Anda di halaman 1dari 32

SKENARIO 1

Infeksi Susunan Saraf Pusat

Seorang laki-laki umur 19 tahun datang ke Rumah Sakit diantar keluarganya karena tidak
sadar. Berdasarkan alloanamnesis dengan keluarga, kurang lebih 1 minggu ini penderita
demam, nyeri kepala, dan muntah dan riwayat kejang demam saat usia 4 tahun. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran menurun dan rangsang meningen positif. Dokter
menduga pasien mengalami Infeksi Susunan Saraf Pusat, dan untuk menegakkan
diagnosis pasti diambil sampel Cairan Serebrospinal melalui Pungsi Lumbal. Sebagai
seorang mukallaf, walaupun kesadaran menurun dia tetap berkewajiban menjalankan
syariat Islam.

1
STEP 1

Pertanyaaan:

1. Pda usia 4 tahun pernah mengalami kejang dan demam, apakah ada hubungan
dengan penyakit yang dialami pasien saat dewasa?
 adanya riwayat infeksi pada pasien.

Hipotesa

Dari hasil analisa riwayat kejang demam saat pasien berumur 4 tahun dan gejala yang
timbul saat ini dapat menunjukkan suspek penderita dengan “Infeksi Susunan Saraf
Pusat”.

2
Sasaran Belajar

TIU.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Saraf Pusat


TIK.1.1. Menjelaskan Anatomi Makroskopis Sistem Saraf Pusat
TIK.1.2. Menjelaskan Anatomi Mikroskopis Sistem Saraf Pusat

TIU.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Cairan Serebrospinalis

TIU.3. Memahami dan Menjelaskan Kejang Demam


TIK.3.1. Menjelaskan Definisi Kejang Demam
TIK.3.2. Menjelaskan Etiologi Kejang Demam
TIK.3.3. Menjelaskan Patofisiologi Kejang Demam
TIK.3.4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Kejang Demam
TIK.3.5. Menjelaskan Komplikasi Kejang Demam
TIK.3.6. Menjelaskan Penatalaksanaan Kejang Demam

TIU.4. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Susunan Saraf Pusat


TIK.4.1. Menjelaskan Definisi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.2. Menjelaskan Etiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.3. Menjelaskan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.5. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.6. Menjelaskan Komplikasi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.7. Menjelaskan Penatalaksanaan Infeksi Susunan Saraf Pusat

TIU.5. Memahami dan Menjelaskan Mukallaf

3
STEP 2

Tugas Mandiri

4
STEP 3

TIU.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Saraf Pusat


TIK.1.1. Menjelaskan Anatomi Makroskopik Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (Latin: 'ensephalon') dan sumsum tulang
belakang (Latin: 'medulla spinalis'). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak,
dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-
ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini
terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak
sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan
dari tulang kepala. Diantara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga
epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-
labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam
cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput
arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya
kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-
lipatan permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan
bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan
jembatan varol.



5
← Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran,
dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian
korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur
gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar
kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih
tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.
← Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar
endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang
mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
← Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
← Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
← Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Sumsum tulang belakang (medula spinalis)

6
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari
reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls
motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada
tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan
menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor

TIK.1.2. Menjelaskan Anatomi Mikroskopik Sistem Saraf Pusat


SSP terdiri atas :

serebrum,
serebelum
medulla spinalis.

SSP tidak mempunyai jaringan ikat sehingga konsistensinya relatif lunak seperti agar-
agar.

Substansia Putih dan Kelabu

Pada potongan melintang dari serebrum,serebelum dan medula spinalis tampak daerah-
daerah yang berwarna putih (substansia putih) dan kelabu (substansia kelabu).
Distribusi myelin yang berbeda dalam SSP menyebabkan perbedaan yaitu: komponen
utama dari substansi putih adalah akson yang bermielin dan oligodendrosit yang
memproduksi mielin.Substansi putih tdak mengandung badan sel neuron.

Substansi kelabu mengandung badan sel neuron,dendrite dan bagian awal dari akson dan
sel glia yang tidak bermielin,yang merupakan daerah di mana timbul sayap sinaps.
Substansi kelabu biasanya berada pada permukaan serebrum dan serebelum,membentuk
korteks serebral dan serebelar,sedangkan substansia putih berada pada daerah yang lebih
sentral. Kumpulan badan sel neuron yang membentuk pulau-pulau substansi kelabu yang
dikelilingi oleh substansi putih disebut nuklei.

Korteks serebri

Substansi kelabu terdiri atas enam lapis sel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda.Neuron-neuron pada beberapa tempat di korteks serebri mengatur impuls aferen
(sensorik ); sedangkan ditempat lain, neuron eferen ( motorik ) mengaktifkan impuls
motoik yang mengatur pergerakan volunter.
Sel-sel dari korteks serebri dihubungkan dengan informasi sensorik yang terintegrasi dan
permulaan respons motorik volunter.

Korteks Serebeli

7
Korteks serebeli memiliki tiga lapisan yaitu: lapisan molekul luar, lapisan tengah yang
terdiri dari sel-sel Purkinye besar, dan lapisan granula dalam.Sel-sel Purkinye memiliki
badan sel yang mencolok dengan dendritnya yang berkembang dengan sempurna
sehingga menyerupai kipas.Dendrit ini menempati hampir seluruh lapisan molecular dan
menjadi alasan untuk jarangnya nuclei pada lapisan itu.
Lapisan granular disusun oleh sel-sel yang sangat kecil ( sel terkecil dari tubuh kita )
yang cenderung merata, berbeda dengan lapisan molekular yang kurang padat sel.
Pada potongan melintang medula spinalis, substansi putih berada di tepi d an substansia
kelabu di tengah berbentuk H. Pada palang horizontal dari huruf H terdapat lubang yang
disebut kanal sentral, yang merupakan sisa dari lumen tabung neural embrionik.Kanal itu
dilapisi oleh sel ependim.Substansia kelabu pada bagian kaki dari huruf H itu membentuk
kornu anterior.Kornu ini mengandung neuron motorik yang aksonnya membentuk akar
ventral dari saraf spinal.Substansia kelabu juga membentuk kornu posterior ( bagian
lengan dari huruf H ), yang menerima serat sensorik dari neuron di ganglion spinal ( akar
dorsal ).
Neuron pada medulla spinalis besar dan multipolar,terutama pada kornu anterior,dimana
ditemukan neuron motorik yang besar.

