Anda di halaman 1dari 22

ARTIKEL

KEWIRAUSAHAAN DIKALA PANDEMI

CORONAVIRUS DIESES 2019

DOSEN :

Fitri Yani Jalil. SE. M.Sc

Disusun Oleh :

Rifky Ramadhan 11180970000109

Jurusan Fisika

Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2020
Apa Itu Coronavirus, Mengapa Disebut Covid 19 ?

Semenjak wabah tersebut mulai merambah di berbagai Negara, kita


sering mendengar yang namanya corona atau covid 19, apa si bedanya?.
Keduanya tentu memiliki masing-masing pengertian yang perlu diketahui.

Sejauh ini Corona atau Covid-19 masih menjadi perbincangan di sejumlah


negara lantaran kasusnya yang kian meningkat hingga World Health
Organization (WHO) menetapkan virus tersebut menjadi pandemi.

Wabah virus corona (Covid-19) telah menyebar ke lebih dari 160 negara
di dunia, termasuk Indonesia. Tercatat, lebih dari 8,882 orang Indonesia telah
terinfeksi, dan 743 di antaranya meninggal dunia semenjak ditulisnya Artikel ini.

Corona(Corona Virus) atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang


menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti
penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali dalam
hidupnya. WHO menjelaskan bahwa virus ini dapat menyerang manusia maupun
hewan.
Penyakit Flu yang diderita manusia bisa juga berdampak serius seperti :

 Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).

 Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

 Pneumonia.

SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa


negara lain. Mulai dari Hongkong, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, Vietnam,
Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, hingga Amerika Serikat. Epidemi SARS
yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai
negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi
saluran pernapasan berat tersebut. 

Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi,
yaitu:

 HcoV-229E.
 HcoV-OC43.
 HcoV-NL63.
 HcoV-HKU1.
 SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
 MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).
 COVID 19

Coronavirus sendiri jenis baru yang ditemukan manusia sejak muncul di


Wuhan, China pada Desember 2019, dan diberi nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2). Sehingga, penyakit ini disebut dengan
Coronavirus Disease-2019 (Covid-19).

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss pada Selasa, 11


Februari 2020 memberikan Covid-19 menjadi nama resmi dari penyakit yang
disebabkan oleh virus Corona yang berasal dari Wuhan, China. Singkatan Covid-
19 juga memiliki rincian, seperti “co” berarti corona, “vi” mengacu ke virus, “d”
untuk diseases, dan 19 merupakan tahun wabah penyakit pertama kali
diidentifikasi pada 31 Desember 2019.

Nama virus atau penyakit itu tidak akan merujuk pada letak geografis, hewan,
individu, atau kelompok orang. Tedros menjelaskan nama tersebut dipilih untuk
menghindari stigmatisasi, sebagaimana panduan penamaan virus yang
dikeluarkan WHO pada 2015.

Sebelumnya, Komisi Kesehatan Nasional China menyebut sementara Novel


Coronavirus Pneumonia (NCP). Sedangkan WHO memberikan nama
sementarauntuk virus Corona ini dengan sebutan 2019-nCoV.

Faktor Risiko Infeksi Coronavirus  

Siapa pun dapat terinfeksi virus corona. orang dengan kekebalan tubuh yang
lemah lebih rentan terhadap serangan virus ini seperti bayi dan anak kecil, Selain
itu, kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Contohnya, di Amerika Serikat,
infeksi virus corona lebih umum terjadi pada musim gugur dan musim dingin. 

orang yang tinggal atau berkunjung ke daerah yang rawan virus corona, juga
berisiko terserang penyakit ini. Misalnya, berkunjung ke Tiongkok, khususnya
kota Wuhan, yang pernah menjadi wabah COVID-19 yang bermulai pada
Desember 2019.
Penyebab Infeksi Coronavirus  

Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri. Kebanyakan virus


corona menyebar seperti virus lain pada umumnya, seperti: 

 Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).


 Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
 Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang
terkena percikan air liur pengidap virus corona. 
 Tinja atau feses (jarang terjadi)

Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus
corona COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan,
termasuk unta, kucing, dan kelelawar. Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi
belum diketahui secara pasti. Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14
hari setelah virus pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, metode
transmisi COVID-19 juga belum diketahui dengan pasti.  Sebenarnya virus ini
jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke individu
lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa
menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia
ke manusia. 
Gejala Infeksi Coronavirus  

Virus corona menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang


muncul ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa
serius infeksi yang terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang
ringan:

 Hidung beringus.
 Sakit kepala.
 Batuk.
 Sakit tenggorokan.
 Demam.
 Merasa tidak enak badan.

Beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat


berubah menjadi bronkitis dan pneumonia yang mengakibatkan gejala seperti:

 Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia.


 Batuk dengan lendir.
 Sesak napas.
 Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.
Kebanyakan orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit tanpa perlu perawatan
khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang mendapatkan COVID-19 sakit parah
dan mengalami kesulitan bernapas. Namun, ada beberapa orang yang terinfeksi
tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tak merasa tidak enak badan.

Bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya, orang dengan penyakit


jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan
Orang yang lebih tua, serta mereka yang memiliki masalah medis seperti
tekanan darah tinggin atau diabetes, lebih mungkin terkena penyakit serius.
Orang dengan demam, batuk dan kesulitan bernapas harus mendapat perhatian
medis.

Diagnosis Infeksi Coronavirus  

Dokter akan mengawali dengan anamnesis atau wawancara medis untuk


mendiagnosis infeksi virus corona. Dokter akan menanyakan seputar gejala
atau keluhan yang dialami pasien. Selain itu, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah untuk membantu menegakkan
diagnosis. Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak, mengambil sampel
dari tenggorokan, atau spesimen pernapasan lainnya. dokter akan melakukan
swab tenggorokan, DPL, fungsi hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP untuk kasus
yang diduga infeksi novel coronavirus.

Komplikasi Infeksi Coronavirus  

Penyakit SARS bisa menyebabkan kegagalan pernapasan, gagal jantung, hati,


dan kematian. Bila tak ditangani dengan cepat dan tepat Virus corona dapat
menyebabkan penyakit SARS bisa menimbulkan komplikasi pneumonia, dan
masalah pernapasan parah lainnya..

Novel coronavirus juga bisa menimbulkan komplikasi yang serius. Infeksi virus ini
bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian. Hal ini hampir sama dengan SARS,
Pengobatan Infeksi Coronavirus  

Umumnya pengidap akan pulih dengan sendirinya dan tak ada perawatan
khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Namun, ada beberapa upaya yang
bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:

 Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan
batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan
berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.
 Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu
meredakan sakit tenggorokan dan batuk.
 Perbanyak istirahat.
 Perbanyak asupan cairan tubuh.
 Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi
penyedia layanan kesehatan terdekat.

Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS,
MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diidap dan kondisi pasien. 
Dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas
Kesehatan) setempat. Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus dan
apabila tidak bisa dirujuk karena beberapa alasan, dokter akan melakukan:

 Isolasi
 Serial foto toraks sesuai indikasi.
 Terapi simptomatik.
 Terapi cairan.
 Ventilator mekanik (bila gagal napas)
 Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.

Pencegahan Infeksi Coronavirus 

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus
ini karena sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus
corona. Namun, setidaknya berikut upaya yang bisa dilakukan: 

 Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik


hingga bersih.
 Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan
kotor atau belum dicuci.
 Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.
 Hindari menyentuh hewan atau unggas liar. 
 Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering
digunakan. 
 Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian,
buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih. 
 Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
 Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika
mengalami gejala penyakit saluran napas. 
 perkuat sistem kekebalan tubuh dengan konsumsi vitamin dan
suplemen sebagai bentuk pencegahan dari virus ini.
Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan bahwa orang yang sudah
sembuh dari Covid-19 belum tentu kebal dari virus SARS-CoV-2 dan tidak
mendapatkannya di kemudian hari.

