Anda di halaman 1dari 5

Diabetes Melitus Pada Ibu Hamil

A. Definisi

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai hiperglikemi yang


berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,lemak dan protein yang
disebabka oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,makrovaskular dan
neuropati.(yuliana elin 2009)

Diabetes melitus adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa (rab 2008)

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin kerja insulin atau
kedua duanya.

B. Klasifikasi diabetes melitus


1. tipe I : insulin dependen diabetes melitus ( IDDM ) diabetes melitus
tergantung insulin ( dmti )
5 % - 10 % penderita diabetik adalah tife 1. Sel – sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun
diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah awitannya
mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : non insulin dependen diabetes melitus (NIDDM) diabeters melitus
tak tergantung insulin ( DMTTI )
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi
insulin adalah turuinnya kemampuan insuklin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan ferifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati
Tife II dengan obesitas
Tipe II tanpa obesitas
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreas)
obat,infeksi,antibodi,sindroma penyakit lain,dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes kehamilan
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes
C. Etiologi
1. Diabetes melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe
1
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah – olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan estruksi sel beta
2. Diabetes melitus tak tergantung insulin
Disebabkan oleh kegagalan relativ sel beta dan resistensi insulin.faktor
resiko yangberhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia ,
obesitas, riwayat keluarga.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dm diakaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin
( price & wilson )
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin ( poliuria ) dan timbul rasa
haus ( polidipsia )
3. Rasa lapar yang semakin besar ( polipagia ), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan , gatal, mata kabur,
impotensi,peruritas vulva
E. Patofisologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin. Berkurangnya pemakaian
glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa
darah setinggi 300 – 1200 mg / dl,peningkatan mobilisasi lemak dari daerah
penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endepan kolesterol pada dinding pembuluh
darah.berkurangnya protein dalam jaringan tubuh menyebabkan defisiensi
insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal
atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml)
akan timbul glikosuria karena gtubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,klorida,potasium, dan
pospat. Adanya poli uri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat
glukosa yang keluar bersama urin maka akan mengalami penurunan berat badan
yang cenderung terjadi polipagi.
F. Gambar

G. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe II diperlukan pada keadaan :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik ( KAD ) atau hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
( HONK )
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stress berat ( infeksi sitemik,operasi besar,IMA,Stroke)
7. Kehamilan dengan Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (Mg/Dl)


Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena  200 100 - 200
Darah kapiler  200 80 - 100
Kadar Glukosa Darah Puasa ( Mg/Dl)
Plasma vena  120 110 - 120
Darah kapiler  110 90 – 110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan
- Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7-8 mmol/L)
3. Tes laboratorium DM
4. Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring , tes diagnostik, tes
pemantauan terapi, dan tes untuk mendeteksi komplikasi
5. Tes saring tes – tes saring pada DM adalah
GDP,GDS
6. Tes diagnostik
Tes tes diagnostik pada DM adalah : GDP , GDS GD2PP (glukosa darah 2 jam
post prandial ), glukosa jam ke 2 TTGO
7. Tes monitoring terapi
- GDP plasma vena
- GD2PP : plasma vena
8. Tes untuk mendeteksi komplikasi
- Mikroalbumin : urin
- Kolesterol total : plasma vena (puasa)
- Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
- Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
- Trigliserida : plasma vena (puasa)
I. Asuhan keperawatan
a. Masalah keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kerusakan integritas jaringan
3. Resiko infeksi
4. Retensi urin
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Diagnosa keperawatn
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
ketidakseimbangan insulin,makanan dan aktivitas jasmani
2. Kerusakan intregritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan
3. Retensi urin b.d poliuri
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
kapiler
5. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel
tubuh,hopovolemia
c. Intervensi keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
ketidakseimbangan insulin,makanan dan aktivitas jasmani
Intervensi
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
- anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
- yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- monitor tife dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
2. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel
tubuh,hopovolemia
Intervensi
-monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
-monitor suhu dan pernafasan
-monitor status sirkulasi : warna kulit,suhu kulit denyut jantung,nadi,dan
ritme
-pantau nilai laboratorium ; hb,ht,agd dan elektrolit
Monitor tanda dan gejala asites
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
kapiler
Intervensi
-batasi gerakan pada kepala leher dan punggung
-monitor kempuan BAB
-mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
-monitor adanya paretese
-kolaborasi pemberian analgetik
4. Retensi urin b.d poliuri
Intervensi
-monitor intake dan output
-monitor penggunaan obat antikolinergik
-instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urin
-kateterisasi jika perlu
-monitor tanda dan gejala ISK (perubahan bau dan konsistensi urin)
5. Kerusakan intregritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan
Intervensi
-anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
-mobilisasi pasien
-monitor kulit akan adanya kemerahan
-monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
-observasi luka : lokasi, dimensi, keadaan luka, jaringan nekrotik,tanda
tanda infeksi lokal
-berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

Anda mungkin juga menyukai