Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan Vokasional, Vol. 4 No.

3 (Agustus 2019)
ISSN 2541-0644 (print), ISSN 2599-3275 (online)
DOI h ps://doi.org/10.22146/jkesvo.46795

Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Umur 24-60 Bulan


di Kelurahan Bener Kota Yogyakarta

Reni Merta Kusuma¹


Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta¹
join.reni@gmail.com¹

Diajukan 25 Maret 2019 Diperbaiki 15 Mei 2019 Diterima 19 Agustus 2019


ABSTRAK
Latar Belakang: Pemantauan pertumbuhan dan sampling yang digunakan total sampling sehingga
perkembangan balita wajib dilakukan. sampel berjumlah 84 anak. Data yang diperoleh
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran akan dianalisis dengan uji Kontinen Koefisiensi
sel, jumlah sel, dan jaringan intraseluler. Lamda dengan uji Korelasi Pearson.
Pertumbuhan terkait dengan perubahan fisik dan Hasil: Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
struktur tubuh. Perkembangan merupakan status gizi balita umur 24-60 bulan di Kelurahan
bertambahnya fungsi struktur dan fungsi tubuh. Bener 81% dinyatakan normal dan 3,6% dinyatakan
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki kurus sekali. Perkembangan balita umur 24-60
keterkaitan, sehingga penting untuk dipantau. bulan di Kelurahan Bener 89,3% dinyatakan sesuai
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang balita dan 2,4% dinyatakan penyimpangan. Hasil analisis
ini, maka peneliti ingin mengetahui korelasi dari bivariat menyatakan antara status gizi dengan
kedua variabel tersebut. perkembangan balita umur 24-60 bulan dengan nilai
Tujuan: Guna mengetahui hubungan status gizi p sebesar 0,493. Posisi korelasinya sangat lemah
dengan perkembangan balita di Kelurahan Bener, dengan nilai korelasi Pearson sebesar 0,076.
Kota Yogyakarta Kesimpulan: Kesimpulan tidak ada hubungan
Metode: Rancangan penelitian cross-sectional status gizi dengan perkembangan balita umur 24-60
dengan pengambilan data pada saat tertentu. bulan dan posisi korelasi keduanya sangat lemah.
Populasi sejumlah 84 anak umur 24-60 bulan. Teknik
Kata Kunci: status gizi; pertumbuhan; perkembangan

ABSTRACT
Background: Toddler growth and development testing the continent Koefisiensi test with Pearson
monitoring is required. The growth is increasing the size Correlation Lamda.
of the cells, cell count, and intracellular tissue. Physical Results: The research results showed that the nutritional
changes associated with growth and body structure. The status of children aged 24-60 months in Kelurahan Bener
progression is the increase of the function of the structure 81% 3.6% normal and stated stated skinny as hell.
and function of the body. Growth and development of Development of a toddler aged 24-60 months in
coupled, so it is important to monitor. The importance of Kelurahan Bener 89.3% 2.4% expressed and revealed
monitoring the growing swell toddlers, researchers want irregularities. Bivariat analysis results declared between
to find out the correlation of these two variables. nutritional status with the development of a toddler aged
Objective: To find out the relationship between 24-60 months value p of 0.493. Position korelasinya is
nutritional status and development of infants in Bener very weak with the value of the correlation of Pearson of
Village, Yogyakarta City 0.076.
Methods: The draft cross-sectional study with data Conclusion: Conclusion there is no relationship of
capture at any given moment. The population of a number nutritional status with the development of a toddler aged
of 84 children aged 24-60 months. The sampling 24-60 months and correlation of both positions is very
techniques used total sampling so that the sample weak.
amounted to 84. The data obtained will be analyzed by
Keywords: nutritional status; growth; development

122 h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online 31 August, 2019


Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Umur 24-60 Bulan...

