Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MATA KULIAH EKOLOGI UMUM

“Respon dan Adaptasi Makhluk Hidup, Populasi dan Ras Ekologi”

Oleh

Winny Arianti Akhmad


Ummul Susilawati

KELOMPOK II
BIOLOGI 18B

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah mengenai
“Respon dan Adaptasi Makhluk Hidup, Populasi Lokal dan Ras Ekologi” sesuai
dengan yang diharapkan dan tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi
Umum dan sebagai syarat memperoleh nilai tugas pada mata kuliah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari bahwa sepenuhnya
masih banyak kekurangan, akan tetapi atas bantuan semua pihak akhirnya kesulitan-
kesulitan tersebut dapat diatasi.
Atas bantuan segala pihak, pada kesempatan yang baik ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rahmatia Thahir, S.Pd., M.Pd selaku dosen
pengajar mata kuliah Ekologi Umum, dan teman-teman yang telah bekerja sama dan
memberikan masukan serta penjelasan kepada penulis.
Semoga makalah yang penulis buat ini dapat berguna untuk kita semua dan
tak lupa pula kritik dan saran yang membangun yang penulis harapkan demi
sempurnanya makalah berikutnya.

Makassar, April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Respon dan Adaptasi ...........................................................
B. Jenis-Jenis Respon dan Contohnya .............................................................
C. Jenis-Jenis Adaptasi dan Contohnya ...........................................................
D. Populasi Lokal dan Ras Ekologi .................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu.
Secaraumum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara
organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu
yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik.

Ekologi hewan adalah cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi


antara hewan dengan lingkungannya yang menentukan sebaran, distribusi, dan
kemelimpahan hewan-hewan tersebut. perubahan kondisi lingkungan berpengaruh
terhadap hewan. Hewan mengadakan respon terhadap perubahan kondisi
lingkungannya tersebut. respon hewan terhadap kondisi dan perubahan
lingkungannya denyatakan sebagai respon hewan terhadap lingkungannya. respon
tersebut berupa perubahan fisik,fisiologis, dan tingkah laku.

Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.


tujuan akhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Apabila kondisi
lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah pertama; hewan
meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang lebih baik. kedua
hewan memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek negatife perubahan
tersebut. ketiga; hewan itu akan mati, adaptasi umumnya diartikan sebagai
penyesuaian makhluk hidup terhadap lingkungannya. respon dan adaptasi perilaku
hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan sumber daya
lingkungan. terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor serta
koordinasi saraf dan hormon.

4
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar respon dan adaptasi?
2. Apa saja jenis-jenis respon dan contohnya?
3. Apa saja jenis-jenis adaptasi dan contohnya?
4. Bagaimana populasi lokal dan ras ekologi?

C. Tujuan
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Untuk dapat mengetahui konsep dasar respon dan adaptasi
2. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis respon dan contohnya
3. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis adaptasi dan contohnya
4. Untuk dapat mengetahui populasi lokal dan ras ekologi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Respon dan Adaptasi


Interaksi hewan dengan lingkungannya menunjukan adanya hubungan timbal
balik antara hewan dengan lingkungannya. Dalam hubungan itu kondisi dan
perubahan kondisi lingkungan berpengaruh pada hewan, dan hewan mengadakan
reaksi terhadap kondisi dan perubahan kondisi lingkungannya

1. Respon

Reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungannya dikatakan


sebagai respon hewan terhadap lingkungannya. respons hewan terhadap
lingkungan dapat berupa perubahan fisik, fisiologis dan tingkah laku. respons
hewan terhadap kondisi dan perubhan lingkungan ada yang bersifat aktif, artinya
respons itu terbentuk dan berlaku pada saat berpengaruh kondisi dan perubahan
lingkungan berlaku.misalnya, ayam mencari tempat yang teduh ketika hujan
turun.repons-respons seperti itu merupakan respons yang terpola untuk semua
anggaota spesies. Respons itu merupakan perubahan pada hewan yang bersifat
reaktif terhadap lingkungannya.

Yang mana respon ini akan terjadi apabila adanya stimulus. Perubahan
fungsi yang sifatnya sementara dan berlangsung tiba-tiba sebagai akibat dari
aktivitas tubuh. Perubahan akan hilang setelah aktivitas tubuh dihentikan.
(denyut jantung,frekuensi pernafasan, suhu tubuh, dsb)

2. Adaptasi

Adaptasi merupakan proses penyusuaian diri makhluk hidup dengan


keadaan lingkungan sekitarnya. Masing-masing individu mempunyai cara yang
berbeda dalam menyusuaikan diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami
perubahan bentuk tubuh (adaptasi morfologi), ada yang mengalimi perubahan
proses metabolism tubuh (adaptasi fisiologi) dan ada juga yang mengalami

6
perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku). Adaptasi akan
dilakukan oleh makhluk hidup bila keadaan sekitarnya membahayakan atau
tidak menguntungkan bagi dirinya, sehingga perlu untuk menyelamatkan atau
mempertahankan kehidupannya.

