Anda di halaman 1dari 11

KOMPOSISI DAN LAPISAN ATMOSFER

DOSEN PENGAMPU
Dr. DERLIANA, M.Si

KELOMPOK 10
BANGKIT SUTRISNO SHITE (4172121002)
CHRISTY VERA BR SINURAYA (4173321007)
HAIDA ARITONANG (4172121007)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN, 2020
KLASIFIKASI IKLIM
a. Definisi Klasifikasi Iklim
Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan
perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif
terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu
tempat memiliki kekhasan iklim.
Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma karena iklim mempengaruhi
vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan.
Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan
Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk
kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi
iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia,
misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF),
yang ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Klasifikasi ini
sangat populer di Indonesia dan beberapa negara tetangga yang memiliki musim
kering-musim hujan. Menyadari bahwa variasi iklim Indonesia sangat beragam,
Kementerian Perhubungan meminta kedua sarjana tersebut untuk membuat suatu
sistem klasifikasi yang cocok bagi keadaan Indonesia. Sistem SF didasarkan pada
klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya
(Prawiroardoyo, 1996).
Klasifikasi Koeppen pertama kali diajukan oleh Wladimir Köppen (Jerman).
Sistem ini lalu direvisi beberapa kali oleh Köppen sendiri. Selanjutnya, bersama
dengan Geiger, klasifikasi ini lalu diperbaiki.
Selain berdasarkan parameter iklim (seperti suhu udara, presipitasi, dan radiasi
matahari harian), klasifikasi ini juga mendasarkan pada tipe vegetasi suatu tempat.
Ada lima kelompok iklim utama dalam klasifikasi ini, yang masing-masing lalu
dipilah lagi. Lima kelompok ini adalah:
 Iklim A, iklim tropika basah
 Iklim B, iklim kering atau setengah kering
 Iklim C, iklim dengan variasi suhu tahunan yang jelas
 Iklim D, iklim sirkumpolar
 Iklim E, iklim kutub
a. Peran Klasifikasi Iklim
Perlu diketahui bahwa iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting
bagi kehidupan manusia. Karena iklim mempunyai peranan yang besar terhadap
kehidupan seperti dalam bidang pertanian, transportasi atau perhubungan,
telekomunikasi, dan pariwisata.

1. Bidang Pertanin

 Menentukan waktu tanam

 Menentukan tanaman yang sesuai

Selain itu, mengetahui dan memahami klasifikasi iklim juga memiliki


dampak bagi pertanian, dampak secara langsung yaitu dampak yang
ditimbulkan oleh sesuatu unsur cuaca/iklim kepada kegiatan pertanian.
Dampak lansung tersebut ada yang dirasakan seketika, dan ada yang dirasakan
secara lambat. Misalnya curah hujan yang lebat atau terus menerus dapat
menimbulkan tanah longsor saat itu, angin kencang menimbulkan kerusakan
batang tanaman, dan adanya embun beku yang mengenai tanaman membuat
daun dan batang tanaman menjadi kering.Dampak langsung yang diraskan
secara lambat adalah kadar cuaca yang baru dirasakan setelah berkali-kali
terjadi, misalnya tanah menjadi lembap setelah beberapa hari turun hujan,
tanah menjadi kering setelah beberapa hari hujan makin berkurang
(Wardiatmoko, 2012).

Dampak tidak langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh faktor lain
tetapi faktor tersebut timbul berkaitan dengan cuaca/iklim yang terjadi,
sedangkan kadar cuaca/iklim yang terjadi tersebut diperlukan bagi kegiatan
pertanian pada waktu itu. Cuaca/iklim tidak hanya diperlukan tanaman saja
tetapi hama , penyakit, tumbuhan parasit juga memerlukan cuaca/iklim. Sering
terjadi bahwa kerusakan tanaman tidak karena cuaca saat itu secara langsung ,
tetapi karena timbulnya hama, penyakit, parasit yang justru hidup subur pada
saat adanya cuaca yang dipelukan bagi tanaman dan kegiatan pertanian waktu
itu. Dengan demikian gangguan tidak timbul dari cuaca, tetapi karena hama,
penyakit, dan parasit yang hidup subur karena didukung cuaca waktu itu
(Wardiatmoko, 2012).

2. Bidang Transportasi

Faktor-faktor cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar tehadap


bidang transportasi. Seperti cuaca, suhu, arah dan kecepatan angin, awan, dan
kabut sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan. Selain
berpengaruh terhadap penerbangan, faktor cuaca, dan iklim berpengaruh pula
terhadap transportasi laut. Seperti arah dan kecepatan angin, tinggi
gelombang, badai, dan lain-lain.

3. Bidang Telekomunikasi

Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang


telekomunikasi. Seperti arus angin dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi
antar daerah dengan menggunakan telepon angin.Pengaruh lain yaitu kondisi
cuaca yang kurang baik dapat mengganggu jaringan telekomunikasi.
Misalnya saat kondisi hujan atau mendung sinyal Handphone menjadi
melemah.

4. Bidang Pariwisata

Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang pariwisata.