PENDAHULUAN perkembangan balita tersebut yaitu Pra


Setiap anak akan melewati proses Kuesioner Skrining Perkembangan (KPSP).
tumbuh kembang sesuai dengan tahapan Periode tumbuh kembang anak dibagi
umurnya. Pertumbuhan adalah bertambahnya menjadi beberapa tahap. Pada masa tersebut
u k u r a n da n ju ml a h se l se r t a ja r i n g a n pertumbuhan mulai menurun, adanya
intraseluler, sehingga ada pertambahan kemajuan perkembangan motorik (gerak kasar
ukuran fisik dan struktur tubuh. dan halus), dan fungsi ekspresi. Setelah lahir
Perkembangan adalah bertambahnya fungsi terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
tubuh yang lebih kompleks sehingga anak pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
memiliki kemampuan motorik kasar, motorik masih berlangsung. Masa tersebut juga terus
halus, bicara bahasa, serta sosialisasi, dan mengalami pertumbuhan serabut syaraf dan
kemandirian (Departemen Kesehatan RI, 2012) cabang-cabangnya. Pertumbuhan jaringan
dan Kementerian Kesehatan RI, 2014)). Proses syaraf dan otak anak semakin kompleks yang
tersebut harus dipantau dengan cermat karena akan memengaruhi kemampuan
setiap batas umur tertentu anak memiliki perkembangan anak (Departemen Kesehatan
tahapan kemampuan yang wajib dikuasai. RI, 2012).
Pemantauan tersebut sebagai bagian dari Pemantuan pertumbuhan dan
pengawasan pertumbuhan dan perkembangan perkembangan balita dapat dilakukan di
balita. posyandu. Pemantauan pertumbuhan balita
Pemantauan tumbuh kembang anak d i l a k u k a n s e t i a p b u l a n . Pe m a n t a u a n
perlu dilakukan oleh banyak pihak seperti perkembangan dilakukan setiap 3 bulan untuk
orang tua, tenaga kesehatan, pendidik, dan balita di bawah 12 bulan dan 6 bulan sekali
kader. Pihak-pihak tersebut perlu memahami untuk balita umur 12-72 tahun (Kementerian
ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembang anak, Kesehatan RI, 2014).
seperti jenis gerakan yang harus dikuasai anak Periode tumbuh kembang balita dibagi
sesuai tahap umurnya, kata-kata maupun menjadi beberapa masa sesuai dengan
perilaku yang diukur sesuai dengan pedoman Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 66 Tahun
pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi 2014.
dini tumbuh kembang anak dalam hal ini Bayi adalah anak dari umur 0-11 bulan.
adalah balita. Anak balita dari umur 12-59 bulan, dan anak
Anak yang berhasil melakukan tindakan prasekolah dari umur 60-72 bulan. Kemajuan
sesuai dengan tahapan umurnya, maka anak perkembangan anak sampai umur 3 tahun (36
tersebut dapat dikategorikan anak yang bulan) dan pemberian stimulasi anak yang
berhasil menyesuaikan diri secara normal. dibagi dalam beberapa kelompok sesuai umur
Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan anak balita menjadi salah satu dasar pemilihan
intervensi dini tumbuh kembang anak sangat dan pemfokusan penelitian. Umur anak 24-60
penting untuk diketahui dan dipahami karena bulan merupakan salah satu masa krisis bagi
melalui deteksi dini tumbuh kembang balita, anak balita yang terus terbentuk jaringan
penyimpangan tumbuh kembang yang tidak otaknya.
normal dapat diketahui lebih dini. Pertumbuhan dan perkembangan balita
Pe r t u m b u h a n d a n p e r k e m b a n g a n di setiap wilayah menjadi perhatian dari
selayaknya harus terus dipantau oleh orang kementerian kesehatan. (Direktorat Gizi
terdekat dari balita. Pemantauan anak sangat Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan
diperlukan mulai dari 0 bulan sampai dengan Masyarakat, 2017) melalui Pemantauan Gizi
72 bulan bahkan sampai umur pra sekolah. Nasional mencatat 3,4% balita di Indonesia
Kementerian Kesehatan RI tahun 2016 telah berstatus gizi buruk dan 14,4% balita berstatus
membuat alat ukur untuk memantau gizi kurang. (Departemen Kesehatan Daerah

h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019 123


Gambaran Kadar Bilirubin Total pada Penderita Tuberkulosis Paru...