Meninges

Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan kolumna vertebralis.Ia juga dibungkus
membrane jaringan ikat yang disebut meninges.Dimulai dari lapisan paling luar, berturut-
turut terdapat dura mater, araknoid, dan piamater.Araknoid dan piamater saling melekat
dan seringkali dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-araknoid.

a. Dura mater
Dura mater adalah meninges luar, terdiri atas jaringan ikat padat yang berhubungan
langsung dengan periosteum tengkorak. Dura mater yang membungkus medulla spinalis
dipisahkan dari periosteum vertebra oleh ruang epidural, yang mengandung vena
berdinding tipis,jaringan ikit longgar, dan jaringan lemak.
Dura mater selalu dipisahkan dari araknoid oleh celah sempit, ruang subdural. Permukaan
dalam dura mater, juga permukaan luarnya pada medulla spinalis, dilapisi epitel selapis
gepeng yang asalnya dari mesenkim.

b. Araknoid
Araknoid mempunyai 2 komponen: lapisan yang berkontak dengan dura mater dan
sebuah system trabekel yang menghubungkan lapisan itu dengan piamater.Rongga
diantara trabekel membentuk ruang Subaraknoid, yang terisi cairan serebrospinal dan
terpisah sempurna dari ruang subdural.Ruang ini membentuk bantalan hidrolik yang
melindungi susunan saraf pusat dari trauma.Ruang subaraknoid berhubungan dengan
ventrikel otak.
Araknoid terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah.Permukaannya dilapisi oleh
epitel selapis gepeng seperti yang melapisi dura mater.Karena dalam medulla spinalis
araknoid itu lebih sedikit trabekelnya, maka lebih mudah dibedakan dari piamater.

8
Pada beberapa daerah, araknoid menerobos dura mater membentuk julursn-juluran yang
berakhir pada sinus venosus dalam dura mater.Juluran ini, yang dilapisi oleh sel-sel
endotel dari vena disebut Vili Araknoid. Fungsinya ialah untuk menyerap cairan
serebrospinal ke dalam darah dari sinus venosus.

c. Pia mater
Pia mater terdiri atas jarinagn ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh
darah.Meskipun letaknya cukup dekat dengan jaringan saraf, ia tidak berkontak dengan
sel atau serat saraf.Di antara pia mater dan elemen neural terdapat lapisan tipus cabang-
cabang neuroglia, melekat erat pada pia mater dan membentuk barier fisik pada bagian
tepi dari susunan saraf pusat yang memisahkan SSP dari cairan brospinal. Piamater
menyusuri seluruh lekuk permukaan susunan saraf pusaf dan menyusup kedalamnya
untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah. pia mater di lapisioleh sel-sel gepeng yang
berasal dari mesenkim. Pembuluh darah menembus susunan saraf pusat melalai
torowongan yang dilapisi oleh piamater ruang perivaskuler.

Sawar Darah Otak

Sawar darah otak merupakan barier fungsional yang mencegah masuknya beberapa
substansi,seperti antibiotic dan bahan kimia dan toksin bakteri dari darah ke jaringan
saraf.
Sawar darah otak ini terjadi akibat kurangnya permeabilitas yang menjadi ciri kapiler
darah jaringan saraf.Taut kedap, yang menyatukan sel-sel endotel kapiler ini secara
sempurna merupakan unsur utama dari sawar.Sitoplasma sel-sel andotel ini tidak
bertingkap, dan terlihat sangat sedikit vesikel pinositotik. Perluasan cabang sel neuroglia
yang melingkari kapiler ikut mengurangi permeabilitasnya.

PLEKSUS KOROID DAN CAIRAN SEREBROSPINAL

Pleksus Koroid

Pleksus koroid terdiri atas lipatan-lipatan ke dalam dari pia mater yang menyusup ke
bagian dalam ventrikel.Ia ditemukan pada atap ventrikel ketiga dan keempat dan sebagian
pada dinding ventrikel lateral. Ia merupakan struktur vasikular yang terbuat dari kapiler
venestra yang berdilatasi.
Pleksus koroid terdiri atas jaringan ikat longgar dari pia mater, dibungkus oleh epitel
selapis kuboid atau silindris.
Fungsi utama pleksus koroid adalah membentuk cairan serebrospinal,yang hanya
mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal sentral dari medulla
spinalis, ruang subaraknoid, dan ruang perivasikular. Ia penting untuk metabolisme
susunan saraf pusat dan merupakan alat pelindung, berupa bantalan cairan dalam ruang
subaraknoid.
Cairan itu jernih, memiliki densitas rendah, dan kandungan proteinnya sangat
rendah.Juga terdapat beberapa sel deskuamasi dan dua sampai lima limfosit per milliliter.

Cairan serebrospinal mengalir melalui ventrikel, dari sana ia memasuki ruang

9
subaraknoid.Disini vili araknoid merupakan jalur utama untuk absorbsi CSS ke dalam
sirkulasi vena.
Menurunnya proses absorsi cairan serebrospinal atau penghambatan aliran keluar cairan
dari ventrikel menimbulkan keadaan yang disebut hidrosefalus, yang mengakibatkan
pembesarab progresif dari kepala dan disertai dengan gangguan mental dan kelemahan
otot.

10
TIU.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Cairan Serebrospinal
1. Letak
Sistem ventriculi cerebri, cavum subarachnoidea, dan canalis centralis
2. Pembentuk
Plexus choroideus dari sistem ventriculi cerebri (ventriculi lateralis, ventriculus
tertius, ventriculus quartus), sebagian kecil berasal dari cairan jaringan otak.
3. Sifat
Cairan jernih mirip cairan jaringan atau cairan limfe dengan berat jenis 1.007
Mempunyai kandungan garam anorganis seperti dalam plasma darah : Kadar Mg dan
CL lebih banyak, sedangkan kadar K dan Ca lebih sedikit.
Kadar gulanya separuh dari yang ada dalam darah, kadar protein sangat sedikit,
jumlah limfosit normal 1-8/mm2. Dalam posisi berbaring tekanannya 100-150 mm air
(tekanan akan naik jika batuk, atau tekanan pada vena jugularis interna)
Jumlah totalnya : 140 ml
4. Sirkulasi
- Pada otak
Dari ventriculus lateralis melalui foramen interventriculare (Monroi) berhubungan
dengan ventriculus III kemudian melalui aquaeductus cerebri (sylvii) masuk ke
dalam ventriculus IV dan melalui foramen Magendi (ditengah atap ventriculus
IV) dan foramen interventriculare (Luschka) (dipinggir atap ventriculus IV)
masuk ke dalam cavum sub arachnoidale dan cisternae
- Pada medula spinalis
Dalam cairan sub arachnoidea spinalis dimana ke cranial berhubungan dengan
ventriculus IV melalui foramen Magendi dan foramen Luschka. Sebagian besar
LCS akan diabsorpsi oleh vili arachnoidale, sebagian kecil memasuki celah
perineuralis dari Nn. Craniales et spinales dan berakhir pada saluran limfe. Aliran
LCS dimungkinkan karena adanya denyut nadi vasa craniales et spinales dan
adanya gerakan columna vertebralis.
5. Fungsi
- Sebagai bumper antara susunan saraf pusat dengan tulang di sekelilingnya
- Sebagai pengatur volume rongga tengkorak (jika volume otak atau darah naik,
maka volume LCS akan menurun)
- Sebagai pemberi makanan terhadap susunan saraf pusat
- Sebagai media untuk membuang sisa metabolisme neuron.

