Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Alat Kontrasepsi

Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia

sejahtera salah satunya dengan adanya alat kontrasepsi (Arum, 2009)

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan suatu usaha untuk mencegah

kehamilan (Handayani, 2010). Menurut Wiknjosastro (2007)

kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha

tersebut itu dapat bersifat sementara, dan juga dapat bersifat permanen

(Wiknjosastro, 2007)

b. Jenis-jenis Kotrasepsi

Jenis kontrasepsi menurut Saifuddin (2008) terdiri atas beberapa jenis,

yaitu:

1) Metode Sederhana (Tanpa alat)

Jenis (KB alamiah)

a) Metode kelender

b) Metode suhu badan basal (Thermal)

c) Metode lender serviks (Billings)


2) Senggama terputus (Coitus interuptus) dengan alat barrier

a) Kondom

b) Diafragma

c) Kimiawi : Spermisida vaginal

d) Mekanis: kap porsio

3) Metode modern

a) Kontrasepsi hormonal

(1) Pil KB

(2) Suntik KB

(3) Alat kontrasepsi bawah kulit ( AKBK )

b) Kontasepsi Intra uteri (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

4) Kontrasepsi manetap

a) MOW (Medis Operatif Wanita)

b) MOP (Medis Operatif Pria)

2. MOW (Medis Operasi Wanita)

a. Pengertian Medis Operasi Wanita (MOW)

Medis operasi wanita (MOW) adalah tindakan pada kedua

saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang

bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini

untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi

(Handayani, 2010).
MOW (Medis Operasional Wanita) atau bisa disebut

dengan metode kontrasepsi mantap pada wanita adalah Prosedur

bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan seorang

perempuan dengan menyumbat atau memotong kedua saluran telur

(tuba fallopi) (Anggraini, 2011).

b. Mekanisme Kerja MOW

Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat, memotong atau

memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan uvum

(Arum, 2009).

c. Persyaratan Peserta Kontrasepsi Mantap

Tiga syarat untuk mejadi peserta kontap, yaitu:

1) Syarat sukarela

Calon peserta secara sukarela, tetap memilih kontap setelah diberi

konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi, efek samping,

keefektifan, indikasi, kontraindiksi, serta waktu pelaksanaan.

2) Syarat bahagia

Setelah syarat sukarela terpenuhi, maka perlu dinalai pula syarat

kebahagiaan kluarga. Meliputi terkait dalam perkawinan yang syah

dan harmonis, memiliki sekurang-kurangnya dua anak yang hidup

sehat baik fisik maupun mental, dan umur istri sekitar 25 trahun

(kematangan kepribadian).
3) Syarat sehat

Setelah syarat bahagia terpenuhi, maka syarat kesehatan perlu

dilakukan pemeriksaan (Handayani, 2010)

d. Keuntungan Kontrasepsi dan Non Kontrasepsi MOW

Pemakaian MOW terdapat keuntungan kontrasepsi dan non

kontrasepsi, keuntungan kontrasepsi dan non kontrasepsi MOW

adalah:

1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun

pertama penggunaan).

2) Tidak mempengaruhi peroses menyusui (breastfeeding).

3) Tidak bergantung pada faktor sanggama.

4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko yang

sangat serius.

5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.

6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada

produksi hormon ovarium).

8) Berkurangnya resiko kangker ovarium (Anggraini, 2011).

e. Kerugian MOW

Kerugian dari kontrasepsi MOW (Medis Operasi Wanita)

menurut Anggraini (2011), adalah:

1) Harus dipertimbangkan sifat menetap metode kontrasepsi ini.

(tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisai.


2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.

3) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi

umum).

4) Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah

tindakan.

5) Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan doter spesialis

genokologi untuk proses laparoskopi).

6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

(Anggraini, 2011)

f. Indikasi MOW

Indikasi kontrasepsi MOW (Medis Operasi Wanita)

menurut Handayani (2010) , adalah:

1) Wanita pada usia >26 tahun.

2) Wanita dengan paritas >2.

3) Wanita yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang

dikehendai.

4) Wanita yang pada kehamilannya akan menimbulkan resiko yang

sangat serius.

5) Wanita pasca persalinan.Wanita pasca keguguran.