Laporan WHO yang baru terbit dan dilkitasi pernyataan ilmiah menggarisbawahi
tidak ada bukti bahwa orang yang sembuh dari Covid-19 memiliki kekebalan
akan virus tersebut. Maria Van Kerkhove dari WHO sebelumnya mengatakan
tidak mengetahui apakah orang yang telah terpapar virus menjadi benar-benar
kebal. Sebaga juru bicara IDSA dan Kepala Divisi Penyakit Menular di Rush
University Medical Center, mengatakan, pihaknya tidak mengetahui apakah
pasien yang memiliki antibodi masih berisiko terinfeksi Covid-19 untuk kedua
kalinya. WHO memperingatkan, tes antibodi yang sudah dilakukan tidak cukup
menunjukkan bahwa orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 menjadi kebal
terhadap virus SARS-CoV-2.

Hayden juga mengatakan, hingga saat ini belum ada yang mengetahui antibodi
dari Covid-19 yang muncul setelah sembuh memberikan perlindungan seperti
apa. Apakah perlindungan menyeluruh atau hanya parsial, dan berapa lama
antibodi itu bertahan masih belum diketahui pasti.

Kewirausahaan di Indonesia

Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16. Wirausaha
secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada
tahun 1755 sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa
istilah wirausaha seperti di Belkita dikenal dengan ondernemer, di Jerman
dikenal dengan unternehmer. Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah
enterpenuer, istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon,
seorang ekonom Prancis. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys
means of production at certain prices in order to combine them”.
Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara
seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas
yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun
1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan
kewirausahaan.

DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah


atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik
melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan
masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

Kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira


berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau non-
komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian
seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis. Kewirausahaan secara
umum adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru atau kreatif
dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.

Manusia sebagai seorang individu harus kreatif dalam mengolah sumber daya
yang dimilikinya, sebab sumber daya merupakan modal awal untuk seseorang
berwirausaha. Umumnya wirausaha didefinisikan sebagai orang yang mampu
mengolah sumber daya yang ada menjadi suatu produk yang mempunyai nilai,
kemudian mencari keuntungan dari peluang yang belum digarap orang lain.

Negara Indonesia saat ini masih dikatakan sebagai Negara berkembang. Hal ini
disebabkan oleh berbagai masalah yang terdapat di Indonesia. Misalnya
banyaknya pengangguran,pendapatan penduduk yang rendah, dan kondisi
ekonomi dan sosial yang tertinggal dibandingkan dengan Negara maju. Banyak
hal yang harus dibenahi pemerintah Indonesia untuk dapat meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.

Sempitnya lapangan pekerjaan disebabkan oleh padatnya penduduk di Kota


besar seperti Jakarta. Oleh karena itu, penduduk yang tidak memiliki pekerjaan
yang tetap dan tidak memiliki kemampuan berwirausaha akan memiliki
pendapatan yang rendah dan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. .
Maka dari itu, jiwa kewirausahaan penduduk Indonesia harus ditingkatkan untuk
membantu mengembangkan perekonomian Negara Indonesia. Jika hal ini belum
dapat terselesaikan maka perkembangan perekonomian di Indonesia tidak akan
mengalami peningkatan dan Indonesia tidak dapat menjadi Negara maju

Salah satu faktor yang dapat mendorong peningkatan perekonomian Indonesia


adalah kewirausahaan karena memiliki beberapa alasan. Diantaranya dapat
meningkatkan kreatifitas dan kemampuan masyarakat dalam menyalurkan ide
dan kreasinya, sehingga masyarakat tidak bergantung kepada pemerintah
seperti PNS (Pegawai Negeri Sipil), dan juga dapat menarik investor Negara
asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia apabila kewirausahaan
berjalan dengan baik.

