Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PERCOBAAN I

PREPARAT APUS (Smear Preparation)

OLEH :

NAMA : BAHTIAR

STAMBUK : F1D117025

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN PEMBIMBING : ZAINUL MUTTAQIN

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preparat apus (smear preparation) adalah suatu pembuatan sedianan

darah dengan cara mengoles atau membuat selaput (film) dari subtansi yang

berupa cairan di atas kaca objek atau gelas yang bersih, untuk selanjutnya

difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan kaca atau gelas penutup. Preparat

adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesesuatu menjadi

tersedia, spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk

penelitian dan pemeriksaan. Preparat apus bertujuan untuk mengethui sel-sel

yang ada pada objek yang diamati. Preparat apus yang digunakan pada

praktikum ini adalah apusan darah, apusan sperma dan apusan vagina.

Darah merupakan bagian terpenting bagi makhluk hidup karena darah

mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem transportasi. Darah

merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri atas dua komponen

yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu

erotrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu

per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter dan sekitar 55 % adalah

plasma darah sedangkan 45 % sisanya terdiri dari sel darah.

Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang mengalami deferensiasi.

Sel sperma adalah sel reproduksi yang dihasilkan oleh organ testis pada pria.

Apusan sperma merupakan preparat atau sediaan yang dibuat untuk

mengamati kulitas sperma dan morfologi sperma. Estrus adalah masa

keinginan kawin yang ditandai dengan keadaan tikus tidak tenang, keluar
lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan

cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi

dengan cepat dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan atau terjadi

dengan cepat. Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu

proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Siklus ini dapat dengan mudah

diamati dengan melihat perubahan sel-sel penyusun lapisan epitel vagina yang

dapat dideteksi dengan metode apusan vagina. Metode vaginal smear

digunakan untuk mengetahui fase yang sedang dialami oleh hewan yang diuji

dan dilakukan dengan cara mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel

yang ditemukan pada apusan. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan

praktikum Preparat Apus (Smear Preparation).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara membuat film darah manusia dan hewan yang tipis untuk

mempelajari korpuskula darah ?

2. Bagaimana cara membuat apusan vagina ?

3. Bagaimana cara membuat apusan sperma ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara membuat film darah manusia dan hewan yang tipis

untuk mempelajari korpuskula darah.

2. Untuk mengetahui cara membuat apusan vagina.


3. Untuk mengetahui cara membuat apusan sperma.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui cara membuat film darah manusia dan hewan yang

tipis untuk mempelajari korpuskula darah.

2. Dapat mengetahui cara membuat apusan vagina.

3. Dapat mengetahui cara membuat apusan sperma.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Preparat Apus

Metode preparat apus merupakan salah satu cara pembuatan sediaan

awetan dengan cara mengoleskan jaringan di atas kaca benda sehingga dapat

diamati di bawah mikroskop. Jaringan yang bisa dioleskan adalah jaringan

yang bersifat cair. Manfaat preparat apus yaitu untuk mengetahui dan

mempelajari bentuk dan struktur komponen sel suatu jaringan organ. Preparat

apus dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk larutan-larutan

sederhana seperti giemsa dan pewarna acid fast (Fitriyaningsih, 2016).

B. Apusan Darah

Apusan darah merupakan metode yang digunakan untuk melihat sel-

sel yang ada pada darah dan mencari kelainan penyakit pada sel darah. Apusan

darah digunakan untuk investigasi penyakit infeksi seperti malaria. Sebelum

pembuatan sediaan apus darah, gelas objek atau kaca pobjek yang diguakan

harus dalam keadaan bersih. Hal ini dikarenakan pembuatan sediaan apus

darah tidak menggunakan pelekat untuk melekatkan sel darah. Metode apusan

darah dibuat dengan cara meratakan tetesan darah di atas bidang (kaca objek).

Metode yang digunakan untuk membuat apusan darah yaitu metode wedge dan

cove gelas. Metode wedge dilakukan dengan menempatkan tetesan darah pada

kaca objek kemudian mondorong atau mengulas dengan kaca objek yang lain

pada sudut kemiringan 30-450. Metode cover gelas dilakukan dengan

menempatkan tetesan darah pada gelas atau kaca penutup, kemudian dengan
cepat meratakan tetesan darah dengan gelas atau kaca penutup yang lain

(Harjanti, 2017).