Istimewa Yogyakarta, 2017) mencatat 2,1 % Pertumbuhan yang hendak dipantau adalah
balita mengalami gizi buruk dan 13,8% berat badan, tinggi badan, dan umur.
mengalami gizi kurang. Kasus gizi buruk Perkembangan yang hendak dipantau adalah
paling banyak terjadi di Kota Yogyakarta yakni tahap kemampuan anak melakukan tindakan
96 orang, disusul Kabupaten Bantul 43 orang, sesuai umurnya. Penelitian ini hendak
kemudian Sleman 32 orang, Kulonprogo 31 mengetahui status gizi balita, perkembangan
orang, dan Gunungkidul 27 orang. balita, dan hubungan pertumbuhan dan
Dinas Kesehatan DIY mencatat jumlah perkembangan balita umur 24-60 bulan di
bayi dan balita yang ada di wilayah Tegalrejo Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
Kota Yogyakarta sebanyak 1.904 anak. Data
tersebut diberi inisial “S”. Bayi dan balita yang METODE
ditimbang diberi inisial “D” sebanyak 1.447 Desain penelitian ini adalah prospektif
anak sehingga jumlah balita yang ditimbang cross-sectional. Penelitian analisis observasional
dibandingkan dengan seluruh balita yang ada yang menghubungkan 2 variabel. Penelitian
di Tegalrejo Kota Yogyakarta (D/S) sebanyak dilakukan di semua posyandu yang ada di
75,98%. Data tersebut melaporkan terdapat Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta
balita yang mengalami BGM (Bawah Garis pada Agustus sampai Oktober 2017. Populasi
Merah) sebesar 10 anak, padahal dalam penelitian ini adalah anak umur 24-60
perkembangan yang baik harus didukung oleh bulan yang tercatat di posyandu Kelurahan
pertumbuhan yang memadai sesuai dengan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Populasi
umurnya (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, berjumlah 84 anak.
2015). Teknik sampling dalam penelitian ini
Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta menggunakan total sampling, sehingga sampel
memiliki 4 kelurahan, salah satunya adalah berjumlah 84 anak. Instrumen penelitian yang
Kelurahan Bener. Kelurahan Bener memiliki 7 digunakan adalah timbangan berat badan,
RW dengan 7 posyandu balita yang dilakuan pengukur tinggi badan, dan KPSP untuk umur
setiap bulan. Penelitian ini dilakukan di 24-60 bulan. Analisis data menggunakan uji
Kelurahan Bener dengan beberapa alasan yaitu Kontingen Koefisien Lamda dengan korelasi
Kelurahan Bener merupakan salah satu Pearson. Etika dalam penelitian menggunakan
wilayah di Kota Yogyakarta. Asumsi orang anonim data, kerahasiaan, informed consent, dan
pada umumnya adalah penduduk kota akan dinyatakan lolos dalam ethical clearance.
lebih makmur dan sehat dibandingkan dengan
penduduk desa, namun faktanya Kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Yogyakarta tercatat paling banyak balita yang 1.Analisis Univariat
mengalami gizi buruk. Tabel 1. Hasil Analisis Deskripsi
Alasan lain karena ditemukan 22 balita
yang tidak naik berat badannya secara
berturut-turut. Hal ini sangat potensial balita
masuk dalam gizi kurang dan jika tidak
mendapat perhatian khusus dapat menjadi gizi
buruk. Pertumbuhan yang terganggu akan
berdampak pada perkembangan balita
(Kusuma & Hasanah, 2018).
Pe n t i n g n ya p e m a n t a u a n t u m b u h
kembang balita ini membuat peneliti tertarik
meneliti tumbuh kembang anak di Kelurahan
Bener Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta.

124 h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019


Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Umur 24-60 Bulan...

Tabel 1. Hasil Analisis Deskripsi (Lanjutan..) normal. Proses transformasi data yang
dilakukan tetap memiliki peluang berhasil
(distribusi data menjadi normal) atau tidak
berhasil (distribusi data tetap tidak normal).
Tabel 3. Hasil Proses Transformasi Data

Tabel 1 menyatakan persentase balita Tabel 3 menyatakan nilai p yang


pada tiap tahap pembagian umur terbagi secara diperoleh dalam proses transformasi data
berimbang dari umur 30 bulan dan 36 bulan adalah 0,000. Hasil proses transformasi data
masing-masing sejumlah 16,5% dan balita yang tetap kurang dari 0,05, sehingga dapat diambil
berumur 54 bulan sebanyak 19%. Balita yang kesimpulan bahwa data dalam penelitian ini
paling banyak berumur 48 bulan sebesar 21,4%. berdistribusi tidak normal.
Balita yang paling sedikit berumur 60 bulan Penentuan distribusi data normal atau
yaitu 2,4%. tidak normal memiliki kedudukan yang
Jumlah balita laki-laki dan perempuan penting. Hasil dari tes normalitas data menjadi
berimbang atau tidak berbeda terlalu jauh, salah satu komponen untuk menentukan jenis
meskipun demikian balita laki-laki jumlahnya analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini.
sedikit lebih banyak dari balita perempuan. Hasil tes normalitas data menyatakan bahwa
Balita laki-laki sebanyak 53,6%. Status gizi distribusi data dalam penelitian ini tidak
balita umur 2-5 tahun paling banyak masuk normal. Jenis skala pengukuran pada variabel
dalam kategori normal yaitu 81%. Balita yang bebas dan terikat digolongkan dalam skala
berstatus kurus sekali menduduki persentase kategorik.
yang paling sedikit yaitu 3,6%. Variabel bebas yaitu status gizi yang
Hasil pemeriksaan KPSP balita yaitu dibagi menjadi 2 kategori yaitu gizi normal dan
89,3% sesuai dengan perkembangannya. Hasil gizi tidak normal. Responden yang masuk
pemeriksaan dengan kesimpulan dalam kategori gizi tidak normal yaitu
“menyimpang” berjumlah 2,4%. Hasil responden yang kurus, kurus sekali, dan
meragukan dan menyimpang akan segera g e m u k . Va r i a b e l t e r i k a t y a i t u h a s i l
dilaporkan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan KPSP sesuai umur responden.
pemeriksaan lebih lanjut. Hasil pemeriksaan tersebut dibagi menjadi 3
Tabel 2. Hasil Test Normalitas Data b a g i a n ya i t u s e s u a i , m e r a g u k a n , d a n
menyimpang.
Komponen yang sudah diperoleh untuk
menentukan jenis analisis data yaitu distribusi
data tidak normal dan jenis skala pengukuran
Tabel 2 menyatakan hasil test normalitas berupa kategorik. Analisis yang digunakan
data dari uji Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini adalah Koefisien
memperlihatkan nilai p = 0,000. Nilai tersebut Kontingensi Lambda.
kurang dari 0,05 sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa distribusi data dalam
penelitian ini tidak normal.
Data yang distribusinya tidak normal
kemudian dilakukan transformasi data sebagai
upaya untuk menormalkan data yang tidak

