MK. PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR
NIM : 3182131021
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat membuat tugas Critical Book Report ( CBR) ini
tepat pada waktunya. CBR ini membahas tentang “Pengembangan Hasil Belajar”. Adapun tugas
ini dibuat untuk memenuhi tugas CBR mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar.
Penulis menyadari CBR ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi memperbaiki menuju arah yang lebih baik.
Penulis mengharapkan semoga CBR ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pembaca atas perhatianya.
Natasya rahmi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
3.1. Kesimpulan........................................................................................................12
3.2. Saran...................................................................................................................12
LAMPIRAN.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Book Review bertujuan mengkaji sebuah buku bacaan atau buku pelajaran yang
telah selesai dibaca. Alasan mengapa harus dilakukan critical book report adalah untuk
mengetahui sejauh mana kita memahami isi buku tersebut, kemudian kita dapat membandingkan
kelemahan dan kelebihan dari buku tersebut.
A. buku utama
B. buku Kedua
C. Judul Buku : Kreatif Mengembangan Media Pengembangan
D. Penulis : Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyar, M.Si.
E. Desain Cover : Tim GP Press
F. Editor : Saiful Ibad, MA.
G. Penerbit : GP Press
H. Tebal Buku : 196 halaman
I. Ukuran : 16 x 24 Cm
J. Tahun Terbit : 2011
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Sanjaya Wina (2007) istilah strategi, didalam konteks belajar mengajar, strategi
berarti pola umum guru – peserta didik didalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Sifat
umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak
dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta didik didalam bermacam-macam peristiwa
belajar. Dengan demikian dapat dikatan, bahwa strategi belajar mengajar menunjuk pada
karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik dalam proses belajar mengajar.
• Kemp (1995) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaan yang harus
dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektifdan efisien.
• Kozma (dalam Sanjaya, 2007), secara umu menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
• Gerlach dan Ely, bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pembelajaran dalam linkungan pembelajaran tertentu.
• Deck dan Carey 1990 (dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
2. Model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum, dan lain-lain ( Joyce, 1992). Menurut Soekamto, dkk (dalam Nurulwati,
200) mengemukakan arti model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Roy Killen (1998), mengatakan ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher – centred approaches) dan pendekatan yang
berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru yaitu
menurunkan startegi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan yang berpusat pada siswa yaitu menurunkan
dari strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Menurut Fathurrahman Pupuh (2007) metode adalah sebuah cara. Dalam artian umum,
metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Teknik dan taktik belajar adalah sesuatu yang sulit untuk dibedakan dalam
pelaksanaannya. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.
Teknik adalah cara yang dilakukan orang-orang dalam rangka mengimplementasikan suatu
metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
• Strategi pembelajaran tak langsung; sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dan penemuan.
• Strategi pembelajaran interaktif; lebih menkankan pada diskusi dan sharing diantara
peserta didik.
• Strategi pembelajaran empirik; berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta
didik, dan berbasis aktivitas.
4. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merancang pembelaran dalam kelas. Menurut Joyce (1992), setiap model
mengarahlan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran.
Ciri model pembelajaran, yaitu a) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh
penciptanya atau pengembangannya, b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), c) tingkah laku yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).
Bab I
Isi dari Bab I terdiri dari : Pada bab ini akan di bahas tenetang hakekat media
pembelajaran, sumber belajar dan alat peraga yang tercakup dalam uraian tentang pengertian
ketiga istilah tersebut.
Pada sub bab media pembelajaran dalam persepektif sejarah ini, penggunaan media
sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sudah melewati perjalanan yang cukup panjang.
