Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 2354 - 9629

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA


SEBAGAI SUMBER COPY CATALOGING

Arief Wicaksono*

Pengutipan: Wicaksono, A. (2016). Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai sumber


copy cataloging. Khizanah Al-Hikmah Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, 4(2), 140-
151.

*Mahasiswa Magister Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia, dan
Pustakawan di Perpustakaan Nasional RI
(arief.wicaksono41@ui.ac.id, arief_wicaksono@perpusnas.go.id)

ABSTRAK

Pengatalogan salin merupakan proses menyalin metadata dari cantuman bibliografi yang ada.
Istilah ini berkembang karena adanya perpustakaan yang mempunyai koleksi yang sama.
Untuk menghindari pekerjaan duplikasi, maka dilakukan pengatalogan salin. Di Indonesia,
Perpustakaan Nasional dapat menjadi sumber pengatalogan salin bagi perpustakaan lainnya.
Hal ini dimungkinkan karena Perpustakaan Nasional yang juga berfungsi dengan lembaga
deposit dalam pengawasan bibliografi nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
bagaimana sumber pengatalogan salin yang disediakan Perpustakaan Nasional dan sejauh
mana sumber pengatalogan salin tersebut sudah digunakan. Untuk mendapatkan data sesuai
tujuan penelitian dilakukan studi kualitatif dari sumber pengatalogan salin Perpustakaan
Nasional. Selain itu juga dilakukan wawancara berdasarkan prinsip snowball sampel dan studi
dokumen terutama dokumentasi online dari web sumber pengatalogan salin Perpustakaan
Nasional. Hasilnya, sumber pengatalogan salin Perpustakaan Nasional adalah katalog online,
Katalog Induk Nasional, dan Bibliografi Nasional Indonesia yang dapat. Kecuali Bibliografi
Nasional Indonesia, sumber pengatalogan salin tersebut mempunyai fitur unduh metadata
cantuman bibliografi minimal dengan format MARC dan XML. Agar digunakan sumber
pengatalogan salin, Perpustakaan Nasional melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis
pengatalogan salin yang menyatu dalam fungsi e-library. Ditemukan sudah terdapat beberapa
perpustakaan yang menggunakan sumber pengatalogan salin Perpustakaan Nasional untuk
melakukan pengatalogan salin di perpustakaannya. Namun seperti kondisi umum di dunia
perpustakaan, Pengatalogan salin yang mempunyai kelebihan tidak banyak dilakukan oleh
perpustakaan.
Kata Kunci: Pengatalogan salin, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

ABSTRACT

Copy cataloging is a process to copy metada from one to other library catalogs. The study found that the
sources for copy cataloging from the National library are online catalog, National Main Catalog (Katalog
Induk Nasional), and Indonesian National Bibliography (Bibliografi Nasional Indonesia). For Indonesian
National Bibliography, its copy cataloging has minimum download fiture in MARC and XML format. In
order to be used widely, the National Library have promoted and conducted short workshops on copy
cataloging along with e-library function. The study also found that there were libraries that have used its
national library fiture into their libraries. However, as a general case in Indonesian libraries, copy
cataloging, in which it has advantages, still remains lack of use for many libraries.
Key words: Copy cataloging, National library of Indonesia

