiri. Oleh karena itu harus berisikan
informasi yang lengkap, dan tidak berisikan informasi yang masih belum jelas atau
pernyataan yang belum terjawab.
2. Teliti
Dalam melakukan pembuatan kertas kerja seorang auditor dituntut untuk tetap
memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan. Dengan demikian kertas kerja
yang disusun akan terbebas dari kesalahan tulis dan juga perhitungan.
3. Ringkas
Terkadang seorang auditor yang belum memiliki banyak pengalaman melakukan kesalahan
dengan melakukan pengauditan yang tidak relevan dengan tujuan audit. Hal tersebut akan
berakibat pada pembuatan atau pengumpulan kertas kerja dalam jumlah yang banyak dan
cenderung tidak memiliki manfaat dalam audit-nya.Dengan demikian kertas kerja harus
dibatasi pada data atau informasi yang penting atau pokok dan relevan dengan tujuan
dilakukannya audit serta disajikan secara ringkas. Seorang auditor harus bisa menghindari
rincian yang tidak perlu untuk disajikan. Analisis yang dilakukan oleh auditor harus sebagai
ringkasan dan juga penafsiran informasi atau data, bukan hanya sebagai penyalinan catatan
klien ke dalam kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam menyusun dan menyajikan informasi kepada berbagai pihak yang akan
memeriksa kertas kerja harus diusahakan oleh auditor. Pemakaian istilah yang memunculkan
makna ganda harus dihindari.
5. Rapi
Kerapian dalam penyajian kertas kerja audit dan keteraturan dalam penyusunan-nya akan
sangat membantu seorang auditor senior dalam melakukan review terhadap hasil kerja dari
staf-nya serta akan memudahkan auditor dalam mendapatkan informasi dari kertas kerja.

Jenis Kertas Kerja Audit


Isi dari kertas kerja ini terdiri dari seluruh informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh seorang
auditor dalam melakukan proses audit-nya. Kertas kerja ini terdiri dari berbagai beberapa jenis, yang
secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi 5, yaitu sebagai berikut:
1. Program Audit (Audit Program)
2. Working Trial Balance
3. Ringkasan Jurnal Penyesuaian
4. Skedul Utama
5. Skedul Pendukung

V. PERENCANAAN DAN PENUGASAN AUDIT

A. Penugasan Audit
Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima/tidak, auditor menempuh
suatu proses yang terdiri dari 6 tahap, yaitu :
1. Mengevaluasi Integritas Manajemen
Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen. Audit atas laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Untuk dapat
menerima perikatan audit, auditor berkepentingan untuk mengevaluasi integritas manajemen,
agar auditor mendapatkan keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya,
sehingga laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji material sebagai akibat dari adanya
integritas manajemen.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko luar biasa
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan resiko luar
biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat
diketahui dengan cara :
a. Mengidentifikasi pemakai laporan audit
b. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien dimasa depan
c. Mengevaluasi kemungkinan dapat/tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit
3. Menentukan Kompetensi Auditor untuk melaksanakan Audit

Standar umum yang pertama berbunyi : “ Audit harus dilaksanakan oleh seorang/lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor ”.
Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan
apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk meyelesaikan perikatan
tersebut, sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI.
4. Evaluasi terhadap Independensi Auditor

Aturan Etika KAP mengatur tentang independensi auditor dan stafnya sebagai berikut:

 Standar umum yang kedua berbunyi sebagai berikut:


“ Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor”.
5. Penentuan kemampuan auditor dalam menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama.
 Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut:
“ Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”.

B. Perencanaan Audit
tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya :
1. Memahami bisnis dan industri klien
Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun tertentu, ia
perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha serta kekhususan bisnis klien.
SA Seksi 318 Pemahaman atas Bisnis Klien memberikan panduan tentang sumber
informasi bagi auditor untuk memahami bisnis dan industri klien :
a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya
b. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior)
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan
auditor intern
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain
yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan diluar entitas (seperti
ahli ekonomi industri, badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing)
f. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh
pemerintah, survai, teks,jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek,
koran keuangan)
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
h. Kunjungan ketempat atau fasilitas pabrik entitas
i. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas
2. Melaksanakan prosedur analitik
a. Konsep prosedur analitik
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio
yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan
yang dikembangkan oleh auditor.
b. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit
Tujuannya adalah untuk membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur
audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis
transaksi tertentu.
c. Tahap-tahap prosedur analitik
Prosedur analitik dilaksanakan melalui 6 tahap berikut ini :
 Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
 Mengembangkan harapan
 Melaksanakan perhitungan/perbandingan
 Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
 Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi
perbedaan tersebut
 Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit
 Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
d. Mengembangkan harapan
Auditor perlu mengembangkan harapan sebagai dasar untuk membandingkan
perhitungan dan ratio yang dibuat dalam prosedur analitik.