C. Apusan Vagina

Siklus estrus merupakan siklus reproduksi dari hewan mamalia betina

dewasa. Penentuan fase estrus dilakukan dengan pemantauan siklus estrus

dengan menggunakan metode ulas vagina. Metode ulas vagina atau vagina

smear merupakan cara kualitatif yang dapat memantau siklus estrus melalui

sel epielium skuamosa yang diambil dari vagina hewan mencit (Mus

musculus), seperti sel epitel dan sel leukosit sebagai bahan identifikasi sel.

Metode ini digunakan untuk mengetahui tipe sel yanga ada pada saat fase

estrus (Suci, 2015).

D. Apusan Sperma

Spermatozoa (sel sperma) merupakan sel yang berasal dari sistem

reproduksi jantan. Sperma berbentuk seperti kecebong yang terbagi menjadi

tiga bagian utama yaitu kepala, leher dan ekor. Metode pemeriksaan temuan

spermatozoa dibagi menjadi dua tahap yaitu tanpa pewarnaan dan dengan

pewarnaan. Metode pewarnaan dilakukan dengan pengamatan langsung

apusan sperma di bawah mikroskop sedangkan metode dengan pewarnaan

apusan sperma diulas dengan reagen pewarna kemudian diamati di bawah

mikroskop (Arios, dkk., 2014).


E. Larutan yang Digunakan

Pewarna giemsa merupakan pewarna Ramanoswoky, pewarna yang

menggunakan zat warna azure B (trimethylthonin, produk oksidasi methylen

blue) yang memiliki warna biru dan eosin (warna merah). Pewarna giemsa

digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasmadari sel darah

merah, sel daah putih, trombosit, dan parasit yang ada dalam darah. Pewarna

giemsa tersedia dalam bentuk cair atau padat (Rachmawati, 2016).

Pewarnaan giemsa dalam analisis morfologi spermatozoa umumnya

menggunakan larutan NaCl 0,9% untuk pengenceran. Larutan NaCl 0,9%

merupakan larutan isotonis yang diperoleh dari 0,9 gram kristal NaCl yang

dilarutkan dalam 100 ml aquades dan dinyatan dalam %. Larutan NaCl 0,9%

memiliki sifat isotonis pada cairan sel dan mampu mempertahankan perubahan

Ph sperma pada suhu ruangan. Larutan NaCl 0,9% tidak mempengaruhi

kondisi fisik spermatozoa. Penggunaan NaCl 0,9% sebagai larutan pengencer

cat giemsa menunjukan masih ada kepala, leher dan ekor spermatozoa yang

tidak berwarna ungu tetapi berwarna biru muda (Diarti, 2016).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.

a. Apusan Darah

Tabel 3.Hasil Pengamatan Apusan Darah Manusia dan Hewan.


No Gambar Pengamatan Gambar Literatur Keterangan
1 2 3 4
1 Darah manusia
1. Sel darah
1 merah
(Eritrosit).
2 2. Sel darah
putih
3 (Leukosit).
3. Keping
darah
(Trombosit).
2 Darah hewan

B. Pembahasan

Darah merupakan salah satu cairan tubuh yang terdapat dalam

pembuluh darah dan mengalir ke seluruh tubuh, tersusun dari cairan yang

disebut plasma (60-70%) terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral,

enzim, hormon, dan sisanya sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit

dan trombosit. Darah mempunyai peranan penting dalam sirkulasi tubuh,

sehingga dari gambaran darah diharapkan dapat mengetahui status fisiologi

individu.
Pembuatan preparat apusan darah, terlebih dahulu menusukan jarum

pada jari kiri lalu ditetesi ke kaca objek pada tetesan ketiga, setelah itu darah

tersebut diapus dengan menggunakan kaca objek lain agar terbentuk film

darah yang tipis dan rata sehingga pada waktu pengamatan di bawah

mikroskop dan setelah itu, darah dikeringkan selama beberapa menit,

kemudian ditetesi dengan alkohol  beberapa  tetes  dan  dikeringkan

di suhu ruangan selama beberapa  menit agar darah yang akan diamati terjaga

keawetannya. Setelah itu, barulah dilakukan  pewarnaan, saat pewarnaan

preparat menggunakan larutan giemsa yang fungsinya sebagai pewarnaan,

preparat tersebut didiamkan selama 15 menit agar hasil filmnya lebih

maksimal, setelah beberapa menit, preparat tersebut didiamkan sampai kering

terlebih dahulu baru dicuci dengan air mengalir sebab apabila belum kering

tetapi sudah dicuci maka ketika diamati menggunakan mikroskop maka darah

akan pudar.

Pengamatan yang dilakukan menghasilkan komponen darah yang

terdiri dari plasma darah dan korpuskula darah. Plasma darah merupakan

komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-

sel darah, di mana sel darah ditutup, sedangkan korpuskula terdiri dari eritrosit

(sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (keping darah).

Eritrosit (ssel darah merah) berfungsi untuk mengedarkan oksigen ke seluruh

jarinagn melalui pengikatan O2 oleh hemeglobin (Hb). Leukosit (sel darah

putih) berfungsi untuk melindungi tubuh dari benda asing seperti virus dan

bakteri, trombosit (keping darah) berfungsi memperbaiki pembuluh darah yang


robek, menghentikan pendarahan, berfungsi dalam pembekuan darah. Plasma

darah berfungsi untuk mengangkut air dan sekaligus menyebarkan ke dalam

tubuh, mengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi,

menjaga temperature suhu tubuh dan lain sebagianya.

b. Apusan Vagina

Hasil pengamatan apusan vagina dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. Hasil pengamatan apusan Vagina


No GambarPengamatan GambarLiteratur Keterangan
1 2 3 4
1. Proestrus
1 2. Estrus
3. Metestrus
2 4. Diestrus

Apusan vagina dapat digunakan untuk pemeriksaan siklus estrus dan

mempelajari kegiatan fungsional ovarium, lalu apusan vagina dapat dipelajari

berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak langsung

mencerminkan perubahan fungsional ovarium. Sel superfisial yang banyak

menunjukan banyaknya kandungan hormone yang terdapat dalam estrogen.

Pengamatan tahap siklus estrus pada mencit (Mus muscullus L.) berdasarkan

hasil apusan vagina yang terlihat fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.

Proestus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel ovarium

tumbuh menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh hormon FSH. Fase ini

berlangsung 12 jam. Proestrus dicirikan dengan adanya leukosit dan sel epitel
berinti. Fase estrus merupakan fase dimana mencit siap kawin yang di tandai

dengan prilaku yang agresif dan keluarnya lendir. Fase estrus terlihat adanya

sel-sel epitel yang mengalami penandukan (terkornifikasi).

Fase metestrus adalah periode segera sesudah estrus, fase ini corpus

luteum tumbuh lebih cepat dari sel granulosa folikel yang telah pecah di

bawah pengaruh LH dan adenohipofisa. Metestrus dicirikan dengan adanya

leukosit, sel epitel berinti dan sel terkornifikasi. Metestrus sebagian besar

berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum.

Progesteron menghambat sekresi hormon FSH oleh adenohipofisa sehingga

menghambat pembentukan folikel de graaf yang lain dan mencegah terjadinya

estrus.

Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak

dan mamalia, fase ini berlangsung selama 48 jam. Serviks menutup dan lendir

vagina mulai kabur dan lengket serta selaput mukosa vagina pucat dan otot

uterus mengendor. Akhir pada periode ini corpus luteum memperlihatkan

perubahan-perubahan retrogresif dan vakualisasi secara gradual serta

endometrium dan kelenjar-kelenjarnya berubah keukuran semula. Mulai terjadi

perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke

proestrus. Diestrus dicirikan dengan adanya sel epitel berinti, leukosit serta

adanya lendir.
c. Apusan Sperma

Hasil pengamatan apusan sperma dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Apusan Sperma


No Gambar Pengamatan Gambar Literatur Keterangan
.
1 2 3 4
1. Kepala
1 (Acrosome
)
2. Leher
2 (Piece)
3. Ekor (Tail)
3

Spermatozoa merupakan suatu bentuk sel memanjang yang bertindak

sebagai gamet jantan dengan sifat haploid. Spermatozoa dapat dikenal sebagai

sel hasil maturasi dari sel epitel germinal yang disebut dengan spermatogonia.

Spermatogonia terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang batasan luar

epitel tubulus. Pengamatan pada apusan sperma terlihat bagian kepala, leher

dan ekor sperma. Kepala sperma memiliki bentuk bulat, lonjong atau pipih dan

pada bagian kepala sperma terdapat komponen utama seperti inti (nukleus)

dengan kandungan informasi genetik dan terdiri atas kromatin. Akrosom

terletak di bagian ujung anterior nukleus, menutupi bagian kepala

spermatozoa. Akrosom ini sendiri merupakan kantong membran dengan

lapisan ganda, yang melapisi bagian nukleus selama tahap akhir pembentukan

spermatozoa, yang mengandung rangkaian unsur penting dengan segala fungsi

seperti akrosin untuk menembus dinding zona pellucida agar spermatozoa

dapat masuk dalam sel telur (ovum) itu di dalam pelepasan hyaluronic acid
dan dapat mencerna filamen proteoglikan dan enzim hidrolisis lain yang ikut

berperan dalam proses fertilisasi. Akrosom dibentuk dari badan golgi.

Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece, principal piece

dan end piece. Ekor ini memiliki fungsi untuk pergerakan menuju sel telur.

Ekor yang motil itu pada pusatnya sama seperti flagellum memiliki struktur

aksonome yang terdiri atas mikrotubul pusat di kelilingi oleh sembilan doblet

mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang lainnya. Penilaian kulaitas

suatu spermatozoa umumnya meliputi berbagai aspek misalnya, dalam hal

motilitas maka spermatozoa dapat dibagi ke dalam tiga kriteria utama

(motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil), hal morfologi

spermatozoa yang meliputi bentuk (bentuk normal atau abnormal).

Abnormalitas dapat terjadi pada bagian kepala, midpiece, ekor atau bagian end

piece.
V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Cara membuat preparat apusan darah yaitu dengan menggunakan metode

smears yang menggunakan larutan methanol sebagai larutan fiksasinya, dan

larutan giemsa sebagai pewarnanya sehingga menghasilkan darah dengan

komposisi korpuskula darah yang terdiri atas sel darah merah (Eritrosit), sel

darah putih (Leukosit) dan keping darah (Trombosit).

2. Cara pembuatan apusan vagina yaitu masukkan cotton bud yang sudah

dibasahi Nacl 0,9 % ke dalam vagina mencit kemudian putar searah jarum

jam secara perlahan, lalu cotton bud dioleskan secara perlahan secara

memanjang dua atau tiga baris olesan dengan arah yang sama pada kaca

objek, kemudian olesan tersebut diberi pewarna larutan giemsa dan

didiamkan selama 10 menit dan kemudian diamati di bawah mikroskop.

3. Cara pembuatan apusan sperma diawali dengan pengambilan bagian testis,

kemudian dicacah dan ditambahkan larutan Nacl, ditambahkan setetes

methanol, lalu dilanjutkan dengan dehidrasi alkohol 70 %, lalu diberikan

pewarna dan terakhir ditutup dengan entelan serta kaca penutup.

B. Saran

Saran pada praktikum ini adalah diharapkan kepada setiap praktikan

pada saat melakukan praktikum betul- betul mampu mengamati dan


mengidentifikasi dengan baik semua bahan yang dipraktikumkan sehingga

tujuan dari kegiatan praktikum dapat tercapai dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Arios, R., Tomuka, D. dan Kristanto, E., 2014, Efektivitas Deteksi Spermatozoa
Menggunakan Pewarnaan Malachite Green, Jurnal e-Clinic (eCl), 2(2): 4-
7

Diarti, M. W., Tantos, E. Y. Dan Turmuji, A., 2016, Larutan Pengencer Alternatif
NaCl 0,9% dalam Pengecatan Giemsa pada Pemeriksaan Morfologi
Spermatozoa, Jurnal Kesehatan Prima, 10(2): 1-3

Fitriyaningsih, M. N., 2016, Perbandingan Preparat Apus Darah Hewan Mencit


Berhemoglobin dan Hemoglobin Sebagai Sumber Belajar Biologi,
Universita Muhammadiyah, Malang.

Harjanti, N., Samino, S., Indriyani, S. Dan Soewono, A., 2017, Mikroteknik
Dasar, UB PRESS, Malang.

Rachmawati, D., 2016, Pengaruh Lama Penguapan Larutan Fiksasi terhadap


Hasil Mikroskopis Sediaan Apus Darah Tepi, Universitas Muhammadiyah,
Semarang.

Suci, E. N., 2015, Histologi Hasil Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Mencit
(Mus musculus) Setelah Pemberian Monosodium Glutmat (MSG),
Universitas Halu Oleo, Kendari.

Anda mungkin juga menyukai