B. Jenis-Jenis Respon

Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu
respon pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan. Mekanisme
ketiga respon itu berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar mekanisme itu
berhasil maka respon yang dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu tepat dan
berlangsung cukup cepat. Adapun tipe-tipe respon sebagai berikut :

1. Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Respon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks).
Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya.
Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah respon penyesuaian
(aklimatori), berlangsung lebih lama dari respon regulatori karena proses
fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan struktur dan morfologi
hewan. Contoh: di lingkungan bertekanan parsial oksigen rendah, terjadi
proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada kondisi
kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon aklimatori
umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi perubahan
kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali karena tiap tahun kondisi
khas musiman selalu berulang.

7
Gambar 2.1 ( pupil mata)

2. Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon perkembangan.
Respon berlangsung lama karena melibatkan banyak proses yang menghasilkan
perkembangan beraneka ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat
permanen dan tak reversible. Contohnya perubahan jumlah mata facet pada
Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan cacat
akibat respon perkembangan embrio terhadap senyawa teratogenik dalam
lingkungannya.

Gambar 2.2 (kelainan teratogonik)

Kendeigh (1969) menglasifikasikan respon menjadi 5 macam, yaitu: semu


(masking), letal (lethal), berarah (directive), pengontrolan (controlling), dan
defisien (deficient).

8
a. Semu (masking): modifikasi pengaruh suatu faktor oleh faktor lainnya.
Sebagai contoh RH (relatif humidity atau kelembaban relatif) yang rendah
meningkatkan laju evaporasi permukaan tubuh, sehingga hewan berdarah
panas mampu bertahan pada iklim yang sangat hangat.
b. Letal (lethal): faktor lingkungan menyebabkan kematian, seperti misalnya
suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin.
c. Berarah (directive): faktor lingkungan menyebabkan orientasi tertentu,
misalnya burung-burung di kutub utara bermigrasi ke arah selatan pada saat
musim dingin dan kembali ke utara pada saat musim semi atau panas untuk
berbiak.
d. Pengontrolan (controlling): faktor tertentu dapat mempengaruhi laju suatu
proses fisiologi tanpa masuk ke reaksi. Sebagai contoh, suhu lingkungan
dapat berpengaruh besar terhadap metabolisme, sekresi, dan lokomosi
hewan.
e. Defisien (deficient): defisiensi suatu faktor lingkungan pada habitat tertentu
dapat mempengaruhi aktivitas atau metabolisme hewan. Sebagai contohnya
jika oksigen ada atau tidak ada pada tekanan rendah akan membatasi
aktivitas hewan.

C. Jenis-Jenis Adaptasi Hewan

Ada bermacam-macam bentuk adaptasi makhluk hidup tehadap lingkungannya,


adaptasi melibatkan perubahan yang diakibatkan seleksi alam, bersifat herediter,
dan proses berlangsung meliputi sejumlah besar generasi yang berurutan. Terdapat
tiga macam hasil proses adapatasi pada hewan, yaitu:

1. Adaptasi Fisiologis

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh


lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat
tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.

9
Seluruh perangkat kemampuan fisiologis untuk menghadapi kondisi
lingkungannya, meliputi proses kimiawi, substansi kimiawi, enzim, ko-enzim
serta hormon yang terlibat pada proses tersebut. Adapatasi fiologis biasa
didukung oleh adaptasi structural dan perilaku. Contohnya adalah sebagai
berikut:
a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan
cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk
menghindarkan diri dari musuhnya.

Gambar 2.3 ( Kelenjar Bau)


b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam.
Bila musuh datang, tinta di semprotkan kedalam air sekitarnya, sehingga
musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.

Gambar 2.4 (hewan cumi-cumi)


c.Mimikri pada kadal

10
Kulit kadal dapat berubah warna karena ini di pengaruhi oleh factor
dalam rupa hormon dan factor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.

Gambar 2.5 (kadal)

d. Autotomi
Yaitu proses pemutusan bagian tubuh hewan guna mempertahankan
kehidupannya. Terjadi pada cecak atau tokek.

Gambar 2.6 (cicak)


2. Adaptasi Morfologis

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang


disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Contohnya yaitu :
a. Koral Madrepora berbeda bentuk pada lingkungan yang berbeda.
Adanya kesamaan corak dan kondisi lingkungan, mungkin menghasilkan
bentuk yang serupa pada berjenis-jenis hewan dari kelompok yang
bertaksonomi perkerabatan jauh.