3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal


Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada 2
tingkat berikut: 1) tingkat laporan keuangan, 2) tingkat saldo akun.
4. Mempertimbangkan resiko bawaan
Berbagai resiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam setiap tahap proses
auditnya.
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika
perikatan audit merupakan audit tahun pertama. SA Seksi 323 audit tahun
pertama memberikan panduan bagi auditor berkenaan dengan saldo awal, bila laporan
keuangan diaudit untuk pertama kalinya atau bila laporan keuangan tahun sebelumnya
diaudit oleh auditor independen lain. Auditor harus menyadari mengenai hal-hal
bersyarat (contingencies) dan komitmen yang ada pada awal tahun. Auditor harus
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa:
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material
terhadap laporan keuangan tahun berjalan
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ketahun berjalan
atau telah dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya dilakukan
c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas dan komponen resiko audit, auditor dapat
memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan
transaksi.
7. Me-review informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban legal klien
Sebelum memulai verifikasi dan analisis terhadap transaksi dan akun tertentu, auditor perlu
memahami kewajiban-kewajiban legal dan perjanjian-perjanjian yang menyangkut kien.

PELAKSANAAN PENGUJIAN
A. Pengertian Dan Teknik-Teknik Pengujian
Pengujian merupakan suatu proses sistematis pengumpulan dan penilaian bukti yang obyektif
mengenai kegiatan suatu aktivitas operasi. Hasil pengujian atas bukti yang telah dikumpulkan
auditor digunakan sebagal dasar penentuan simpulan dan rekomendasi yang akan diberikan oleh
auditor. Simpulan dan rekomendasi auditor berisikan berbagai penilaian auditor atas kecukupan
dan efektivitas pengendalian intern dari kegiatan operasi yang diauditnya serta penilaian auditor
mengenai berbagai risiko dan potensi yang dihadapi unit kerja atau organisasi yang diaudit.
Pelaksanaan pengujian dilakukan setelah auditor menyelesaikan tahap survei pendahuluan dan
pengujian pengendalian (test of controls) serta penilaian atas risiko (risk assessment) dalam pe-
nugasan audit yang dilaksanakannya. Dalam tahap pengujian ini, fokus perhatian auditor lebih
diutamakan pada teknik pengujian audit substantif, yang merupakan pengembangan dari
pengujian pengen- dalian yang telah dilakukan oleh auditor di tahap sebelumnya.
B. Pertimbangan-pertimbangan Dalam Pelaksanaan Pengujian
Beberapa pertimbangan yang diperlukan auditor dalam pelaksanaan pengujian, antara lain
meliputi:
 Auditor harus menggunakan kecermatan profesi, yaitu keterampilan dan sikap kehati-hatian
yang diperlukan sesuai dengan kompleksitas dan kondisi penugasan audit.
 Audit harus selalu waspada terhadap kesalahan, kekurangan, inefisiensi, pemborosan
dan/atau ketidakefektifan pada kegiatan yang sedang diauditnya.
 Pengujian yang dilakukan auditor adalah sampai batas kewajaran yang telah ditetapkan
(reasonableness).
 Auditor tidak perlu melakukan pengujian terhadap seluruh populasi transaksi berjalan yang
diaudit.
 Apabila auditor menemukan adanya kecurangan, hal tersebut perlu segera diinformasikan
kepada manajemen yang berwenang dan merekomendasikan adanya investigasi lebih lanjut
apabila diperlukan.
C. Bukti Audit Informasi Hasil Audit
Dalam setiap penugasan audit yang dilaksanakan, pada akhirmya auditor harus dapat
mengumpulkan bukti yang objektif dan faktual. Pengumpulan bukti-bukti audit harus mengacu
pada persyaratan standar audit untuk suatu bukti. Beberapa pertimbangan pengumpulan bukti
audit, antara lain adalah:
 Bukti yang dikumpulkan, dianalisis, diinterpretasi, didokumentasi auditor adalah
dimaksudkan untuk mendukung Bukti yang dan temuan audit.
 Informasi yang harus dikumpulkan adalah harus berhubungan dengan tujuan dan ruang
lingkup audit. Informasi yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan cukup, relevan, dan
kompeten.
 Proses pengumpulan, analisis, penafsiran dan pendokumentasian informasi harus disupervisi
semestinya.