140
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016

pengatalogan salin, pengatalog tidak lagi


1. PENDAHULUAN menghabiskan seharian penuh untuk
mengerjakan satu DVD. Pengatalog
a. Latar Belakang sekarang dapat membantu pengatalogan
original untuk koleksi tesis dan disertasi
Pengatalogan salin adalah terjemahan yang mulai menumpuk.
dari istilah copy cataloging. Pengatalogan
salin adalah proses menyalin metadata Pemangkasan biaya pengatalogan dan
dari suatu cantuman bibliografi. Kegiatan juga kelebihan lain pengatalogan salin
ini sangat membantu bagi perpustakaan juga dimungkinkan di Indonesia. Hal ini
yang terbatas sumber daya manusianya. terjadi karena salah satu sumber
Dengan pengatalogan salin, pustakawan pengatalogan salin, yaitu Perpustakaan
di perpustakaan tersebut dapat Nasional Republik Indonesia (selanjutnya
melakukan proses pengatalogan dokumen ditulis Perpusnas) memang membuka
dengan lebih cepat selama metadata metadata cantuman bibliografinya secara
cantuman bibliografi dari dokumen yang gratis di katalog online. Selain itu,
sedang diolah ada dalam lembaga Perpusnas juga membangun jejaring
informasi atau perpustakaan yang katalog yang dimiliki perpustakaan-
memang menyediakan layanan perpustakaan yang ada di Indonesia,
pengatalogan salin. yaitu melalui Katalog Induk Nasional
(KIN) online dan Bibliografi Nasional
Kegunaan pengatalogan salin ini tidak Indonesia (BNI) online.
hanya berlaku bagi perpustakaan yang
terbatas sumber daya manusianya, Pengatalogan salin ini menarik
perpustakaan yang cukup dalam hal perhatian peneliti yang sebenarnya dapat
sumber daya manusia juga akan dikatakan sebagai ‘pustakawan layanan’
mendapatkan kegunaan pengatalogan karena sehari-hari ditempatkan di bagian
salin. Pengatalogan salin ini membuat layanan. Ketertarikan ini disebabkan
proses pengatalogan dari suatu kondisi bahwa walaupun pengatalogan
perpustakaan menjadi lebih efektif dan berada di belakang meja, namun hasilnya
efisien. Efektif karena tidak perlu ikut menentukan kondisi layanan suatu
melakukan pekerjaan yang memang perpustakaan. Hess (2015) menyatakan
sudah dikerjakan oleh orang lain dalam bahwa:
hal ini perpustakaan lain. Efisien karena
akan memangkas biaya pengatalogan, “The catalog truly is the foundation of the
misalnya tidak diperlukan terlalu banyak library. When any change is made, whether to
pustakawan untuk melakukan the interface or to the policy underlying it, it
pengolahan. Pengatalog dapat affects everyone who works at or uses the
memfokuskan pada hal lain yang library.”
mungkin belum dikerjakan karena
masalah waktu. b. Tujuan Penelitian

Hess (2015) melakukan penelitian Penelitian ini bertujuan memahami


tentang pengatalogan salin untuk koleksi sumber pengatalogan salin yang
DVD di perpustakaan University of San disediakan oleh Perpusnas dan sejauh
Diago. Hess menyatakan setelah mana sumber pengatalogan salin tersebut
memberlakukan prosedur baru telah digunakan.
141
Arief Wicaksono: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai sumber copy cataloging

c. Metode Penelitian beda edisi (Bapte, 2015). Lebih lanjut


Schultz mengatakan pengatalogan
Penelitian dilakukan dengan merujuk kepada pengatalogan dokumen
menggunakan pendekatan kualitatif. dengan memeriksa bagian tertentu
Setelah mengidentifikasi sumber dokumen tersebut untuk mendapatkan
pengatalogan salin yang disediakan informasi yang diperlukan sehingga dapat
Perpusnas, pengumpulan data dilakukan mendeskripsikan dokumen. Pengatalogan
melalui penggambaran secara kualitatif ini seringkali dilakukan pada dokumen
terhadap sumber tersebut. Pengumpulan yang unik. Unik di sini dalam arti kecil
data juga dilakukan melalui wawancara kemungkinannya dimiliki oleh
kepada beberapa informan yang dinilai perpustakaan lain.
mampu menjelaskan mengenai
pengatalogan salin di Perpusnas. Menurut Svenonius (2000),
Informan dipilih berdasarkan prinsip pengatalogan (atau dalam istilah lain
snowball sampling. Informan awal Svenonius: organising information) terlihat
ditentukan peneliti, namun informan tidak ada bedanya dari
selanjutnya didasarkan pada rujukan dari mengorganisasikan yang lainnya. Namun
informan awal dan informan selanjutnya. ada perbedaan yang penting, yaitu
Selain itu juga dilakukan studi terdapatnya kompleksitas yang unik pada
dokumentasi terutama dokumentasi organisasi informasi. Dalam pengatalogan
online yang terdapat dalam web terkait terdapat dua entitas yang berbeda yang
pengatalogan salin yang dikelola perlu diorganisasikan secara bersamaan
Perpusnas. dan dengan menghargai keduanya, yaitu
karya (works) dan dokumen
Keterbatasan penelitian ini adalah perwujudannya.
untuk melihat sejauh mana sumber
pengatalogan salin Perpusnas telah Lalu pada kenyataannya, dokumen
digunakan hanya merujuk berdasarkan yang sama tersedia di beberapa
informasi dari Perpusnas. Dalam perpustakaan. Masing-masing
penelitian ini tidak dilakukan pengecekan perpustakaan melakukan pengatalogan
pada perpustakaan yang disebutkan telah untuk dokumen yang sama tersebut. Dari
menggunakan sumber pengatalogan salin kedua hal ini, kekompleksitas
Perpusnas. Hal ini dilakukan berdasarkan pengatalogan dan terdapat dokuman
keterbatasan peneliti. Selain itu, kajian ini yang sama dalam perpustakaan, maka
tidak bersifat teknis bagaimana muncul ide untuk melakukan
melakukan pengatalogan salin yang pengatalogan salin. Dengan
membutuhkan kemampuan teknis memanfaatkan kemajuan teknologi, maka
tersendiri. perpustakaan dapat melakukan
pengatalogan salin. Perpustakaan yang
2. TINJAUAN LITERATUR melakukan pengatalogan salin dapat
memasukkan cantuman bibliografi tanpa
Schultz mengatakan bahwa benar-benar mengetikkan. Namun
pengatalogan (original cataloging) sayangnya pengatalogan salin ini kurang
merupakan pembuatan cantuman dimanfaatkan hingga saat ini (Bapte,
bibliografi tanpa referensi ke cantuman 2015).
bibliografi untuk dokumen yang sama
atau untuk dokumen yang sama namun Pada gambar 1 tergambar alur kerja
142
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016

perpustakaan yang menggunakan Layanan ini tidak selalu disediakan oleh


pengatalogan salin dalam proses perpustakaan nasional negara tersebut,
pengatalogannya. Ketika bahan namun juga dapat dilakukan oleh instansi
perpustakaan sampai pada proses lain, seperti Birmingham Library Center
pengatalogan, pengatalog akan mencari Management Project dan Online Catalog
terlebih dahulu di sumber pengatalogan Library Center.
salin. Jika sumber sudah menyediakan
cantuman bibliografi bahan perpustakaan
tersebut maka dilakukan proses
pengatalogan salin. Jika tidak baru
dilakukan proses pengatalongan original
mulai dari pengatalogan deskriptif dan
pengatalogan subjek. Dalam pengatalogan
salin, cukup dilakukan proses penyalinan
metadata dari cantuman bibliografi lalu
dilakukan pengunggahan metadata
tersebut ke pangkalan data perpustakaan.
Alur selanjutnya adalah pengecekan
apakah diperlukan penambahan data
terkait kebijakan lokal perpustakaan. Jika
tidak ada, maka pengatalog dapat
langsung menyimpan data tersebut. Dari
proses ini terlihat akan ada banyak waktu
yang terhematkan dan mengurangi beban
kerja dalam mengorganisasikan informasi.

Kelebihan pengatalogan salin,


menurut Bapte (2015) adalah tidak
memerlukan pengetikan cantuman
bibliografi oleh pengatalog, menawarkan
kesempatan penghindaran kesalahan
pengetikan karena seluruh cantuman
disalin, data yang disalin lebih ilmiah
karena disalin dari sumber terpercaya,
dan mempromosikan sharing sumber.
Disamping mempunyai kelebihan,
pengatalogan salin juga mempunyai
masalah dalam penerapannya, yaitu
kemampuan teknis tertentu diperlukan
dan adanya kemungkinan kesalahan
dalam pemberian kode MARC.

Mustafa dan Rahardjo (2011)


menyatakan banyak di negara Eropa dan
Amerika Utara sudah sejak lama
mengembangkan dan memanfaatkan
konsep layanan pengatalogan salin.
143
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016

Cari cantuman bibliografi

Tidak Ya

Ditemukan?