11
Gambar 2.7 (Koral Madrepora)
b. Berbagai jenis ikan dan mamalia yang hidup di lautan. Adaptasi
structural menyangkut seluruh aspek hidup hewan. Misal: tipe mulut pada
Insecta dan tipe paruh pada burung sesuai dengan jenis makanannya.

Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung untuk melakuakn


suatu fungsi hidup, misal pada burung karnivor memiliki paruh yang kukuh dah
tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik dan kaki bercakar kuat. Adaptasi tidak
hanya menyangkut bentuk dan besar struktur, melainkan juga warna, pola
pewarnaan, dan aspek fenotip lainnya.

contoh lain adaptasi morfologi yang dilakukan hewan adalah dapat kita lihat
beberapa organ misalnya :
1) Gigi
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi
empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa serta gigi
rahang dengan ujung pemotong untuk memotong untuk mencabik-cabik
mangsanya. Perubahan gigi hewan biasanya berdasarkan pada makanannya,
seperti : gigi taring (dens caninus) besar dan runcing pada hewan carmivora
untuk menangkap dan mengoyak daging, gigi gerahang depan (dens
premolare) dan gerahang belakang (dens molare) berbentuk lebar dan datar,
di jumpai pada hewan memamah biak (hewan ruminansia) untuk
mengunyah, menggilas dan menghaluskan rumput/daun-daunan.

12
Gambar 2.8 ( Gigi Karnifora)
2) Paruh
Elang mempunyai paruh yang kuat dengan rahang atas yang
melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram
korbannya. Perubahan bentuk paruh burung biasanya pada makanannya,
seperti :

a) Paruh bentuk sisir, bagian atas agak melengkung pada pelican, flamingo
untuk menyaring makanan yang berupa algae, udang kecil dan rumput
laut.
b) Paruh bentuk kecil, runcing dan tajam pada kolibri untuk menghisap
madu.
c) Paruh bentuk pendek dan kuat pada nuri, pipit, kaka tua, gelatik untuk
memakan biji-bijian
d) Paruh bentuk pendek, besar, kuku dan kuat pada elang, raja wali untuk
mengoyak manggsanya.
e) Paruh bentuk pipih pada iti, bebek untuk mengambil makanan yang di
perairan (ikan atau udand kecil, algae)
f) Paruh bentuk pahat, pada platuk untuk memahat batang pohon yang
telah lapuk.

13
Gambar 2.9 (Elang)
3) Kaki
Perubahan bentuk kaki/cakar burung. Biasanya berdasarkan pada habitat
dan cara hidupnya, seperti :

a) Kaki pencengkeram dengan cakar bentuk yang kuat, tajam dan pendek
pada elang, raja wali, burung hantu untuk mengcekram manggsanya)
b) Kaki perenang dengan selaput renang pada iti, bebek, angsa,pelican
untuk mendayung saat berenang di air.
c) Kaki yang kuat pada kaswari untuk berlari atau berjalan.
d) Kaki pemancar denagn dua jari kea rah depan dan dua jari kea rah
belakang pada pelatuk untuk memanjat pohon.

Gambar 2.10 ( Bentuk Kaki )

3. Adaptasi Tingkah Laku

Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di


sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi yang
dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari kondisi

14
lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini adalah
merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada
binatang/hewan di sekitar kita disertai pengertian dan arti definisi :

a. Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti
misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di
sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator/pemangsa sehingga
sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat
dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau,
jika dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi
coklat, dan lain sebagainya.

Gambar 2.11 ( Bunglon)


b. Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras
dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa
berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin.
Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa
itu biantang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak
jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang
tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh
hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular, ikan, beruang, kura-kura,
bengkarung, dan lain-lain.

15
Gambar 2.12 (Beruang)

c. Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan
salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang
biasa hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia
akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh.
Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik
perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus,
sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.

Gambar 2.13 (cicak)

D. Populasi Lokal dan Ras Ekologi

Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini
dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme
dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan
untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya
terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara

16
sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran
informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi. Ada
juga yang mengatakan bahwa Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri
yang sama (spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu.
Penyebaran individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan
kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan
kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca
yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk
melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara
terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa terpisah
menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional Baluran
yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman Nasional Ujung
Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi geografis atau cuaca itu
menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan pertukaran informasi
genetik, maka antara kelompok yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi-
variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang terjadi di tempat masing-masing.
Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan dua populasi yang terpisah dapat
bersatu, pertukaran informasi genetik dapat berlangsung.
Populasi lokal dan ras ekologi, Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada
kemungkinan secara genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi
diantara anggota kelompok itu sendiri. Kelompok organisma-organisma yang
terisolasi tersebut biasanya disebut ”populasi lokal”. Berikut gambarnya :

17
Gambar 2.14 ( sapi)

Populasi lokal adalah merupakan unit dasar dalam proses evolusi, pertukaran
gen terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama sehingga terjadi
struktur gena yang khusus untuk kelompok tersebut dan akan berbeda dengan
struktur gena populasi lokal lainnya meski untuk species yang sama. Hal ini
dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi terhadapnya, sehingga
menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang memberi kemungkinan
untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan berkembang dalam jumlah yang
semakin banyak jika dibandingkan dengan individu-individu yang tidak tahan.