II.1. Makroskopis
Untuk pemeriksaan makroskopis selalu bandingkan cairan serebrospinal
dengan aquadest untuk melihat kelainan yang ringan.

1. Warna
Cairan otak normalnya jernih seperti aquadest. Jika ada warna
kemungkinannya antara lain :
a. Merah

11
Warna merah disebabkan karena adanya darah. Harus dibedakan
antara darah karena trauma pungsi atau perdarahan subarachnoidal. Jika
darah berasal dari pungsi, maka dalam tabung pertama terdapat yang
terbanyak, tabung kedua dan ketiga makin kurang jumlahnya. Jika dibiarkan
atau di sentrifugasi cairan serebrospinal jernih dan darah akan membentuk
bekuan. Pada perdarahan subarachnoidal, darah pada ketiga tabung sama
jumlahnya dan tidak akan membeku serta cairan serebrospinal berwarna
kuning.

b. Coklat
Warna coklat menunjukkan adanya perdarahan yang tua dan
disebabkan oleh eritrosit yang mengalami hemolisis. Cairan serebrospinal
berwarna kuning setelah disentrifugasi.

c. Kuning (xanthokromi)
Disebabkan karena adanya perdarahan tua, mungkin juga karena
ikterus berat oleh kadar protein yang tinggi.

d. Keabu-abuan
Disebabkan oleh leukosit dalam jumlah besar seperti didapat pada
radang purulen.

2. Kekeruhan
Untuk menguji kekeruhan, cairan serebrospinal dibandingkan dengan
tabung berisi aqua destillata. Pada keadaan normal, cairan otak sejernih
aquadest. Umumnya kekeruhan dapat disebabkan oleh darah, sel-sel peradangan
(epitel dan leukosit) dan oleh kuman-kuman.
Penambahan jumlah sel (pleiositosis) tidak selalu disertai dengan
kekeruhan. Seperti pada ensefalitis, meningitis tuberkulosa, meningitis sifilitika
dan poliomyelitis.
Pada umumnya sebanyak 200 sel/ul atau kurang tidak menyebabkan
kekeruhan yang dapat dilihat. Kadar 200-500 sel/ul membuat cairan sedikit
keruh dan kadar lebih dari 500 sel/ul menimbulkan kekeruhan. Kekeruhan yang
jelas terjadi pada meningitis purulenta.
Laporan untuk hasil pemeriksaan : jernih, agak keruh, keruh atau sangat
keruh.

3. Sedimen
Cairan otak normal walaupun disentrifugasi tidak akan menimbulkan
sedimen sedikitpun. Adanya sedimen merupakan adanya abnormalitas. Jumlah
sedimen berbanding lurus dengan kekeruhan otak.

4. Bekuan

12
Cairan otak normal walaupun didiamkan tidak akan membentuk bekuan
karena tidak mengandung fibrinogen.
Jika terjadi bekuan, laporkan wujud bekuan apakah halus sekali,
menyusun keping-keping, menyusun serat-serat, berupa selaput atau ada bekuan
yang kasar dan besar. Bekuan terjadi apabila terdapat fibrinogen di cairan
serebrospinal dan biasanya disertai dengan bertambanya protein (albumin dan
globulin).
Pada meningitis tuberkulosa terbentuk bekuan yang sangat halus dan
sangat renggang. Bekuan yang merupakan selaput tipis di atas permukaan juga
mungkin didapat pada peradangan yang menahun.
Adanya bekuan yang besar atau kasar mengarah kepada meningitis
purulenta. Bekuan en masse, yaitu cairan otak yang membeku seluruhnya
ditemukan pada sindroma Froin dan pada perdarahan besar.
Pada ensefalitis dan poliomyelitis biasanya tidak terjadi bekuan.

II.2. Mikroskopis
1. Menghitung Jumlah Sel
Pemeriksaan ini harus segera dilakukan sebaiknya dalam waktu setengah
jam setelah mendapat cairan serebrospinal karena leukosit-leukosit sangat cepat
rusak.
Dalam keadaan normal didapat 0-5 sel/ul cairan karena itu dipakai
pengenceran dan kamar hitung yang berlainan dengan cara menghitung leukosit
dalam darah.
Kamar hitung yang sering dan sebaiknya digunakan ialah menurut Fuchs-
Rosenthal, tinggi kamar hitung 0,2 mm dan luasnya 16 mm 2. Larutan pengencer
adalah larutan Turk pekat.
Dalam keadaan normal didapat 0-5 sel/ul cairan serebrospinal. Jika
terdapat eritrosit, eritrosit tersebut tidak dihitung. Bila ditemukan 6-10 sel/ul
cairan termasuk batas keadaan abnormal, sedangkan lebih dari 10 sel/ul berarti
abnormal. Pada anak-anak di bawah umur 5 tahun sampai 20 sel/ul masih dalam
kisaran normal.
Jika ada lesi setempat yang bersifat menahun dan degeneratif yang tidak
disertai radang atau radang yang sangat ringan, jumlah sel tidak meningkat atau
hanya meningkat sedikit saja. Misalnya pada keadaan meningismus, tumor otak
tanpa komplikasi dan sklerosis multipel.
Poliomyelitis, ensefalitis dan neurosifilis disertai pleiositosis ringan
sampai 200 sel/ul, begitu juga dengan meningitis tuberkulosa. Jumlah sel yang
besar sekali didapat pada meningitis acuta purulenta.

2. Menghitung Jenis Sel


Meskipun dalam cairan serebrospinal ada lebih dari dua jenis sel, namun
hanya dibuat perbedaan antara sel yang berinti satu (limfosit) dan yang
polinuklear (segmen).
Jika jumlah sel tidak terlalu banyak, yaitu kurang dari 50/ul sudah cukup
untuk membuat hitung jenis dari kamar hitung saja dengan hanya membedakan

13
limfosit dari segmen. Jika jumlahnya lebih besar, cara tersebut tidak dapat
digunakan.
Dalam keadaan normal hanya ditemukan limfosit saja. Pada infeksi ringan
yang menahun dan disertai pleiositosis sedang, meningitis tuberkulosa dan
meningitis sifilitika ditemukan terutama sel limfosit. Pada peradangan
mendadak oleh causa manapun (misalnya meningococci dan pneumococci)
ditemukan sel-sel segmen. Jumlah segmen besar dapat ditemukan pula pada
infeksi pyogen setempat seperti abses serebral atau ekstradural.
Jumlah segmen yang meningkat menandakan proses sedang menghebat
sedangkan bila limfosit bertambah maka proses tersebut mereda.

3. Bakterioskopi
Kuman yang paling sering terdapat di dalam cairan serebospinal adalah M.
tuberculosis, meningococci, pneumococci, streptococci dan H. influenzae.
Pemeriksaan bakteriologi berguna untuk mengetahui etiologi radang.
Pewarnaan yang dipakai adalah pulasan menurut Gram dan Ziehl-Nielsen atau
Kinyoun. Sedimen merupakan bahan pemeriksaan.
Pulasan terhadap batang tahan asam baik dilakukan dengan bekuan halus
atau dengan selaput permukaan sebagai bahan pemeriksaan pada meningitis
tuberkulosa.

II.3. Pemeriksaan Bakteriologi


Pemeriksaan bakteriologi yang baik adalah dengan langsung menampung
cairan serebrospinal dari jarum pungsi ke dalam medium biakan. Jika hal tersebut
tidak mungkin dilakukan, segera kirim bahan tersebut dalam tabung steril ke
laboratorium secepatnya. Jika terpaksa menunggu, simpan tabung di dalam lemari
pengeram 37oC.

II.4. Pemeriksaan Kimia


1. Protein
Pemeriksaan protein dalam cairan serebrospinal adalah yang paling
penting di antara pemeriksaan kimia. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Jika ada darah dalam cairan serebrospinal, hasil pemeriksaan tidak ada
artinya lagi (dengan cara manapun).
a. Tes Busa
Merupakan tes kasar terhadap kadar protein yang sangat meningkat.
Jika cairan serebrospinal normal dikocok kuat-kuat, maka busa yang muncul
hanya sedikit dan menghilang lagi setelah didiamkan 1-2 menit. Jika kadar
protein sangat tinggi, lebih banyak busa yang terbentuk dan tidak hilang
setelah didiamkan selama 5 menit.

b. Tes Pandy

14
Reagens Pandy, yaitu larutan jenuh fenol dalam air bereaksi dengan
globulin dan albumin. Tes Pandy mudah dilakukan pada waktu pungsi dan
sering dijalankan sebagai bedside test.
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruhan
yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar protein,
semakin keruh hasil reaksi. Penilaian harus segera dilakukan setelah
pencampuran cairan serebrospinal dengan reagens.
Hasil negatif bila tidak terdapat kekeruhan atau kekeruhan yang sangat
halus berupa kabut. Hasil positif bila terdapat kekeruhan yang lebih berat.

c. Tes Nonne
Reagens yang digunakan adalah larutan jenuh amoniumsulfat. Tes
Nonne digunakan untuk mengukur kadar globulin dalam cairan
serebrospinal. Tes Nonne juga sering digunakan sebagai bedside test pada
waktu mengambil cairan serebrospinal dengan pungsi.
Hasil negatif apabila tidak terjadi kekeruhan pada perbatasan. Hasil
positif apabila terbentuk cincin keruh pada perbatasan. Semakin tinggi kadar
globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi.
Tes Nonne lebih bermakna dibandingkan Tes Pandy karena cairan
serebrospinal dalam keadaan normal pada Tes Nonne menunjukkan hasil
negatif.

d. Penetapan Protein Kuantitatif


Kadar protein dapat diukur dengan cara :
 Fotokolorimetri
Dengan mengukur absorbansi larutan setelah membuat warna
dengan reaksi biuret atau mengukur warna hasil reaksi warna dengan
tirosin atau triptofan.

 Turbidimetri
Diukur kekeruhan yang timbul oleh reaksi antara protein dan asam
sulfosalisilat atau reagens lain yang mengendapkannya.

Batas-batas normal kadar protein dipengaruhi oleh tempat


pengambilan cairan otak. Semakin kranial, semakin kurang kadar protein.

Lokasi Kadar Protein


Ventriculi 5-15 mg/dL
Cisterna Magna 10-25 mg/dL
Lumbal 15-40 mg/dL
Dalam keadaan normal terdapat protein terutama albumin yang ada di
dalam cairan serebrospinal. Pada keadaan patologik globulin-globulin juga
akan muncul beserta fibrinogen. Dalam cairan serebrospinal juga terdapat
fraksi-fraksi protein yang diukur dengan menggunakan elektroforesis dan
imunoelektroforesis sebagai berikut :

15
Fraksi Protein Kadar
Prealbumin 4,6 ± 1,3%
Albumin 49,5 ± 6,5%
α-1-globulin 6,7 ± 2,1%
α-2-globulin 8,3 ± 2,1%
β-globulin 18,5 ± 4,8%
γ-globulin 8,2 ± 2,7%

Perubahan dalam konsentrasi fraksi-fraksi protein dapat dihubungkan


dengan kelainan neurologis tertentu.
Pada banyak keadaan abnormal kadar protein total meningkat. Kadar
protein yang sangat tinggi (200-1000 mg/dL) ditemukan pada meningitis
purulenta, perdarahan subarachnoidal dan jika ada suatu penyumbatan.
Hampir semua macam penyakit organik pada susunan saraf pusat disertai
meningginya kadar protein, derajat meningkatnya protein sesuai dengan
beratnya lesi.

2. Glukosa
Penetapan glukosa harus dikerjakan dengan cairan serebrospinal segar
karena sel-sel dan mikroorganisme akan mengurangi jumlahnya.
Kadar normal glukosa 50-80 mg/dL atau kira-kira setengah dari kadar
dalam plasma, maka sebaiknya selalu melakukan penetapan kadar glukosa
darah.
Indikasi terutama untuk pasien dugaan meningitis. Pada meningitis
bakterial kadar glukosa menurun. Kadar normal disertai pleiositosis ditemukan
pada peradangan nonbakterial. Pada meningitis purulenta kadar glukosa turun,
mungkin hingga mencapai nol. Kadar glukosa biasanya tidak berubah pada
ensefalitis, tumor otak dan neurosifilis.
Pemakaian metode carik celup pada pemeriksaan glukosa cairan
serebrospinal tidak dianjurkan.

3. Klorida
Seperti glukosa, kadar klorida dalam cairan serebrospinal turut naik turun
dengan kadar klorida dalam plasma darah, maka perlu penetapan kadar klorida
serum.
Dalam keadaan normal kadar klorida dalam cairan serebrospinal 720-750
mg/dL (disebut sebagai NaCl). Sedangkan nilai normal dalam serum 550-620
mg/dL (sebagai NaCl).
Penetapan kadar klorida berguna pada diagnosis meningitis. Pada
meningitis akuta kadar akan menurun hingga kurang dari 680 mg/dL. Pada
meningitis tuberkulosa terjadi penurunan sangat drastis, biasanya sampai kurang
dari 600 mg/dL.
Peradangan setempat, peradangan nonbakterial, tumor otak, ensefalitis,
poliomyelitis dan neurosifilis tidak disertai perubahan kadar klorida.

4. Koloid

16
Apabila cairan serebrospinal normal diencerkan secara berderet dengan
larutan garam kemudian dicampur dengan suatu suspensi koloidal maka
keadaan koloid tidak akan terganggu olehnya. Tetapi jika cairan serebrospinal
abnormal, keadaan akan berubah dan akan terlihat perubahan warna atau
presipitasi dalam koloid itu. Perubahan yang terjadi dalam larutan koloid tidak
secara uniform dengan semua pengenceran, melainkan akan memperlihatkan
perubahan maksimal pada pengenceran rendah, yang pertengahan atau yang
tinggi (first zone, mid zone atau end zone).
Dasar reaksi ini berkaitan dengan kadar protein dan dengan perubahan
kuantitatif dan kualitatif pada fraksi-fraksi protein.
Derajat perubahan dalam suspensi koloid biasanya dinilai dengan angka 0
(tanpa perubahan) sampai 5 (perubahan total).

17
TIU.3. Memahami dan Menjelaskan Kejang Demam
TIK.3.1. Menjelaskan Definisi Kejang Demam
 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal >38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.

 Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara
umur 6 bulan dan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang demam, kemudian
kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai
demmam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam.

TIK.3.2. Menjelaskan Etiologi Kejang Demam


1. Disebabkan oleh suhu yang tinggi
2. Timbul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang disebabkan oleh
banyak macam agent:
a. Bakterial:
 Penyakit pada Tractus Respiratorius:
 Pharingitis
 Tonsilitis
 Otitis Media
 Laryngitis
 Bronchitis
 Pneumonia
 Pada G. I. Tract:
 Dysenteri Baciller
 Sepsis.
 Pada tractus Urogenitalis:
 Pyelitis
 Cystitis
 Pyelonephritis
b. Virus:
Terutama yang disertai exanthema:
 Varicella
 Morbili
 Dengue
 Exanthemasubitung

TIK.3.3. Menjelaskan Patofisiologi Kejang Demam


Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat
proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui sestem kardiovaskuler.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran
yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam

18
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel
neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan
potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp –
ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi
ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membrane
sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan
mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya
sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan
yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau
lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya
kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh
karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah,
1997: 229).

TIK.3.4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Kejang Demam


Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
 Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
 Kejang umum tonik dan atau klonik
 Umumnya berhenti sendiri
 Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
 Kejang lama > 15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejangparsial

19
 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Gejalanya berupa :
 Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara
tiba-tiba)
 Kejang tonik-klonik atau grand mal
 Pingsan yang berlangsung selama 30detik s/d 5 menit (hampir selalu terjadi pada
anak-anak yang mengalami kejang demam)
 Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik)
 Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama biasanya
berlangsung 1-2 menit
 Lidah atau pipinya tergigit
 Gigi atau rahangnya terkatup rapat
 Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
 Gangguan pernafasan
 Apneu (henti nafas)
 Kulitnya kebiruan

TIK.3.5. Menjelaskan Komplikasi Kejang Demam


Menurut Lumbantobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI
(1985: 849-850). Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit
yaitu :
1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara
irreversible.
2. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonates

20
TIK.3.6. Menjelaskan Penatalaksanaan Kejang Demam
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan:
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita datang dalam keadaan status konvulsif, obat pilihan utama
adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Keberhasilan untuk menekan
kejang adalah sekitar 80-90%. Efek terapinya sangat cepat, yaitu 30 detik sampai 5
menit dan efek toksik yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara
perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg persuntikan.
Dosis tergantung berat badan. Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3
mg/kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan
10 mg pada anak yang lebih besar.
Setelah suntikan pertama secara IV ditunggu 15 menit, bila masih terdapat
kejang diulangi suntian kedua dengan dosis yang sama, juga IV. Setelah 15 menit
suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama
akan tetapi pemberiannya secara IM.
Akibat samping diazepam adalah mengantuk, hipotensi, penekanaan pusat
pernafasan, laringospasme dan henti jantung.
Pemberiaan diazepam secara intravena pada anak yang kejang seringkali
menyulitkan, cara pemberian yang efektif melalui rektum. Dosisnya juga disesuaikan
dengan berat badan. Apabila diazepam tidak tersedia, dapat diberikan fenobarbital
secara IM.
Bila kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut di atas maka
sebaiknya penderita dirawat di ruangan intensif untuk diberikan anastesi umum
dengan dengan tiopenal yang diberikan oleh seorang ahli anestesi.
b. Pengobatan Penunjang
Sebelum memberantas kejang jangan lupa dengan pengobatan penunjang.
Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya dimiringkan untuk
mencegah aspirasi lambung. Mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi
terjamin. Pengisapan lender dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambaah
dengan pemberian oksigen.
Fungsi vital diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan
dengan monitoring untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Bila terdapat tanda
tekanan intrakranial yang meninggi jangan diberikan cairan dengan kadar natrium
yang terlalu tinggi. Bila suhu tinggi dilakukan hibernasi dengan kompres es atau
alkohol. Untuk mencegah terjadinya edema otak, diberikan kortikosteroid, yaitu
dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
c. Pengobatan Rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat. Daya kerja
diazepam sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntik. Oleh
sebab itu harus diberikan obat antiepileptik dengan dengan daya kerja lebih lama,
misalnya fenobarbital atau difenilhidantion.
21
Fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam.
Dosis awal adalah neonates 30mg; 1 bulan-1tahun 50mg dan umur 1 tahun keatas
75mg, semuanya secara intramuscular. Sesudah itu diberikan fenobarbital sebagai
dosis rumat. Lanjutan pengobatan rumat ini tergantung dari keadaan pasien.
Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, penderita yang
menderita kejang demam sederhana, diberikan obat campuran antikonvulsan dan
antipiretika, yang harus diberikan kepada anak apabila menderita demam lagi.
Antikonvulsan yang diberikan adalah fenobarbital dan antipiretika yang
diberikan adalah aspirin.
2. Profilaksis jangka panjang
Untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup di dalam
darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari. Obat yang
dipakai untuk profilaksis jangka panjang adalah fenobarbital, sodium
valproat/asam valproat (Epilin, Dekapene), fenitoin (Dilantin).
d. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam biasanya infeksi traktus respiratorius bagian
atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat perlu untuk
mengobati infeksi tersebut.
Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang dating untuk
pertama kalinya sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini untuk
menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis.