h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019 125


Gambaran Kadar Bilirubin Total pada Penderita Tuberkulosis Paru...

Perkembangan anak terus meningkat dengan


Tabel 4. Hasil analisis Koefisien Kontingensi aktivitas jasmani, kemampuan keterampilan,
Lambda dengan Korelasi Pearson
dan proses berpikir. Anak mulai mampu
menunjukkan keinginan (Kementerian
Kesehatan RI, 2012). Dasar teori tersebut boleh
jadi yang menyebabkan anak umur 60 bulan
sudah tidak banyak yang datang ke posyandu.
Hal ini berbeda dengan anak yang
umurnya kurang dari lima tahun. Pada masa
ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun
jika dibandingkan dengan masa bayi yaitu 0-11
Tabel 4 menyatakan data analisis di atas
bulan. Kemajuan dalam perkembangan
diperoleh nilai sig atau nilai p sebesar 0,493
motorik berupa gerak halus dan kasar serta
(nilai p lebih besar dari 0,05) yang
pada fungsi ekskresinya. Periode ini penting
menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara
bagi anak karena keberhasilan pada masa anak
hasil pemeriksanaan dari KPSP dan status gizi.
d i b a wa h l i m a t a h u n i n i m e n e n t u k a n
N i l a i k o r e l a s i Pe a r s o n s e b e s a r 0 , 0 7 6
kemampuan perkembangannya pada fase dan
menunjukkan korelasi positif namun
masa selanjutnya (Departemen Kesehatan RI,
kekuatannya sangat lemah.
2012). Orang tua yang masih memiliki anak
Data penelitian ini diambil dari 7 RW di
umur di bawah lima tahun ingin memantau
Kelurahan Bener. Setiap RW memiliki
pertumbuhan dan perkembangan anaknya
posyandu masing-masing. Posyandu di setiap
d e n g a n m e m b a wa a n a k n ya d a t a n g k e
RW dilaksanakan tiap bulan dengan tanggal
posyandu. Alasan tersebut mungkin yang
pelaksanaan disesuaikan dengan kesepakatan
menyebabkan banyaknya balita umur 48 bulan
para kader. Persentase balita umur 24-60 bulan
datang ke posyandu.
di Kelurahan Bener, Kota Yogyakarta dan yang
Kegiatan posyandu terlihat dari 5 meja
menjadi responden dalam penelitian ini terlihat
yang disediakan para kader. Pada
tiap tahap pembagian umur terbagi secara
kenyataannya pelaksanaan 5 meja belum
berimbang. Hasil analisis univariat tetap
dilakukan seluruhnya. Hampir semua
terlihat responden yang paling banyak
posyandu melakukan pendaftaran kemudian
berumur 48 bulan sebesar 21,4%. responden
penimbangan dan catatan dalam 1 meja
yang paling sedikit berumur 60 bulan yaitu
dilanjutkan pemberian makanan tambahan.
2,4%.
Kegiatan penyuluhan pada meja ke-4 tidak
Sedikitnya respoden yang berumur 60
dilaksanakan. Pemberian pelayanan kesehatan
bulan datang ke posyandu dapat dikarenakan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak
beberapa hal, di antaranya orang tua yang tidak
setiap bulan ada.
memotivasi anak untuk datang ke posyandu.
Pelaksanaan posyandu pada tiap-tiap
Hal lain dapat dikarenakan pada umur 60
RW pada umumnya hampir mirip dengan
bulan sudah memiliki keinginan yang lain dan
panduan pelaksanaan kegiatan posyandu.
merasa sudah bukan balita lagi karena masuk
Direktorat Bina Gizi (Gizi, 2011) dan
ke masa anak prasekolah (Departemen
(Proverawati, Sulistyorini, & Pebriyanti, 2010)
Kesehatan RI, 2012). Selain itu, karena banyak
menuliskan bahwa pelaksanaan posyandu
anak sesuai 60 bulan yang tidak hadir sehingga
terdiri dari beberapa kegiatan yang dipisahkan
teman-teman yang ditemui di posyandu adalah
dengan meja 1 sampai dengan meja 5.
balita-balita muda atau bukan teman
Meja 1 berisi pendaftaran balita. Meja 2
sepermainannya.
adalah pengukuran yaitu penimbangan berat
Anak pada umur prasekolah mengalami
badan, pengukuran tinggi badan, dan
pertumbuhan yang berlangsung dengan stabil.