Pengatalogan
Salin cantuman bibliografi

Input ke pangkalan data


Unggah ke pangkalan data

Tidak Ya

Penambaha
n data?

Penambahan data
Simpan cantuman
bibliografi

Cetak label buku dan


penjajaran

Gambar 1. Alur pengatalogan salin (Adaptasi dari Bapte, 2015)

144
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Indonesia. Perpusnas juga dimungkinkan


mempunyai seluruh judul karya warga
a. Perpusnas Sumber Pengatalogan negara Indonesia yang diterbitkan di luar
Salin negeri dan dimungkinkan mempunyai
seluruh karya mengenai Indonesia yang
Perpusnas merupakan lembaga diimpor. Kemungkinan-kemungkinan ini
perpustakaan yang berada di level sudah diatur dalam dua undang-undang
nasional. Salah satu fungsi dari Perpusnas ini.
adalah sebagai perpustakaan deposit.
Melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun Dengan kemungkinan dimilikinya
1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak seluruh terbitan seperti yang diungkap,
Dan Karya Rekam, Perpunas menjadi sudah selayaknya Perpusnas menjadi
lembaga deposit karya cetak dan karya sumber dari pengatalogan salin. Saat ini,
rekam Indonesia. Undang-Undang Perpusnas membuka metadata cantuman
Nomor 43 Tahun 2007 Tentang bibliografi hasil dari pengatalogannya.
Perpustakaan juga menguatkan fungsi Siapa pun, baik organisasi atau individu,
Perpusnas sebagai perpustakaan deposit. dapat mengunduh metadata dari setiap
Dengan berdasarkan dua undang-undang cantuman bibliografi koleksi Perpusnas.
ini, Perpusnas menjadi lembaga yang INLIS, sistem otomasi perpustakaan yang
bertanggung jawab dalam melakukan digunakan Perpusnas saat ini,
pengawasan bibliografi nasional. memungkinkan untuk membuka
metadata cantuman bibliografi.
Undang-Undang Tentang Serah
Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam,
atau yang sering disebut sebagai UU
Deposit, merupakan kekuatan hukum
yang paling kuat bagi Perpusnas untuk
melakukan pengawasan bibliografi
nasional. Terlepas dari beberapa penilaian
untuk melakukan peninjauan kembali UU
Deposit yang dinilai sudah tidak mampu
mengakomodasi perkembangan yang ada,
UU Deposit yang sudah ada ini sendiri
belum terlaksanakan secara maksimal
(Maryam, 2007). Pengawasan bibliografi Gambar 2. Tampilan cantuman bibliografi katalog
nasional dinilai belum dilaksanakan online Perpusnas
secara maksimal. Para penerbit dan
pengusaha rekaman belum banyak Gambar 2 di atas adalah tampilan
tersosialisasikan dan tersadarkan akan detail dari katalog online Perpusnas.
fungsinya pengawasan bibliografi Katalog online ini dapat diakses melalui
nasional. alamat opac.perpusnas.go.id. Dari gambar
di atas terlihat, di sisi kanan, terdapat
Melalui dua undang-undang ini, menu untuk mengunduh metadata
Perpusnas dimungkinkan mempunyai katalog dengan berbagai format, yaitu
seluruh judul terbitan baik tercetak format MARC, MOD, dan Dublincore.
maupun terekam dari seluruh penerbit Tiga format data ini dipilih karena tiga
dan pengusaha rekaman yang ada di format data yang banyak digunakan oleh
145
Arief Wicaksono: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai sumber copy cataloging

perpustakaan. Dengan demikian, Hal ini diperjelas oleh Isyanti (2011) yang
keterbukaan Perpusnas dalam metadata menyatakan bahwa salah satu tujuan dari
ini dapat digunakan oleh perpustakaan, adanya KIN adalah menyediakan layanan
khususnya perpustakaan di Indonesia pengatalogan salin bagi perpustakaan
untuk melakukan pengatalogan salin. yang membutuhkan.