Secara umum, bukti audit yang dikumpulkan dan di dokumentasi dari hasil pengujian dapat
dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis bukti, yaitu:
1. Bukti Dokumentasi
2. Bukti fisik
3. Bukti analitis
4. Bukti kesaksian
D. Kertas Kerja Audit
Tujuan utama dari penyusunan kertas kerja audit adalah :
 Menyajikan dasar untuk perencanaan audit.
 Merupakan catatan atas bukti yang dikumpulkan dan hasil dari pengujian audit yang
dilaksanakan.
 Menyajikan data untuk menentukan jenis laporan audit apa yang sesuai.
 Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
 Memungkinkan auditor untuk melakukan reviu mengenai kualitas audit.
 Merupakan dokumentasi hasil audit.
Kertas kerja audit merupakan salah satu produk dari hasil pekerjaan audit, di samping laporan
hasil audit yang disusun oleh auditor. Kertas kerja audit memiliki berbagai bentuk dan jenis.
Kertas kerja audit dapat berbentuk manual, tetapi dapat pula disusun secara elektronis. Jenis-jenis
kertas kerja audit, meliputi:
 Kertas kerja audit : perencanaan dan pengendalian audit.
 Kertas kerja audit : audit program dan checklists.
 Kertas kerja audit : reviu dan analisis pengendalian internal.
 Kertas kerja audit : salinan dokumen-dokumen.
 Kertas kerja audit : pengujian rinci dan hasilnya.
 Kertas kerja audit : lermbaran umum/keseluruhan hasil audit.
 Kertas kerja audit : lembaran ikhtisar hasil audit.
 Kertas kerja audit : reviu kertas kerja audit.
 Kertas kerja audit : penyiapan laporan.

BAB V (ypai 1)
KOMUNIKASI HASIL PENUGASAN
A. Overview
Komunikasi hasil penugasan merupakan tahap akhir dari proses inti audit internal. Dalam tahap
ini auditor mengkomunikasikan hasil-hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan dan
perencanaan penugasan.
Pada masa lalu, komunikasi hasil penugasan dikenal dengan istilah pelaporan hasil audit (atau
laporan hasil pemeriksaan, LHP). Sesuai dengan semangat definisi baru audit internal, bahwa
penugasan yang dilakukan oleh auditor internal dapat berupa penugasan assurance (termasuk
audit), maupun consulting, maka istilah audit diganti dengan penugasan.
B. Prinsip Komunikasi Penugasan
1. Satu laporan untuk setiap penugasan
2. Komunikasi interim
3. Ringkasan untuk manajer senior
C. Isi dan Format: Kriteria Komunikasi (standar 2410)
Standar Profesional Audit Internal (SPAI) mengharuskan auditor internal untuk
mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu (Standard Pelaksanaan 2400).
Rincian dari standar ini memberikan pedoman mengenai kriteria komunikasi (apa yang harus
dimuat dalam komunikasi, #2410), kualitas komunikasi (kualitas laporan, #2420), pengungkapan
penugasan (#2440).
1. Tujuan, ruabg-lingkup, dan hasil-hasil
2. Hasil-hasil audit
3. Akibat
4. Sebab
5. Kesimpulan
6. Rekomendasi
D. Kualitas Komunikasi Hasil Penugasan (standar 2420)
Standar Profesional Audit Internal No. 2420 menyatakan bahwa komunikasi audit (laporan) harus
sebagasi berikut:
1. Objektif
2. Jelas
3. Ringkas
4. Konstruktif
5. Tepat waktu
E. Pembahasan Dengan Auditee
Internal auditor harus bertindak hati-hati dan menghindari kemungkinan adanya tanggapan
terhadap laporan audit yang sifatnya hanya menyanggah fakta yang dilaporkan. Adanya bantahan
terhadap fakta yang terdapat dalam laporan audit, terlepas benar atau tidak, akan menambah
keraguan terhadap upaya auditor. Oleh karenanya, auditor perlu membahas semua temuan
penting dengan auditee untuk memastikan bahwa tidak terdapat kesalahan (ketidak- cocokan) atas
fakta yang ada dalam laporan. Antara auditor dan audite dapat saja terjadi perbedaan interpretasi,
namun semua harus sepakat terhadap fakta yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan interpretasi,
pandangan auditee harus disertakan dalam laporan.
1. Substansi pembahasan
2. Peserta pembahasan.