126 h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019


Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Umur 24-60 Bulan...

mengukuran lingkar lengan atas balita. orang tua, tenaga kesehatan, dan kader agar
Kegiatan meja 2 yang selalu dilakukan tiap pertumbuhan balita tersebut terpantau dan
bulan adalah penimbangan berat badan, balita tetap mampu memasuki tahap
sedangkan pengukuran tinggi badan dan perkembangan sesuai dengan umurnya.
lingkar lengan atas dilaksanakan sesuai dengan Status gizi yang digunakan dalam
program puskesmas wilayah setempat. Meja 3 penelitian ini dengan dasar perhitungan berat
pencatatan hasil pengukuran. Meja 4 badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat
penyuluhan kepada orang tua balita terkait badan memiliki hubungan yang linier dengan
tumbuh kembang balitanya. Meja 5 pemberian tinggi badan. Balita yang masuk dalam
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. keadaan normal memiliki pertumbuhan berat
Status gizi balita ditentukan dari meja 3. Berat badan yang searah dengan penambahan tinggi
badan terhadap usia anak dicatat dalam grafik badan dengan kecepatan tertentu. Indeks
pertumbuhan atau Kartu Menuju Sehat (KMS). BB/TB juga merupakan indeks yang
KMS memudahkan orang tua, para kader, dan independen terhadap umur (Kementerian
tenaga kesehatan untuk menentukan status gizi Kesehatan RI, 2011).
balita. Data balita yang mengalami gizi tidak
Status gizi balita umur 24-60 bulan paling normal (kurus sekali berjumlah 3,6%, kurus
banyak masuk dalam kategori gizi normal berjumlah 6%, gemuk berjumlah 9,5%)
sebesar 81% sedangkan yang bertatus gizi tidak sebanyak 19,1% seharusnya dapat
normal sebesar 19%. Pertumbuhan balita dikendalikan dengan memberdayakan
menjadi perhatian orang tua dan pemerintah kelompok masyarakat yang ada. Kelompok
karena umur 1-5 tahun merupakan umur masyarakat dapat berasal dari perkumpulan
dalam daur kehidupan di mana pertumbuhan ibu atau bapak atau remaja yang ada di
tidak sepessat pada masa bayi, tetapi aktivitas Kelurahan Bener. Hal ini seperti penelitian oleh
balita sangat banyak. S.A, Aruben, Prihatin, Sari, & Sulistyowati,
Aktivitas balita yang dimaksud adalah (2018) dengan melakukan pendampingan
bermain karena ciri khas pada masa balita. keluarga yang memiliki balita, adapun
Aktivitas bermain pada balita memiliki arti kelompok yang mendampingi adalah aktivis
penting yaitu mengandung unsur belajar. dasa wisma.
Belajar memanfaatkan perangkat fisiknya Hasil dari penelitian tersebut
sendiri, belajar arti berkawan, belajar menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan
berkomunikasi dengan bahasa verbal yang praktik ibu terkait gizi balita, setelah
sama dengan bahasa orang-orang di didampingi dawis selama 1 bulan di wilayah
lingkungannya serta belajar berperilaku kerja Puskesmas Tlogosari Wetan, Kota
terkendali sesuai dengan tata aturan yang Semarang. Keberadaan pengetahuan ibu
berlaku (Wirjatmadi & Adriani, 2012). tentang gizi balita memang menjadi salah satu
Banyaknya aktivitas balita jika tidak hal penting dalam menghindarkan balita
diimbangi dengan intake yang bergizi maka masuk dalam status gizi tidak normal. Hal ini
akan berpengaruh pada kesehatan dan senada dengan penelitian Suzanna et al. (2017)
kemampuan balita mencapai tahap di Puskesmas Kecamatan Singkawang Utara,
perkembangannya. Balita umur 24-60 bulan di Kota Singkawang yang menunjukkan ada
Kelurahan Bener Tegalrejo Kota Yogyakarta hubungan yang bermakna antara pendidikan
memiliki status gizi normal. Kondisi ini dapat ibu, pengetahuan gizi ibu, pola asuh, penyakit
digunakan para orang tua, tenaga kesehatan, infeksi, asupan energi, dan asupan protein
dan kader untuk mendukung balita sesuai dengan status gizi balita.
tahap perkembangannya. Balita yang berstatus Pendampingan ibu dengan dibekali
gizi tidak normal dapat menjadi perhatian pengetahuan tentang gizi juga dapat

h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019 127


Gambaran Kadar Bilirubin Total pada Penderita Tuberkulosis Paru...