Menurut Midun (2009), perkembangan konsep media dalam pendidikan diawali dengan
munculnya aliran realisme dalam pendidikan yang dipelopori oleh Johan Amos Camenius pada
abad ke-17, melalui sebuah tulisan dalam bukunya yang berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam
gambar). Dalam pengamatan Comenius, anak – anak di Eropa yang tidak berbahasa Latin
(Jerman,Francis,Rusia, dsb). Mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa latin. Bagi mereka
bahasa latin sangat abstrak dan sulit dimengerti, untuk itu diperlukan visualisasi agar lebih
mudah dipahami. Dalam buku Orbis Pictus, Comenius memberikan gambar bendanya untuk
setiap kata yang diletakkan di samping kata tersebut. Dengan demikian bahasa latin yang
dipelajari oleh anak – anak menjadi lebih nyata/konkret dan mudah diingat. Aliran realisme ini
mendorong munculnya aliran visualisasi pendidikan atau pembelajaran yang intinya si pebelajar
(guru) harus menggunakan gambar – gambar untuk memperjelas apa yang diajarkannya kepada
peserta didik.
Pada sub bab pengertian media pembelajaran, sumber belajar dan alat peraga. Sebelum
membahas lebih lanjut tentang pengertian media pembelajaran, ada baiknya terlebih dahulu
dibahas tentang makna masing – masing kata yang membentuknya. Media pembelajaran terdiri
dari dua kata, yaitu media dan pembelajaran. Dengan memahami kedua kata tersebut, maka akan
dapat membantu kata dalam memberikan pengertian tentang istilah media pembelajaran.
Secara etimologi, media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang berarti “Tengah, Perantara atau pengantar”. Istilah perantara atau pengantar ini,
menurut BoveeI (1977), dugunakan karena fungsi media sebagai perantara atau pengantar suatu
pesan dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. Dari sini, berkembang
berbagai definisi terminologis mengenai media menurut pendapat para ahli media dan
pendidikan. The Association for Educational Communication and Teaching (AECT,1977)
menyatakan bahwa media adalah apa saja yang digunakan untuk menyalurkan informasi.
Sementara, menurut Suparman (1977), media merupakan alat yang digunakan untuk
menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
Selanjutnya Mcluhan (Midun,2008) memaknai media sebagai saluran informasi. Sedangkan
untuk pengertian dari pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, yaitu
“instruction”. Instruction diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan siswa yang
berlangsung secara dinamis. Ini berbeda dengan istilah “teaching” yang berarti
mengajar. Teaching memiliki konotasi proses belajar dan mengajar yang berlangsung satu arah
dari guru ke siswa. Dalam hal ini, hanya guru yang berperan aktif mengajar, sedangkan siswa
besikap pasif. Jadi media pembelajaran adalah menurut Gerlach & ely (1971), memiliki cakupan
yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi
yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media
pembelajaran dapat dipahami sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau
menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar
kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.
Menurut Degeng (1990) mendefinisikan sumberber belajar sebagai semua sumber yang mungkin
dapat digunakan oleh peserta didik agar terjadi perilaku belajar. Sedangkan, definisi yang
diberikan Depdiknas(2008), sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan
kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil
belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output), namun
juga dilihat dari proses berup interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat
meransang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang
dipelajarinya. AECT(1997) mengartikan sumber belajar sebagai orang dan kualitas pengalaman
belajar. Jadi, sumber belajar adalah semua jenis sumber yang ada disekitar kita yang
memungkinkan kemudahan terjadinya proses belajar.
Di dalam buku berjudul Instructional Technologies; The Definition and Domains of the
field(1994), AECT membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Yaitu: pesan,orang,bahan dan program,alat dan metode serta latar.