Perencanaan Penugasan
Perencanaan penugasan merupakan rancangan yang sistematis dan terstruktur dalam menyelesaikan
setiap pekerjaan audit yang dilaksanakan. Dalam perencanaan penugasan yang disiapkan dengan baik dan
memadai akan mampu untuk mencegah suatu pelaksanaan kegiatan yang lemah dan mengandung
kecurangan dengan demikian akan membantu memastikan bahwa penugasan telah dilaksanakan dengan
efektif dan efisien.

Pertimbangan Dalam Menyusun Rencana Penugasan


Dalam menyusun duatu rancangan yang efektif dan efisien, auditor harus mempertimbangkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Sasaran dari kegiatan yang sedang direview dan mekanisme yang digunakan kegiatan tersebut
dalam mengendalikan kegiatan atau kinerjanya
2. Resiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumber daya yang di alokasikan, dan operasi yang
direview, serta pengendalian internal yang diperlukan untuk meminimalkan atau membatasi dampak
risiko menuju tingkatan risiko yang dapat diterima suatu organisasi.
3. Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern yang ada.
4. Peluang yang signifikan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko dan sistem pengendalian
interm.

Tahap-tahapan Perencanaan Penugasan


Dalam menyusun suatu perencanaan penugasan audit yang efektif dan untuk mendapatkan hasil audit
yang berhasil, berikut adalah tahapan-tahapan yang dibutuhkan auditor dalam penyusunan rencana
penugasan auditnya :
Tentukan tujuan/sasaran dan ruang lingkup auditnya
Tujuan/sasaran dan ruang lingkup auditnya merupakan langkah pertama dalam penyusunan rencana
penugasan dalam langkah ini menentukan apa yang menjadi tujuan atau sasaran dari penugasan yang
akan dilaksanakan. Dan dapat digambarkan sebagai pertimbangan dalam menetapkan dengan baik
tujuan/sasaran dan ruang lingkup penugasan.
Pemahaman Auditor dan Tujuan Kegiatan Auditee
Pemahaman merupakan inti dalam suatu ide yang dikembangkan. Suatu pelaksanaan penugasan
audit akan berhasil harus didasari oleh pemahaman yang memadai agar suatu tujuan tersebut tercapai
sesuai dengan yang direncanakan.
Identifikasi dan Assess Risiko
Dalam langkah ini seorang audit internal harus mengidetifikasi dan menilai risiko bisnis atau risiko
operasional yang dapat mengan atau menghambat pencapaian tujuan kegiatan yang diaudit dan pada
akhirnya juga akan mengancam atau menghambat tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan hal
tersebut auditor internal harus memperhatikan dengan adanya inherent risk yang merupakan risiko-
risiko dalam kegiatan tersebut dengan tidak adanya tindakan-tindakan yang dilakukan manajemen
untuk mengurangi atau mengelola risiko yang diidentifikasi. Dan penilaian risiko meliputi
penaksiran baik dampak kejadian yang berisiko dan keungkinan kejadian yang mengandung risiko
terjadi.
Identifikasi Kegiatan Pengendalian Utama
Dalam tahapan ini dimana seorang auditor harus mengidentifikasi tindakan-tindakan pengendalian
yang diterapkan untuk mengurangi risiko-risiko yang akan terjadi.
Evauasi Kecukupan Pengendalian
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara risiko dengan kegiatan pengendalian
yang dilakukan. Evaluasi akan mengahsilkan apabila satu kegiatan pengendalian diharapkan dapat
memitigasi beberapa risiko dan begitu pula beberapa kegiatan pengendalian meungkin dibutuhkan
untuk mengurangi atau mitigasi satu risiko dengan efektif.
Rencana Pengujian (Test Plan)
Dalam rencana pengujian meliputi penentuan sifat, waktu, dan luasnya prosedur-prosedur yang
dibutuhkan untuk mendapatkan bukti yang dibutuhkan. Contoh pengujiannya mencakup pengujian
pengendalian kegiatan-kegiatan, pengujian langsung atas kinerja-kinerja yang diukur, atau kedua-
keduanya.
Pengembangan Program Kerja
Program audit merupakan pedoman untuk menrapkan langkah-langkah auditor yang harus
dikembangkan. Gambaran program kerja mengenai prosedur-prosedur audit yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan penugasan
Alokasi Sumber Daya
Langkah terakhir yaitu alokasi sumber daya yang tersedia dan dibutuhkan untuk berhasilnya
pekerjaan audit dengan efektif dan efisien.
Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan adalah suatu kegiatan dalam memperoleh pemahaman umum mengenai
audit. Survey pendahuluan meliputi langkah-langkah analisis terhadap risiko mikro yang terkait dengan
suatu auditable unit yang akan segera diaudit. Dalam survey pendahuluan terdapat hubungan antara
perencanaan audit tahunan dan penyusunan program kerja audit.
Manfaat yang diperoleh dalam survey pendahuluan membantu seorang auditor memahami
penugasan audit yang dilaksanakan, memahami aspek penting dalam program kerja audit,
mengidentifikasikan dan melakukan evaluasi awal dalam pengendalian internal, mengidentifikasi aspek
tertentu yang berpotensial bermsaalah, menyusun audit program yang rinci dan terfokus untuk pedoman
pelaksanaan audit.
Dalam melakukan survey pendahuluan pasti didasari oleh langkah-langkah dalam
pelaksanaannya, sebagai berikut :
Persiapan dan perumusan cakupan awal audit, dalam langkah pertama ini proses penyiapan lembaran
penugasan audit dan perumusan awal ruang lingkup audit. Teknik yang dapat dilakukan yaitu diskusi dan
analisis. Tujuannya agar tim audit memahami tugas dan kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan audit.
Pengumpulan informasi umum dan penting mengenai obyek audit, merupakan kegiatan
pengumpulan informasi yang meliputi : pengumpulan data yang tercatat dalam berkas audit,
pemutakhiran informasi dalam berkas audit, dan analisis data yang terkumpul. Teknik yang dilakukan
adalah On-desk audit/analisis, interview, diskusi.
Analisis Risiko, merupakan suatu kegiatan identifikasi risiko, pengukuran risiko, penentuan risiko yang
perlu mendalam. Teknik yang dilakukan yaitu On-desk audit/analisis, interview, diskusi.
Pemahaman pengendalian internal, merupakan kegiatan identifikasi dan evaluasi control yang ada
identifikasi indikasi kekuatan dan kelemahan control. Teknik yang dilakukan yaitu Internal Control
Questionaire (ICQ), interview, dan diskusi. Langkah ini bertujuan untuk membantu mengumpulkan
informasi sebagai bahan acuan bagi tim audit dalam mengidentifikasikan tingkat keandalan pengendalian
internal unntuk meminimalkan risiko pada obyek audit.
Penyusunan ikhtisar hasil survey pendahuluan, merupakan kegiatan perumusan kesimpulan hasil
survey pendahuluan dan keputusan melanjuitkan atau menghentikan proses audit. Teknik yang dilkukan
yaitu analisi dan diskusi.
BAB 3

PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA


Program kerja penugasan audit oprasional harus dibuat tertulis untuk berbagai aktivitas kegiatan yang telah
dipilih untuk di review dari penugasan audit yang akan dilaksanakan. Program kerja sangat penting bagi auditor
sebagai suatau peta yang evektif untuk penugasan audit yang dilakuanya. Melalui pelaksaanan program
kerja,auditordapat menentukan luasnya kelemahan-kelemahan oprasional yang direview dan mulai
mengembangkan temuan auditnya.

Tujuan Dan Manfaat Program Kerja

Program kerja berisikan seperangkat prosedur analisis atau langkah-langkah pengumpulan dan pengujian bukti-
bukti audit. Langkah-langkah ini bertujuan untuk:

- Pengumpulan bukti.
- Penilayan kecukupan dan evektifitas pengendalian.
- Penilayan efisiensi, ekonomis,dan efektivitas dari kegiatan yang direview.

Pengembangan program kerja dimaksudkan untuk membantu auditor dalam menentukan:

- Apa yang dilaksanakan.


- Kapan yang harus dilaksanakan.
- Bagaimana dilaksanakan.
- Siapa yang akan melaksanakan.
- Berapa lama kan dilaksanakan.

Pengembangan progaram kerja yang baik dan memeadai adalah penting untuk pelaksanaan audit yang evektif dan
evisien.