22
TIU.4. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Susunan Saraf Pusat

TIK.4.1. Menjelaskan Definisi Infeksi Susunan Saraf Pusat

 Meningitis
Adalah reaksi peradangan yang mengenai cairan serebrospinalis disertai radang pada
piamater dan arachnoid, ruang subarachnoid, jaringan superficial otak dan medulla
spinalis.
 Ensefalitis :
Dapat terjadi lokal atau difus. Radang otak lokal misalnya abses, tuberkuloma,
gumma, sistiserkosis. Ensefalitis yang disebabkan virus mengenai otak lebih luas.
 Myelitis ;
Kerusakan medulla spinalis yang dapat terjadi pada sebagai macam trauma, radang,
keracunan, kerentanan, neoplasma, gangguan peredaran darah, dll.

TIK.4.2. Menjelaskan Etiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat


 Meningitis purulen :
Stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, meningokokus, haemophylus influenzae,
kapang Cryptococcus neoformans
 Meningitis tuberkulosa :
Mycobakterium tuberkulosa menyebar melalui darah
 Ensefalitis :
Treponema pallidum
 Faktor imunologi :
Defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin
 Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan.

TIK.4.3. Menjelaskan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat


1. Ensefalitis
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk
ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
 Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ tertentu.
 Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah
Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
 Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput
lendir dan menyebar melalui sistem saraf.

23
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat . Gejala lain berupa
gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang
disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia,
Paralisis syaraf otak.
Penyebab Ensefalitis:
Penyebab terbanyak : adalah virus
Sering : - Herpes simplex ,- Arbo virus
Jarang : - Entero virus - Mumps, Adeno virus
Post Infeksi : - Measles, Influenza, Varisella
Post Vaksinasi : - Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Ensefalitis adalah :
Staphylococcusaureus,Streptokok,E.Coli,Mycobacterium dan T. Pallidum.

Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus
rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes
Zoster,varisela,Herpes simpleks,varicella.

2. Meningitis
Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui:
 Aliran darah (hematogen) karena infeksi di tempat lain seperti faringitis, tonsilitis,
endokarditis, pneumonia dan infeksi gigi.
 Perluasan langsung dari infeksi (prekontinuitatum) yang disebabkan oleh infeksi
sinus para nasalis, mastoid, abses otak
 Implantasi langsung: trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal
dan mielokel.
 Meningitis pada neonatus:
 Aspirasi cairan amnion saat bayi melalui jalan lahir atau oleh kuman-
kuman.
 Infeksi bakterial secara transplasental terutama listeria.

TIK.4.4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Infeksi Susunan Saraf Pusat


 Meningitis bakterial
- Pada bayi baru lahir dan prematur :
Pasien tampak lemah dan malas, tidak mau minum, muntah-muntah, kesadaran
menurun, ubun-ubun besar tegang dan membenjol, leher lemas, respirasi tidak
teratur, kadang disertai ikterus jika sepsis.

24
- Pada bayi berumur 3 bulan – 2 tahun :
Demam, muntah, gelisah, kejang berulang, high pitched cry (pada bayi), ubun-
ubun tegang dan membenjol.
- Pada anak besar :
Meningitis kadang-kadang memberikan gambaran klasik. Terdapat demam,
menggigil, muntah, dan nyeri kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalah
kejang, gelisah, gangguan tingkah laku. Penurunan kesadaran dapat terjadi.
Tanda klinis yang biasa di dapat adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig.
Saraf kranial yang sering mengalami kelainan adalah N VI, VII, dan IV. Bila
terdapat trombosis vaskular dapat timbul kejang dan hemiparesis.
 Meningitis Tuberkulosis
- Stadium pertama : gejala demam, sakit perut, nausea, muntah, apatis, klainan
neurologis belum ada.
- Stadium kedua : tidak sadar, sopor, terdapat kelainan neurologis, ada tanda
rangsang meningeal, saraf otak yang biasa terkena adalah N.III, IV, VI, dan VII
- Stadium ketiga : koma, pupil tidak bereaksi, kadang timbul spasme klonik pada
ekstremitas, hidrosefalus.
 Ensefalitis
- Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari, ditandai dengan demam, sakit
kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat.
- Berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron.
- Gejalanya berupa gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran dan kejang.
- Kadang-kadang disertai neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia,
ataksia dan paralisis saraf otak.
- Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen.

TIK.4.5. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Infeksi Susunan Saraf Pusat


 Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip
terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
 Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
 LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
 Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri)
 Elektrolit darah : Abnormal .

25
 ESR/LED : meningkat pada meningitis
 Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
 MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
 Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal adalah tindakan untuk memperoleh likuor serebrospinalis dan untuk
mengetahui keadaan lintasan likuor.

Indikasi
1. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan
sel,kimia dan bakteriologi
2. Untukmembantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan
spinal anastesi
3. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada
pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi

Kontra Indikasi Pungsi Lumbal :


1. Adanya peninggian tekanan intra kranial dengan tanda-tanda nyeri kepala,muntah dan
papil edema
2. Penyakit kardiopulmonal yang berat
3. Ada infeksi lokal pada tempat Lumbal Punksi

Persiapan Pungsi Lumbal :


1. Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan LP
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan, bila perlu diminta persetujuan
pasen/keluarga terutama pada LP dengan resiko tinggi

Tata Cara
Teknik Pungsi Lumbal :
1. Pasien diletakkan pada pinggir tempat tidur, dalam posisi lateral decubitus
dengan leher, punggung, pinggul dan tumit lemas. Boleh diberikan bantal tipis dibawah
kepala atau lutut.
2. Tempat melakukan pungsi adalah pada kolumna vetebralis setinggi L 3-4, yaitu
setinggi crista iliaca. Bila tidak berhasil dapat dicoba lagi intervertebrale ke atas atau ke
bawah. Pada bayi dan anak setinggi intervertebrale L4-5
3. Bersihkan dengan yodium dan alkohol daerah yang akan dipungsi
4. Dapat diberikan anasthesi lokal lidocain HCL
5. Gunakan sarung tangan steril dan lakukan punksi, masukkan jarum tegak lurus dengan
ujung jarum yang mirip menghadap ke atas. Bila telah dirasakan menembus jaringan
meningen penusukan dihentikan, kemudian jarum diputar dengan bagian pinggir yang
miring menghadap ke kepala.

26
6. Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt bila
diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah danjenis sel, kadar
gula, protein, kultur baktri dan sebagainya.

Komplikasi
1.Sakit kepala
Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena
pengurangan cairan serebrospinal
2. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot
3. Infeksi
4. Herniasi
5. Untrakranial subdural hematom
6. Hematom dengan penekanan pada radiks

Keuntungan
LP sangat penting untuk alat diagnosa. Prosedur ini memungkinkan melihat bagian dalam
seputar medulla spinalis, yang mana memberikan pandangan pada fungsi otak juga.
Prosedur ini relative mudah untuk dilaksanakan dan tidak begitu mahal. Dokter yang
berpengalaman, LP akan menurunkan angka komplikasi. Ia akan melakukannya dengan
cepat dan dilaksanakan di tempat tidur pasien.

TIK.4.6. Menjelaskan Komplikasi Infeksi Susunan Saraf Pusat


1. Hidrosefalus obstruktif
2. Meningococcl Septicemia (mengingocemia)
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH (syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

TIK.4.7. Menjelaskan Penatalaksanaan Infeksi Susunan Saraf Pusat


Ensefalitis
a. Pengobatan Penyebab
Diberikan bila jenis virus diketahui
Herpes Ensefalitis : adenosine arabinose 15 mg/kg BB/ nr selama 5 hari
b. Pengobatan Suportif
ABC dipertahankan sebaik-baiknya

27
Pemberian makanan yang adekuat
c. Obat-obatan misalnya :
 Hiperpirexia
 .Kejang
 Edema otak
d. Perawatan
Lakukan drainase postural dan aspirasi mekanis

28
TIU.5. Memahami dan Menjelaskan Mukallaf

Mukallaf adalah ism al-maf’ûl (obyek) dari kallafa–yukallifu–taklîfan. Kallafa sendiri


adalah bentuk transitif dari kalifa. Jika dikatakan kallafahu taklîfan artinya amarahu
bimâ fîhi masyaqqah (memerintahkan kepadanya sesuatu yang mengandung masyaqqah
[kesulitan]). Artinya, taklîf adalah perintah yang mengandung kesulitan (masyaqqah).
Dengan demikian, mukallaf secara bahasa adalah orang yang mendapat perintah yang
mengandung kesulitan (masyaqqah).

Abu Hilal al-‘Askari mengatakan, bahwa asal dari taklîf dalam bahasa Arab adalah al-
luzûm (beban/paksaan). Menurutnya, secara bahasa taklîf adalah ilzâm mâ yasyuqqu
irâdah al-insâniyah (mengharuskan atau membebankan sesuatu yang memberatkan
kehendak alami manusia). Jadi secara bahasa taklîf adalah al-amru bi asy-syai’ wa ilzâm
bihi (memerintahkan sesuatu dan mengharuskannya).

Mukallaf adalah orang yang mendapat taklîf. Karenanya, secara bahasa mukallaf adalah
al-mulzam bimâ fîhi masyaqqah (orang yang dibebani sesuatu yang mengandung
masyaqqah [kesulitan]).

Istilah taklîf dan mukallaf kemudian tampak menonjol dalam kajian ushul fikih dan fikih.
Para ulama ushul membahas siapa yang menjadi obyek hukum (al-mahkûm ‘alayh) atau
siapa yang mendapat beban hukum. Al-Mahkûm ‘alayh inilah yang mereka istilahkan
sebagai mukallaf. Dari sini kemudian lahirlah makna istilah dari mukallaf. Pemaknaan
mukallaf ini dilakukan dengan menggalinya dari nash yang berkaitan dengan siapa yang
dibebani hukum syariah. Karenanya, definisi mukallaf tersebut menjadi definisi syar’i.

Muhammad bin Abi al-Fatah al-Ba’li di dalam Al-Muthalli’ ‘alâ Abwâ al-Fiqh
mengartikan mukallaf sebagai pihak yang diseru dengan perintah dan larangan. Prof.
Rawas Qal’ah Ji, di dalam Mu’jam Lughah al-Fuqahâ,’ mendefinisikan mukallaf sebagai
pihak yang diseru dengan hukum-hukum syariah dan diharuskan (dibebani) untuk
mengimplemen-tasikannya.

Ketentuan Tentang Mukallaf

Di dalam pembahasan mukallaf ada dua hal penting: siapakah mukallaf itu dan
bagaimana pelaksanaan hukumnya.

Dari sisi pertama, mukallaf adalah seluruh manusia, baik Mukmin atau kafir, baik tua
maupun anak-anak. Seluruh manusia dibebani atau diseru oleh Allah dengan seluruh
hukum baik menyangkut urusan ushul seperti akidah maupun furû’ seperti ibadah,
muamalah dll. Pandangan ini disepakati oleh Malik, asy-Syafi’i dan Ahmad. Kesimpulan
ini diambil di antaranya dari ayat berikut:

‫قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي َرسُو ُل هَّللا ِ إِلَ ْي ُك ْم َج ِميعًا‬

29
Katakanlah Muhammad, “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada
kalian semua.” (QS al-A’râf [7]: 158).

ِ َّ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ إِال َكافَّةً لِلن‬


‫اس بَ ِشيرًا َونَ ِذيرًا‬

Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (QS Saba’ [34]: 28).

Kedua ayat tersebut menyatakan, bahwa Muhammad tidak lain diutus untuk seluruh
manusia. Artinya, risalah yang dibawa Muhammad itu diserukan kepada seluruh
manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. Tidak bisa dikatakan bahwa bagi non-
Muslim seruan tersebut hanya menyangkut keimanan, yaitu seruan untuk mengimani
risalah, dan tidak berkaitan dengan furû’ (hukum-hukum syariah). Sebab, keimanan pada
risalah itu adalah keimanan pada risalah secara keseluruhan, baik pangkal maupun
cabangnya. Mengkhususkannya pada pangkal saja harus didukung dengan nash yang
mengkhususkan-nya. Padahal tidak ada nash yang mengkhusus-kannya. Apalagi banyak
nash yang justru menjelaskan bahwa orang kafir juga diseru dan dibebani dengan hukum-
hukum cabang. Contoh:

َ‫ الَّ ِذينَ ال ي ُْؤتُونَ ال َّز َكاة‬، َ‫َو َو ْي ٌل لِ ْل ُم ْش ِر ِكين‬

Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang musyrik, (yaitu) orang-orang yang
tidak menunaikan zakat (QS Fushshilat [41]: 6-7).

ْ ُ‫ك ن‬
َ‫ط ِع ُم ْال ِم ْس ِكين‬ َ ‫ك ِمنَ ْال ُم‬
ُ َ‫ َولَ ْم ن‬، َ‫صلِّين‬ ُ َ‫ قَالُوا لَ ْم ن‬،‫َما َسلَ َك ُك ْم فِي َسقَ َر‬

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab, “Kami
dulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan tidak pula memberi
makan orang miskin.” (QS al-Mudatstsir [74]: 42-44)

Orang-orang kafir, baik musyrik maupun ahlul kitab dinyatakan celaka karena tidak
menunaikan zakat dan dimasukkan ke dalam neraka karena tidak mengerjakan shalat dan
tidak memberi makan orang miskin. Itu artinya orang-orang kafir juga diseru dengan
hukum-hukum cabang.

Jadi mukallaf adalah seluruh manusia tanpa kecuali. Ini dari sisi siapa mukallaf itu.

Dari sisi implementasi hukum, terdapat beberapa ketentuan. Pertama: pelaksanaan yang
bersifat aktif. Dalam hal ini harus dilihat. Jika pelaksanaan hukum itu ditetapkan Islam
sebagai syaratnya seperti shalat, puasa, haji, ibadah-ibadah lainnya, kesaksian di luar
masalah harta (finansial), menjadi penguasa atau hakim bagi kaum muslim, maka dalam
hal ini orang kafir tidak boleh melaksanakan hukum tersebut. Jika orang kafir
melakukannya maka tidak akan diterima. Hal itu karena Allah telah menetapkan Islam
sebagai syaratnya.

30
Jika dalam pelaksanaannya tidak ditetapkan syarat Islam, seperti berperang bersama
kaum Muslim, menjadi saksi dalam urusan harta, masalah sains dan teknologi, dsb, maka
orang kafir boleh malaksanakannya.

Kedua: pelaksanaan karena paksaan, yaitu mereka dipaksa untuk mengimplementasikan


hukum-hukum syariah. Dalam hal ini dibedakan antara hukum-hukum yang diserukan
secara umum tanpa syarat iman dengan hukum-hukum yang diserai syarat iman kepada
Islam. Jika hukum itu spesifik dengan mempersyaratkan iman kepada Islam, maka orang
kafir tidak boleh dipaksa melaksanakannya. Jika mereka meninggalkannya, mereka tidak
dikenai sanksi. Contoh: orang kafir tidak boleh dipaksa mengimani Islam dan tidak
dikenai sanksi karena kekafiran mereka. Mereka tidak boleh dipaksa menunaikan
shalatnya kaum Muslim. Mereka juga tidak dikenai sanksi atas pelaksanaan ibadah
mereka yang berbeda dengan ibadahnya kaum Muslim. Mereka tidak boleh dipaksa ikut
berjihad bersama kaum Muslim. Mereka juga tidak dipaksa meninggalkan daging babi
dan khamr dan tidak dikenai sanksi karena memakan atau meminumnya.

Jika iman tidak menjadi syarat sah pelaksanaanya dan tidak ada nash yang menunjukkan
hukum itu tidak diterapkan terhadap mereka, maka mereka dituntut untuk
mengimplementasikannya; hukum-hukum itu diterapkan atas mereka; mereka dipaksa
tunduk pada hukum-hukum tersebut dan mereka akan dikenai sanksi jika melanggarnya.
Contoh: hukum-hukum muamalah dan ‘uqûbât.

Jadi, orang-orang kafir dituntut menerapkan seluruh hukum syariah, kecuali yang
dikecualikan oleh dalil syariah. Dalilnya adalah karena Rasul juga menerapkan hukum-
hukum tersebut terhadap orang-orang kafir. Dalam hal ini, Jabir bin Abdullah, misalnya,
menuturkan:

ُ‫ َو ا ْم َرأَتَه‬،‫ َو َر ُجالً ِم ْن ْاليَهُوْ ِد‬،‫َر َج َم النَّبِ ُّي صل هللا عليه وسلم َر ُجالً ِم ْن أَ ْسلَ َم‬

Nabi saw. pernah merajam seorang dari Bani Aslam dan seorang laki-laki dari Yahudi
dan istrinya (HR Muslim).

Ketiga: taklif atas mukallaf dari sisi pelaksanaan perbuatan itu secara langsung
digugurkan dari anak yang belum balig, orang yang gila dan orang yang tidur lelap
hingga ia bangun. Ini di dasarkan pada sabda Rasul saw.:

َ ‫ َو ْال َمجْ نُوْ ِن َحتَّى يَفِ ْي‬،َ‫ َو النَّائِ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْيقَظ‬،َ‫صبِ ِّي َحتَّى يَ ْبلُغ‬
‫ق‬ ٍ َ‫ُرفِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَال‬
َّ ‫ ال‬:‫ث‬

Pena (taklif hukum) diangkat dari tiga golongan: dari anak kecil hingga ia balig; dari
orang tidur hingga ia bangun; dan dari orang gila hingga ia waras (HR Abu Dawud, an-
Nasa’i, Ibn Majah, at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Makna rufi’a al-qalamu adalah diangkat taklif atau gugur taklif.

Keempat: sanksi akan digugurkan dari mukallaf disebabkan alasan-alasan berikut:

31
1. Kehendaknya hilang karena dipaksa dengan paksaan yang mematikan atau yang setara
hukumnya.

2. Jika lupa dan benar-benar tidak ingat akan kewajibannya.

3. Jika perbuatan itu dilakukan dalam cakupan wilayah kekeliruan (khatha’)—tidak


disengaja—bukan karena kehendak (pilihannya). Hal itu didasarkan pada sabda Rasul
saw.:

‫ُرفِ َع ع َْن أُ َّمتِ ْي اَ ْل َخطَأ ُ َو النِّ ْسيَانُ َو َما اُ ْستُ ْك ِرهُوْ ا َعلَ ْي ِه‬

Diangkat (sanksi) dari umatku karena kekeliruan, lupa dan dipaksa. (ath-Thabarani, ad-
Daruquthni dan al-Hakim).

Walhasil, mukallaf adalah seluruh manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. WaLlâh
a’’lam bi ash-shawâb. [Yahya Abdurrahman]

32

Anda mungkin juga menyukai