Seperti cuaca cerah, banyak cahaya matahari, kecepatan angin, udara sejuk,
kering, panas, dan sebagainya sangat mempengarui terhadap pelaksanaan
wisata, baik wisata darat maupun laut.

b. Metode Klasifikasi Iklim

 KLASIFIKASI IKLIM MENURUT MOHR

Mohr tahun 1933 mengajukan klasifikasi iklim di Indonesia yang didasarkan


curah hujan. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan
jumlah Bulan Basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu
yang lama. Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan. Dasar penggolongan iklim menurut Mohr adalah adanya
bulan basah dan bulan kering.

Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membagi tiga derajat kelembapan, yaitu:

 Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya > 100 mm dalam 1 bulan.
Jumlah curah hujan melampaui penguapan.
 Bulan kering adalah bulan yang curah hujannya < 60 mm dalam 1 bulan.
Penguapan banyak berasal dari dalam tanah daripada curah hujan.
 Di antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan lembab. Bulan lembab
tak masuk dalam hitungan. Curah hujan dan penguapan relatif seimbang.
Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari pengamatan curah
hujan selama minimal 10 tahun.
Asumsi untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari.

 BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; CH > E


 BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ; CH < E
 BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100 mm.
Langkah pertama adalah mencari bulan kering dan bulan basah, kemudian
langkah kedua menentukan rata-rata curah hujan bulanan. Langkah ketiga
menentukan kelas iklim dari kombinasi BK dan BB.

Contoh : BK=3, BB=6 berarti termasuk kelas iklim III.

 KLASIFIKASI IKLIM MENURUT SCHMIDT-FERGUSON

Prinsip digunakan hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Mohr, yaitu
dengan mengambil bulan kering dan bulan basah, dengan cara sebagai berikut :
Data curah hujan diambil minimal untuk 10 tahun dan tentukan berapa bulan
kering dan bulan basah per tahunnya. Curah hujan bulan basah dan bulan kering
dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Bulan lembab dalam penggolongan ini tidak dihitung. Persamaan yang
dikemukakan Schmidt adalah sebagai berikut:

Dari persamaan tersebut dapat ditentukan nilai Q. Untuk memudahkan


menentukan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson menggunakan skema :

Berdasarkan skema tersebut, Schmidt-Ferguson menggolongkan iklim di


Indonesia menjadi 8 (delapan) yaitu:Dari persamaan tersebut dapat digolongkan iklim
sebagai berikut :
A = sangat basah
B = basah
C = agak basah
D = sedang
E = agak kering
F = kering
G = sangat kering
H = luar biasa kering
Sering disebut Q model karena didasarkan atas nilai indeks nilai Q yang
nilainya perbandingan rata-rata bulan kering dengan bulan basah.

 KLASIFIKASI ILIM MENURUT OLDEMAN


Dasar yang digunakan adanya bulan basah yang berturut-turut dan adanya
bulan kering yang berturut-turut pula. Kedua bulan ini dihubungkan dengan
kebutuhan tanaman padi sawah dan palawija terhadap air.
Penentuan bulan basah menurut Oldeman :
 Bulan basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm
 Bulan kering (BK) adalah bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm
Perbedaan dengan klasifikasi Mohr adalah: Mohr berdasarkan pada evaporasi
tiap hari 2 mm, sedangkan Oldeman berdasarkan kebutuhan air untuk persawahan dan
palawija. Penggolongan menitikberatkan kepada bulan basah. Oldeman
mengemukakan 5 zona utama bulan basah yaitu:

 Zona A, bulan basah (BB) lebih dari; 9x berturut-turut


 Zona B, bulan basah (BB) 7-9 x berturut-turut
 Zona C bulan basah (BB) 5-6 x berturut-turut
 Zona D bulan basah (BB) 3-4 x berturut-turut
 Zona E bulan basah (BB) < 3 x berturut-turut

Contoh : Data curah hujan rata-rata di X adalah :


 
BULA
N CH
Banyaknya bulan basah (BB) berturut-turut (> 200
JAN 330
mm/bulan) FEB 302 adalah 9 bulan, sedangkan banyak bulan kering
berturut- MAR 295 turut (< 100 mm/bulan) adalah 0. Sehingga daerah
APR 340
ini tipe MEI 325 iklim Oldeman B1.
JUN 180
JUL 160
AGT 160
 SEP 205 KLASIFIKASI IKLIM MENURUT KOPPEN
OKT 270
NOV 330 Klasifikasi ini merupakan klasifikasi utama yang
berdasarkan DES 360 pada hubungan antara iklim dn pertumbuhan
vegetasi  sistem klasifikasi ini paling dikenal dan digunakan secara internasional sejak
publikasi pertamanya pada tahun 1901 sampai perbaikan-perbaikannya yang tertulis
dalam buku Gruudis der Klimakunde tahun 1931.
Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata-rata bulanan maupun tahunan
yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta vegetasi De
Candolle (1874).  Menurut Koppen vegetasi yang hidup secara alami menggambarkan
iklim tempat tumbuhnya.  Vegetasi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan
hujan efektif yaitu kesetimbangan antara hujan, suhu dan evapotranspirasi.  Jumlah
hujan yang sama akan berbeda kegunaannya bila jatuh pada musim yang berbeda. 
Oleh karena itu batas-batas klasifikasi Koppen berkaitan dengan batas-batas
penyebaran vegetasi. Klasifikasi iklim Koppen disusun berdasarkan lambang atau
simbul yang merumuskan sifat dan corak masing-masing tipe hanya dengan tanda
yang terdiri dari kombinasi huruf yaitu :