- Menetapkan sistem perencanaan yang sistematis


- Sebagai dasar yang sistematis
- Merupakan alat untuk mengendalikan dan mengevaluasi progres pekerjaan audit.
- Menjadi alat supevisor dan manager audit.
- Membantu melatih para anggota tim audit yang belum berpengalaman dalam langkah-langkah
pengalaman pekerjaan audit.
- Mengajukan ihtisar catatan atas apa yang telah dikerjakan dalam penugasan audit.
- Membantu mengenalkan pada auditor berikutnya jenis audit yang dilaksanakan dan berapa lama
waktu yang diutuhkan untuk melaksanakan suatu penugasan audit.
- Memberi manfaat bai spevisor audit.
Pertimbangan Penyusunan Program Kerja
Program kerja merupakan suatu rencana untuk langkah-langkah pekerjanan audit yang akan dilaksanakan.
Dalam melaksanakan program kerja yang dibuat, auditor harus memper timbangkan berbagai hal berkaitan
dengan standar untuk penyusunan program kerja yang memadai, yaitu:
a. Program kerja harusdibyat spesifik
b. Setiap langkah dalam program kerja harus jelas menetapkan pekerjaan apa yang harus diselesaikan dan
alasanya.
c. Program kerja harus cukup fleksibel dan memungkinkan auditordan mengembangkan inisiatif dalam
pelaksanaan program kerja.
d. Program kerja harus secara spesifik dimaksud untuk pengembangan temuan audit

Hubungan Program Kerja Dan Pengujian Lapangan

Program kerja merupakan penghubung antara survey pendahuluandengan pengujian lapangan. Beberapa
contoh teknik yang digunakan ditahapan pengujian lapangan yang perlu dimasukkan dalam proses
pengembangan program kerja,diantaranya adalah:

1. Review dokumen yang ada, seperti: manual dan kebijakan prosedur.


2. Siapkan bagan organisasi dan uraian-uraiian tugas fungsional.
3. Analisis kebijakan dan prosedur personil berkaiatan denga penerimaan (rekrutment), orientasi, treaning,
evaluasi, promosi, dan pemberhentian.
4. Lakukan interview dengan manajemen dan personil oprasional
5. Siapkan bagan arus sesuai dengan kebutuhan
6. Buatlah analisis rasio, perubahan,dan trean
7. Lakukan survey
8. Review kegiatan oprasional
9. Review dan analisis sistem oprasi.
Siapa Yang Mengembangkan Dan Kapan Program Kerja Disusun
Secara umum, auditor dam tim audit yang ditugaskan terlibat dalam pengembangan program kerja,
terlebih lagi dari auditor yang juga terlibat dalam rencana, penugasan yang akan dilakukan.
Masukan berkaitan dengan pengembangan program kerja dapat diperoleh dari:
- Auditor yang memiliki kompetensi/keahlian di area yang direviewnya atau dahulunya auditor tersebut
terlibat lamam proses kegiatan oporasional yang di review.
- Audit yang kegiatan oprasionalnya direview,yang dapat memberikan madsukan yang penting dan
berharga atas penugasan audit yang dilakuakn
- Konsultan atau tenaga ahli yang berasal dari luar organisasai yang memiliki keahlian diarea yang
direview.
- Individu dari organisasi atau fungsi yang sejenis yang dapat memberikan masuan dari propentiv yang
berbeda.
Prosedur Pengembangan Program Kerja
Dalam mengembangkan program kerja, tim audit harus selalu berpatokan pada empat langkah prosedur yang
pokok, yaitu:
a. Idenrifikasi area oprasionala kritikal dan pengendalian yang berhubungan serta area-area yang beresiko.
b. Kembangan pertanyaan-pertanyaan kunci dan langkah-langkah kerja utuk memvalidasi dan
mengkuantifisir area-area yang dipandang beresiko.
c. Identifikasi langkah-langkah kerja yang dibutuhkan untuk memberikan jawaban atas area=area yang
dipandang beresiko dan jawaban atas pertanyan kunci.
d. Lakukan review untuk setiap rencana kerja masing-masing area yang direvie, termasuk penugasan
personel, waktu, dan anggaran yang dibutuhkan.
Pengendalian dan resiko yang di identifikasi:
a. Kemungkinan barang barang yang dibutuhkan tidak dipesan.
b. Barangyang dipesansebelumnya tidak dipesan
c. Barang yang dipesan melebihi jumlah yang dibutuhkan

Langkah langkah auditor untuk membantu mencapai tujuan audit mencapai tujuan auditnya adalah:

1. Tentukan atau pilih beberapa pendapatatau unit oprasi dimana auditor akan mengiterview manajemen
atau petugas oprasinya terkait dengan bagaimana permintaan mereka dibeli dan dikontrol dan di
proses.
2. Identifikasi, material, dan peralatan yang dibutuhkan untuk tujuan, rencana dan program yang
disetujui.
3. Analisis waktu pembelian yang ditetapkan dengan kesesuaian kebutuhan dengan rencana dan
aktivitas departemen yang membutuhkan.
4. Buataka bagan arus proses permintaan pembeli untuk menentukan bahwa terdapat pengendalian yang
cukup memadai dan prosedur pemrosesan untuk memastikan keakuratan pencatatan dari semua
permintaan pembeli dan proses-proses berikutnya dalam fungsi pembelian.
5. Review dan analisis spesifik pembelian danproses pengendalian mutu untuk memeastikan barang
yang benar telah dipesan dan harga ekonomis.