6) Wanita yang paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur

ini (Handayani, 2010).


g. Kontra indikasi MOW

Kontra indikasi pemakaian kontrasepsi MOW (Medis

Operasi Wanita) menurut Handayani (2010), adalah:

1) Wanita yang hamil (sudah terditeksi atau dicurigai).

2) Wanita dengan perdarahan pervaginan yang belum jelas

penyebabnya.

3) Wanita dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut.

4) Wanita yang tidak boleh menjalani proses pembedahan.

5) Wanita yang kurang pasti mengenai fertilitas di masa depan.

6) Wanita yang belum memberikan persetujuan tertulis (Handayani,

2010).

h. Persiapan Pre-Operatif untuk Kontap Wanita

Pemakaian kontrasepsi MOW terdapat beberapa persiapan

sebelum dilaksanakannya pembedahan, persiapan pre-operatif

meliputi:

1) Informed consent.

2) Riwayat medis atau kesehatan yang meliputi:

a) Penyakit-penyakit pelvis.

b) Adhesi/perlekatan.

c) Pernah mengalami operasi abdominal / operasi pelvis.

d) Riwayat diabetus melitus.

e) Penyakit paru-paru: asthma, bronchitis, emphysema.

f) Obesitas.
g) Pernah mengalami masalah dengan anastesi.

h) Penyakit-penyakit perdarahan.

i) Alergi.

j) Medikamentosa pada saat ini.

3) Pemerisaan fisik.

Harus meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi

keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi, serta pemeriksaan

kandungan untuk menemukan kelainan.

4) Pemeriksaan laboratorium.

Dari persiapan-persiapan diatas selain itu terdapat pemeriksaan

laboratorium, dalam pemeriksaan laboratorium ini beberapa hal

yang perlu diperiksa adalah:

a) Pemeriksaan darah lengkap.

b) Pemeriksaan urine.

c) Pap smear (Hartanto, 2004).

i. Macam-macam Konrasepsi Mantap

Macam- macam kontrasepsi mantap menurut Handayani

(2010), yaitu:

1) Penyinaran

Merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada kedua tuba

falopii wanita mengakibatkan yang bersangkutan tidak hamil atau

tidak menyebabkan kehamilan lagi.


2) Opertif

Menurut Handayani (2010) metode operatif terdapat berbagai

macam cara, cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan:

a) Abdominal

(1) Laparatomi

Laparatomi sudah tidak digunakan karena diperlukan insisi

yang panjang. Kontrasepsi ini diperlukan bila cara kontap

yang lain gagal.

(2) Mini-laparatomi

Sayatan dibuat garis tengah diatas simpisis panjang 3 cm

sampai menembus peritonium. Untuk mencapai tuba

diperlukan alat khusus (elevator uterus) ke dalam kavum

uteri. Dengan bantuan alat tersebut uterus dalam keadaan

retrifleksi dijadikan letak antefleksi kemudian didorong

daerah lubang sayatan, lalu dilakukan penutupan tuba.

(3) Laparoskopi

Cunam serviks dipasang pada bibir depan posio uteri,

supaya dapat menggerakan uterus jika hal tersebut

diperlukan saat laparaskopi. Sayatan dibuat dibawah pusat

kurang lebih 1 cm. Kemudian ditempat luka dilakukan

pungsi sepanjang rongga peritonium dengan jarum khusus.

Melalui jarum dibuat pneumo peritoneum dengan

memesukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter kecepatan kira-


kira 1 liter permenit. Setelah jarum beres dikeluarkan, troika

dimasukan laparoskop melalui tabung dengan cunam yang

dimasukan dalam rongga peritonium bersama laparoskop,

tuba dijepit dan dilakukan penutupan dengan kauterisasi.

b) Vaginal

(1) Kolpotomi

Sering dipakai adalah kolpotomi poterior. Insisis dilakukan

di dinding vagina transvesal 3-5 cm, kavum douglas yang

terletak antara dinding depan rektumdam dinding belakang

uterus dibuka melalui vagina untuk sampai dituba.

(2) Kuldoskopi

Rongga pelvis dapat dilihat melalui alat koldoskup yang

dimasukan kedalam cavum douglas. Adanya laparoskopi

trans-abdominal, maka kuldoskopi kurang mendapat

perhatian atau minat dan sekarang sudah jarang dikerjakan.