 Huruf pertama (huruf besar) menyatakan tipe utama


 Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan pengaruh hujan
 Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan suhu udara
 Huruf keempat (huruf kecil) menyatakan sifat-sifat khusus
Pada umumnya dalam menentukan tipe iklim menurut Koppen bila
perumusannya telah sampai pada kombinasi dua huruf telah dianggap cukup untuk
mencirikan iklim suatu daerah secara umum. Koppen membagi tipe utama menjadi
lima kelas yaitu :
A: Iklim Hujan Tropik, suhu bulan terdingin lebih dari 18o  C
B: Iklim Hujan, evaporasi lebih dari curah hujan
C: Iklim Sedang Berhujan, suhu bulan terdingin antara –3oC sampai 18oC,
suhu bulan terpanas lebih dari 10o C
D: Iklim Hujan Dingin (Boreal), suhu bulan terdingin kurang dari -3 oC dan
suhu bulan terpanas lebih dari 10oC
E: Iklim Kutub, suhu bulan terpanas kurang dari 10o C

Pengaruh hujan digambarkan pada huruf kedua, terdiri atas :


f: selalu basah, hujan setiap bulan di atas 60 mm.
s: bulan-bulan kering jatuh pada musim panas (summer).
S: semi arid (stepa atau padang rumput).
w: bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin (winter).
W: arid (padang pasir).
m : khusus untuk kelompok tipe utama A (m=monsun), yang berarti musim
kemaraunya pendek, tetapi curah hujan tahunan cukup tinggi, sehingga tanah
cukup lembab dengan vegetasi hutan hujan tropik
F : daerah tertutup es abadi, seluruh musim dalam setahun suhunya selalu di
bawah 0o C.
Selanjutnya pengaruh suhu dilambangkan sebagai huruf ketiga yang terdiri atas : 
a : suhu rata-rata dari bulan terpanas > 22.2o C
b : suhu rata-rata dari bulan terpanas < 22.2o C
c : hanya 1-4 suhunya > 10o C dan suhu bulan terdingin > -38o C
d : suhu bulan terdingin < 38o C
e : suhu rata-rata tahunan < 18o C
i : perbedaan suhu antara bulan terpanas dan terdingin < 5o C
k : suhu rata-rata tahunan < 18 C dengan suhu bulan terpanas 18o C
l : suhu semua bulan antara 10 – 22o C.
Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama, maka ada 12 tipe iklim menurut klasifikasi
Koppen yaitu : 

 Daerah Iklim Hujan Tropik : Af, Aw, Am 

 Daerah Iklim Kering : BS, BW

 Daerah Iklim Sedang Berhujan : CF, Cs, Cw

 Daerah Iklim Hujan Dingin : Df, Dw

 Daerah Iklim Kutub : Ew, Ef

 KLASIFIKASI IKLIM MENURUT THORNWAITE


C.W.Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah
hujan yang sangat penting untuk tanaman,sehingga selain jumlah curah hujan yang
dipakai oleh  tanaman akan lebih kecil dari pada penguapannya kecil,pada jumlah
curah hujan yang sama. Dalam penentuan kelas iklim ini dikemukakan dua pengertian
:

1. Rasio suhu evaporasi (precipitation effect ratio), PE ratio = P/E


2. Rasio temperatur evapotranspirasi (temperature effect ratio), TE ratio = T/E (T:
suhu udara Fahrenheit dan E: evaporasi)
Thornwaite memperhatikan kelembapan, yaitu perbandingan antara kelebihan atau
kekurangan air di satu pihak serta keperluan air di lain pihak.
 PE Ratio:
Pembuatan klasifikasi iklim Thornwaite dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut :
a. Rasio suhu evapotranspirasi (T/E

Dimana :
P (presipitasi) dalam satuan inchi
T (temperatur) dalam satuan °F
Nilai PE akan memperoleh indeks efek presipitasi (PE indeks) yang
merupakan jumlah jumlah PE dalam 12 bulan.

Tabel golongan kelembapan didasarkan pada indeks efek presipitasi (PE


index) yakni:
 TE ratio (Rasio Efek Termal)

Dimana : T (temperatur) dalam satuan °F

Dari TE ratio akan diperoleh TE indeks, yaitu dengan menjumlahkan TE ratio


dalam 12 bulan.

Tabel golongan suhu didasarkan pada TE index yakni :

Contoh klasifikasi iklim Thornwaite:


BA' : iklim tropis lembab
DB' : iklim mesotermal kering

Anda mungkin juga menyukai