Pedomana Pengembangan Program Kerja

No Pedoman Penyusunan Latar Belakang Alasan


1 Rivieanw analisis sheet, laporan Untuk memperoleh pahaman atas
audit,dan kertas kerja audit tujuan dan kegiatan yang
periode lalu, termasuk dokumen- direview dan sistem
dokumen lain sebelum audit pengendalian yang ada.
berjalan,beserta segala daftar
masalnh yang memerlukan
tindak lanjut.
2 Riview kebijakan dan prosedur Untuk mendapatkan gambaran
oprasi, bagan organisasi, dan latar belakang dan hasil audit
prosedurotoritas dari auditebel yang lalu yang releven untuk
unit. membuat ruang lingkup audit
berjalan.
3 Riview daftar pustaka internal Untuk mendapat informasi yang
auditing yang sesuai dengan terkaiat mengenai teknik auditing
bidang audit yang terkait. untuk aktivitas yang direview
4 Siapkan flowchart atas oprasi inti Untuk mengidentifikasikan setiap
dari fungsi atau kegiatan yang kelemahan dalam pengendalian
diaudit. dalam pengendalian untuk
mendapat analisis visual dari
analisis transaksi.
5 Riview dari analisis kinerja telah Untuk mendapat ukuran dan
ditetapkan oleh manajer dan bila penilaian efisien dan efektifitas
mungkin bandingkan ini dengan oprasi dan untuk menentukan
standar industri apakah sesuai dengan standar
yang semestinya
6 Interview audit dan diskusi runag Untuk mendapatkan persetujuan
lingkup audit dan tujuan auditor dari audit dan menghindarkan
Ingin capai. kesalah fahaman mengenai
tujuan dan ruang lingkup audit.
7 Siapkan bagrt yang menguraikan Untuk mendapatkan pedoman
sumber-sumber yang diambil bagi auditor dan waktu yang
untuk menyelesaikan penugasan dibutuhkan untuk memastikan
audit. efisien atas proses audit.
8 Riview individu-individu yang Untuk memperolehpandangan
memiliki posisi kunci yang akan terhadap efisiensi dan efektifitas
berkaitan dengan proses audit. oprasi dan identifikasi setiap
permasalahan secara komperatif
dan terkoodinir.
9 Buat daftar resiko yang meterial Untuk menyekinkan bahwa
yang harus dipertimbangkan. masalah masalah yang perlu
mendapatkan perlatihan besar
atau dapat memperoleh perhatian
yang semestinya.
10 Untuk setiap resiko yang Untuk melihat apakah
teridentifikasi tentukan jenis pengendalian yang ada dapat
pengendalian apa mengeliminasi atau cukup efisien
yangberpengaruh dan pakah untuk mengurangi resiko-resiko
pengendalian dimaksut tersebut yang teridentifikasi.
sudah cukup memadai.
11 Tentukan lauasnta masalah- Untuk mengidentifikasikan area
masalah dan peluang-peluang mana yang utama yang
yang signifikat. mengandung kesulitan dan
menentukan penyebab penyebab
dan kemungkinan pemecahanya.

Kriteria Program Kerja

a. Program harus dibuat khusus dan spesifik


b. Setiap program kerja harus menunjukkan alasan yang mendasari
c. Langkah kerja harusmengandung intruksi positif
d. Program kerja harus menunjukkan prioritas dalam langkah-langkah kerja
e. Program kerja harus cukup fleksibel dan memungkinkan penggunaan insestip dan jugment auditor
f. Program tidak boleh kacau balau dengan berbagai informasi dari berbagai sumber yang tersedia
g. Program kerja harus mendapatkan bukti persetujuan sebelu digunakan,termasuk juga perubahanya.
Krangka Program Kerja Yang Dikembangkan.
1. Proses dan resiko kritis
2. Pengendalian resiko kritis
3. Tingkat pengendalian
4. Dokumen atau bukti
5. Langkah prosedur audit

BAB 4

TEKNIK PENGUMPULAN INFORMASI

Teknik pengumpulan informasi yang dibahas pada bab ini merupakan teknik pengumpulan informasi yang
dilakukan ditahap survey pendahuluan,evaluasi pengendalian, dan identivikasi resiko.