memengaruhi sikap ibu tersebut. Hal ini sejalan menjadi dasar dan pengaruh serta menentukan
dengan penelitian Alamsyah et al. (2015) yang perkembangan anak selanjutnya. Jika dikaitkan
memperlihatkan adanya hubungan yang dengan hasil penelitian ini memperlihatkan
signifikan yaitu sikap ibu terhadap makanan bahwa status gizi balita umur 24-60 bulan yang
buruk dan kesehatan lingkungan buruk dikategorikan gizi normal sebanyak 81% dan
dengan kejadian gizi kurang dan gizi buruk hasil pemeriksaan KPSP balita yaitu 89,3%
pada anak balita di Kota Pontianak. dinyatakan sesuai dengan perkembangannya.
Sikap terhadap makanan diartikan Kedua hasil tersebut mendukung teori tentang
adanya kebiasaan makan, kebudayaan pertumbuhan dan perkembangan.
masyarakat, kepercayaan, dan pemilihan Data yang telah diperoleh kemudian
makanan yang diberikan kepada balita. Orang dianalisis dengan software dan dalam penelitian
tua dalam hal ini ibu memiliki kewenangan ini ditemukan bahwa status gizi sebagai
untuk memberikan jenis asupan makanan yang implikasi dari pertumbuhan dengan
diberikan kepada balita setiap harinya, perkembangan balita hasilnya tidak ada
sehingga pengetahuan ibu tentang gizi hubungan. Hal itu diperlihatkan dari hasil
makanan harus dilengkapi agar memiliki sikap analisis nilai signifikansi atau nilai p sebesar
yang tepat dalam memberikan asupan 0,493 (nilai p lebih besar dari 0,05) yang
makanan kepada balitanya. Demikian juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara
dengan keberadaan lingkungan balita. Sanitasi status gizi dengan hasil penilaian KPSP. Nilai
lingkungan yang buruk akan berdampak korelasi Pearson sebesar 0,076 menunjukkan
buruk pada balita. Status kesehatan balita besar korelasi positif namun kekuatannya sangat
kemungkinan akan memengaruhi status gizi lemah.
balita juga. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
Balita memiliki hak untuk mendapatkan penelitian Sari, W, & Purwanto (2012) yang
pengasuhan yang tetap sesuai kebutuhannya. menyatakan tidak ada hubungan antara status
Pola pengasuhan menentukan pertumbuhan gizi dengan perkembangan motorik kasar anak
balita yang dapat dipantau dari status gizi usia 1-5 tahun di Posyandu Buah Hati,
balita. Balita yang memiliki riwayat Kecil Masa Kelurahan Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Kota
Kehamilan (KMK) dan mendapatkan perhatian Surakarta dengan p = 0,370. Motorik kasar
dan pengasuhan yang tepat, maka dapat adalah salah satu bagian penilaian
meminimalkan faktor risiko KMK, salah perkembangan balita. Perkembangan lain
satunya status gizi balita tidak normal (gizi selain motorik kasar yang harus dipantau
buruk, kurang, berlebih). Hal ini seperti adalah motorik halus, bicara dan bahasa, serta
penelitian Patandinan (2015) yang menyatakan sosialiasi dan kemandirian.
bahwa tidak ada hubungan status gizi balita Hal serupa juga ditemukan pada
balita dengan berat lahir riwayat KMK. penelitian Hizni, Julia, & Gamayanti (2010)
Status gizi balita sangat diperhatikan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
oleh pemerintah, salah satunya dengan antara balita pendek dengan perkembangan
program posyandu. Hal ini menunjukkan balita. Balita pendek merupakan salah satu
bahwa gizi balita menjadi perhatian utama jenis penilaian status gizi yang dihitung dari
orang tua. Balita yang memiliki status gizi yang tinggi badan balita terhadap usia balita. Balita
baik, berpotensi memiliki perkembangan yang dengan status stunted/pendek masuk dalam
baik pula. kategori balita dengan masalah gizi atau
Wirjatmadi & Adriani (2012) menyatakan masalah pertumbuhan, namun ternyata setelah
bahwa pertumbuhan dan perkembangan balita diteliti di Wilayah Pesisir Pantai Utara
merupakan periode penting dalam fase Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon
kehidupan seorang balita. Pertumbuhan masalah gizi tersebut tidak ada hubungannya

