Anda di halaman 1dari 12

PEMAHAMAN CARA PENGGUNAAN OBAT ANTIBIOTIK

PADA PASIEN RAWAT JALAN DI KLINIK AISYAH


MEDIKA METRO

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :

BADRUN
20152003
MANAJEMEN FARMASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEHATAN


MEDIKA WIYATA METRO
TAHUN 2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. CARA PENGGUNAAN OBAT

Sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara pakai agar

penggunaanya tepat dan aman, dan tidak menimbulkan salah guna atau

kesalahan penggunaan obat karena kurangnya informasi yang didapatkan

mengenai cara penggunaan obat yang benar.

Informasi penggunaan obat dapat diperoleh dari etiket, brosur obat atau dari

tenaga kesehatan. Berikut ini adalah informasi umum cara pemakaian obat

yang tepat menurut jenis sediaan obat antibiotik yaitu :

1. OBAT ORAL (Pemberian Melalui Mulut)

 Adalah paling lazim dan umum, karena sangat praktis , mudah dan

aman. Yang terbaik adalah minum dengan segelas air

 Jika kesulitan menelan obat dalam bentuk sediaan yang diberikan ,

hubungi tenaga kesehatan dan mintalah sediaan yang sesuai.

 Ikuti petunjuk tenaga kesehatan karena untuk efektifitas kerja obat

yang optimal, beberapa obat harus diminum pada waktu makan dan

beberapa obat harus diminum pada waktu lambung kosong

 Apabila minum obat cair gunakan sendok takar , karena rata – rata

sendok makan tidak sesuai untuk ukuran dosis, kecuali ada anjuran

lain dari tenaga kesehatan.


2. OBAT ORAL UNTUK BAYI/ANAK BALITA :

 Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan

sendok takar dalam kemasan obatnya.

 Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat

yang terasa tidak enak/pahit.

B. OBAT ANTIBIOTIK

1. Pengertian Antibiotik

Antibiotik secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu “anti” yang

berarti “melawan” dan “bios” yang berarti “hidup”. Jadi pengertian

antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri penyebab infeksi. Penisilin, sebagai antibiotik pertama, ditemukan

secara tidak sengaja oleh Alexander Fleming dari kultur jamur.

2. Jenis Obat Antibiotik

Ada berbagai cara untuk mengklasifikasikan antibiotik. Salah satunya

adalah dengan mengklasifikasikan antibiotik berdasarkan efek pada bakteri.

Namun, dalam Penelitian ini peneliti akan melihat klasifikasi antibiotik

berdasarkan pada struktur kimianya.

Jenis ntibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur kimia adalah sebagai

berikut :

a) Penisilin (Penicillins)

Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang

merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi.
Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan

kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dll.

b) Sefalosporin (Cephalosporins)

Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu

pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi. Namun, antibiotik

ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati

dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll.

c) Aminoglikosida (Aminoglycosides)

Jenis antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Karena

efektif dalam menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida

diberikan antara lain untuk mengobati tifus dan pneumonia.

d) Makrolida (Macrolides)

Makrolida mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida

mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk

mengobati pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin.

Makrolida memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin

dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi

saluran lambung, dll.

e) Sulfonamida (Sulfonamides)

Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki

efek berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan kristal obat,

pasien harus minum sejumlah besar air. Salah satu obat sulfa yang paling

sering digunakan adalah gantrisin.


f) Fluoroquinolones

Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara

langsung menghentikan sintesis DNA bakteri. Karena dapat diserap

dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara

oral.

Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk

mengobati infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan.

g) Tetrasiklin (tetracyclines)

Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk

mengobati berbagai infeksi seperti infeksi telinga tengah, saluran

pernafasan, saluran kemih, dll.

Pasien dengan masalah hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin

karena dapat memperburuk masalah.

h) Polipeptida (polypeptides)

Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada

permukaan kulit saja. Ketika disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa

menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.

C. PENGGOLONGAN OBAT

Berbagai obat-obat yang beredar di Indonesia dengan segala fungsinya

dapat diperoleh dalam berbagai sediaan obat. Menurut Batubara (2008),

bentuk sediaan obat dapat berupa sediaan padat (pulvis, tablet, kapsul,

suppositoria, kaplet, lozenge), semi padat (salep, krim, pasta, jelli), cair

(larutan, sirup, eliksir, guttae, injeksi, enema, gargarisma, douche, suspensi,


emulsi, infusa), dan gas (aerosol, gas). Dalam Permenkes (1989), untuk

memudahkan pengawasan, penggunaan, dan pemantauan, obat digolongkan

menjadi :

1. Obat Bebas

Obat bebas termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh

tanpa resep dokter, selain di apotik juga dapat diperoleh di warung-

warung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran

berwarna hijau.

Gambar 1. Obat Bebas

Contoh obat bebas yaitu parasetamol, vitamin C, antasida, dan Obat


Batuk Hitam (OBH).