Untuk dapat dikatakan sebagai Negara maju jumlah wirausaha di suatu Negara
harus berjumlah minimal 2% dari total jumlah penduduk. Sedangkan jumlah
wirausaha di Indonesia pada saat ini masih menunjukan presentase yang sangat
kecil, yaitu belum mencapai 2%. Padahal Indonesia masih jauh tertinggal oleh
Negara- Negara tetangga yang memiliki jumlah wirausaha lebih tinggi. Seperti
Singapura yang merupakan Negara dengan jumlah wirausaha tertinggi di
ASEAN, kemudian Malaysia. Memprihatinkan memang, mengingat Indonesia
memiliki sumder daya alam yang sangat melimpah.
Hal ini dikarenakan kurangnya inovasi dan kreativitas penduduk Negara
Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya tersebut. Untuk dapat
berwirausaha dibutuhkan kemauan dan niat yang kuat. Hal ini yang sangat
dibutuhkan oleh penduduk Indonesia.Di Negara maju seperti Amerika Serikat,
penduduk di Negara tersebut hanya berjumlah 6% yang ingin bekerja di kantor
pemerintahan. Dan pada tahun 1990-an, diketahui 60% pelajar SMA di Amerika
ingin menjadi pengusaha. Sedangkan mayoritas penduduk Indonesia memilih
bekerja di kantor pemerintahan karena berfikir menjadi wirausaha kurang
menjanjikan dan memiliki resiko yang lebih tinggi.

Ironis memang mengingat banyaknya potensi yang tersedia di bumi Indonesia ini
(sumber daya alam), begitu melimpah untuk dijadikan suatu produk yang bagus.
Di Indonesia perkembangan wirausaha sangat kecil, berkisar di angka 0,18 %
dari total jumlah penduduk. Sebut saja hasil hutan seperti kayu dan rotan yang
bisa dikembangkan menjadi property rumah tangga seperti meja, kursi, tongkat,
dan macam-macam yang lainnya.

Lihat saja pemerintah kita saat ini. Apakah mereka mengajak menggunakan
produk dalam negeri ? dapat kita ambil contoh dari salah satu kebijakan
pemerintah yakni, mengimpor garam. Apakah pantas Negara dengan
produktivitas garam mencapai 120 ton, bahkan berpotensi hingga 200 ton per
hektar dalam musim panen mengimpor garam dari luar. Lambatnya
perkembangan wirausaha di Indonesia dipengaruhi oleh seberapa besar
perhatian pemerintah terhadap masyarakatnya.

Pemerintah saat ini hanya mencari jalan paling mudah tanpa menghiraukan
prestasi dan harga diri. Yang penting, tujuan diri sendiri atau kelompok tercapai
maka ini akan membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Rakyat
menjadi putus asa tidak tahu lagi kepada siapa mereka mengadukan nasibnya.
Ini mungkin yang menjadikan masyarakat frustrasi karena ruang untuk
mengembangkan kewirusahaannya tidak ada lagi. Rakyat menjadi kehilangan
harapan dan kepercayaan.

Menurut Prof. Ryas Rasyid fungsi pemerintahan dibagi menjadi empat bagian
yaitu pelayanan (public service), pembangunan (development), pemberdayaan
(empowering), dan pengaturan (regulation). Salah satu keberhasilan suatu
negara bukan hanya terletak pada pemerintah yang dinamis dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugasnya namun juga mampu membangkitkan partisipasi
masyarakat agar masyarakat juga mampu berperan aktif dalam
mengembangkan kapasitas bangsa pada berbagai bidang khususnya dalam
bidang ekonomi yang menyangkut kesejahteraan umum dengan berbagai cara
yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah dengan cara memberikan
pkitangan tentang betapa pentingnya berwirausaha, betapa menguntungkan dan
menjanjikannya hal ini.

Di lain sisi, pemerintah hendaknya juga memberdayakan masyarakat


berwirausaha, agar mereka yang telah merintis usaha-usaha tersebut tidak mati
atau gulung tikar. Apa salahnya jika pemerintah memberikan bantuan kepada
pengusaha-pengusaha kecil untuk dapat terus bertahan bahkan untuk
meningkatkan usahanya trersebut. Sebab itulah butuh pemerintah yang
mendukung masyarakat wirausaha dengan cara membeli atau menggunakan
produk-produk lokal tersebut. Jangan hanya mau gampang saja dengan
mengimpor.