Dalam posisi lutut dada kedua paha tegak lurus dan kedua

lutut terbuka, suatu rektraktor perineal dimasukan kedalam

vagina. Bila fornik posterior terlihat seperti bagian kubah

yang kecil, maka cavum douglas bebas diperlekatkan, lalu

dilakukan oklusi tuba

.
c) Transcervikal

(1) Histereskopi

Prinsipnya seperti laparoskopi hanya pada histereskopi

tidak dipakai trokar, tetepi suatu vakum servikal adaptor

untuk mencegah keluarnya gas saat dilatasi serviks atau

cavum uteri.

(2) Tanpa melihat langsung

Pada cara ini operator tidak melihat langsung cavum uteri

untuk melikalisir orivisuim tubae.

3) Penyumbatan tuba secara mekanis

Tubal clip penyubatan tuba mekanis dipasang pada isthimus tuba

falopii, 2-3 cm dari uterus, melalui laparatomi, laparoskopi,

kolpotomi dan kuldoskopi. Tuba clips menyebabkan kerusakan

lebih sedikit pada tuba falopii dari pada oklusi tuba falopii lainya.

Tuba ring dapat dipakai pada mini- laparatomi, laparoskopi dan

cara trans- veaginal, dan dipasang pada ampula 2-3 cm dari uterus.

4) Penyumbatan tuba kimiawi

Zat-zat kimia dalam cair, pasta, padat dimasukan ke dalam

melalui serviks ke dalam uteri- tubal junction, dapat dengan

fisualisasi langsung atau tidak. Cara kerjanya adalah zat kimia

akan mendapat tissue padat sehingga terbentuk sumbatan dalam

tuba falopii (tissue adhesive), zat kimia akan merisak tuba falopii

dan menumbulkan fibrosis (sclerosing agent) (Handayani, 2010).


j. Waktu Dilakukan Operasi MOW

Waktu dilakukan operasi MOW (Medis Operasi Wanita)

menurut Arum (2009), yaitu:

1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara

rasional klien tersebut tida hamil.

2) Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase

proliferasi).

3) Pasca persalinan

a) Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12

minggu.

b) Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan.

4) Pasca keguguran

a) Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada

bukti infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi).

b) Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti

infeksi pelvik (minilap saja) (Arum, 2009).

k. Efek Samping MOW

Efek samping pemakaian kontrasepsi MOW (Medis Operasi

Wanita) menurut Handayani (2010), yaitu:

1) Perubahan- perubahan hormonal

Efek samping kontap wanita pada umpan balik hormonal antara

kelenjar hypofise dan kelenjar gonad ditemukan kadar FSH, LH,


testosteron dan estrogen tetap normal setelah melakukan kontap

wanita.

2) Pola haid

Pola haid abnormal setelah menggunakan kontap merupakan tanda

dari “post tubal ligation syndrome”.

3) Problem psikologis

Dinegara maju wanita (usia <30 tahun) yang menjalani kontap

tidak merasa puas dibandingkan usia lebih tua dan minta

dipulihkan (Handayani, 2010).

3. Komplikasi Atau Resiko Hamil dan Melahirkan Diatas Usia 35 Tahun

Kompliasi- komplikasi yang dapat terjadi apabila hamil dan melahirkan

usia diatas 35 tahun, yaitu:

a. Risiko hamil diatas usia 35 tahun

Banyak faktor resiko ibu hamil dan salah satu faktor yang

penting adalah usia. Ibu hamil pada usia diatas 35 tahun lebih beresiko

tinggi untuk hamil dibandingkan bila hamil pada usia 21-30 tahun.

Faktor usia tua menyebabkan resiko timbulnya penyakit-penyakit

yang menyertai umur jadi semakin meningkat. Kombinasi antara

penyakit usia tua dan kehamilan tersebut yang menyebabkan resiko

meninggal atau cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah

tinggi. Resiko kehamilan diatas usia 35 tahun terhadap ibu:

1) Gangguan fungsi dan kerja organ- organ pada ibu.

2) Hipertensi esensial.
3) Diabetes mellitus akibat kehamilan atau dikenal dengan istilah

diabetes gestasional.