2. Obat Bebas Terbatas

Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti

aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya

lingkaran berwarna biru dan tertera peringatan dengan tulisan:

Gambar 2. Obat Terbatasa

3. Obat keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu

obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep

dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan

tulisan huruf K di dalamnya.

Gambar 3. Obat Keras

Jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan


yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya bahkan meracuni
tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Contoh
obat golongan keras yaitu antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan
sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat
kencing manis, obat penenang, dan lain-lain).

4. Psikotropika

Psikotropika adalah zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak

atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan

perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi,

gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat

menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi

(merangsang) bagi para pemakainya. Jenis obat psikotropika yaitu

shabu-shabu dan ekstasi.


5. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan

pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan

memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa

pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau

timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan

bagi pemakainya. Narkotika merupakan kelompok obat yang paling

berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan) dan

toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.

Menurut DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes, secara internasional obat hanya

dibagi menjadi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik.

a. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan

memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU

No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun.

Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak

eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud.

Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan

memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus

dengan pemilik paten.

b. Obat generik. Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten

kemudian disebut sebagai obat generik (generik= nama zat

berkhasiatnya). Obat generik dibagi lagi menjadi 2 yaitu generik

berlogo dan generik bermerek (branded generic). Obat generik


berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat yang

menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo

perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat,

sedangkan obat generik bermerek yang lebih umum disebut obat

bermerk adalah obat yang diberi merek dagang oleh perusahaan

farmasi yang memproduksinya (Syamsuri, 2006).

D. KLINIK

1. Pengertian Klinik

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan

menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik, diselenggarakan oleh

lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis

(Permenkes RI No.9, 2014).

2. Jenis Klinik

a) Klinik Pratama

Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan

medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang

dokter umum. Berdasarkan perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh

badan usaha ataupun perorangan.

b) Klinik Utama

Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan

medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.

Spesialistik berarti mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit


tertentu. Klinik ini dipimpin seorang dokter spesialis ataupun dokter gigi

spesialis. Berdasarkan perijinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh

badan usaha berupa CV, ataupun PT.

Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah:

1) Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis dasar,

sementara pada klinik utama mencangkup pelayanan medis dasar dan

spesialis;

2) Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi, sementara

pada klinik utama pimpinannya adalah dokter spesialis atau dokter

gigi spesialis;

3) Layanan di dalam klinik utama mencangkup layanan rawat inap,

sementara pada klinik pratama layanan rawat inap hanya boleh dalam

hal klinik berbentuk badan usaha;

4) Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter

atau dokter gigi, sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang

spesialis untuk masing-masing jenis pelayanan.

Adapun bentuk pelayanan klinik dapat berupa:

 Rawat jalan

 Rawat inap

 One day care

 Home care

 Pelayanan 24 jam dalam 7 hari.


3. Kewajiban Klinik

Klinik memiliki kewajiban yang meliputi:

a) Memberikan pelayanan aman, bermutu, mengutamakan kepentingan

pasien, sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar rosedur

operasional

b) Memberikan pelayanan gawat darurat pada pasien sesuai kemampuan

tanpa meminta uang muka terlebih dahulu/mengutamakan

kepentingan pasien

c) Memperoleh persetujuan tindakan medis

d) Menyelenggarakan rekam medis

e) Melaksanakan sistem rujukan

f) Menolak keinginan pasien yang tidak sesuai dengan standar profesi,

etika dan peraturan perundang-undangan

g) Menghormati hak pasien

h) Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya

i) Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional

j) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan (Permenkes

RI No.9, 2014).

4. Ketenagaan Klinik

Pimpinan klinik pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi. Pimpinan

klinik utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang memiliki

kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya. Pimpinan klinik merupakan

penanggung jawab klinik dan merangkap sebagai pelaksana pelayanan.


Tenaga medis pada klinik pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang dokter

dan/atau dokter gigi. Lain hal nya dengan klinik utama, minimal harus

terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi

sesuai jenis pelayanan yang diberikan.

Klinik utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi sebagai

tenaga pelaksana pelayanan medis. Dokter atau dokter gigi sebagaimana

dimaksud di atas harus memiliki kompetensi setelah mengikuti pendidikan

atau pelatihan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan oleh klinik.

Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non

kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan

oleh klinik.

Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai surat tanda

registrasi dan surat izin praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang -

undangan. Begitu juga tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus

mempunyai surat izin sebagai tanda registrasi/ surat tanda registrasi dan surat

izin kerja (SIK) atau surat izin praktik apoteker (SIPA) sesuai ketentuan

peraturan perundang - undangan.

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai dengan

standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi,

menghormati hak pasien, mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.

dan juga klinik dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan warga negara asing

(Permenkes RI No.9, 2014) .

Anda mungkin juga menyukai