Jumlah wirausaha di Tanah Air saat ini baru mencapai 3,1 persen dari total
penduduk usia produktif. Jumlah ini terbilang minim dibanding tingkat wirausaha
di negara-negara maju yang bisa mencapai 14 persen. Hal ini telah disebutkan
oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang
Girindrawardana

Ia pun mengaku pihaknya belum banyak berkontribusi guna mendorong


wirausaha maupun pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Menurut dia minimnya
jumlah wirausaha, terjadi lantaran belum ada dukungan yang masif dari
pemerintah maupun swasta. Pihaknya bahkan kalah dibandingkan sejumlah
perusahaan besar yang sudah ikut memberdayakan pelaku UKM.

Sementara, Pakar pemasaran Yuswohady menilai perlunya sinergi yang kuat


antara pemerintah dan dunia usaha dalam mengembangkan UKM. Sektor ini
dinilai memiliki potensi yang besar untuk berkembang.

Mengacu pada data Kamar Dagang dan Industri (Kadin), tingkat kontribusi sektor
UKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60,34 persen pada 2016.
Saat ini, menurut dia, mayoritas UKM belum memahami manajemen bisnis. Hal
ini, membuat pelaku sulit untuk maju. Untuk itu, diperlukan peran aktif
pemerintah dan dunia usaha.

Perekonomian global saat ini sedang dihadapkan pada potensi resesi yang
dipicu perang dagang Amerika dengan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi
nasional memiliki tantangan, sebab banyak dari kreditur berasal dari perusahaan
yang sudah ada, bukan dari perusahaan baru.

WImboh mengatakan kewirausahaan perlu didorong untuk meningkatkan


pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, sektor ini mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 97 persen dari total tenaga kerja nasional.

Pengembangan kewirausahaan juga dapat mendorong peningkatan PDB


sebanyak 60 persen, mendorong ekspor, dan terciptanya berbagai inovasi.

Kewirausahaan di Tengah Wabah Covid 19

Saat ini telah kita ketahui bahwa dunia telah dilkita wabah penyakit yang
disebabkan oleh Coronaviruses dieses 2019. Virus ini menyerang organ
pernafasan baik manusia maupun hewan. Penyebaran virus ini juga sangat
cepat terjadi selama ada interaksi social antar masyarakat.

Maka dari itu pemerintah memberikan himbauan untuk tidak keluar rumah
dan melakukan social distancing atau sekarang telah diubah menjadi physical
distancing dan self isolation demi mengurangi dampak penyebaran dari virus ini.
Namun karena hal tersebut jika kita lihat dari sisi kewirausahaan dan bisnis akan
sangat berdampak terutama bagi mereka yang mengharuskan adanya kontak
langsung antar pembeli, pelanggan maupun distributor.

Sebanyak 6,3 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah terpuruk selama
pandemi Covid-19. Pendapatan harian mereka merosot drastis sehingga
mengancam keberlangsungan usaha. Seperti usaha ritel, pariwisata, pameran,
konsumsi, korporasi, sektor keuangan, dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) bahkan banyak restoran terutama di mal yang tutup untuk sementara,
begitu pula tempat makan lainnya. Hal tersebut membuat banyak pelaku usaha
kuliner seperti restoran, warung atau kedai makan kehilangan pelanggannya.

