Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan intracerebral (ICH) merupakan pecahnya pembuluh darah

intracerebral sehinga darah keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam

jaringan otak. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 15 juta pasien di

seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya, perdarahan intraserebral

menyumbang 10% dari semua stroke dan berhubungan dengan 50% kasus kematian

di Amerika sedangkan 7% dari seluruh kematian di Canada. 1 Perdarahan intraserebral

dua kali lebih banyak dibanding perdarahan subarakhnoid (PSA) dan lebih berpotensi

menyebabkan kematian atau disabilitas dibanding infark serebri atau PSA.2 Di dunia,

insidensi perdarahan intraserebral 10-20 kasus per 100.000 penduduk dan meningkat

seiring dengan bertambahnya umur. Kejadian perdarahan intraserebral 15% dari total

stroke akut, meskipun terdapat perbedaan insidensi berdasarkan ras dan etnik.

Dilaporkan kejadian stroke lebih tinggi pada orang asia dan orang kulit hitam.

Menurut data epidemiologi di Indonesia 50% pasien yang di rawat di bangsal saraf

adalah pasien stroke dan kurang lebih 5% nya meninggal karena stroke. Kejadian

stroke iskemik akut di RSUP Dr. Sardjito dilaporkan 70% sedangkan stroke

perdarahan 30%. Angka kematian pada stroke iskemik sebesar 9,3% dan stroke

perdarahan 14,4%.3

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke pada usia muda

adalah riwayat hipertensi, riwayat keluarga dan tekanan darah sistolik. Sedangkan

1
faktor yang tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke usia

muda adalah jenis kelamin, kelainan jantung, kadar gula darah sewaktu, kadar gula

darah puasa, kadar gula darah PP, total kadar kolesterol darah dan total trigliserida. 4

Mutmainna dkk (2013) dalam penelitiannya di Kota Makassar menyebutkan bahwa

faktor risiko kejadian stroke pada usia muda adalah perilaku merokok,

penyalahgunaan obat, riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat

hiperkolesterolemia. Sedangkan hasil 5 penelitian Handayani (2013) menyebutkan

bahwa insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.5

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian laporan ini ialah meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

mahasiswa tentang Intracerebral Hematoma (ICH)

C. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui dan

mempelajari lebih dalam mengenai Intracerebral Hematoma berdasarkan teori dan

kasus yang ada.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PRIBADI
NAMA : BP
JENIS KELAMIN : Laki-laki
USIA : 60 Tahun
SUKU BANGSA : Minahasa/ Indonesia
AGAMA : Kristen Protestan
STATUS : Menikah
TGL MASUK : 3 Mei 2019
TGL KELUAR : Mei 2019
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA : Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran secara mendadak 1 jam SMRS. Awalnya os setelah
hemodialisa. Ada bicara pelo, ada muntah 2 kali, ada keluhan nyri kepala.
BAB biasa, BAK sedikit. Riwayat batu ginjal dengan perencanaan operasi
tetapi tertunda. Kelemahan anggota gerak sebelah kiri.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : berat
Kesadaran : coma
Tekanan darah : 196/104mmHg N: 78x/mnt R:18x/mntt Sb: 36,70
BB: 70kg TB; 170cm
Kepala : Konjungtiva Anemis +/+
Pupil bulat isokor 4mm/3mm
Leher : Normal
Thoraks : Paru : Sp.vesikuler, Rh +, Wheezing

3
Jantung : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-)

Abdomen : Normal = Datar dan lemas, Bising Usus (-)


Ekstremitas :
Status motoric :
KO TO +/+/+ +/+/+
1111 1111 RF +/+ +/+
1111 1111
RP - -
- -
Status otonom : BAK via kateter
Status Sensorik : tidak ada
TRM : Kaku Kuduk (-), Laseque > 70/>70, kernig >135/>135
Nervus Cranialis : Kesan Parase N. III Sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Brain CT Scan : Tampak lesi hiperemis region temporal dextra vol 100 cc
Head CT Scan

4
DIAGNOSIS
Penurunan Kesadaran
ICH region temporal dextra vol 100 cc, SAH spontan, Hipertensi grade II
PENATALAKSANAAN
 NACL 0,9 % 500ml
 Asam Folat 400 mg
 Amplodipin 10 mg
 Ranitidin 50mg
 Ceftriasone 2g
 Asam tranexamat 1g
 Paracetamol 500 mg
 Lacnulac 30cc
 Nocardipin 60 mg
 Dexametason 5mg

