3 (Agustus 2019)
ISSN 2541-0644 (print), ISSN 2599-3275 (online)
DOI h ps://doi.org/10.22146/jkesvo.46795
ABSTRACT
Background: Toddler growth and development testing the continent Koefisiensi test with Pearson
monitoring is required. The growth is increasing the size Correlation Lamda.
of the cells, cell count, and intracellular tissue. Physical Results: The research results showed that the nutritional
changes associated with growth and body structure. The status of children aged 24-60 months in Kelurahan Bener
progression is the increase of the function of the structure 81% 3.6% normal and stated stated skinny as hell.
and function of the body. Growth and development of Development of a toddler aged 24-60 months in
coupled, so it is important to monitor. The importance of Kelurahan Bener 89.3% 2.4% expressed and revealed
monitoring the growing swell toddlers, researchers want irregularities. Bivariat analysis results declared between
to find out the correlation of these two variables. nutritional status with the development of a toddler aged
Objective: To find out the relationship between 24-60 months value p of 0.493. Position korelasinya is
nutritional status and development of infants in Bener very weak with the value of the correlation of Pearson of
Village, Yogyakarta City 0.076.
Methods: The draft cross-sectional study with data Conclusion: Conclusion there is no relationship of
capture at any given moment. The population of a number nutritional status with the development of a toddler aged
of 84 children aged 24-60 months. The sampling 24-60 months and correlation of both positions is very
techniques used total sampling so that the sample weak.
amounted to 84. The data obtained will be analyzed by
Keywords: nutritional status; growth; development
Istimewa Yogyakarta, 2017) mencatat 2,1 % Pertumbuhan yang hendak dipantau adalah
balita mengalami gizi buruk dan 13,8% berat badan, tinggi badan, dan umur.
mengalami gizi kurang. Kasus gizi buruk Perkembangan yang hendak dipantau adalah
paling banyak terjadi di Kota Yogyakarta yakni tahap kemampuan anak melakukan tindakan
96 orang, disusul Kabupaten Bantul 43 orang, sesuai umurnya. Penelitian ini hendak
kemudian Sleman 32 orang, Kulonprogo 31 mengetahui status gizi balita, perkembangan
orang, dan Gunungkidul 27 orang. balita, dan hubungan pertumbuhan dan
Dinas Kesehatan DIY mencatat jumlah perkembangan balita umur 24-60 bulan di
bayi dan balita yang ada di wilayah Tegalrejo Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
Kota Yogyakarta sebanyak 1.904 anak. Data
tersebut diberi inisial “S”. Bayi dan balita yang METODE
ditimbang diberi inisial “D” sebanyak 1.447 Desain penelitian ini adalah prospektif
anak sehingga jumlah balita yang ditimbang cross-sectional. Penelitian analisis observasional
dibandingkan dengan seluruh balita yang ada yang menghubungkan 2 variabel. Penelitian
di Tegalrejo Kota Yogyakarta (D/S) sebanyak dilakukan di semua posyandu yang ada di
75,98%. Data tersebut melaporkan terdapat Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta
balita yang mengalami BGM (Bawah Garis pada Agustus sampai Oktober 2017. Populasi
Merah) sebesar 10 anak, padahal dalam penelitian ini adalah anak umur 24-60
perkembangan yang baik harus didukung oleh bulan yang tercatat di posyandu Kelurahan
pertumbuhan yang memadai sesuai dengan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Populasi
umurnya (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, berjumlah 84 anak.
2015). Teknik sampling dalam penelitian ini
Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta menggunakan total sampling, sehingga sampel
memiliki 4 kelurahan, salah satunya adalah berjumlah 84 anak. Instrumen penelitian yang
Kelurahan Bener. Kelurahan Bener memiliki 7 digunakan adalah timbangan berat badan,
RW dengan 7 posyandu balita yang dilakuan pengukur tinggi badan, dan KPSP untuk umur
setiap bulan. Penelitian ini dilakukan di 24-60 bulan. Analisis data menggunakan uji
Kelurahan Bener dengan beberapa alasan yaitu Kontingen Koefisien Lamda dengan korelasi
Kelurahan Bener merupakan salah satu Pearson. Etika dalam penelitian menggunakan
wilayah di Kota Yogyakarta. Asumsi orang anonim data, kerahasiaan, informed consent, dan
pada umumnya adalah penduduk kota akan dinyatakan lolos dalam ethical clearance.
lebih makmur dan sehat dibandingkan dengan
penduduk desa, namun faktanya Kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Yogyakarta tercatat paling banyak balita yang 1.Analisis Univariat
mengalami gizi buruk. Tabel 1. Hasil Analisis Deskripsi
Alasan lain karena ditemukan 22 balita
yang tidak naik berat badannya secara
berturut-turut. Hal ini sangat potensial balita
masuk dalam gizi kurang dan jika tidak
mendapat perhatian khusus dapat menjadi gizi
buruk. Pertumbuhan yang terganggu akan
berdampak pada perkembangan balita
(Kusuma & Hasanah, 2018).
Pe n t i n g n ya p e m a n t a u a n t u m b u h
kembang balita ini membuat peneliti tertarik
meneliti tumbuh kembang anak di Kelurahan
Bener Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta.
Tabel 1. Hasil Analisis Deskripsi (Lanjutan..) normal. Proses transformasi data yang
dilakukan tetap memiliki peluang berhasil
(distribusi data menjadi normal) atau tidak
berhasil (distribusi data tetap tidak normal).
Tabel 3. Hasil Proses Transformasi Data
mengukuran lingkar lengan atas balita. orang tua, tenaga kesehatan, dan kader agar
Kegiatan meja 2 yang selalu dilakukan tiap pertumbuhan balita tersebut terpantau dan
bulan adalah penimbangan berat badan, balita tetap mampu memasuki tahap
sedangkan pengukuran tinggi badan dan perkembangan sesuai dengan umurnya.
lingkar lengan atas dilaksanakan sesuai dengan Status gizi yang digunakan dalam
program puskesmas wilayah setempat. Meja 3 penelitian ini dengan dasar perhitungan berat
pencatatan hasil pengukuran. Meja 4 badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat
penyuluhan kepada orang tua balita terkait badan memiliki hubungan yang linier dengan
tumbuh kembang balitanya. Meja 5 pemberian tinggi badan. Balita yang masuk dalam
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. keadaan normal memiliki pertumbuhan berat
Status gizi balita ditentukan dari meja 3. Berat badan yang searah dengan penambahan tinggi
badan terhadap usia anak dicatat dalam grafik badan dengan kecepatan tertentu. Indeks
pertumbuhan atau Kartu Menuju Sehat (KMS). BB/TB juga merupakan indeks yang
KMS memudahkan orang tua, para kader, dan independen terhadap umur (Kementerian
tenaga kesehatan untuk menentukan status gizi Kesehatan RI, 2011).
balita. Data balita yang mengalami gizi tidak
Status gizi balita umur 24-60 bulan paling normal (kurus sekali berjumlah 3,6%, kurus
banyak masuk dalam kategori gizi normal berjumlah 6%, gemuk berjumlah 9,5%)
sebesar 81% sedangkan yang bertatus gizi tidak sebanyak 19,1% seharusnya dapat
normal sebesar 19%. Pertumbuhan balita dikendalikan dengan memberdayakan
menjadi perhatian orang tua dan pemerintah kelompok masyarakat yang ada. Kelompok
karena umur 1-5 tahun merupakan umur masyarakat dapat berasal dari perkumpulan
dalam daur kehidupan di mana pertumbuhan ibu atau bapak atau remaja yang ada di
tidak sepessat pada masa bayi, tetapi aktivitas Kelurahan Bener. Hal ini seperti penelitian oleh
balita sangat banyak. S.A, Aruben, Prihatin, Sari, & Sulistyowati,
Aktivitas balita yang dimaksud adalah (2018) dengan melakukan pendampingan
bermain karena ciri khas pada masa balita. keluarga yang memiliki balita, adapun
Aktivitas bermain pada balita memiliki arti kelompok yang mendampingi adalah aktivis
penting yaitu mengandung unsur belajar. dasa wisma.
Belajar memanfaatkan perangkat fisiknya Hasil dari penelitian tersebut
sendiri, belajar arti berkawan, belajar menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan
berkomunikasi dengan bahasa verbal yang praktik ibu terkait gizi balita, setelah
sama dengan bahasa orang-orang di didampingi dawis selama 1 bulan di wilayah
lingkungannya serta belajar berperilaku kerja Puskesmas Tlogosari Wetan, Kota
terkendali sesuai dengan tata aturan yang Semarang. Keberadaan pengetahuan ibu
berlaku (Wirjatmadi & Adriani, 2012). tentang gizi balita memang menjadi salah satu
Banyaknya aktivitas balita jika tidak hal penting dalam menghindarkan balita
diimbangi dengan intake yang bergizi maka masuk dalam status gizi tidak normal. Hal ini
akan berpengaruh pada kesehatan dan senada dengan penelitian Suzanna et al. (2017)
kemampuan balita mencapai tahap di Puskesmas Kecamatan Singkawang Utara,
perkembangannya. Balita umur 24-60 bulan di Kota Singkawang yang menunjukkan ada
Kelurahan Bener Tegalrejo Kota Yogyakarta hubungan yang bermakna antara pendidikan
memiliki status gizi normal. Kondisi ini dapat ibu, pengetahuan gizi ibu, pola asuh, penyakit
digunakan para orang tua, tenaga kesehatan, infeksi, asupan energi, dan asupan protein
dan kader untuk mendukung balita sesuai dengan status gizi balita.
tahap perkembangannya. Balita yang berstatus Pendampingan ibu dengan dibekali
gizi tidak normal dapat menjadi perhatian pengetahuan tentang gizi juga dapat
memengaruhi sikap ibu tersebut. Hal ini sejalan menjadi dasar dan pengaruh serta menentukan
dengan penelitian Alamsyah et al. (2015) yang perkembangan anak selanjutnya. Jika dikaitkan
memperlihatkan adanya hubungan yang dengan hasil penelitian ini memperlihatkan
signifikan yaitu sikap ibu terhadap makanan bahwa status gizi balita umur 24-60 bulan yang
buruk dan kesehatan lingkungan buruk dikategorikan gizi normal sebanyak 81% dan
dengan kejadian gizi kurang dan gizi buruk hasil pemeriksaan KPSP balita yaitu 89,3%
pada anak balita di Kota Pontianak. dinyatakan sesuai dengan perkembangannya.