Meski demikian, tidak semua sektor bisnis mengalami masalah yang


sama. Di sisi lain, kini masyarakat Indonesia lebih banyak membeli bahan
makanan untuk memasak di rumah. Ada juga yang memilih memesan makanan
melalui ojek online (ojol) belakangan ini. Beberapa dari mereka pun mencari
solusi untuk bertahan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya
bisnis seperti jasa antar barang dan makanan mengalami peningkatan yang
signifikan karena semakin banyak orang yang menerapkan gerakan
#dirumahsaja.
Namun tidak hanya itu Virus corona memberi tekanan luar biasa
terhadap ekonomi global dan nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
ekspor RI ke China merosot 12,07% menjadi USD 2,24 miliar. Penurunan tajam
juga terjadi pada ekspor minyak dan gas dan non-migas. Impor turun sebesar
2,71% menjadi USD 4 miliar. Penurunan paling besar pada komoditas buah-
buahan, seperti apel dan anggur.

Covid-19 menimbulkan ancaman kehilangan pendapatan rumah tangga, tidak


dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup minimalnya. Hal ini Berdasarkan
kajian Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Terlebih bagi masyarakat miskin dan
rentan serta sektor informal. Penurunan daya masyarakat makin tinggi.

Terjadi gangguan aktifitas bisnis yang akan menurunkan kinerja, pemutusan


hubungan kerja, dan bahkan mengalami ancaman kebangkrutan. hal ini terjadi
karena pelemahan perekonomian akibat virus corona membuat aktifitas sektor
manufaktur, perdagangan, transportasi, dan akomodasi seperti restoran dan
perhotelan merupakan yang paling rentan. Di sisi lain, memburuknya aktifitas
ekonomi dan dunia usaha akan merembet ke sektor keuangan. Perbankan dan
perusahaan pembiayaan berpotensi mengalami persoalan likuiditas dan
insolvency yang selanjutnya menjalar menjadi ancaman depresiasi rupiah,
volatilitas pasar keuangan, dan capital flight.

Pemerintah menganggarkan belanja dan pembiayaan dalam rangka Covid-19


mencapai Rp 405,1 triliun. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
mengatakan pemerintah akan terus menjaga seluruh aspek perekonomian dalam
negeri.

Secara umum, total tambahan belanja pemerintah untuk penangan Covid-19


mencapai Rp 225,1 triliun. Angka ini merupakan kalkulasi dari anggaran stimulus
dukungan industri Rp 75 triliun, perlindungan sosial senilai Rp 110 triliun, dan
perlindungan kesehatan sebanyak Rp 75 triliun. Sementara, total pembiayaan
dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi nasional termaksud
stimulus untuk ultra mikro senilai Rp 150 triliun.
Direktur Program Magister Manajemen Kalbis Institute Jakarta Dr. Joseph M J
Renwarin mengatakan, setiap ada petaka selalu ada peluang bisnis. Bisnis yang
mendapat keuntungan besar seperti penjualan masker, karena penularan virus
korona melalui udara sehingga banyak orang yang membeli masker untuk
keperluannya sendiri maupun untuk dijual lagi.

Di mana timbulnya kepanikan warga yang mulai berbelanja stok bahan mentah di
supermarket sehingga membludak. Juga kebutuhan akan makanan cepat saji
atau makanan mentah. Hal ini yang menjadikan Fenomena virus corona
membuat fakta yang menarik.

Peluang Bisnis di Tengah Wabah Covid-19

Sebagai seorang wirausahawan, Kita harus jeli melihat kesempatan dan peluang
positif di tengah kondisi pasar yang sedang bergejolak. Tentunya, Kita juga harus
menghindari praktik bisnis yang tidak bermoral seperti menimbun barang
kebutuhan pokok dan kebutuhan survival seperti masker dan Hand Sanitizer
hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat.
Mengingat bahwa inti dalam berbisnis itu memberikan solusi dan nilai bagi
konsumen agar tercipta hubungan yang berkelanjutan (konsumen Kita menjadi
pelanggan setia). Orang selalu membutuhkan sesuatu, dan mereka akan memilih
produk yang bisa memberikan nilai dan manfaat yang paling optimal dalam
menghadapi wabah Covid-19 sesuai dengan prioritas kebutuhan masing-masing.