Review Dokumen

Data yang terdapat pada berkas audit terdiri dari:

- lembar analisis audit


- laporan hasil audit dan tanggapan atas laporan audit
- struktur organisasi, posedur, kebijakan dan ketentuan yang berlaku.
- Laporan monitoring tindak lanjut hasil audit.

Dataaudit yang diakses oleh audit:

a. Perubahan manajemen dan personal kunci


b. Laporan manajemen mengenai kinerja serta permasalahn yang dihadapi
c. Prubahan proses pelaksaanaan kegiatan
d. Pemuktahiran kebijakan, sistem dan prosedur yang berlaku
Sumber lain, auditor dapat mengumpulkan data yang releven:
a. Kondisi ekonomi dan pasar
b. Perkembangan teknologi
c. Perkembangan literatur auditing
d. Peraturan pemerintah terkait
Teknik Kuesioner

KOMPONEN Tujuan Resiko KONTROL Pertanyaan


KEGIATAN DIBUTUHKAN (KUESIONER)
Penentuan Ketepatan jenis Informasi tidak Komunikasi Apakah terdapat
kegiatan jumlah,kualitas,da alncar/ tidak berkala antara rencana
n jadwal kebutuhan akurat. Rekayasa pemakai, pengadaan?
kebutuhan pengawas/otoritas Apakah dibuat
dan bagian jadwal
pengadaan perencanaan
pengadaan untuk
setiap jenis
barang?
Bagaimana
rencana tersebut
disusun?
Kapan pesanan
pembelian mulai di
persiapkan?

Teknik Wawancara Audit


Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi dari auditeedan meminta penegasan atas permasalahan
yang didefinisi.
Teknik audit model interview ini dapat dilakukan terhadap:
- Personal audit
- Pihak lainyang mempunyai kontak dengan audit
- Pihak lain yang independen
Hambatan yang mungkin terjadi dalam interview audit:
a. Hambatan pisikologis
b. Orientasi akan temuan kendala lain dalam interview

Dalam menggunakan teknik interview auditor harus memahami teknik dengan baik:

1. Tahap kesiapan
2. Tahap penjadwalan
3. Tahap pembukuaan
4. Tahap pelaksanaan
5. Tahap penutupan
6. Tahap pencatatan

Observasi Lapangan
Observasi lapangan digunakan untuk memperoleh informasi yang dilakukan langsung oleh auditor dari
tangan pertama dan melihat kondisi objektif dilapangan. Observasi lapangan dapat memberikan informasi
mengenai:

1. Alur proses kegiatan


2. Titik rawan dari setiap kegiatan
3. Susunan kerja
4. Kecukupan dari keadaan fasilitas kerja
5. Kondisi dan kualitas SDM
6. Tipe dan gaya kepemimpinan

Teknik Inspensi Lapangan

Merupakan tekni pengujian audit untuk pengumpulan informasi yang dilakukan auditor berupa
perhitungan fisik untuk memastikan keakuratan suatu jumlah atau nilai dari aset yang dijual.inspeksi
dilakukan terhadap jumlah persediaan barang atau suku cadang yang ada digudang dxan ispeksi terhadap
jumlah uang kas yang dikelolah oleh kasir atau bendaharawan.

Teknik Verifikasi Dokumen

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan konfirmasi atau penegasan mengenai kebenaran, keakuratan,
keaslian, atau keabsahan atau sesuatu hal.

Verifikasi dibagi menjadi 2:

1. Voching
2. Tracing

Teknik lain yang umum digunakan auditor:

a. Scanning
b. Konfirmasi

Teknik Analisis

Teknik pengujian yang dilakun dengan cara membandingkan berbagain data yang berkaitan.teknik
pengujuan analisis merupakan teknik pengujian yang digunakan untuk menguji tingkat kewajaran sesuatu
hubungan sebab akibat dan tren dari berbagai komponen kegiatan yang diaudit.

Teknik Investigasi
Teknik pengujian audit yang diterapkan terhadap kegiatan auditor terhadap fakta yang tersembunyi.
Investigasi merupakan pengujian yang sistematis dimana auditor diharap untuk dapat mengungkapkan
dan mengetahui keingintahuanya.

Teknik Evaluasi

Teknik ini dilakukan untuk dapat sampai pada pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi
juga mengandung arti bagaiman auditor mampu berdasarkan analisis untuk memastikan atau menetapkan
mengenai kecukupan, efisiensi, dan evektifitas kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai