Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit

hitung erotrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas

pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadann

tertentu di mana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa

eritrosit, seperti pada dehidrasi, pendarahan, akut dan kehamilan. Oleh

karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label

anemia tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan

anemia tersebut. (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015)

Kelompok Kriteria Anemia (Hb)


Laki-laki dewasa 13g/dl
Wanita dewasa tidak hamil 12g/dl
Wanila hamil 11g/dl

B. Etiologi

Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease

entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar

(underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:

1. Gangguan pembentukan erotrosit oleh sumsung tulang;

2. Kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan)

1
3. Proses penghacuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).

Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis adalah sebagai berikut :

1. Anemia karena gangguan pmbentukan eritrosit dalam sumsung tulang

a. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit

1) Anemia definisiensi besi

2) Anemia definisiensi asam folat

3) Anemia definisiensivitamin b12

b. Gangguan penggunaan (utulisasi) besi

1) Anemia akibat penyakit kronik

2) Anemia sidroplastik

c. Kerusakan sumsung tulang

1) Anemia aplastik

2) Anemia mieloptisik

3) Anemia pada keganasan hematologi

4) Anemia diseritropoietik

5) Anemia pada sidrom mielodisplastik

2. Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal

kronik

3. Anemia akibat hemoragi

a. Anemia pasca perdarahan akut

b. Anemia akibat perdarahan kronik

4. Anemia hemolitik

a. Anmia hemolitik intrakorpuskular

2
1) Gangguan membran eritrosit (membranopati)

2) Gangguan ensim eritrosit (enzimipati): anemia akibat defisiensi

G6PD

3) Gangguan hemoglobin

a) Thalassemia

b) Hemoglobininopai struktural: Hbs,HbE, dll

b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular

1) Anemia hemolitik autoimun

2) Anemia hemolitik mikroangiopatik

3) Lain-lain

5. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis

yang komplek

Klasifiksi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi

a. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27pg

1) Anemia defisiensi besi

2) Thalassemia major

3) Anemia akibat penyakit kronik

4) Anemia sideroblastik

b. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH

27-34 pg

1) Anemia paska perdarahan akut

2) Anemia aflastik

3) Anemia hemolitik didapat

3
4) Anemia akibat penyakit kronik

5) Anemia pada gagal ginjal kronik

6) Anemia pada sidrom mielodisplastik

7) Anemia pada keganasan hematologi

c. Anemia makrositer, bila MCV >95 fl

1) Bentuk megaloblastik

a) Anemia defisiensi asam folat

b) Anemia defisiensi B12, termaksud anemia pernisiosa

2) Bentuk non megaloblastik

a) Anemia pada penyakit hati kronik

b) Anemia pada hiptrodisme

c) Anemia pada sidrom mielodiplasti

C. Manifestasi klinis

1. Manifestasi klinis yang seriang muncul adalah sebagai berikut :

a. Pusing

b. Mudah berkunang-kunang

c. Lesu

d. Aktivitas kurang

e. Rasa mengatuk

f. Susah konsentrasi

g. Cepat lelah

h. Prestasi kerja fisik/ pikiran menurun

2. Gejala khas masing-masing anemia adalah sebagai berikut :

4
a. Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca pendarhan, anemia

defisiensi besi.

b. Iketerus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin

buncit pada anemia hemolitik

c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.

3. Pemeriksaan fisik

a. Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi,pulsus celer, suara

pemburuh darah spotan, bising sistolik anorganik, perbesaran

jantung.

b. Manifestasi khusus pada anemia:

1) Defisiensi besi:spoon nail, glostis

2) Defisensi B12: paresis, ulkus di tungkai

3) Hemolotik:ikterus, splenomegali

4) Aplastik:anemia biasya brat, perdarahann, infeksi

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratrium

a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada tahap awal

pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat

dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.

pemeriksaan ini meliputi pengkajian meliputi pengkajian pada

komponen-komponn berikut ini kadar hemoglobin, indeks

eritrosit, ( MCV,MCV,dan MCHC), apusan drah terapi.

5
b. Pemeriksaan darah seri anemia; hitung leukosit, trombosit, laju

endap darah ( LED), dan hitung retikulosit.

c. Pemeriksaan sumsung tulang: pemeriksaan ini memberikan

informasi menegenai keadaan system hematokosis

d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk

menginformasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen

berikut ini:

1) Anemia defisiensi besi: serumiron, TIBC, saturasi transferin,

dan feritin serum.

2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/atrosit,vitamin B12

3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes c combos, dan

elektrforesis hb.

4) Anemia pada leukomia akut biasanya dilakukan pemeriksaan

sitokimia

2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: fal ginjal fal endukrin,

asam urat, faal hati. Biakan kuman.

3. Radiologi: torak, bone, survey, USG, atau limfangiografi

4. Pemeriksaan sitogenetik

5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR=polymerase chain raction,

FISH= fluorescence in situ hybridization)

E. PENATALAKSANAAN

6
Penatalaksanaan anemia ditujukn untuk mencari penyebab

yangmengganti darah yang hilang (Nurarif, 2015). Penatalaksanaan

anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Anemia aplastik

Enan transplastik sumsum tulang dan terapi imun nosupresif

dengan antithingmocyte globuli (ATG) yang diperlukn melalui jalur

sentral selama 7-10 hari. Proknonosis buruk jika transplentasi sumsum

tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transpusi NBC

rendah leukosid dan plateled.

2. Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan

asam folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritrofotin rekombina.

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak

memerlukan penanganan untuk anemianya. Dengan menangani

kelainan yang medasarinya, maka anemia akan terobati dengan

sendirinya

4. Anemia pada difisiensi besi dan asam folat

Dengan pemberian makanan yang ade kuat pada defisiensi besi

diberikan sulpas perosus 3X10 mg/hari. Transfusi darah bila kadar Hb

kurang dari 5 gram %.

5. Anemia megaloblastik

7
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,

bia didefisiensi disebab kan oleh defek absorbs atau tidak

tersedianya faktor intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan

injeksi IM.

b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus di

terukan selama hidup pasien yang menderita anemia fermisiosa

arau malabsobsi yang tidak dapat dikoreksi

c. pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3X5

mg/hari

d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs

penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari

secara IM

6. Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfuse darah dan plasma. Dalam keadaan

darurat diberikan cairan intervena dengan cairan infus apa saja yang

tersedia.

7. Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang

hemolisis

F. Masalah Yang Lazim Muncul

1. Ketidakefektipan pola nafas b.d sidrom hipopentilasi, penurunan

oksigen ke paru

8
2. Ketidakefektipan verkusi epsisir jaringan priver b.d penurunan

konsentrasi hb dan darah,suplay oksigen berkurang

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake

yang kurang, anoreksia

4. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung

5. Deficit perawatan diri b.d kelemahan fisik.

6. Resiko infeksi b.d ketidak seimbangan antara suplya dan kebutuhan

oksigen proses metabolisme yang terganggu

G. Discharg planning

1. Menjalani diet dengan gizi seimbang

2. Asupan sat besi yang terlalu berlabihan bisa membahayakan yang

menyebabkan sirosis, kardiomopatin, diabetes, dan kanker jenis

tertentu suplenmen zatt besi hanya boleh dikomsumsi atas anjuran

dokter.

3. Makan makanan yang tingi asam folat dan vitamin B12 seperti ikan

produk susu daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau tua,

jeruk,biji-bijian.

4. Batasi minum alcohol pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi

suplemen asam folat untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi

asam folat.

5. Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sandal untuk menghindari

resiko kecacingan

9
6. Hindari pemaparan berlebihan terhadap minyak, insektisida, zat kimia

dan satoksis lengnya karena juga dapat menyebabkan anemia.

7. Konsultasi kembali jika gejala kimia menetap dan untuk mengetahui

faktor penyebab

8. Ajarkan kepada orang tua tentang cara-cara melindungi anak dari

infeksi

9. Kenali tanda-tanda komplikasi

10
H. Patofisiologi

Pendarahan saluran cerna, Defisiensi, vit B 12, As Overaktif RES,


uterus, hidung, luka volat, Depresi sumsung produksi SDM
tulang eritropoetin abnormal
Kehiangan SDM (sel
darah merah) Penghancuran SDM
Produksi SDM

Pertahanan sekunder tidak


Resiko infeksi
adekuat

Penurunan jumlah eritrosit Penuunan kadar HB Efek GI

Kompensasi jantung Kompensasi paru Gangguan penyerapan


nutrisi dan defisiensi
Peningkatan frekuensi folat
Beban kerja dan curah
napas
jantung meningkat
Glositis berat, (lidah

Dispenea (kesulitan meradang), diare, kehilangan


Takikardia, angina(nyeri
bernapas) napsu makan
dada), iskeia miokardium,
beban kerja jantung Intake nutrisi turun(anoreksia)
Penurunan transport O2

Ketidakefektifan perfusi Ketidak seimbangan nutrisi


Hipoksia
jaringan perifer nyeri akut kurang dari kebutuhan tubuh

Peningkatan kontraktilitas

Lemah lesu, parestesia, Ketidakefektifan pola


palpitasi mati rasa, ataksia,ganggua
napas
koordinasi, bingung
Penebalan dinding vertikel
Defisi perawatan diri 11
Kardiomegali
intoleransi aktifitas

Anda mungkin juga menyukai