Sikap terhadap makanan diartikan Kedua hasil tersebut mendukung teori tentang
adanya kebiasaan makan, kebudayaan pertumbuhan dan perkembangan.
masyarakat, kepercayaan, dan pemilihan Data yang telah diperoleh kemudian
makanan yang diberikan kepada balita. Orang dianalisis dengan software dan dalam penelitian
tua dalam hal ini ibu memiliki kewenangan ini ditemukan bahwa status gizi sebagai
untuk memberikan jenis asupan makanan yang implikasi dari pertumbuhan dengan
diberikan kepada balita setiap harinya, perkembangan balita hasilnya tidak ada
sehingga pengetahuan ibu tentang gizi hubungan. Hal itu diperlihatkan dari hasil
makanan harus dilengkapi agar memiliki sikap analisis nilai signifikansi atau nilai p sebesar
yang tepat dalam memberikan asupan 0,493 (nilai p lebih besar dari 0,05) yang
makanan kepada balitanya. Demikian juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara
dengan keberadaan lingkungan balita. Sanitasi status gizi dengan hasil penilaian KPSP. Nilai
lingkungan yang buruk akan berdampak korelasi Pearson sebesar 0,076 menunjukkan
buruk pada balita. Status kesehatan balita besar korelasi positif namun kekuatannya sangat
kemungkinan akan memengaruhi status gizi lemah.
balita juga. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
Balita memiliki hak untuk mendapatkan penelitian Sari, W, & Purwanto (2012) yang
pengasuhan yang tetap sesuai kebutuhannya. menyatakan tidak ada hubungan antara status
Pola pengasuhan menentukan pertumbuhan gizi dengan perkembangan motorik kasar anak
balita yang dapat dipantau dari status gizi usia 1-5 tahun di Posyandu Buah Hati,
balita. Balita yang memiliki riwayat Kecil Masa Kelurahan Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Kota
Kehamilan (KMK) dan mendapatkan perhatian Surakarta dengan p = 0,370. Motorik kasar
dan pengasuhan yang tepat, maka dapat adalah salah satu bagian penilaian
meminimalkan faktor risiko KMK, salah perkembangan balita. Perkembangan lain
satunya status gizi balita tidak normal (gizi selain motorik kasar yang harus dipantau
buruk, kurang, berlebih). Hal ini seperti adalah motorik halus, bicara dan bahasa, serta
penelitian Patandinan (2015) yang menyatakan sosialiasi dan kemandirian.
bahwa tidak ada hubungan status gizi balita Hal serupa juga ditemukan pada
balita dengan berat lahir riwayat KMK. penelitian Hizni, Julia, & Gamayanti (2010)
Status gizi balita sangat diperhatikan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
oleh pemerintah, salah satunya dengan antara balita pendek dengan perkembangan
program posyandu. Hal ini menunjukkan balita. Balita pendek merupakan salah satu
bahwa gizi balita menjadi perhatian utama jenis penilaian status gizi yang dihitung dari
orang tua. Balita yang memiliki status gizi yang tinggi badan balita terhadap usia balita. Balita
baik, berpotensi memiliki perkembangan yang dengan status stunted/pendek masuk dalam
baik pula. kategori balita dengan masalah gizi atau
Wirjatmadi & Adriani (2012) menyatakan masalah pertumbuhan, namun ternyata setelah
bahwa pertumbuhan dan perkembangan balita diteliti di Wilayah Pesisir Pantai Utara
merupakan periode penting dalam fase Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon
kehidupan seorang balita. Pertumbuhan masalah gizi tersebut tidak ada hubungannya
Masyarakat Indonesia, 14(4), 418–428. Usia 6-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan,
h ps://doi.org/10.30597/mkmi.v14i4.523 3 ( 1 ) , 3 5 – 4 1 .
3 h ps://doi.org/10.30602/jvk.v3i1.103
Sari, D. W., W, E. N., & Purwanto, S. (2012). Uliyanti, U., Tamtomo, D. G., & Anantanyu, S.
Hubungan Antara Status Gizi dengan (2017). Faktor yang Berhubungan dengan
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59
1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 3(2), 67–77.
Banjarsari Surakarta. Jurnal Kesehatan, h ps://doi.org/10.30602/jvk.v3i2.107
5(2), 157–164. Wirjatmadi, B., & Adriani, M. (2012). Pengantar
Suzanna, S., Budiastutik, I., & Marlenywati, M. Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana
(2017). Analisis Faktor yang Prenada Media Group.
Berhubungan dengan Status Gizi Anak