Seringkali yang menjadi masalah adalah bukan industri Kita, melainkan


bagaimana metode Kita dalam menjual produk.Karena dasarnya peluang dan
kesempatan akan selalu ada, apapun industri bisnis Kita. Mulai dari pakaian,
makanan, atau ritel sekalipun. Ya, inilah kesempatan terbesar Kita – beradaptasi
dengan situasi yang sedang terjadi.

Misal, dengan banyaknya orang yang menerapkan social distancing, penjualan


secara digital akan meningkat.

Peluang Berdasarkan Jangka Waktu

Sektor bisnis yang diminati dalam jangka pendek terkait wabah Covid-19 adalah


sektor-sektor yang berkaitan dengan kesehatan atau gaya hidup sehat. Menurut
Sonny Rustiadi, Ph.D, Dosen Kelompok Keahlian Kewirausahaan dan
Manajemen Teknologi Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB,
Perhatian masyarakat akan fokus pada Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.
Sehingga, permintaan di sektor kesehatan dan pangan diprediksi akan
meningkat (dengan asumsi wabah Covid-19 berhasil dikendalikan) ini
dalam jangka menengah (beberapa bulan ke depan).

Sementara dalam jangka panjang (dalam hitungan tahun), Konsumen


cenderung lebih kritis terhadap produk-produk yang dinilai tidak ramah
lingkungan dan berpotensi merusak alam.Karena isu lingkungan akan menjadi
perhatian utama.

Tips Menjalankan Bisnis di Tengah Wabah Covid-19

Cobalah amati apa kebutuhan konsumen Kita saat ini, dan hubungkan
kebutuhan mereka dengan produk atau layanan yang Kita tawarkan. Setiap
bisnis idealnya turut berperan aktif dalam menekan angka persebaran wabah
Covid-19.

Contoh:

 Operator seluler memberikan kuota gratis untuk mendukung imbauan


pemerintah agar para pelajar dapat belajar dari rumah.

 Perusahaan transportasi online (Grab dan Gojek) menambahkan fitur


baru dalam layanan pengantaran makanan mereka (tanpa interaksi
langsung dengan driver).

 Platform belajar online memberikan akses gratis selama kebijakan belajar


dari rumah diterapkan.

Dengan partisipasi aktif dari semua pihak (pemerintah, bisnis, dan masyarakat),
wabah Covid-19 akan lebih mudah diatasi, dan semuanya akan segera pulih dan
berjalan dengan normal.

Sumber
https://www.tagar.id/pengertian-corona-vs-covid19

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200406090929-37-149929/simak-
penjelasan-who-soal-apa-itu-corona-dan-cirinya

https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public

https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/27/084135123/who-tak-ada-bukti-
pasien-sembuh-covid-19-kebal-dari-virus-corona

https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/27/06241361/data-gugus-tugas-laki-
laki-usia-produktif-lebih-banyak-terinfeksi-covid-19

Hamid ARAH. Social responsibility of medical journal: a concern for COVID-19 pandemic. Med J
Indonesia [Internet]. 2020Mar.26 [cited 2020Apr.27]

http://adieth12.blogspot.com/2012/04/kewirausahaan-di-indonesia.html

https://blog.ub.ac.id/mathilda/2016/09/11/perkembangan-wirausaha-di-indonesia/

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181018210657-92-339664/hanya-31-
persen-penduduk-produktif-di-ri-yang-wirausaha

https://www.xendit.co/id/blog/peluang-bisnis-di-tengah-wabah-covid-19-apa-saja/

https://bebas.kompas.id/baca/ekonomi/2020/04/22/umkm-bertahan-dalam-
pandemi-dengan-inovasi/

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4213151/cerita-akhir-pekan-kembang-
kempis-para-pengusaha-makanan-di-tengah-pandemi-corona-covid-19#

https://economy.okezone.com/read/2020/04/04/320/2194058/peluang-bisnis-di-
tengah-wabah-covid-19?page=2

https://nasional.kontan.co.id/news/menghitung-dampak-covid-19-terhadap-dunia-
usaha-hingga-umkm

Anda mungkin juga menyukai