HASIL LABORATORIUM DARAH


Tanggal : 6 Mei 2019

5
Leukosit : 16,5 N = 4,0-10,0

Eritrosit : 2,82 N = 4,70 – 6,10

Hb : 8,3 g/dL N = 13,0 – 16,5

Hematokri : 24,6 N = 39,0 – 51,0

Trombosit : 245 N = 150 – 450

GDP : 148 mg/dl N = 70 – 125

Ureum : 135 mg / dl N = 10 – 40

Creatinin : 7,2 mg / dl N = 0,5 – 1,5

Protein Total : 6,62 mg / dl N = 3,50 – 5,70

Chlorida darah : 97,3 mEq/L N = 98,0 – 109,0

Kalium darah : 3,42 N = 3,50 – 5,30

LEMBAR FOLLOW UP

Tanggal Vital sign & PF Diagnosa Penatalaksanaan

6
3/5/2019 S: Penurunan A : ICH P : Bed Rest
Kesadaran temporal elevasi 30
O: KU: berat Kes: dextra Mobilisasi miring
Koma vol.100cc H-1 kaki tiap 2 jam
TD : 160/80 Epilepsi 02 adekuat 10-12
GCS : E1 M1 V- spontan H-1 IVFD Nacl 0,9 %
Pupil anisokor 6/4 HM grade I + 10 mg
mm RCL -/- RCTL-/- Nicardipin mulai
TRM KK – tetes 50 tetes
Nervus Cranialis :
Kesan Parase N. III
UMN Sinistra

St. Motorik : TO

RF +/+/+ +/+/+
+/+ +/+

RF - -
- -
St. otonom : BAK via
kateter

7
St. sensorik ;tidak ada

4/5/2019 S: Penurunan A : ICH P : Dexamtason


Kesadaran temporal 10 mg
O: KU: berat Kes: dextra
Koma vol.100cc H 1
TD : 147/80, N : 81
R : 10 Sb : 36,5
GCS : E1 M1 V-
Pupil anisokor 6/4
mm RCL -/- RCTL-/-
TRM KK –
Nervus Cranialis :
Kesan Parase N. III
UMN Sinistra

St. motorik : TO

RF +/+/+ +/+/+
+/+ +/+

RF - -
- -
St. sensorik ;tidak ada
St. otonom : BAK via
kateter

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Intra Cerebral Hematom

Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak

biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis

ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai

lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang

indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya

pergeseran garis tengah. Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam

substansi otak. Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala

sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul6

Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang biasanya

diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional terhadap pembuluh –

pembuluh darah dalam jaringan fungsi otak atau kadang kerena cidera tekanan

.ukuran hematom bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan

dapat terjadi pada 2- 16 kasus cidera6.

Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri .

hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala

terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita strok hemorgik akibat

melebarnya pembuluh nadi6.

9
B. Etiologi dan faktor risiko

1. Usia

Faktor risiko terbanyak daripada perdarahan intraserebral. Insidensinya

meningkat secara dramatis pada penderita usia lebih daripada 60 tahun7

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling penting dan merupakan faktor

risiko yang dapat dimodifikasi pada perdarahan intraserebral.Penderita

hipertensi yang tidak mendapatkan terapi lebih berat dibandingkan penderita

hipertensi yang mendapatkan terapi. Diantara faktor risiko perdarahan

intraserebral, hipertensi diperkirakan sebagai faktor risiko perdarahan pada

daerah deep hemisfer dan brainstem7

3. Cerebral Amyloid Angiopati (CAA)

Cerebral Amyloid Angiopati merupakan faktor risiko yang jarang terjadi dari

perdarahan intraserebral, akan tetapi sekarang menjadi pertimbangan faktor

risiko dari perdarahan intraserebral khususnya perdarahan lobar pada

penderita usia lanjut. Gambaran patologi yang utama adalah deposit protein

amiloid pada media dan adventitia dari arteri leptomeningeal, arteriol, kapiler

dan paling sedikit pada vena.7.

4. Antikoagulan dan Antitrombolitik

Berhubungan dengan Perdarahan Intraserebral Pada beberapa percobaan,

warfarin sebagai terapi atrial fibrillasi dan infark miokard merupakan

penyebab terbanyak anticoagulant associated intracerebral hemorrhage

(AAICH)7

10
5. Cerebral Microbleeds

Dengan menggunakan MRI Gradient Echo untuk mendeteksi lesi yang kecil,

perdarahan asimptomatik pada parenkim otak (microbleeds).Microbleeds

berhubungan dengan stroke iskemik (khususnya lakunar) dan

perdarahan.Microbleeds sering dijumpai pada perdarahan intraserebral, hal ini

terjadi pada 54 – 71% penderita perdarahan intraserebral7

6. Prior Cerebral Infarction

Kejadian stroke iskemik sebelumnya berhubungan dengan peningkatan risiko

perdarahan intraserebral sebanyak 5 – 22 kali lipat. Hubungan yang kuat

antara stroke iskemik dan perdarahan intraserebral adalah keduanya memiliki

faktor risiko yang sama yaitu hipertensi7

7. Peminum Alkohol Berat

Peminum alkohol yang berat memiliki implikasi terhadap ekspansi

perdarahan, dimana dihubungkan dengan efek samping dari platelet dan

fungsi hati7

8. Pengguna Tembakau

Beberapa studi menyatakan penderita yang baru memulai merokok memiliki

risiko peningkatan kejadian perdarahan intraserebral dibandingkan perokok

lama dan tidak pernah merokok dihubungan dengan dosis merokok7

C. Panofisiologi

ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas

kemedialkesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi putih yang relatif

11
aseluler korona radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu dari arteria perforating

kecil yang meninggalkan arteria serebral media dekat pangkalnya dikarotid internal

dan sering dijelaskan sebagai arteria lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem

menunjukkan pada arteria perforating pasien hipertensif terdapat banyak dilatasi

aneurismal yang sangat kecil yang diduga rupturnya menjadi sumber perdarahan.

Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior yang dimulai pada pons atau

hemisfer serebeler. ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar

duapertiga akan mengalami perburukan neurologis progresif dan sepertiganya dalam

defisit maksimal saat datang kerumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60%

dan duapertiganya jatuh kedalam koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah

terjadi pada 20-40% kasus. Gejala ini karena peninggian TIK akibat perdarahan.

Kejang kurang umum terjadi, sekitar 7-14%. Gejala dan tanda lainnya tergantung

ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Perubahan pupil terjadi akibat ancaman

herniasi unkal lobus temporal akibat peninggian TIK dan pergeseran garis tengah8.

Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara yaitu8:

1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada

kasus dimana hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia basal

rusak.

2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang

kurang selluler namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan penekanan

serta gangguan fungsi neurologis yang mungkin reversibel.80% pasien adalah

12
hipertensif dan biasanya dalam eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat

datang.

Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi antara usia 45-75

tahun. Pasien dengan koagulopatia lebih berisiko terhadap PIS seperti juga penderita

yang mendapat antikoagulan terutama Coumadin. Trombositopenia dengan hitung

platelet kurang dari 20.000, penyakit hati, leukemia, dan obat-obat seperti amfetamin

meninggikan risiko terjadinya PIS.

ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti lentikulostriata

pada ganglia basal, talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada

pons. Karenanya kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer serebral.

Arteria yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah cabang lentikulostriata

lateral dari arteria serebral media yang mencatu putamen. ICH merupakan sekitar

10% dari semua strok. Seperti dijelaskan diatas, ia disebabkan oleh perdarahan

arterial langsung ke parenkhima otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada aneurisma

milier kecil, dijelaskan oleh Charcot dan Bouchard 1868, dan pada arteria

lipohialinotik yang sering tampak pada otopsi pasien dengan hipertensi. Minoritas

kasus PIS kemungkinan disebabkan aneurisma, AVM, malformasi kavernosa,

amyloid serebral, atau tumor. Glioblastoma adalah tumor otak primer yang paling

sering mengalami perdarahan, sedangkan melanoma, khoriokarsinoma dan

ipernefroma adalah tumor metastatik yang tersering menimbulkan perdarahan8.

D. Manifestasi Klinis

13
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang,
hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun
begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan
gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan
pendarahaan8.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak
bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang.
Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi
tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran
adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin
(2009) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu8 :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat.

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2006)
adalah sebagai berikut :
a. EKG
b. Ct scanning
c. MRI
d. Thorax photo
e. Laboratorium

F. Penatalaksanaan

14
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke
ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang
yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang
mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang9.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-
obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan
makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang
mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu
penggumpalan darah seperti19 :
a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam
darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).

Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di


dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan
karena operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah
bisa memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan
yang parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada
kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik
adalah mungkin. Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra
Cerebral Hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
c. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi

15
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
BP, usia 66 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran secara

mendadak 1 jam SMRS. Awalnya os kejang setelah hemodialisa. Ada bicara pelo,

ada muntah 2 kali, ada keluhan nyri kepala. BAB biasa, BAK sedikit . Kelemahan

anggota gerak sebelah kiri. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang terdapat lesi di

region temporal dextra volume 100 cc

16
Daftar Pustaka

1. Magistris F., Bazak S., Martin J., 2013. Intracerebral Hemorrhage:


Pathophysiology, Diagnosis and Management. MUMJ. 10(1):15-22
2. Broderick, J.P., Adams, H.P., Barsan, W., Feinberg, W., Feldmann, E., Grotta,
J., dkk., 1999. Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage A Statement for Healthcare Professionals From a Special Writing
Group of the Stroke Council, American Heart Association. Stroke, 30: 905–
915.
3. Grehenson, Gusti. 2011. Berobat ke Luar Negeri, Devisa Hilang 100 Triliun.
[OnLine] http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=3518 Tanggal
akses 17 Maret 2011
4. Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
5. Handayani, Tuty. 2013. Apotik Hidup. Jakarta: Padi.
6. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,
EGC, Jakarta.
7. Carhuapoma, J.R.; Mayer, S.A.; Hanley, D.F. 2010.Intracerebral
Hemorrhage.Cambridge University Press. New York.
8. Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya
Media
9. Alwi I, Setiyohadi B, Sudoyo A.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed V Jilid III. Jakarta : Interna Publishing. 1709-1713

17

Anda mungkin juga menyukai