Selain itu, Perpusnas juga


menyediakan KIN online. Dalam
pengantar di web KIN online, disebutkan
bahwa KIN merupakan merupakan gabungan
data katalog koleksi seluruh perpustakaan di
Indonesia. Lalu disebutkan pula bahwa:

“Tujuan pembangunan KIN adalah agar


masyarakat dapat menemukan data bahan
perpustakaan yang diperlukannya,
sekaligus mengetahui lokasi bahan
perpustakaan tersebut. Dalam lingkup
nasional KIN diharapkan dapat (a)
mencerminkan kondisi koleksi bahan
perpustakaan dalam skala nasional. KIN
dapat terwujud secara lengkap dan akurat
jika seluruh perpustakaan di Indonesia
bersedia berpartisipasi untuk memberikan
atau menyediakan akses ke pangkalan
data katalog koleksi perpustakaan.
Pengembangan jaringan kemitraan
dengan seluruh jenis perpustakaan di
Indonesia sangat menentukan
keberhasilan dalam menghimpun data
KIN ini.”
(b)
Melihat penjelasan ini maka jelas
bahwa KIN bertujuan untuk Gambar 3 (a) dan (b). Tampilan cantuman
menggabungkan katalog dari berbagai bibliografi KIN online
katalog perpustakaan seluruh Indonesia.
Hal ini memungkinkan terjadinya Dari gambar 3 di atas memperlihatkan
cantuman bibliografi yang kaya. tampilan detail dari cantuman bibliografi
Walaupun ditemukan dokumen yang KIN online. KIN online dapat diakses
sama di beberapa perpustakaan, namun melalui alamat kin.perpusnas.go.id. Di
dengan kekhasan masing-masing bagian atas terdapat pilihan sheet format
kebijakan pengembangan koleksi MARC dan XML. Data yang di atas
perpustakaan di Indonesia seharusnya merupakan data dari katalog
banyak akan ditemukan cantuman Perpustakaan Kabupaten Kulon Progo.
bibliografi yang tidak akan ditemukan di Setelah memilih salah satu sheet tersebut
perpustakaan lain. Dengan demikian KIN maka di sisi kanan atas terdapat pilihan
dapat menjadi sumber pengatalogan salin. untuk mengunduh format yang

146
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016

dimaksud.

Satu lagi yang dapat digunakan


adalah BNI online. Dalam web BNI online
disebutkan bahwa “BNI merupakan
kumpulan data bibliografis terbitan atau
publikasi yang diterbitkan di Indonesia”.
Disebutkan lebih lanjut bahwa:

“BNI berfungsi sebagai sarana kendali


bibliografis (bibliographic control) di
Indonesia. Tujuan pembangunan BNI
adalah untuk mengetahui kondisi
penerbitan di Indonesia, mencakup
jumlah penerbit yang ada, kuantitas
terbitan dari waktu ke waktu, subjek atau
topic atau genre yang paling banyak Gambar 4. Tampilan cantuman bibliografi BNI
ditulis atau diproduksi. Tegasnya, kendali online
bibliografis dalam bentuk BNI ini
diperlukan untuk mengetahui khasanah Gambar 4 merupakan tampilan detail
intelektual bangsa.” cantuman bibliogri BNI online. Dalam
gambar di atas, cantuman bibliografinya
merupakan cantuman bibliografi dari
perpustakaan umum Sulawesi Tenggara.
Mirip dengan tampilan di KIN, terdapat
sheet MARC yang dapat dipilih. Ketika
dipilih akan keluar metadata dengan
format MARC. Kekurangannya dalam
BNI online ini tidak terdapat fasilitas
unduh format.

b. Sosialisasi Pengatalogan Salin

Penulis mendapatkan masukan dari


seorang teman yang bekerja di Bagian
Pengolahan Bahan Pustaka Perpusnas,
bahwa terdapat pustakawan senior
merupakan ahli pengatalogan salin.
Untuk itu pada tanggal 9 Mei 2016,
penulis melakukan wawancara dengan
pustakawan senior tersebut. Memang
benar Perpusnas mempunyai metadata
cantuman bibliografis yang diberikan
secara gratis. Perpustakaan lain dapat
mengambil metadata tersebut lalu
menggubahnya sedikit sesuai dengan
kebijakan organisasi lokal dan

147
Arief Wicaksono: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai sumber copy cataloging

memasukkannya ke dalam pangkalan bahwa kegiatan tersebut merupakan


data mereka. tupoksi bagiannya. Dijelaskan bahwa
pengatalogan salin merupakan bagian
Terkait sosialisasi, merupakan hal dari pengembangan e-library yang
yang kompleks karena ada faktor dicanangkan oleh Perpusnas.
pembagian tugas dalam struktur di
Perpusnas. Perpusnas -dalam hal ini Perpusnas dalam rencana kerja
Bagian Pengolahan Bahan Pustaka- sudah pengembangan e-library 2010-2014
melakukan sosialisasi pengatalogan salin. memfokuskan pada integrasi pangkalan
Sosialisasi dilakukan melalui jalur formal data dari sebanyak mungkin dari seluruh
maupun tidak formal. Tidak formal disini perpustakaan di Indonesia. Hal ini dapat
maksudnya sosialisasi dalam komunikasi dilihat dalam KIN dan BNI yang sudah
informal dengan pustakawan yang online. Dengan mendorong
bekerja di berbagai perpustakaan. pengintegrasian pangkalan data dari
berbagai perpustakaan, Perpusnas
Sementara, untuk sosialisasi formal, menawarkan pangkalan data yang besar
Bagian Pengolahan bekerja sama dengan yang diharapkan mampu mencakup
Bagian Kerja Sama Perpustakaan dan bibliografi yang ada di Indonesia. Dengan
Otomasi. Kedua bagian ini bekerja sama demikian, dengan fasilitas di KIN dan
dalam melakukan Bimbingan Teknis E- BNI yang dapat mengunduh metadata
Library dimana salah satu muatannya dari suatu dokumen, maka pengatalogan
adalah mengajarkan penggunaan sistem salin dapat dilakukan oleh banyak
otomasi perpustakaan yang dikelola perpustakaan.
Perpusnas, yaitu INLIS (Integrated
Library Sistem) Lite yang digunakan oleh Sosialisasi yang dilakukan adalah
perpustakaan daerah. Dalam INLIS Lite sebagai berikut:
ini, terdapat fasilitas untuk menggunakan
pengatalogan salin. Dengan demikian, 1) Workshop
sosialisasi dilakukan satu paket dengan
sistem otomasi perpustakaannya. Kegiatan workshop dilakukan untuk
memfokuskan pada urusan teknis. Target
Ketika ditanya lebih lanjut, bagaimana pesertanya adalah para pustakawan dari
rencana sosialisasi ke depan, peneliti berbagai perpustakaan di seluruh
dirujuk kepada atasannya. Setelah Indonesia. Dalam workshop, materi yang
digambarkan secara garis besar bahasan berikan tidak berhenti pada level
pembicaraan peneliti sebelumnya, konseptual. Di sini juga diberikan
dinyatakan bahwa sosialisasi keterampilan teknis yang diperlukan
pengatalogan salin bukan merupakan dalam pengembangan e-library yang
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Bagian merupakan paketan dari pengatalogan
Pengolahan Bahan Pustaka. Kegiatan salin.
tersebut merupakan Tupoksi Bagian Kerja
Sama Perpustakaan dan Otomasi. 2) Lokakarya

Atas dasar ini, peneliti mewawancarai Kegiatan lokakarya dilakukan untuk


Kepala Bidang Kerja Sama Perpustakaan memfokuskan pada urusan kebijakan dan
dan Otomasi. Ketika dikonfirmasi tuposi pengambilan keputusan. Target
sosialisasi pengatalogan salin, diiyakan pesertanya adalah para pimpinan
148
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016