Salah satu jalan suatu populasi lokal dapat teradaptasi terhadap suatu
lingkungan adalah dengan pengembangan dan pengelolaan diversitas genetikanya
melalui reproduksi seksual dalam populasi. Hasilnya adalah sekelompok atau
susunan individu-individu yang masing-masing berbeda dalam toleransinya
terhadap lingkungan, salah satunya ada kemungkinan mempunyai kemampuan yang
sangat baik dalam toleransinya terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim daripada
rata-rata anggota populasi lainnya. Dengan demikian kehetrogenan struktur gena
dari anggota populasi mempersiapkan populasi terhadap kehancurnnya akibat
lingkungan, misal terhadap kemarau yang panjang.

18
Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu yang relatif lama dan lamban
sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini bisa ratusan bahkan ribuan
tahun. Dengan demikian dalam mempertahankan hidup atau kelulusan hidup, dan
ini sebagai mekanisme teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi alami. Dalam
suatu kawasan yang secara umum mempunyai kondisi yang relatif sama, populasi
lokal dari species yang ada berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi
terhadap lingkungan yang relatif sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan
species lokal lainnya (dari species yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang
berbeda.
Jadi suatu ras ekologi adalah juga populasi lokal yang terbentuk oleh
karakteritika individu-individunya. Dua pendekatan dalam kajian populasi ini,
yaitu :
1. Melalui ekologi populasi yang mendalami pertumbuhan suatu populasi
2. Interaksi diantara populasi-populasi yang berhubungan erat di dalam pengaruh
faktor lingkungan yang terkontrol ataupun tidak terkontrol.

Besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu biasanya dinyatakan dalam


suatu peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi. Kerapatan populasi dapat
dinyatakan dalam: jumlah individu persatuan luas, atau dapat pula dinyatakan dalam
biomasa persatuan luas (bila populasi tersebut dibentuk oleh individu-individu
dengan ukuran berbeda, ada kecambah, ada anakan dan tumbuhan dewasa serta
tumbuhan tua). Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya akan mengalami
perubahan. Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini pengertian kecepatan
memegang peranan penting, dan perubahan populasi ini sangat ditentukan oleh
berbagai faktor (kelahiram atau regenerasi: kematian, perpindahan masuk, dan
perpindahan keluar). Besarnya populasi tumbuhan di alam sangat ditentukan oleh
kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak individu yang dapat ditampung
dalam suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat hidup. Dalam keadaan ini
persaingan intra species adalah dalam keadaan maksimal yang dapat ditanggung
oleh organisma tersebut.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Adaptasi merupakan proses penyusuaian diri makhluk hidup dengan keadaan
lingkungan sekitarnya. Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda
dalam menyusuaikan diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami
perubahan bentuk tubuh (adaptasi morfologi), ada yang mengalimi perubahan
proses metabolism tubuh (adaptasi fisiologi) dan ada juga yang mengalami
perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku. Reaksi hewan terhadap
kondisi dan perubahan lingkungannya dikatakan sebagai respon hewan terhadap
lingkungannya.
2. Jenis-jenis respon seperti respon reversibel tipe respon dasar hewan yang
reversible dan paling sederhana adalah respon pengaturan (regulatori). Respon
tak-reversibel tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon
perkembangan.
3. Jenis-jenis adaptasi hewan seperti adaptasi fisiologi, adaptasi morfologi, dan
adaptasi tingkah laku.
4. Populasi lokal dan ras ekologi, dalam situasi tertentu sekelompok individu ada
kemungkinan secara genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan
terjadi diantara anggota kelompok itu sendiri

B. SARAN

Makalah yang dibuat masih jauh dari sempurna, karena itu, Penulis menerima
masukan, saran, dan kritik yang membangun dan berguna untuk kemajuan
pembuatan makalah selanjutnya di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

20
Arifin, Zainal. Konsep Respon Dan Adaptasi Ekologi Umum. Bandung: Rosdakarya, 2012.

Hamid, Hamdani. Pengembangan Populasi Lokal. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Syarief, Hamid. Ekologi Umum  . Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996.

Sumarto S dan Koneri R. 2016. Ekologi Hewan. Cv. Patra Media Grafindo. Bandung.

Hamaliki, Oemar. Ekologi Adaptasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

21

Anda mungkin juga menyukai