Menurut Ruiz(2009) ada banyak persamaan antara media pembelajaran dan alat peraga bahkan
hampir tidak ada perbedaan keduanya. Keduanya berfungsi memudahkan peserta didik dalam
memahami materi belajar. Keduanya juga membuat kelas menjadi lebih hidup dan
menyenangkan. Namun, para guru memberikan sedikit distinsi antara media pembelajaran dan
alat bantu. Contohnya papan tulis yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada
peserta didik disebut alat peraga sedangkan apa yang disampaiakn pada papan tulis berupa
gambar,teks dan sejenisnya. Dari aspek psikologis, penggunaan media dalam pembelajaran dapat
menyediakan rangsangan bermacam – macam kepada pesrta didik sehingga kondisi dan
karakteristik yang berbeda-beda pada peserta didik. Dari aspek teknologis, penggunaan media
pembelajaran dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, memberikan kemungkinan
pembelajaran yang sifatnya individual, memberikan dasar lebih ilmiah pada pembelajaran,
pembelajaran lebih mantap, proses pendidikan menjai lebih langsung dan akses pendidikan
menjadi lebih sama bagi semua peserta didik. Dari aspek empiris, menampilkan bahwa ada
interaksi antara penggunaan media belajar dan karakteristik belajar peserta didik dalam
menentukan hasil belajar peserta didik.
Bab II
Isi dari bab II adalah Peran dan fungsi media pembelajaran peran media
pembelajaran,fungsi media pembelajaran dan manfaat media pembelajaran.
Pada Sub bab Pentingnya peran media dalam pembelajaran mengharuskan para pendidik
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar dan media. Media
merupakan alat bantu mengajar, termasuk salah satu komponen lingkungan belajar yang
dirancang oleh pebelajar. Media pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
pembelajaran.
Pada sub bab ini Pemanfaatan media pembelajaran merupakan upaya kreatif dan
sistematis untuk menciptakan pengalaman yang dapat membelajarakan peserta didik, sehingga
pada akhirnya dihasilkan lulusan yang berkualitas. Pemanfaatan media pembelajaran yang
optimal perlu didasarkan pada kebermaknaan dan nilai tambah yang dapat diberikan kepada
peserta didik melalui suatu pengalaman belajar yang menggunakan media pembelajaran. Dalam
buku ini ada beberapa fungsi dari media pembelajaran diantaranya adalah: pertama media
sebagai sumber belajar, kedua fungsi semantik,ketiga fungsi manipulatif, keempat fungsi
fiksatif, kelima fungsi distributif, keenam fungsi psikologis, ketujuh fungsi atensi, kedelapan
fungsi afektif, fungsi kesembilan fungsi kognitif,kesepuluh fungsi psikomotorik dan fungsi
imajinatif,serta fungsi motivasi dan yang terakhir fungsi sosio kultural.
Pada sub ini akan membahas secara umum beberapa manfaat penggunaan media
pembelajaran tersebut dijelaskan sebagai berikut (Midun, 2009): pertama dengan media
pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang
diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan nara sumber. Dengan demikian, peserta didik akan
memiliki banyak pilihan sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing, kedua media
pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam lingkup mikro
maupun makro, dan media pembelajaran dapat menambah kemenarikan tampilan materi
sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus
mengikuti materi yang disajikan, sehingga diharapkan efektivitas belajar akan meningkat pula.
Bab III
Isi dari bab III adalah Jenis dan klasifikasi media pembelajaran,jenis media pembelajaran
dan klasifikasi media pembelajaran serta karakteristik media pembelajaran.
Pada sub bab jenis media pembelajaran akan dibahas empat jenis media pembelajaran,
yaitu media visual,media audio,media audio-visual dan multimedia.
Pada sub bab ini membahas beberapa pengelompokkan media yang disusun para ahli, ada
lima kategori media pembelajaran menurut Setyosari& Sihkabudden(2005), yakni: pertama
berdasarkan ciri fisik dimana media ini dikelompokkan dalam empat macam yakni: media
pembelajaran dua dimensi(2D),Tiga dimensi(3D),media panjang diam dan media pandang gerak.
Kedua berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang diperoleh,Erdgar Dale dan
Thomas dalam mmidun(2009) masing-masing menbuat pengelompokkan media pembelajajaran
berdasarkan pengalaman yang dialami oleh peserta didik dari proses pembelajaran.penggolongan
yang dibuat oleh dale disusun dalam bagan yang dikenal dengan ”Kerucut Pengalaman
Dale”.ketiga berdasarkan persepsi indera, keempat berdasarkan penggunaanya, secara garis
media pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan jumlah penggunaanya dan pola
penggunaannya. dan yang kelima berdasarkan hirarkhi pemanfaatannya dimana seperti yang
diungkapkan oleh Duncan, yang ingin mensejajarkan biaya investasi,kelengkapan dan keluasaan
lingkup sasaranyadi satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan,keterbatasan
lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak,dengan tingkat kerumitan perangkat medianya
dalam satu hirarki.
Bab IV
Isi dari bab IV Pemilihan media pembelajaran akan menbahas pentingnya pemilihan
media pembelajaran,Jenis pemilihan media,kriteria media pembelajaran,prinsip pemilihan dan
prosedur pemilihan media.
Pada sub bab Pemilihan media pembelajaran dilihat dari mekanismenya Anderson(1976)
membagi model pemilihan media menjadi dua macam yaitu model pemilihan tertutup dan model
pemilihan terbuka.
Pada sub bab Kriteria Media Pembelajaran akan membahas kriteria media pembelajaran
yang baik yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media adalah sebagai berikut:
pertama jelas dan rapi. Kedua bersih dan menarik, ketiga cocok dengan sasaran, keempat relevan
dengan topik yang diajarkan, kelima sesuai dengan tujuan pembelajaran, keenam praktis,luwes
dan tahan, dan berkualitas baik serta ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar.
Pada sub bab prinsip pemilihan media akan mengemukakan lima prinsip dalam pemilihan
media menurut Gerlack dan Ely (Setyosari dan Sihkabuden,2005) adalah sebagai berikut:
kesesuaian, kejelasan sajian ,kemudahanakses ,keterjangkauan, ketersediaan, kualitas, ada
alternatif,interactivitas,organisasi,kebaruan dan berorientasi siswa.
Bab V
Isi dari bab V Pengembangan Media Pembelajaran pentingnya pengembangan media
pembelajaran dan prosedur pengembangan.
Pada sub bab pentingnya pengembangan media pembelajaran membahas ada dua
permasalahan dihadapi berkenaan dengan media pembelajaran di lembaga-lembaga pendidik kita
yaitu: keterbatasan media dan kemanfaatan media. Pengembangaan media pembelajaran sangat
penting artinya untuk mengatasi kekurangan dan kerterbatasan persediaan media yang ada.
Disamping itu, media yang dikembangkan sendiri oleh guru/pendidik dapat menghindari
ketidak-tepatan karena dirancang sesuai kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan
masing-masing. Lebih dari itu, juga dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan inovasi para
pendidik sehingga dihasilkan prosesionalitas pendidik.
Pada sub bab prosedur dan proses pengembangan ini membahas tentang penyusunan
dokumen pembelajaran lainnya, seperti kurikulum,silabus, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan banyak lagi. Artinya, setelah dokumen-dokumen pembelajaran tersebut siap
disusun, dilanjutkan dengan pengadaan/penyiapan media pembelajaran sebagai sumber belajar
dan alat bantu dalam proses pembelajaran.
Bab VI
Isi dari bab VI adalah Pembuatan Media Audio-Visual,prosedur pembuatan media audio-
visual,dan proses produksi media Audio-Visual, peralatan produksi media Audio-Visual.
Pada sub langkah-langkah produksi akan dikemukakan secara garis besar, prosedur
produksi media audio-visual melalui tiga tahap kegiatan yaitu:pra produksi,produksi dan pasca
produksi. Dimana pra produksi merupakan tahap yang sangat penting karena menentukan
keberhasilan pada tahap selanjutnya. Kalau langkah-langkah kegiatan pra produksi tidak
dikerjakan dengan baik dan teliti, maka bukan mustahil media yang dihasilkan kurang cepat
sasaran dan tidak efektif. Ada beberapa tahap yang harus dipahami ketika kita akan
memproduksi sebuah program video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan
sebuah karya yang memuaskan dan untuk tahap pasca produksi merupakan tahap akhir dari
pembuatan media video. Tahap ini merupakan sentuhan akhir sebelum dimanfaatkan atau
disiarkan.
