Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA NASOFARING (KNF)

A. PENGERTIAN KNF
Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ
tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat,
dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel
asalnya, serta merusak bentuk dan fungsi organ asalnya (Dalimartha,2004)
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut
kanker. Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh dan terus
membesar di lokasi yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Mengakibatkan terbentuknya benjolan di bagian tubuh tertentu dan jika tidak
diobati dengan tepat sel tumor berubah menjadi kanker. Berbeda dengan sel
tumor yang tidak menyebar kebagian tubuh lain, sel kanker akan terus
membelah diri dengan cepat dan tidak terkontrol menyebabkan sel kanker
sangat mudah menyebar ke beberapa bagian tubuh melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening (Aprianti, 2012).
Kanker nasofaring adalah tumor ganas yang timbul di daerah nasofaring
area di atas tenggorokdan dibelakang hidung (POI, 2010).
Kanker nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang timbul pada epitel
pelapis ruangan dibelakang hidung dan merupakan salah satu jenis karsinoma
yang paling sering terjadi di area kepala dan leher(Herawati dan Rukmini,
2003). Resiko terkena KNF juga meningkat seiring meningkatnya usia pada
umur 30-50 tahun dan lebih sering ditemukan pada pria dibanding
wanita(Herawati dan Rukmini, 2003; Parkin dalam Ma & Cao, 2010).
B. ETIOLOGI
Insidens Karsinoma Nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan
kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997).
Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan
hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat
mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat
dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr,
karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang
cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
Etiologi karsinoma nasofaring sudah hampir dapat dipastikan bahwa faktor
pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus Epstein-Barr
(Soepardi et al, 1993). Karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer
anti-virus Epstein-Barr(EB)yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer
orang sehat, pasien tumor ganas leher dan kepala lainnya dan tumor organ
tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring yang lain sekalipun (Soepardi
et al, 2012).
Selain dari itu terdapat juga faktor predisposisi yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor ganas ini, seperti :
1. Faktor ras.
Banyak ditemukan pada ras Mongoloid, terutama di daerah Cina bagian
selatan berdasarkan hasil pengamatan cara memasak tradisional sering
dilakukan dalam ruang tertutup dan dengan menggunakan kayu
bakar(Soepardi et al, 1993).
2. Faktor genetik.
Tumor ini atau tumor pada organ lainnya ditemukan pada beberapa
generasi dari suatu keluarga (Soepardi et al, 1993).
3. Faktor sosial ekonomi.
Faktor yang mempengaruhi ialah keadaan gizi, polusi dan lain-lain
(Soepardi et al, 1993).
4. Faktor kebudayaan.
Kebiasaan hidup dari pasien, cara memasak makanan serta pemakaian
berbagai macam bumbu masak mempengaruhi tumbuhnya tumor inidan
kebiasaan makan makanan terlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar
nikel dalam air minum dan makanan dengan mortalitas
karsinomanasofaring (Soepardi et al, 2012). Beberapa penelitian juga
menyebutkan hubungan antara kanker nasofaring dengan kebiasaan
memakan ikan asin secara terus menerus dimulai dari masa kanak-
kanak.Konsumsi ikan asin meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih
tinggi dibanding yang tidak mengkonsumsi ikan asin (Ondrey dan Wright,
2003 cit Ariwibowo, 2013). Ikan asin dan makanan yang diawetkan
menggunakan larutan garam akan mengubah senyawa yang terkandung
dalam ikan yakni senyawa nitrat menjadi senyawa nitrosamin.Tubuh
mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat menurunkan kadar keasaman
lambung, sehingga dapatmemicu perubahan nitrat pada ikan asin atau
makanan yang mengandung tinggi garam menjadi nitrit dan nitrosamin
yang bersifat karsinogenik pemicu kanker(Barasi, 2007).Rendahnya kadar
vitamin C sewaktu muda dan kekurangan vitamin A dapat merubah nitrat
menjadinitrit dan senyawa nitrosaminmenjadi zat karsinogen pemicu
kanker (Ballenger, 2010).
5. Letak geografis.
Terdapat banyak di Asia Selatan, Afrika Utara, Eskimo karena
penduduknya sering mengonsumsi makanan yang diawetkan (daging dan
ikan) terutama pada musim dingin menyebabkan tingginya kejadian
kanker nasofaring(Soepardi et al, 2012).
6. Jenis kelamin
Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan
disebabkan kemungkinan ada hubungannya dengan faktor kebiasaan hidup
laki-laki seperti merokok, bekerja pada industri kimia cenderung lebih
sering menghirup uap kimiadan lain-lain (Soepardi et al, 2012).
7. Faktor lingkungan
Faktor yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu
tertentu yang dihasilkan dari memasak menggunakan kayu bakar, terutama
apabila pembakaran kayu tersebut tidak sempurna dapat menyebarkan
partikel-partikel besar (5-10 mikrometer) yang dalam segi kesehatan dapat
tersangkut di hidung dan nasofaring, kemudian tertelan. Jika pembersihan
tidak sempurna karena ada penyakit hidung, maka partikel ini akan
menetap lebih lama di daerah nasofaring dan dapat merangsang
tumbuhnya tumor (Ballenger, 2010).
C. PATOFISIOLOGI
Infeksi EBV terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar saliva
dan sel limfosit. Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan
menjadi laten dalam limfosit B. Mula-mula, glikoprotein (gp350/220) pada
kapsul EBV berikatan dengan protein CD21 (reseptor virus) di permukaan
limfosit B. Masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B menyebabkan limfosit B
menjadi imortal. Namun, mekanisme masuknya EBV ke dalam sel epitel
nasofaring belum dapat dijelaskan dengan pasti. Namun demikian, terdapat dua
reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam sel epitel
nasofaring yaitu CR2 dan PIGR (Polimeris Imunoglobin Receptor).
Sel yang terinfeksi oleh EBV dapat menimbulkan beberapa kemungkinan
yaitu
1. sel yang terinfeksi EBV akan mati dan virus akan bereplikasi

2. EBV yang menginfeksi sel akan mati sehingga sel menjadi normal
kembali
3. terjadi reaksi antara sel dan virus yang mengakibatkan
transformasi/perubahan sifat sel menjadi ganas sehingga terbentutlah sel
kanker.

Gen EBV yang diekspresikan pada penderita KNF adalah gen laten yaitu
EBERs,EBNA1, LMP1, LMP2A dan LMP2B.6

1. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus pada infeksi laten.


2. Protein transmembran LMP2A dan LMP2B à menghambat sinyal tyrosine
kinase yang dipercaya dapat menghambat siklus litik virus.
3. Protein transmembran LMP1 (gen yang paling berperan dalam
transformasi sel) menjadi perantara sinyal TNF (Tumor Necrosi Factor)
dan meningkatkan regulasi sitokin IL-10 yang meningkatkan proliferasi
sel B dan menghambat respon imun lokal.
PATHWAY KNF

Chemo

ansietas
D. TANDA DAN GEJALA KNF
Gejala dan tanda kanker nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok yaitu :
1. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung
dan pilek(Soepardi et al, 2012). Gejala sumbatan hidung yang didahului
oleh epitaksis yang berulang. Pada keadaan lanjut tumor masuk ke dalam
rongga hidung dan sinus paranasal (Soepardi et al, 1993).
2. Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat
asal tumor. Gangguan dapat berupa tinitus, rasa penuh di telinga,
berdengung sampai rasa nyeri di telinga (Soepardi et al,2012).
3. Gangguan penglihatan sehingga penglihatan menjadi diplopia (penglihatan
ganda) (Soepardi et al, 2012). Gejala dimata terjadi karena tumor
berinfiltrasi ke rongga tengkorak, dan yang pertama terkena ialah saraf
otak ke 3, 4 dan 6, yaitu yang mempersarafi otot-otot mata,sehingga
menimbulkan gejala diplopia. Gejala yang lebih lanjut ialah gejala
neurologik, karena infiltrasi tumor ke intrakranial melalui foramen laserum,
dapat mengenai saraf otak ke 3, sehingga mengenai saraf otak ke 9, 10, 11
dan 12, dan bila keadaan initerjadi prognosisnya buruk (Soepardi et al,
1993).
4. Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher.(Soepardi et al,
2012)
E. Pemeriksaan Giagnostik
1. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung ,gejala telinga , gejala mata dan saraf serta
gejala mestatasis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
b. Pemeriksaan nasofaring : rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi
fiber/rigid
3. Pemeriksaan laboraturium
a. Hematologik
b. SGOT dan SGPT
c. Serologi Ig A VCA,Ig A EA
4. Pemeriksaan radiologi
a. Ct-scan
b. MRI
c. Pencitraan seluruh tubuh
d. Chest x-ray
5. Pemeriksaan patologi anatomi
a. Biopsi nasofaring
6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Radioterapi :
a. Merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
b. Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa
metastasis jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan
supraklavikula.
c. Macam pemberian radioterapi : radiasi eksterna , radiasi interna dan
radiasi intravena
2. Kemoterapi
a. Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
b. Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan,kemoterapi
adjuvan,kemotrapi konkomitan
3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring
adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan
imunoterapi.
4. Operasi / pembedahan
a. Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
b. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan
serologi.
c. Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan
pada kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak
berhasil diterapi dengan cara lain.
G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
1) Nama
Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor
nasofaring.
2) Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki
daripada perempuan.
3) Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak
antara 45-54 tahun.
4) Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan
ventilasi rumah yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya
tumor nasofaring serta lingkungan yang sering terpajan oleh gas kimia,
asap industry, asap kayu, dan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan.
5) Agama
Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor
nasofaring.
6) Suku Bangsa
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa,
Amerika, ataupun Oseania.Namun relatif sering ditemukan di berbagai
Asia Tenggara dan China.
7) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena tumor
nasofaring, karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan
asap kayu.
b. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan
menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri
dan rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien mengeluh rasa penuh di
telinga, rasa berdengung kadang-kadang disertai dengan gangguan
pendengaran.Terjadi pendarahan dihidung yang terjadi berulang-ulang,
berjumlah sedikit dan bercampur dengan ingus, sehingga berwarna
kemerahan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di
RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses
perjalanan penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor apa saja
memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien
menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua
dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita tumor nasofaring ini
menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa buntu hingga
peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping leher di
bawah daun telinga, gangguan pendengaran, perdarahan hidung, dan
bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi dalam tahap yang
lebih lanjut
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya
hidup.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor
nasofaring maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit
tumor nasofaring pula.
c. Pemeriksaan penunjang
Hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal.
d. Penatalaksanaan
Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF,seperti
radioterapi,kemoterapi serta obat-obatan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi berlebihan
b. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan pemasukan nutrisi.
d. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun
e. Defisit pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d
misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi.
f. Resiko Aspirasi b/d inefektif reflek menelan
g. Defisit perawatan diri b/d kelemahan
a. Harga diri Rendah Situasional b/d perubahan perkembangan penyakit,
pengobatan penyakit
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Airway Management/Manajemen
tidak efektif b.d askep .. jam status jalan nafas
sekresi berlebihan respirasi: terjadi 1. Bebaskan jalan nafas.
kepatenan jalan nafas 2. Posisikan klien untuk
dengan Kriteria : memaksimalkan ventilasi
1. Tidak ada panas 3. Identifikasi apakah klien
2. Cemas tidak ada membutuhkan insertion airway
3. Obstruksi tidak ada 4. Lakukan terapi fisik (dada)
4. Respirasi dalam batas 5. Auskultasi suara nafas, catat
normal 16-20x/mnt daerah yang terjadi penurunan
5. Pengeluaran sputum atau tidak adanya ventilasi
dari jalan nafas 6. Berikan bronkhodilator, jika
6. paru bersih perlu
7. Atur pemberian O2, jika perlu
8. Atur intake cairan agar seimbang
9. Atur posisi untuk mengurangi
dyspnea
10. Monitor status pernafasan
dan oksigenasi

Airway Suctioning/Suction jalan


nafas
1. Keluarkan sekret dengan
dorongan batuk/suctioning
2. lakukan suction pada
endotrakhel/nasotrakhel, jika
perlu
2 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
injuri fisik askep ….. jam klien 1. Kaji tingkat nyeri secara
menunjukkan tingkat komprehensif termasuk lokasi,
kenyamanan dan level karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri: klien terkontrol kualitas dan faktor presipitasi.
dg KH: 2. Observasi reaksi nonverbal dari
 Klien melaporkan ketidaknyamanan.
nyeri berkurang skala 3. Gunakan teknik komunikasi
nyeri 2-3 terapeutik untuk mengetahui
 Ekspresi wajah pengalaman nyeri klien
tenang, klien mampu sebelumnya.
istirahat dan tidur 4. Kontrol faktor lingkungan yang

 V/S dbn (TD 120/80 mempengaruhi nyeri seperti suhu

mmHg, N: 60-100 ruangan, pencahayaan,

x/mnt, RR: 16- kebisingan.

20x/mnt) 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.


6. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis).
7. Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak
berhasil.
11. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :
1. Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi.
3. Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari askep …. jam klien 1. kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh menunjukan status 2. Kaji adanya alergi makanan
b/d intake nutisi in nutrisi adekuat 3. Kaji makanan yang disukai oleh
adekuat, faktor dibuktikan dengan BB klien.
biologis stabil tidak terjadi mal 4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk
nutrisi, tingkat energi penyediaan nutrisi terpilih sesuai
adekuat, masukan dengan kebutuhan klien
nutrisi adekuat 5. Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan nutrisinya.
6. Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
7. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya
bagi tubuh klien.

Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
2. Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
3. Monitor lingkungan selama
makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
5. Monitor adanya mual muntah.
6. Monitor adanya gangguan dalam
proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak
dsb.
7. Monitor intake nutrisi dan kalori.
4 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Konrol infeksi :
imunitas tubuh askep …… jam tidak  Bersihkan lingkungan setelah
primer menurun, terdapat faktor risiko dipakai pasien lain.
prosedur invasive infeksi pada klien  Batasi pengunjung bila perlu.
dibuktikan dengan  Intruksikan kepada keluarga untuk
status imune klien mencuci tangan saat kontak dan
adekuat: bebas dari sesudahnya.
gejala infeksi, angka  Gunakan sabun anti miroba untuk
lekosit normal (4- mencuci tangan.
11.000),  Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.

 Gunakan baju dan sarung tangan


sebagai alat pelindung.
 Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
 Lakukan perawatan luka dan
dresing infus setiap hari.
 Tingkatkan intake nutrisi dan
cairan
 berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi


 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
 Monitor hitung granulosit dan
WBC.
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi..
 Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
 Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas,
drainase.
 Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
 Ambil kultur jika perlu
 Dorong istirahat yang cukup.
 Monitor perubahan tingkat energi.
 Dorong peningkatan mobilitas dan
latihan.
 Instruksikan klien untuk minum
antibiotik sesuai program.
 Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.
 Laporkan kecurigaan infeksi.
 Laporkan jika kultur positif.
5 Kurang Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process
pengetahuan askep ........jam,  Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang penyakit pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
dan perawatan nya meningkat. Dg KH:  Jelaskan tentang patofisiologi
b/d kurang terpapar  Klien / keluarga penyakit, tanda dan gejala serta
dg informasi, mampu menjelaskan penyebab yang mungkin
terbatasnya kognitif kembali penjelasan  Sediakan informasi tentang
yang telah dijelaskan kondisi klien
 Klien / keluarga  Siapkan keluarga atau orang-orang
kooperatif saat yang berarti dengan informasi
dilakukan tindakan. tentang perkembangan klien
 Sediakan informasi tentang
diagnosa klien
 Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
 Diskusikan tentang pilihan tentang
terapi atau pengobatan
 Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
 Dorong klien untuk menggali
pilihan-pilihan atau memperoleh
alternatif pilihan
 Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
 Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
 Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
 Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
 kolaborasi dg tim yang lain.
6 Risiko aspirasi b/d Setelah dilakukan Aspiration precaution
inefektifnya reflek askep …. jam tidak  Monitor tingkat kesadaran, reflek
menelan terjadi aspirasi / batuk dan kemampuan menelan
Aspiration tercontrol  Monitor status paru
Kriteria Hasil :  Pelihara jalan nafas
 Dapat bernafas  Monitor v/s
dengan mudah dan  Lakukan suction jika diperlukan
frekuensi normal (16-
 Cek nasogastrik sebelum makan
20x/mnt).
 Hindari makan kalau residu masih
 Pasien mampu
banyak
menelan, mengunyah
 Potong makanan kecil kecil
tanpa terjadi aspirasi,
 Haluskan obat sebelum pemberian
dan mampu melakukan
 Naikkan kepala 30-45 derajat pada
oral hygien, serta
saat dan setelah makan
posisi tegak selama
 Jika pasien menunjukkan gejala
M/M
mual muntah, posisikan klien
 Menghindari factor
miring.
risiko
 Jika perlu suapi klien perlahan dan
 Jalan nafas paten,
berikan waktu cukup untuk
mudah bernafas, tidak mengunyah / menelan
merasa tercekik dan
tidak ada suara nafas
abnormal
7 Defisit self care b/d Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
kelemahan asuhan keperawatan  Monitor kemampuan pasien
…. jam klien mampu terhadap perawatan diri
Perawatan diri  Monitor kebutuhan akan personal
Self care :Activity hygiene, berpakaian, toileting dan
Daly Living (ADL) makan
dengan indicator :  Beri bantuan sampai klien
 Pasien dapat mempunyai kemapuan untuk
melakukan aktivitas merawat diri
sehari-hari (makan,  Bantu klien dalam memenuhi
berpakaian, kebutuhannya.
kebersihan, toileting,  Anjurkan klien untuk melakukan
ambulasi) aktivitas sehari-hari sesuai
 Kebersihan diri pasien kemampuannya
terpenuhi  Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
 Evaluasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Berikan reinforcement atas usaha
yang dilakukan dalam melakukan
perawatan diri sehari hari.
8 Harga diri rendah Setelah dilakukan
Peningkatan harga diri
b/d perubahan gaya askep …. jam klien  Monitor pernyataan pasien tentang
hidup menerima keadaan harga diri
dirinya Dg KH:  Anjurkan pasien utuk
 Mengatakan mengidentifikasi kekuatan
penerimaan diri & Anjurkan kontak mata jika
keterbatasan diri berkomunikasi dengan orang lain
 Menjaga postur yang  Bantu pasien mengidentifikasi
terbuka respon positif dari orang lain.
 Menjaga kontak  Berikan pengalaman yang
mata meningkatkan otonomi pasien.
 Komunikasi terbuka  Fasilitasi lingkungan dan aktivitas
 Secara seimbang meningkatkan harga diri.
dapat berpartisipasi  Monitor frekuensi pasien
dan mendengarkan mengucapkan negatif pada diri
dalam kelompok sendiri.
 Menerima kritik  Yakinkan pasien percaya diri dalam
yang konstruktif menyampaikan pendapatnya
 Menggambarkan  Anjurkan pasien untuk tidak
kebanggaan terhadap mengkritik negatif terhadap dirinya
diri  Sampaikan percaya diri terhadap
kemampuan pasien mengatasi situasi
 Bantu pasien menetapkan tujuan
yang realistik dalam mencapai
peningkatan harga diri.
 Bantu pasien menilai kembali
persepsi negatif terhadap dirinya.
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan tanggung jawab
terhadap dirinya.
 Gali alasan pasien mengkritik diri
sendiri
 Anjurkan pasien mengevaluasi
perilakunya.
 Berikan reward kepada pasien
terhadap perkembangan dalam
pencapaian tujuan
 Monitor tingkat harga diri
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, M.2012. Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita Kanker.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Ballenger, John Jacob.Penyakit-penyakit Laring. Dalam:Penyakit Telinga,
Hidung,Tenggorok, Kepala danLeher. Edisi XIII Jilid I. Jakarta: Bina
Rupa Aksara. 1994. Hal. 451, 454-460
Barasi, M.2007. Nutrition at a Glance. Penerjemah: Hermin. 2009. At a Glance:
Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.
Efiaty, Nurbaiti, Jenny, Ratna. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi VI. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2011.
Rukmini, S. 2003. Buku Ajar Ilmu THT untuk Perawat. Edisi Pertama. Surabaya:
FK Airlangga
Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong, 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.EGC
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Soepardi EA, Iskandar N, BashiruddinJ(2012). Buku ajar Ilmu Kesehatan
TelingaHidung Tenggorokan Kepala dan Leher Ed Ke-7, Jakarta: 106-
110.

Anda mungkin juga menyukai