128 h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019


Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Umur 24-60 Bulan...

dengan perkembangan. (2016) yang menyatakan bahwa capaian


Hasil penelitian Uliyanti, Tamtomo, & perkembangan anak lebih baik pada kelompok
Anantanyu (2017) menunjukkan bahwa anak yang mengikuti kelompok bermain
kejadian stunting secara langsung dipengaruhi dibandingkan dengan anak yang tidak
oleh variabel asupan gizi, riwayat penyakit mengikuti kelompok bermain (p=0,003). Anak-
infeksi, pengetahuan gizi ibu, dan kadar gizi di anak yang mengikuti kelompok bermain
Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten memberikan kontribusi pada perkembangan
Ketapang. Salah satu upaya agar balita tidak anak (OR 3,2; IK 95%: 1,558-6,774, p=0,002)
masuk dalam kategori pendek, orang tua karena di dalam kelas kelompok bermain anak
memberikan asupan suplemen. mendapatkan stimulasi terstruktur dari guru.
H a s i l p e n e l i t i a n H a r i ya d i ( 2 0 1 6 ) Penelitian tersebut memberikan kesimpulan
menunjukkan tidak ada hubungan yang bahwa program kelas kelompok bermain
bermakna antara asupan suplemen dengan berhubungan dengan pencapaian
kejadian stunting balita umur 1 – 3 tahun di perkembangan anak sesuai dengan usianya.
Wilayah Kabupaten Kubu Raya. Orang tua Demikian juga dengan stimulasi agar
berkewajiban memberikan asupan gizi anak dapat bersosialisasi dengan baik.
seimbang dan pola makan yang benar, Kemampuan balita melakukan sosialisasi dan
sehingga tidak semata-mata mengandalkan kemandirian merupakan salah satu poin utama
asupan suplemen saja. penilaian perkembangan. Kemampuan balita
Hal ini senada dengan penelitian melakukan sosialisasi dipengaruhi oleh pola
Gunawan, Fadlyana, & Rusmil (2011) yang asuh. Pola asuh ada beberapa macam salah
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara satunya ada non otoritatif. Hal ini sesuai
gangguan perkembangan dengan status gizi dengan penelitian Komariah, Farid, & Effendi
(p=0,394) begitu juga dengan status gizi dengan (2017) yang menyatakan pola asuh non
kondisi ekonomi (p=2,500) dan perkembangan otoritatif berhubungan dengan kekurangan
dengan status ekonomi (p=0,336). Gunawan kemampuan sosialisasi anak. Perilaku ibu yang
memberikan saran untuk adanya upaya hangat berkaitan dengan kemampuan
mengevaluasi perkembangan yang meragukan sosialisasi anak dalam membina hubungan
dan perlu penelitian lanjut dengan interpersonal dengan teman sebaya dan
pembanding. lingkungan sosial. Pola asuh orang tua
Perkembangan balita harus diperhatikan, memiliki pengaruh yang besar pada perilaku
Hartanto, Selina, & Fitra (2011) menyatakan anak.
terdapat pengaruh antara perkembangan
bahasa terhadap perkembangan kognitif pada PENUTUP
anak usia 1-3 tahun. Bayi yang mengalami Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
keterlambatan Bahasa awal dapat dinyatakan status gizi balita yang diukur dari berat badan
bahwa ditemukan masalah neurodevelopmental. (BB) dan tinggi badan (TB) dinyatakan bahwa
Keterlambatan bahasa ekspresi dan reseptif status gizi balita umur 24-60 bulan di
oleh para ahli sering dikaitkan dengan Kelurahan Bener 81% dinyatakan normal dan
kelemahan aspek kognitif secara umum. 3,6% dinyatakan kurus sekali. Perkembangan
Keterlambatan terjadi dapat dikarenakan balita umur 24-60 bulan di Kelurahan Bener
kurangnya stimulasi bahasa dari orang tua atau 89,3% dinyatakan sesuai dan 2,4% dinyatakan
pendamping balita. penyimpangan. Tidak ditemukan hubungan
Banyak upaya yang dilakukan oleh orang antara status gizi balita dan perkembangan dari
tua agar anaknya dapat melalui masa pemeriksaan KPSP.
perkembangan dengan tepat. Salah satunya
seperti penelitian Maimon, Ismail, & Sitaresmi

h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019 129


Gambaran Kadar Bilirubin Total pada Penderita Tuberkulosis Paru...

DAFTAR PUSTAKA Status Stunted dan Hubungannya


dengan Perkembangan Anak Balita di
Alamsyah, D., Mexitalia, M., & Margawati, A. Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan
(2015). Beberapa Faktor Risiko Gizi Lemahwungkuk Kota Cirebon. Jurnal
Kurang dan Gizi Buruk pada Balita 12-59 Gizi Klinik Indonesia, 6(3), 131–137.
Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 1(5), h ps://doi.org/h ps://doi.org/10.22146/ij
1 3 1 – 1 3 5 . cn.17721
h ps://doi.org/h ps://doi.org/10.30602/j Kementerian Kesehatan RI. (2011). Keputusan
vk.v1i5.27 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Daerah Istimewa tentang Standar Antropometri Penilaian
Yogyakarta. (2017). Profil Kesehatan Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenderal Bina Gizi Kesehatan Ibu dan
Yogyakarta: Departemen Kesehatan Anak Direktorat Bina Gizi.
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2012). Ayo ke
Departemen Kesehatan RI. (2012). Pedoman Posyandu Setiap Bulan. Jakarta:
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Departemen Kesehatan Pusat Promosi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Kesehatan.
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kesehatan Republik Indonesia tentang
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. (2015). Profil Permantauan Pertumbuhan,
Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2015. Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh
Yogyakarta: Departemen Kesehatan Kembang Anak, Pub. L. No. Nomor 66
Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun 2014 (2014).
Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Komariah, N., Farid, & Effendi, S. H. (2017).
Kesehatan Masyarakat. (2017). Hasil Faktor-Faktor yang Berhubungan
Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2016. dengan Kemampuan Sosialisasi Anak.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Sari Pediatri, 18(5), 373–378.
Gizi, D. B. (2011). Buku Panduan Kader Posyandu Kusuma, R. M., & Hasanah, R. A. (2018).
Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Antropometri Pengukuran Status Gizi
Ditjen Bina Gizi Dan KIA Direktorat Bina Anak Usia 24-60 Bulan di Kelurahan
Gizi. Bener Kota Yogyakarta. Jurnal Medika
Gunawan, G., Fadlyana, E., & Rusmil, K. (2011). Respati, 13(4), 36–42.
Hubungan Status Gizi dan Maimon, E., Ismail, D., & Sitaresmi, M. N.
Perkembangan Anak Usia 1–2 Tahun. Sari (2016). Hubungan Mengikuti Kelompok
Pediatri, 13(2), 142–146. Bermain dan Perkembangan Anak. Sari
Hariyadi, D. (2016). Asupan Suplemen Bukan Pediatri, 15(4), 232–236.
Determinan Kejadian Stunting Anak h ps://doi.org/10.14238/sp15.4.2013.232-
Balita (1-3 Tahun). Jurnal Vokasi Kesehatan, 6
2 ( 2 ) , 1 0 8 – 1 1 2 . Proverawati, A., Sulistyorini, C. I., & Pebriyanti,
h ps://doi.org/h ps://doi.org/10.30602/j S. (2010). Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
vk.v2i2.64 dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha
Hartanto, F., Selina, H., H, Z., & Fitra, S. (2011). Medika.
Pe n g a r u h Pe r k e m b a n g a n B a h a s a S.A, N., Aruben, R., Prihatin, I. J., Sari, S., &
Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Sulistyowati, E. (2018). Peningkatan
Usia 1-3 Tahun. Sari Pediatri, 12(6), Praktik Mandiri Ibu dalam Pemantauan
386–390. Status Gizi Balita melalui Pendampingan
Hizni, A., Julia, M., & Gamayanti, L. (2010). Aktivitis Dasa Wisma. Media Kesehatan

130 h ps://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online August 31, 2019


Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Umur 24-60 Bulan...

Masyarakat Indonesia, 14(4), 418–428. Usia 6-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan,
h ps://doi.org/10.30597/mkmi.v14i4.523 3 ( 1 ) , 3 5 – 4 1 .
3 h ps://doi.org/10.30602/jvk.v3i1.103
Sari, D. W., W, E. N., & Purwanto, S. (2012). Uliyanti, U., Tamtomo, D. G., & Anantanyu, S.
Hubungan Antara Status Gizi dengan (2017). Faktor yang Berhubungan dengan
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59
1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 3(2), 67–77.
Banjarsari Surakarta. Jurnal Kesehatan, h ps://doi.org/10.30602/jvk.v3i2.107
5(2), 157–164. Wirjatmadi, B., & Adriani, M. (2012). Pengantar
Suzanna, S., Budiastutik, I., & Marlenywati, M. Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana
(2017). Analisis Faktor yang Prenada Media Group.
Berhubungan dengan Status Gizi Anak

Reni Merta Kusuma 131

Anda mungkin juga menyukai