Pada sub bab prosedur pembuatan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya
tahap pra produksi,penetapan/identifikasi program media,penyusunan garis besar isi
media,penyusunan jabatan materi,penulisan naskah. Dan untuk tahap produksi langkah-langkah
kegiatan yang harus dilakukan adalah rembuk naskah,pembentukan tim produksi,membuat story
board,perhitungan dan penyusunan anggaran,pemilihan pemain,pencarian lokasi,rapat tim
produksi,setting lokasi,pengambilan gambar dan suara, dan yang terakhir tahap pasca produksi
sebaiknya dilakukan sebagai berikut:video editing,macam-macam editing terbagi atas linear
editing dan non linear editing, Perangkat lunakediting,mixing,preview,ujicoba,revisi,produksi
dan distribusi,peralatan pendukung produksi.
Bab VII
Isi bab VII Pembuatan Media Audio akan membahas kriteria media pembelajaran
Audio,Prosedur produksi media Audio, Peralatan produksi media audio., dan membuat media
audio sederhana.
Pada sub bab kriteria media pembelajaran audio akan dibahas media audio menyajikan
materi pembelajaran dalam bentuk audio atau suara. Untuk menerima informasi tersebut peserta
didik menggunakan indera pendengaran. Dalam membuat sebuah media audio yang menarik,
perlu dipahami bagian atau elemen-elemen yang dapat diolah dan diexplorasi, yaitu unsur
kata,unsur musik dan unsur efek suara.
Pada sub bab prosedur pembuatan media audio ini dapat dibagi tiga tahapan,yaitu pra
produksi,produksi dan pasca produksi tetapi dengan jenis kegiatan yang agak berbeda. Untuk
tahap pra produksi meliputi telaah materi dan penulisan naskah sedng untuk tahap produksi yaitu
pembentukan tim produksi,rembuk naskah,pemilihan pemain,latihan rekaman,editing dan
mixing,preview,dan pembuatan master dan untuk tahap pasca produksi ada tiga yakni editing dan
mixing,preview,pembuatan master audio pembelajaran.
Pada bab sub bab beberapa peralatan produksi dimana peralatan produksi audio terdiri
dari mikrofon,mixer console,speaker monitor,open reel,digital audio workstation dan tape
recorder. Banyak jenis alat yang bisa digunakan dalam pemanfaatan media audio antara lain:
phonograph(gramaphone),open reel tape, tape recorder, compact disc ,radio dan peralatan-
peralatan pada laboratorium bahasa.
Pada sub bab membuat media audio sederhana akan dibahas tentang cara merekam suara
dengan sound recorder dimana harus dimulai dari persiapan,prosedur perekaman,merekam suara
dengan software aplikasi lain dimana banyak sekali software aplikasi pengolah audio karena ada
banyak software lain diantaranya sonic foundry vegas, soundsforce, nuendo, cool edit pro
2.0 dan lain-lain.
Bab VIII
Isi dari bab VIII Pembuatan Modul Ajar akan membahas kriteria modul ajar, prinsip
penyusunan modul ajar, dan teknik penulisan modul.
Pada sub bab kriteria modul ajar akan membahas bagaimana menghasilkan modul yang
baik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas(2008) diantaranya adalah satu self
instructional yaitu mampu membelajarkan peserta didik secara mandiri. Yang kedua self
contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari suatu unit kompetensi atau sub kompetensi
yang dipelajari terdapat didalam satu modul secara utuh. Yang ketiga stand alone atau berdiri
sendiri ini modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media pembelajaran lain.