4) Obesitas (kegemukan) sebelum dan selama kehamilan akan

meningkat setelah usia 35 tahun.

5) Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah melahirkan,

misalnya yang disebabkan oleh letak plasenta yang menutup jalan

lahir. Resiko plasenta previa meningkat dua kali lipat pada usia

30-39 tahun. Perdarahan ini juga disebabkan oleh karena fungsi

saluran reproduksi yang sudah menurun.

6) Persalinan preterm

7) Kehamilan diluar rahim atau kehamilan ektopik (Nolan, 2010).

b. Resiko melahirkan Usia diatas 35 tahun

Usia tua dapat menyebabkan kemampuan untuk melahirkan

(fertilitas) menurun. Kemungkinan bayi lahir kembar juga sangat

tinggi terjadi pada kehamilan pertama yang terlambat, khususnya pada

usia 35-39 tahun. Selanjutnya, setelah usia 39 tahun, frekuensi bayi

lahir kembar menjadi menurun. Hamil terlambat juga menyebabkan

resiko terhadap diabetes, tumbuhnya jaringan ikat di dalam rahim

(fibroid) dan berisiko tinggi untuk mendapatkan kelainan kromosom,

seperti Down Syndrome. Secara garis besar komplikasi melahirkan

diatas usia 35 tahun yang dapat terjadi ialah:


1) Persalinan caesar

Sebagian besar persalinan pada calon ibu diusia rawan dilakukan

lewat operasi Caesar. Masalah dalam persalinan biasanya terjadi

pada perempuan yang pertama kali melahirkan di usia 35 tahun.

2) Kelainan kromosom

Kualitas kromosom perempuan di usia menjelang 40 tahun tidak

sebaik di usia muda. Akibatnya resiko melahirkan anak dengan

cacat fisik atau mental akan lebih besar.

3) Keguguran lebih besar

Risiko terjadinya keguguran pada ibu berusia matang juga lebih

besar. Hal ini mungkin terjadi karena menurunnya kualitas

kromosom ibu.

4) Down syndrome

Adalah kondisi yang disebabkan oleh ketidak normalan kromosom.

Ada kelainan salah satu gen yang diterima bayi dari kedua

orangtuanya. Hal ini yang menyebabkan salah satu dari beberapa

alasan anak-anak dinegara bagian amerika yang mempunyai

kemampuan mental lemah (Nolan, 2010).

5) Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas, umum dialami wanita hamil

diusia berapapun. Namun, obesitas akan meningkat setelah usia 35

tahun. Kenaikan berat badan normal pada saat kehamilan berkisar

antara 12-16 kg, jika kenaikan yang terjadi lebih dari itu berarti ibu
beresiko mengalami kegemukan atau obesitas. Obesitas akan

membawa resiko penyakit yang lain seperti preeklamsia, diabetes

gestasional, hipertensi, dan lain-lain. Ibu hamil yang obes juga

lebih banyak disarankan untuk menjalani persalinan dengan operasi

Caesar. Alasannya adalah kegemukan akan membuat ibu sulit

bersalin secara alami dan beresiko komplikasi jika tetap

melahirkan secara alami. Tak hanya itu, bayipun akan ikut

terpengaruh oleh berat ibu yang berlebihan.

6) Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi tekanan darah melebihi batas normal.

Pada kehamilan, biasanya muncul pada trimester ketiga, atau tiga

bulan terakhir kehamilan. Peningkatan hipertensi ini sering terjadi

pada kehamilan anak pertama dan ibu hamil di atas 35 tahun.

7) Preeklampsi

Peningkatan tekanan darah dan kadar protein dalam urin dapat

memicu preeklamsia. Kondisi preeklampsia dapat berkembang

menjadi eklampsia atau keracunan kehamilan yang ditandai dengan

kejang pada ibu dan penurunan kesadaran pada saat persalinan,

atau kejang selama dua hari atau lebih setelah melahirkan.

Kejadian sangat membahayakan, karena dapat menyebabkan

kematian ibu dan bayi (Stoppard, 2007).


4. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan

perilaku dibidang kesehatan disertai dengan upaya mempengeruhi

lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan

perilaku dan kualitas kesehatan. Promosi kesehatan juga berarti upaya

yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya

preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan)

dalam rangka upaya esehatan yang komperhensif. Promosi kesehatan juga

merupakan upaya yang bersifat persuasif untuk menjajakan, memasarkan

atau menjual kesehatan. Hal ini disebabkan karena sesungguhnya

kesehatan merupakan sesuatu yang sangat layak jual, sangat dibutuhkan

setiap orang dan masyarakat (Mubarak, 2011).

5. Penyuluhan Kesehatan

a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Menurut Azwar (1983) dalam Machfoedz (2005)

penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

mau melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan (Machfoedz, 2005).

Menurut Maulana (2009) Penyuluhan kesehatan diartikan

sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara

menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan. Dengan


demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga

mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan

kesehatan (Maulana, 2009).

b. Langkah- langkah dalam perencanaan

Menurut Machfoedz (2005) penyuluhan kesehatan dapat

disusun beberapa langkah-langkah perencanaan, langkah-langkah

perencanaan sebagai berikut:

1) Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah.

2) Menentukan prioritas.

3) Menentukan tujuan penyuluhan.

4) Menentukan sasaran penyuluhan.

5) Menentukan isi penyuluhan.

6) Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan.

7) Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang akan

dipergunakan.

8) Menyusun rencana penilaiannya.

9) Menyusun rencana kerja/rencana pelaksanaannya (Machfoedz,

2005).

c. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Dalam penyuluhan kesehatan terdapat tiga tujuan

penyuluhan kesehatan (Machfoedz, 2005) yaitu, sebagai berikut:

1) Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang agar status kesehatan menjadi optimal


2) .Tujuan jangka menengah

Tujuan jangka menengah agar tertanam periaku hidup yang sehat.

3) Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap, norma

dan sebagainya.

d. Metode Penyuluhan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2010) dalam menyampaikan

penyuluhan kesehatan pada masyarakat selalu menggunakan

komunikasi dua arah yang dapat memperjelas permasalahan yang

dihadapi. Adapun metode penyuluhan keseshatan sebagai berikut:

1) Perorangan (individu)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk

membina perilaku baru atau seseoarang yang mulai tertari pada

suatu perubahan perilau atau inovasi. Dasar yang digunakan dalam

pendekatan individual tersebut berbeda karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut bentuk dari pendekatan

terlebih yaitu:

a) Bimbingan dan Penyuluhan

Cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi klien dapat dibantu untuk diselesaikan.

Akhirnya klien dengan sukarela dan penuh kesadaran dapat

menerima perubahan prilaku tersebut.


b) Wawancara

Wawancara antara petugas kesehatan dan klien untuk

mengenali informasa apakah sasaran adapat tertarik atau

menerima perubahan perilaku yang terjadi, apabila belum maka

perlu dilakukan penyuluhan lebih mendalam lagi.

2) Metode penyuluhan kelompok

Dalam metode ini harus diingat besarnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal pada sasaran. Metode penyuluhan ini

akan berbeda ketika penyuluhan pada kelompok besar dan pada

kelompok kecil. Metode ini mencakup:

a) Kelompok besar

Apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode ini

seperti ceramah baik buat orang yang berpendidikan tinggi

maupun berpendidikan rendah. Ceramah ini dilakukan dengan

cara berdiri didepan atau pertengahan peserta, suara hendaknya

cukup keras. Selain ceramah juga terdapat metode lain yaitu

seminar, metode ini cocok untuk kelompok besar dan

berpendidikan menengah keatas.

b) Kelompok kecil

Yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang, metode

ini seperti diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,

memainkan peranan dan lainnya.


3) Metode penyuluhan masa

Penyampaian informasi ini ditujukan pada orang banyak atau

masyarakat yang bersifat masa atau publik. Sasaran ini bersifat

umum tidak mebedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status ekonomi, tingkat pendidikan dan lainnya. Pada umumnya

metode pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan

media masa seperti tulisan atau koran, bill board yang dipasang

dipinggir jalan, spanduk, leaflet, poster dan lain sebagainya.

6. Perilaku

a. Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010) prilaku adalah suatu kegiatan

atau aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Dari

segi biologis semua mahluk hidup termasuk binatang dan manusia,

mempunyai aktifitas masing-masing.

b. Determinan Perilaku Kesehatan

Teori Lawrence Green membedakan adanya 2 determinan

masalah kesehatan, yakni faktor perilaku dan faktor non-perilaku.