perpustakaan termasuk pimpinan Perpusnas sudah meluncurkan Indonesia


organisasi yang membawahi unit OneSearch. Indonesia OneSearch ini
perpustakaan. Jika para pustakawan yang merupakan tampilan kedua dari KIN dan
berada di level operasional sudah BNI dengan sudah ditambahkan
memahami dan mampu pangkalan data yang full-text. Indonesia
mengoperasionalkan e-library, maka OneSearch ini menggunakan protokol
pimpinan harus mendukung dan OAI-PMH atau the Open Archives
menelurkan kebijakan yang sesuai. Faktor Initiative Protocol for Metadata
pimpinan sangat berpengaruh, karena Harvesting. OAI-PMH ini memungkinkan
kuasa anggaran, kegiatan, sumber daya untuk mengambil metadata dari berbagai
manusia dan lain-lainnya berada di format yang digunakan pangkalan data.
bawah kendalinya. Harapannya melalui
lokakarya yang dilakukan, pimpinan akan Menurut Pendit (2007), OAI-PMH ini
mendukung penuh pengembangan e- adalah semacam standar yang dapat
library nasional dengan pemahaman dan diikuti oleh para pembuat antarmuka web
didasari kesadaran kebutuhan bagi kepentingan penyimpanan dan
pengembangan e-library yang kuat. penemuan kembali e-print (dokumen
digital). Sebagai suatu standar, OAI-PMH
3) Bimbingan Teknis merupakan salah satu contoh upaya
interoperabilitas yang cukup berhasil. Jika
Kegiatan bimbingan teknis dilakukan pangkatan data dokumen digital
sebagai supervisi dari jalannya mengikuti standar OAI-PMH, maka mesin
pengembangan e-library. Jadi bimbingan pengumpul (harvesters) dapat menarik
teknis diberikan kepada perpustakan informasi metadata dokumen digital
yang sudah memutuskan untuk tersebut.
mendukung dan menerapkan
pengembangan e-library dalam c. Penggunaan Sumber Pengatalogan
perpustakaannya. Bimbingan teknis ini Salin
lah yang merupakan kerja sama dari
Bidang Kerja Sama Perpustakaan dan Sumber pengatalogan salin sudah
Otomasi dengan Bidang Pengolahan diberikan dan juga telah dilakukan
Bahan Pustaka. sosialisasi serta bimbingan teknis. Lalu
bagaimana penggunaan sumber
Selanjutnya, pada tahap rencana kerja pengatalogan salin yang telah disediakan
2015-2019, pengembangan e-library oleh Perpusnas. Berdasarkan informasi
memfokuskan pada tahap menciptakan yang diberikan, nampak beberapa
interoperabilitas dari pangkalan data yang pustakawan menggunakan Perpusnas
dipunyai perpustakaan di Indonesia. sebagai sumber pengatalogan salin. Hal
Interoperabilitas dilakukan sebagai ini diketahui melalui komunikasi informal
lanjutan dari integrasi. Integrasi yang dilakukan oleh beberapa
memerlukan kemampuan membaca pustakawan Bagian Pengolahan Bahan
berbagai format metadata yang Pustaka Perpusnas dengan berbagai
digunakan oleh perpustakaan. pustakawan di perpustakaan yang
Kemampuan membaca ini yang dikenal menanyakan bagaimana penggunaan
dengan istilah interopabilitas. sumber pengatalogan salin Perpusnas,
contohnya Perpustakaan Institut
Di awal dari rencana kerja ini, Pertanian Bogor. Namun tidak diketahui
149
Arief Wicaksono: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai sumber copy cataloging

apakah pengatalogan salin ini telah kin.perpusnas.go.id, dan bibliografi


menjadi kebijakan lembaga perpustakaan nasional indonesia yang dapat diakses di
atau hanya menjadi inisiatif individual bni.perpusnas.go.id. Ketiga sumber ini
dari pustakawan di bagian pengolahan merupakan keluaran dari fungsi
saja. pengawasan bibliografi yang dilakukan
Perpusnas.
Peneliti sendiri ketika menjadi
pustakawan di perusahaan swasta juga Fungsi pengatalogan salin tergabung
melakukan pengatalogan salin dengan dalam fungsi e-library yang dikembangkan
sumber dari Perpusnas. Proses yang Perpusnas. Saat ini, pengembangan e-
dilakukan oleh pustakawan dalam library masuk dalam tahap kedua, yaitu
melakukan pengatalogan salin tersebut tahap yang memfokuskan pada
adalah mengunduh format MARC lalu interopabilitas setelah sebelumnya dalam
memasukkannya dalam pangkalan data di tahap petama memfokuskan pada
perpustakaannya. Selanjutnya mereka integrasi. Sosialisasi termasuk dalam
melakukan beberapa penyesuaian pengembangan e-library. Sosialisasi
berdasarkan kebijakan perpustakaannya. menyasar kepada ke setiap level dalam
perpustakaan, yaitu level pengambil
Penyesuaian metadata yang telah kebijakan dan pelaksana kebijakan.
disalin adalah termasuk melakukan Pengembangan ini di Perpusnas
pengeditan jika ada kesalahan pengetikan. dilakukan oleh Bidang Kerja Sama
Menurut Beall dan Kafadar (2004), Perpustakaan dan Otomasi.
perpustakaan yang melakukan
pengatalogan salin dapat juga menyalin Sumber pengatalogan salin Perpusnas
kesalahan pengetikan yang telah dibuat sudah digunakan oleh beberapa
dalam cantuman. Kesalahan pengetikan perpustakaan perguruan tinggi.
yang terjadi dalam pengatalogan Penggunaan ini dipengaruhi kebijakan
umumnya pada pengetikan deskripsi dan perpustakaan dimana pustakawan
pengetikan coding (Bade dalam Beall dan bekerja. Walaupun secara teori
Kafadar, 2004). Dari 500 cantuman pengatalogan salin mempunyai banyak
bibliografis yang dijadikan sampel, Beall keuntungan, aplikasinya secara umum,
dan Kadafar menemukan sebesar 35,8% baik di Indonesia maupun di luar
cantuman bibilografis dibenarkan dari Indonesia, ternyata masih jarang
kesalahan pengetikan. Sementara 64,2% perpustakaan yang melakukan
cantuman bibliografis lainnya tidak pengatalogan salin.
pernah dibenarkan dari kesalahan yang
ada. b. Rekomendasi

4. PENUTUP Dari penelitian kecil ini,


direkomendasikan bahwa perlu
a. Kesimpulan dipenelitian lebih lanjut bagaimana
kondisi pengatalogan salin di
Sumber pengatalogan salin yang perpustakaan Indonesia, misalnya dengan
disediakan Perpusnas, yaitu katalog melakukan survei atau jika ingin
online yang dapat diakses di memahami lebih mendalam dapat
opac.perpusnas.go.id, katalok induk dilakukan studi kasus pada perpustakaan
nasional yang dapat diakses di yang telah melakukan pengatalogan salin
150
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016

secara resmi. Svenonius, E. (2000). The Intellectual


foundation of information organization.
London: The MIT Press.
DAFTAR PUSTAKA

Bapte, V.D. (2015). Copy Cataloguing


through SOUL 2.0. Journal of Library
& Information Technology, Vol. 35, No.
5, pp. 330-334
Beall, J., & Kafadar, K. (2004). The
effectiveness of copy cataloging at
eliminating typographical errors in
shared bibliographic records. Library
Resources & Technical Services, 48(2),
92
Hess, Julia I. (2015). Managing Change in
Copy Cataloging Procedure at the
University of San Diego. Technical
Services Quarterly. 32(4): 373-382,
DOI: 10.1080/07317131.2015.1059676
Isyanti, D. (2011). Penerapan IndoMARC
sebagai format standar data
bibliografis dalam pembangunan
katalog induk. Prosiding Konferensi
Perpustakaan Digital Indonesia ke-4.
Mustafa, B. dan Raharjo, B.C. (2011).
Interopabilitas copy cataloging
dalam sistem union katalog.
Prosiding Konferensi Perpustakaan
Digital Indonesia ke-4.
Maryam, S. (2007). Sikap penerbit buku
Islam di Jakarta terhadap UU RI No 4
tahun 1990 dan hubungannya dengan
pengawasan bibliografi buku-buku Islam
di Indonesia. Tesis. Depok:
Universitas Indonesia.
Pendit, P.L. (Desember 2007). Serba open
di jagat informasi: memahami OA,
OAI, dan OAIS dan hubungannya
dengan kemelekan informasi.
Makalah Seminar dan Pelatihan:
Kemelekan Informasi,
Keberlangungannya dari Sekolah ke
Perguruan Tinggi. 10-12 Desember
2007 di Universitas Pelita Harapan.

151

Anda mungkin juga menyukai