Selanjutnya adaptive ini memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran
dapat digunakan smapai dengan kurun waktu tertentu. Dan yang terakhir adalah user
friendly dimana modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan
informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum dan penampilan
gambar dan format penyajiannya disesuaikan dengan selera peserta didik.
Pada sub bab prosedur penyusunan modul ajar menurut Widodo dan Jasmadi(2006),
menyebutkan beberapa kaedah umum atau langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan
modul sebagai berikut: analisis kebutuhan modul, penyusunan naskah/draft modul, uji coba,
vadilasi, revisi dan produksi.
Pada sub bab teknik penulisan modul ini ditujukan untuk membantu peserta didik agar
bisa belajar secara mandiri tanpa tergantung pada pendidik. Agar diperoleh hasil yang baik,
menarik dan mudah dipahami, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penulis modul
yaitu: karakteristik peserta didik, maksud dan tujuan pembelajaran, identifikasi isi bahan ajar dan
struktur materi pelajaran.
Bab XI
Isi bab XI Desain Bahan Ajar Multimedia akan membahas prinsip pembuatan,kriteria
bahan ajar multimedia,prosedur penyusunan modul ajar,Teknik pembuatan bahan presentasi dan
Program aplikasi pembuatan multimedia.
Pada sub bab prinsip bahan ajar multimedia akan menjelaskan pengertian dari bahan ajar
multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia. Dan untuk kriteria
bahan ajar multimedia memiliki karakteristik tertentu dan kriteria bahan pembelajaran
multimedia yang baik ditentukan oleh karakteristiknya.
Pada sub bab prosedur pembuatan bahan presentasi dimulai dengan analisis kurikulum,
memilih teknologi, merancang desain, menyusun storyboarad dan mengidentifikasi dan
mengumpulkan materi.
Saat ini, berbagai program aplikasi telah tersedia untuk mendukung pembuatan bahan
ajar berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia interaktif seperti mircosoft power
point, macromedia falsh, camtasia recorder, ulead pinnacle, goldwave lain-lain. Sebagaian
diantaranya dapat diunduh dari internet secara bebas tanpa biaya.
Kelemahan :
Buku utama
Lembaran buku ini sangat tipis sehingga mudah koyak.
Buku Kedua
Penggunaan kata-katanya masih susah dimengerti dan isi buku ini tidak dilengkapi
dengan gambar-gambar yang berkaitan sehingga pembaca jenuh. Cover buku ini pun
kurang menarik untuk dibaca.
Kelebihan :
Buku utama
kelebihan buku ini yaitu dalam segi bahasa buku ini sudah menggunakan bahasa yang
baik dan lugas, memiliki cakupan materi yang luas, dilengkapi dengan gambar-gambar,
ada intisari dan uji kompetensi tiap bab sehingga pembaca mengerti serta memahami inti
sari dari setiap bab.
Buku Kedua
Materi pada buku ini dipaparkan dengan lengkap.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kedua buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh setiap orang, khususnya bagi mahasiswa
yang sekarang berada pada fakultas keguruan. Karna kedua buku ini bisa dijadikan sebagai acuan
atau pedoman di dalam proses pembelajaran. Dan buku ini bisa dikatakan juga sebagai
komunikasi antara pendidik dan peserta didik. sehingga proses pembelajaran tersebut bisa
berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai. Karena kedua buku ini
menjelaskan tentang perubahan sosial dan modernisasi sesuai dengan perkembangan
pembelajaran yang seiring dengan berjalanya waktu.
Perlunya Standar Proses Pendidikan Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya Ketika anak
didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoristis, tetapi mereka miskin aplikasi.
3.2. Saran
Penulis mengetahui bahwa dalam penyelesaian tugas Critical Book Report ini masih jauh
dari kesempurnaan karna keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karna itu
penulis sangat mengharapkan rekomondasi, saran ataupun kritik yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas ini agar dalam pembuatan tugas yang sama kedepanya jauh lebih baik.
Trimakasih.
DAFTAR PUSTAKA