Faktor perilaku tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

1) Faktor-faktor presdisposisi yaitu faktor yang memepermudah

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.


2) Faktor-faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau

memefasilitasi perilaku. Merupakan sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

3) Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku (Notoatmodjo, 2010).

7. Pengetahuan

a. Pengetian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia

yang sekedar menjadi jawaban pertanyaan “what”. Pengetahuan juga

merupakan hasil tahu dari, dan ini terjadi setelah sesesorang

melakukan pengindraan dari objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup didalamnya dominan kognitif

mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoatmodjo, 2007).


1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab

itu “Tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang dipelajari

yaitu menyebutkan, menguraikan, meramalkan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memehami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham

terdapat objek dan materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap,

suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis ( Syntesis)

Sintesis yang dimakasut menunjukan pada semua kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu kesuluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemempuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berbaikan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memeproleh pengetahuan yang dikutip dari Wawan

(2010) adalah sebagai berikut:

1) Cara kuno untuk meemperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah ( Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam


memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tida

berhasil maa dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini berupa pimpinan masayarakat

baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah

dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenaran baik

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c) Bedasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunaan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi dimasa lalu.

2) Cara modern dalam memeperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut

metodelogi penelitian. Cara ini dikembangkan oleh Franscis Bacon

(1561- 1626), kemudian dikembangkan oleh Deobol Van Deven.

Akhirnya lahir satu cara untuk melakukan penelitian yang dimasa

ini kita enal dengan penelitian ilmiah (Wawan, 2010).

d. Proses Perilaku “Tahu”


Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik

yang langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luarsedangkan

sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut

terdapat proses berurutan yakni:

1) Awareness (kesadaran) dimana orng tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interes (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatia

dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu mempertimbangkan

baik buruknya tindakan terhadapat stimulus tersebut bagi dirinya,

hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.

Dapat disimpulkan bahwa pengabdosian perilaku yang

melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran

yang posistif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (ling

lasting) namun sebaiknya jika perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran, maka perilau tersebut bersikap sementara

atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari

tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci

merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti

pengetahuan, motovasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang


ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana

fisik dan sosial budaya (Wawan, 2010).

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan

Dalam dalam Wawan (2010) mengutip pendapat beberapa

ahli faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdapat dua jenis

faktor yaitu faktor internal dan faktor kesternal, adapun fator internal

dan faktor eksternal tersebut adalah:

1) Faktor Internal

a) Pendiddikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap orang lain menuju kearah cita- cita tertentu untu

menentukan seseorang berbuat dan mengisi kehidupan agar

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misal hal- hal yang menunjukan

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Wawan (2010), pekerjaan

adalah keburukan yang dilakukan terutama untuk menunjang

kebutuhannya dan kebutuhan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang pada banyak

tantangan. Sedangkan bekerja umunya merupakan kegiatan


yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarganya.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Wawan (2010), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang lebih tinggi

tingkat kedewasaanya. Hal ini sebagian dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Wawan (2010)

lingkungan merupkan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruh yang dapat memepengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sisitem sosial budaya pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi (Wawan, 2010).

f. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunton (2006) dikutip oleh Wawan (2010)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%.


2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.

3. Kurang : Hasil presentase <56% (Wawan, 2010).


B. Kerangka Teori

Promosi Kesehatan

Komunikasi Pemberdayaan
Masyarakat Training
Penyuluhan

Faktor Presdisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat

Pengetahuan, Ketersediaan Sikap dan perilaku


sumber- sumber dan petugas kesehatan
sikap, kepercayaan, fasilitas
keyakinan, nilai

Perilaku

Keterangan:

: Yang tidak diteliti

: Yang diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007.

C. Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu umur Pengetahuan ibu umur
>35 tahun sebelum >35 tahun sesudah
penyuluhan penyuluhan

Penyuluhan tentang
Kontrasepsi MOW
(Medis Operasi
Wanita) pada ibu
umur >35 tahun

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu umur >35 tahun tentang

kontrasepsi MOW (Medis Operasi Wanita) sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai