Anda di halaman 1dari 23

JUDUL: IMPLEMENTASI KERJASAMA INDONESIA DAN JERMAN DALAM

BIDANG PERTAHANAN PADA TAHUN 2012-2016

NAMA, JURUSAN, DLL


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... i

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 3

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................... 4

2.2 Kerangka Konseptual................................................................................... 6

BAB III: METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian............................................................................................ 9

3.2 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 9

3.3 Teknik Analisis Data................................................................................... 9

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Latar Belakang dan Alasan Kerjasama Pertahanan Indonesia – Jerman..... 10

4.2 Implementasi Kerjasama Pertahanan Indonesia – Jerman........................... 13

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 19

5.2 Saran............................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 20
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman global ini, Negara-negara melakukan kerjasama internasional untuk memenuhi
kebutuhannya. Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu
negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk
kepentingan negara-negara di dunia. Setiap negara sudah barang tentu memiliki kelebihan,
kekurangan dan kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu, terjadilah hubungan dan
kerjasama internasional antarnegara. Kerjasama antarnegara bentuknya bermacam-macam,
mulai kerjasama ekonomi, perdagangan, pendidikan, sosial dan budaya, pertahanan,
kesehatan dan lain-lain.

Pertahanan Negara merupakan salah satu aspek penting untuk menjamin eksistensi dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang kokoh akan mampu mewujudkan bangsa yang
kuat. Karakteristik geografis Indonesia mengandung tantangan yang multidimensi sehingga
menuntut adanya strategi pertahanan negara yang tepat untuk mengamankan wilayah
tersebut, tugas untuk melindungi dan mengamankan Indonesia berimplikasi pada tuntutan
pembangunan dan pengelolaan sistem pertahanan negara untuk menghasilkan daya tangkal
yang handal1. Dalam bidang pertahanan, terdapat sejumlah isu yang menonjol, di antaranya
adalah isu perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, separatisme, terorisme, radikalisme
yang anarkis, konflik komunal, bencana alam, dan kondisi politik pascareformasi. Konteks
kebijakan yang mengarah pada bentuk pengamanan wilayah sebagai objek pertahanan dan
keamanan dapat dipahami sebagai upaya Indonesia dalam menstrategikan pengaman
wilayah yang diklaim oleh pihak lain. Upaya pengamanan sebagai langkah sekuriti sebagai
bentuk survival terlihat ketika ada sebuah isu yang menggambarkan adanya ancaman nyata
yang mengacu pada objek-objek tertentu.2

1
Departemen Pertahanan RI, “Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008”, (Jakarta, Departemen Pertahanan RI, 2008),
hal. 18
2
Barry Buzan, “Security: a New Framework for Analysis”, (United States of America: Lynne Rienner Publisher, Inc,
1998), hal. 21
1
Pertahanan merupakan sesuatu yang fundamental bagi keberlangsungan sebuah negara.
Tanpa adanya sistem pertahanan yang kuat, ancaman dari pihak luar akan lebih mudah
mengganggu stabilitas negara. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai unsur untuk
menciptakan sistem pertahanan yang kuat. Dalam konteks hubungan internasional, industri
pertahanan memiliki pengaruh dalam dinamika yang terjadi pada sistem internasional.
Pengembangan industri pertahanan suatu negara bisa diartikan sebagai upaya negara untuk
meningkatkan kapabilitas militernya. Hal ini tentunya berpotensi mempengaruhi kondisi
politik regional, karena pengembangan industri pertahanan, baik guna menopang kebutuhan
angkatan bersenjata maupun berorientasi pada sektor ekonomi, akan menjadi perhatian bagi
negara lain. Keberadaan industri pertahanan pada suatu negara menjadi nilai tawar bagi
negara lain dalam menyikapi isu dan perundingan internasional.3

Indonesia telah banyak melakukan kerjasama dengan berbagai negara, salah satunya adalah
dengan Negara Jerman. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Jerman terjadi sejak tahun
1952, sebuah Kantor Perwakilan di Bonn dan Konsulat diresmikan. Sedangkan pada dua
tahun berikutnya dilanjutkan dengan peresmian KBRI di Bonn. Kerjasama ini menyangkut
dalam berbagai bidang seperti dalam bidang politik, pendidikan, energi, ekonomi, sosial
dan budaya, humaniter, dan tentunya pertahanan. Indonesia dan Jerman adalah dua negara
yang sangat penting dan memiliki nilai strategis di kawasan masing-masing. Keduanya
merupakan Negara yang kuat secara geopolitik kawasan sehingga dapat memainkan peran
penting pada tingkat kawasan dan masing-masing dan bukan negara yang mudah
diombang-ambingkan oleh kekuatan kawasan lain yang lebih besar.

Dalam pembangunan sistem pertahanan dan keamanan suatu negara, peran Alat utama
sistem persenjataan (Alutsista) terbilang sangat vital, karena selain untuk sarana pertahanan
negara, Alutsista juga menjadi bagian penting dalam menjaga keamanan suatu negara dari
ancaman negara-negara lain yang datang. Reformasi militer yang tengah dilakukan
Indonesia dan tren modernisasi militer di kawasan Asia Tenggara menunjukkan adanya
keinginan dan kebutuhan untuk melakukan modernisasi persenjataan. Namun, meskipun
telah ada faktor internal dan eksternal yang kuat tersebut, transformasi pertahanan

3
I Wayan Sulpai, “IMPLEMENTASI KERJASAMA INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA-KOREA SELATAN 2013-2017”,
(Lampung: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, 2019), hal 2-3.
2
Indonesia, terutama dalam modernisasi persenjataan, masih belum mampu mencapai
targetnya dan cenderung tertinggal dari negara-negara tetangganya. 4 Kerjasama antara
Indonesia dengan Jerman tersebut diharapkan membuka peluang baru kerjasama dalam
pengembangan-pengembangan diberbagai bidang terutama dibidang kerjasama pertahanan.
Pasalnya, pada periode antara tahun 2000-2011, kondisi alutsista Indonesia jauh tertinggal
dengan Negara lain. Disejajarkan dengan negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi
paling bawah. Hal itu disebabkan belum diberikan kesempatan kepada perusahaan yang
ada, namun setelah presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan pengembangan
alutsista produk dalam negeri, maka terlihat perkembangan yang semakin pesat5.

Jerman merupakan mitra dagang ketiga Indonesia setelah Jepang dan Amerika Serikat.
Produk ekspor Jerman ke Indonesia menurut data dari Kementerian Luar Negeri Jerman.
Pada tahun 2008 Indonesia mendapat kredit sebesar USD 1 miliar dari Jerman untuk
membeli persenjataan6. Hal ini membuat Indonesia mulai memprioritaskan Jerman sebagai
negara pemasok senjatanya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengkaji bagaimana implementasi kerjasama dan kemitraan antara Indonesia dan
Jerman dalam bidang pertahanan.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui latar belakang dan alasan kerjasama Indonesia-Jerman dalam bidang
pertahanan.
2. Mengetahui implementasi kerjasama Indonesia-Jerman dalam bidang pertahanan

4
Ilman Dzikri, “Negara Dan Kapasitas Adopsi Inovasi: Studi Kasus Tranformasi Pertahanan Indonesia Periode 1998-
2014”, Jurnal Politik Internasional Vol. 18 No. 2 Tahun 2016, halaman 133-134.
5
Indra Pahlawan dan Bayu S. Setya, "Kerjasama Jerman Dan Indonesia Dalam Hal Pembelian Senjata Militer Untuk
Modernisasi Alutsista TNI.", Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, vol. 2,
no. 1, Feb. 2015, hal. 2-3.
6
Anonim, “Sejarah TNI sejak tahun 1960-an”,
https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016841071/sejarah-tni-sejak-tahun-1960-an/, diakses pada 10
April 2020
3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penyajian literatur dalam makalah ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca
hasil-hasil dari penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dan informasi
dalam penulisan makalah ini. :
(a) Jurnal berjudul “Kerjasama Jerman dan Indonesia dalam Hal Pembelian Senjata Militer
Untuk Modernisasi Alutsista TNI” yang ditulis oleh Bayu Setya Romansyah dan Indra
Pahlawan, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau. Penelitian ini membahas tentang kerja sama bilateral yang dilakukan
oleh Indonesia dan Jerman dalam hal pembelian senjata militer, kebijakan pemerintah
Indonesia terkait dengan memodernisasi peralatan pertahanan militer yang ditetapkan
dalam kebijakan pasukan esensial minimum atau pasukan esensial minimum (MEF)
pada tahun 2012. Teori yang digunakan untuk menganalisis kerja sama pembelian
senjata yang dilakukan oleh militer Indonesia Jerman adalah teori kepentingan nasional
oleh Daniel S. Papp dan teori kerja sama internasional oleh Kalevi Jaakko Holsti. Dari
penelitian ini dapat dilihat, Indonesia memilih Jerman sebagai mitra dalam pembelian
senjata militer ini karena Jerman merupakan mitra strategis bagi Indonesia, dapat dilihat
dari berbagai perjanjian kerja sama dalam bidang-bidang utama pembangunan yang
telah disepakati oleh Indonesia dan Jerman.

(b) Jurnal berjudul “Negara dan Kapasitas Adopsi Inovasi: Studi Kasus Tranformasi
Pertahanan Indonesia Periode 1998-2014” yang ditulis oleh Ilman Dzikri, Departemen
Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Indonesia. Jurnal ini mengeksplorasi faktor
penjelas di balik reformasi sektor keamanan Indonesia yang tidak efektif. Artikel ini
menerapkan kerangka kerja difusi militer Horowitz, yang terutama melihat intensitas
keuangan dan modal organisasi sebagai faktor utama dalam menjelaskan kemampuan
beradaptasi inovasi militer dalam sistem internasional. Dalam metodologi penelitiannya,
untuk menjabarkan alasan inovasi dan kemampuan adopsi Negara, penulis
menggunakan Teori kapasitas-adopsi (adoption-capacity theory), yaitu teori yang
berusaha menjelaskan penyebaran inovasi militer dan difusi kekuatan militer di dalam
4
sistem internasional. Penulis juga menggunakan teori intensitas finansial dan modal
organisasional dalam menjelaskan transformasi pertahanan di Indonesia. Tingkat
intensitas finansial adalah eksklusivitas aplikasi dari teknologi terkait (berorientasi
militer atau memiliki aplikasi komersial) dan harga per unitnya. Semakin berorientasi
militer suatu teknologi dan semakin tinggi harga perangkat per unit yang digunakan,
semakin tinggi pula intensitas finansial untuk pengadopsian. Modal organisasional dapat
diterjemahkan sebagai kapasitas atau potensi perubahan dalam organisasi militer.

(c) Jurnal berjudul “Indonesia Defense Industry Model Concept: A Study Framework for
Defense Industry Building”, ditulis oleh Sri Hartati dan Ade Muhammad. Jurnal ini
bertujuan untuk menjabarkan kondisi sistem industri pertahanan yang ada saat ini,
sehingga kemudian dapat dianalisa untuk menentukan model pertahanan mana yang
harus diterapkan. Selain itu, dalam jurnal ini dipaparkan beberapa aspek utama yang
harus menjadi pertimbangan dalam pendirian dan pengembangan industri pertahanan,
diantaranya ialah aspek institusional, aspek industrial framework yang di dalamnya
terkandung 3 model (model autarky, industrial model niche, global defence industry
chain). Hasil penelitian ini adalah terdapat model alternatif bagi model industri
pertahanan Indonesia, yaitu Japan model. Japan model dianggap lebih atraktif karena
lebih menggunakan keunggulan private sector. Sehingga, di masa depan sebaiknya
Indonesia semakin meningkatkan Japan Model sebagai model pengembangan industri
pertahanan nasional.

(d) Jurnal yang berjudul “Kerjasama Pertahanan Indonesia-Jerman Melalui Deklarasi


Jakarta Tahun 2012-2016” oleh Titik Karomah – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kepentingan Indonesia
bekerja sama dengan Jerman di bidang pertahanan oleh Deklarasi Jakarta pada 2012-
2016. Penulis menggunakan pendekatan Neorealisme dari Kenneth Waltz dan analisis
tingkat negara. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Hubungan
Internasional, kepentingan nasional oleh Daniel S. Papp, dan konsep keamanan oleh
Barry Buzan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika bekerja sama dengan
Jerman ada manfaat bagi Indonesia, kerja sama ini berdampak besar pada perubahan
kekuatan militer yang dimiliki oleh angkatan bersenjata Republik Indonesia, terutama
5
pada kekuatan peralatan pertahanan militer di Indonesia, baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Jerman dapat memenuhi kebutuhan pasukan peralatan Indonesia. Peralatan
pertahanan Indonesia semakin baik dan peralatan militer yang canggih sehingga menjadi
bagian dari faktor pendukung Indonesia menjadi posisi terbaik dari kekuatan militer di
Asia Tenggara

2.2 Kerangka Konseptual

Kerjasama internasional dilaksanakan guna meningkatkan hubungan bilateral antara dua


negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Keamanan menjadi low politics yang lebih
menyoroti isu-isu non-keamanan. Apabila dilihat dari bentuknya, kerjasama pertahanan juga
merupakan kerjasama yang dilakukan secara formal (formal cooperation) antara dua negara
atau lebih, karena untuk melakukan kerjasama tersebut menggunakan suatu treaty yang tidak
mengikat (non-binding), yaitu dengan sebutan Perjanjian Kerjasama Pertahanan atau
Defence Cooperation Agreement (DCA)7. Kerjasama pertahanan, merupakan kerjasama yang
menekankan kepada kepentingan nasional suatu negara, karena kerjasama ini sangat
sensitive dan akan menyangkut kedaulatan negara, keamanan, kestabilitas dan kesejahteraan
rakyat. Ruang lingkup kerjasama biasanya berisi tentang kerjasama8:
a. Teknis melalui pertukaran data teknis dan ilmiah;
b. Pertukaran para ahli, teknis dan peserta dosen militer;
c. Dukungan produksi berhubungan dengan peralatan dan komponen pertahanan;
d. Industri pertahanan;
e. Alih teknologi;
f. Bantuan teknis;
g. Pendidikan dan latihan;
h. Pertukaran informasi intelejen;
i. Ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan;
j. Pertukaran personil;
k. Kunjungan;
l. Latihan bersama dalam bidang operasi, logistic dan intelegen;
7
Makmur Supriyanto, “Tentang Ilmu Pertahanan”, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), hal.. 139
8
Ibid., hlm. 152
6
m. Latihan gabungan dan latihan bersama;
n. Patrol bersama dan atau gabungan;
o. Pengembangan dan latihan komunikasi, peperangan elektronika dan TI;
p. Litbang;
q. Keamanan maritime; dan lain sebagainya

Hubungan bilateral yang sudah dibangun sejak dulu antara Indonesia dan Jerman sampai saat
ini terbilang cukup baik. Mengingat kedua negara memiliki persamaan latarbelakang dalam
beberapa bidang, seperti halnya keduan negara samasama menjadi bagian penting dalam
membangun perekonomian di wilayah masing-masing, Indonesia mempunyai peran penting
di Asia Tenggara dalam perekonomiannya sedangkan Jerman memiliki peran di Eropa.
Perjanjian bilateral antara Indonesia dan Jerman merupakan bentuk kerjasama yang
dilatarbelakangi oleh kepentingan nasional masing-masing negara. Dimana kepentingan
nasional merupakan suatu bentuk kebutuhan negara paling vital, dan dalam kerangka
hubungan internasional kepentingan nasional dari suatu negara dapat menjadi pendorong
dilakukannya berbagai interaksi internasional diberbagai bidang, seperti halnya dalam bidang
pertahanan. Karena itulah terjadi hubungan antara Indonesia dengan Jerman yang yang
menjalin hubungan kerjasama dalam bidang pertahanan.

Dalam pembahasan makalah ini, penulis mengacu pada teori kerjasama internasional dan
teori kepentingan nasional. Kebutuhan angkatan bersenjata Indonesia terhadap kualitas dan
kuantitas alutsista menjadikan acuan bagi industri pertahanan dalam negeri untuk
meningkatkan kapabilitasnya. Namun, belum adanya kemampuan industri pertahanan
nasional untuk memenuhi kebutuhan itu secara mandiri. Kerjasama dengan negara lain
merupakan salah satu cara yang ditempuh Indonesia dalam menyikapi kekurangan industri
pertahanan nasional, diantaranya ialah kerjasama industri pertahanan yang dijalin dengan
Jerman. Alasan tersebut dapat dijelaskan menggunakan teori kerjasama internasional, yang
menyatakan bahwa kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional
meliputi berbagai bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, lingkungan
hidup, pertahanan dan keamanan. Berbagai masalah tersebut maka beberapa negara
membentuk suatu kerjasama internasional9. Selain itu, juga digunakan Teori Kepentingan
9
3Anak A.B Perwita dan M. Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.(Bandung,2005) hal.33-34
7
Nasional, yang menurut Daniel S.Papp untuk mendefiniskan kepentingan nasional suatu
Negara beberapa kriteria dapat digunakan seperti:
1. Kriteria ekonomi: berbagai kebijakan ekonomi untuk meningkat posisi ekonomi negara
dianggap sebagai kepentingan nasional.
2. Kriteria ideologi: mempengaruhi negara untuk mengadopsi cara-cara tertentu untuk
melihat dunia dan melihat kepentingan nasionalnya.
3. Akumulasi Power: melalui peningkatan kekuatan ekonomi, promosi ideologi,
meningkatkan kapabilitas militer.
4. Keamanan militer :pada intinya, kepentingan suatu negara ada pada upaya untuk
mempertahankan keberlangsungan hidup (survival) bangsa dan keamanan nasional10.

10
Daniel S.papp, “Contemporary International Relations:Framework For Understanding”, (US Macmilan college,
1994), hal. 46
8
III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dapat dimaknai
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan kondisi subjek
dan objek dalam sebuah penelitian. Kemudian, menyajikan data dan pembahasan mulai dari
sejarah dan latar belakang kerjasama pertahanan Indonesia dan Jerman hingga ke tahap
implementasi kerjasama antar kedua negara pada periode 2012 sampai 2016.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menghubungkan teori dan data
dengan pengumpulan data sekunder yang berbasis pustaka yang dikenal dengan istilah
penelitian perpustakaan (library research). Ruang lingkup pembahasan yang ingin penulis
paparkan adalah mengenai latar belakang, alasan, serta bentuk-bentuk dan implementasi
kerjasama Indonesia-Jerman dalam bidang pertahanan berdasarkan deklarasi Jakarta dalam
rentang waktu dari 2012-2016. Penulis memilih tahun tersebut karena pada tahun 2012
terbentuk kesepakatan serta penandatanganan MoU kerjasama pertahanan antara Indonesia
dan Jerman.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analasis data dalam penelitian ini mengacu pada fenomena yang terjadi dalam
kerjasama pertahanan yang dijalin Indonesia dan Jerman. Lalu, pada penggunaan konsep /
teori yang dihubungkan dengan data yang telah diperoleh sebelumnya. Proses analisis data
terdiri dari 3 bagian, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan11:

11
Miles dan Huberman, “Analisis data Kualitatif. (diterjemahkan Ole: Tjetjep Rohedi Rosidi)” (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1992), hal. 16
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Latar Belakang dan Alasan Kerjasama Pertahanan Indonesia – Jerman

Indonesia memiliki kemampuan untuk menjadi kekuatan utama (regional power) di Asia
Tenggara dengan pertumbuhan ekonomi dan pengaruh politik yang signifikan di dalam
ASEAN. Namun, status Indonesia sebagai regional power belum tercermin dalam kekuatan
militer Indonesia. Padahal, militer atau angkatan bersenjata merupakan actual power suatu
Negara12. Secara geopolitik, kawasan Asia Tenggara tengah mengalami tren modernisasi
persenjataan. Negara-negara tetangga Indonesia, seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan
Thailand secara konsisten memperbaharui sistem persenjataan mereka. Modernisasi
persenjataan di Asia Tenggara tersebut pada kenyataannya meninggalkan Indonesia sebagai
negara yang tidak terlalu berhasil dalam mengadopsi inovasi militer 13. Penyebabnya dapat
diukur berdasarkan dua hal, yaitu pencapaian target pembentukan Minimum Essential Forces
(MEF) yang dicetuskan pada tahun 2010 dan presentase anggaran pertahanan terhadap PDB
Indonesia. Rencana pembentukan MEF menargetkan 274 kapal perang, 10 skuadron pesawat
tempur, dan 12 kapal selam diesel-elektrik baru sampai 2024. Pada matra laut yang
diarahkan untuk menjadi green water navy misalnya, dari 116 sistem persenjataan modern
yang berencana diakuisisi TNI AL, baru 33.62% yang dapat dikatakan modern, dan sisanya
merupakan persenjataan peninggalan Perang Dingin yang tidak dapat diandalkan.
Selanjutnya, anggaran pertahanan Indonesia juga tidak mencapai target sebagaimana yang
ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009. Dari target
presentase 1.5% PDB Indonesia, anggaran pertahanan Indonesia pada tahun 2014 masih
belum mampu meningkat secara signifikan dan masih berada di kisaran 0,8% dari PDB
tahun tersebut14.

Hambatan utama untuk melakukan pengadaan alutsista dari dalam negeri berpusat pada
keterbatasan kapasitas industri pertahanan Indonesia dalam penguasaan teknologi.
Akibatnya, mau tidak mau pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan dan TNI
12
J. J Mearsheimer,, “The Tragedy of Great Power Politics”, (New York: W. W. Norton & Company, 2001), hal. 43
13
Op.cit, Dzikri, hal. 133
14
B. Schreer, “Moving beyond ambitions? Indonesia’s military modernization”, (Australia: Australian Strategic
Policy Institute, 2013), hal. 16-21.
10
harus mendatangkan persenjataan tersebut dari luar negeri. Situasi inilah yang membuat
proses pengadaan alutsista pada periode tahun 1998-2014 masih didominasi impor alutsista
dari luar negeri sedangkan alutsista buatan dalam negeri hanya menyumbang sebagian kecil
saja. Salah satunya, kerjasama pertahanan tersebut dilakukan dengan Jeman, yang dimulai
sejak Indonesia - Jerman telah memutuskan untuk meningkatkan dan memperdalam
hubungan melalui “Indonesia-Germany Joint Declaration for a Comprehensive Partnership:
Shaping Globalisation and Sharing Responsibility” (Jakarta Declaration 2012). Penerusan
kerjasama yang ada di bidang pertahanan dan keamanan dengan penerapan oleh
Memorandum of Understanding on Bilateral Defense Cooperation menyangkut kerjasama
dalam bidang pendidikan militer, penelitian dan pengembangan, bantuan humaniter, bantuan
bencana, logistik militer, layananan medis dan misi perdamaian.

Kerjasama Indonesia-Jerman kemudian dikukuhkan kembali, tepatnya pada hari kamis 08


November 2012 bertepatan hari kedua pameran Indo Defense 2012 di JIExpo Kemayoran,
Jakarta. Akhirnya pemerintah Indonesia lewat Kementerian Pertahanan menandatangani
MoU dengan pemerintah Jerman khususnya Rheinmettall AG yang ditandatangani oleh
Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, S.IP dengan Direktur Rheinmetall AG
Jerman, Herald Westernman. Terdapat dua bentuk MoU pertama, dalam hal pengadaan
Medium Tank ukuran 30 ton dan Main Battle Tank (MBT) Leopard 2 ukuran 60 ton serta
tank-tank pendukungnya. Kedua adalah MoU pelaksanaan Transfer of Technology (ToT)
yang akan diberikan kepada PT. Pindad. PT. Pindad dan Bengkel Pusat Angkatan Darat akan
mendapatkan kerjasama pelatihan untuk perbaikan ringan hingga berat15.

Kecenderungan kerjasama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Jerman dapat


dijelaskan berdasarkan teori kerjasama internasional dan teori kepentingan internasional.
Kerjasama yang terjalin antara Indonesia dan Jerman merupakan salah satu bentuk interaksi
antar aktor dalam menjalin hubungan internasional. Terjalinnya hubungan tersebut
merupakan suatu keharusan sebagai akibat dari adanya saling ketergantungan, karena setiap
negara pasti membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan mencapai
kepentingan bagi tujuan bersama. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pemerintah
15
Pindad Dalam Berita, “Pembelian Tank Leopard Buka Babak Baru Kerjasama Militer dengan Jerman”,
https://www.pindad.com/pembelian-tank-leopard-buka-babak-baru-kerjasama-militer-dengan-jerman, Diakses
pada 12 April 2020.
11
Indonesia yang menjalin hubungan kerjasama dengan Jerman sejak abad ke-16. Sampai saat
ini Indonesia dan Jerman telah menjalin kerjasama di berbagai bidang baik itu ekonomi,
politik, sosial, pendidikan, keamanan, budaya, maupun pertahanan.

Perjanjian bilateral antara Indonesia dan Jerman merupakan bentuk kerjasama yang
dilatarbelakangi oleh kepentingan nasional masing-masing negara. Indonesia merupakan
negara yang berbatasan langsung dengan beberapa negara lainnya memerlukan peningkatan
power baik dari segi ekonomi maupun militer. Peningkatan kapabilitas militer ini
memungkinkan untuk Jerman menjadi patner bermitra dalam hal jual beli alutsista maupun
Transfer of Technology yang ditawarkan ke Indonesia. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan
keamanan pertahanan Indonesia, maka perlu dibuat kerjasama dengan Jerman yang telah
terbukti memiliki kapabilitas dibidang industri pertahanan dan kemanan, hal ini bertujuan
agar terciptanya keseimbangan kesiapan militer Indonesia selain itu juga dapat dinilai untuk
perlombaan senjata berkepanjangan yang dapat menghindarkan negara dari konflik maupun
perang. Hal tersebut juga diutarakan oleh Presiden Yudhoyono saat Kanselir Jerman tersebut
berkunjung ke Indonesia pada tahun 2012, bahwa alasan Indonesia memilih Jerman sebagai
mitra ekonominya adalah seperti yang dikatakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono,
bahwa Jerman adalah ekonomi terbesar di Eropa, ekonomi nomor keempat terbesar di dunia.

Di sisi lain, bagi Jerman, kepentingan nasionalnya dalam kerjasama ini yaitu mendapatkan
pasar untuk memasarkan alutsistanya karena menurut pihak Rheinmetall AG Indonesia
merupakan pasar strategis bagi Jerman dimasa mendatang. Pihak Rheinmettal juga antusias
menjadikan PT. Pindad sebagai basis produksi dari Rheinmetall untuk kebutuhan alutsista di
kawasan Asia Tenggara, serta Jerman dapat lebih mempererat hubungan bilateral dalam
jangka waktu yang lebih lama dengan Indonesia. Selain itu, menurut Karomah (2017),
terdapat beberapa alasan yang mendasari keinginan Indonesia melakukan kerjasama
pertahanan dengan Jerman, yaitu16:
(a) Jerman mampu memenuhi kebutuhan Alutsista Indonesia
Kekuatan alutsista Jerman telah teruji di dunia internasional. Alutsista MBT Leopard
merupakan tank terbaik di dunia, yang telah teruji dalam pertempuran, dan juga teruji
16
Titik Karomah, “Kerjasama Pertahanan Indonesia-Jerman Melalui Deklarasi Jakarta Tahun 2012-2016”, JOM FISIP
Volume 4 No. 2 Oktober, 2017, hal. 6-8.
12
dalam medan-medan yang berat, seperti padang pasir, lumpur, bahkan MBT Leopard
mampu berjalan di sungai yang dalam. Melihat kondisi geografis dan medan di
Indonesia, tentu saja MBT Leopard sangat cocok, untuk ditempatkan di perbatasan
wilayah Indonesia, seperti di Kalimantan Timur, Papua, dan di pulau-pulau terluar
lainnya. Hal ini merupakan bentuk perwujudan pertahanan dan menjadi kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

(b) Harga Main Battle Tank (MBT) relatif murah dan dimodifikasi sesuai kebutuhan
Indonesia
Pemerintah Indonesia telah membeli 180 unit Tank Leopard dan Marder dari
Rheinmetall, Jerman. Total Indonesia membayar US$ 280 juta. Awalnya harga US$ 280
juta.hanya dapat 44 MBT (main battle tank). Tetapi setelah dilakukan suatu pemikiran-
pemikiran yang sesuaikan kebutuhan postur TNI Angkatan Darat, sehingga Indonesia
akhirnya bisa memiliki kurang lebih 2 batalion dari Kavaleri Tank Berat. Dalam
pengadaan ini, pemerintah Indonesia melakukan negosiasi langsung dengan
Rheinmetall, tidak melalui tangantangan calo. Hal ini terlihat juga dalam penyerahan
simbolis Leopard dan Marder tahap pertama

4.2 Implementasi Kerjasama Pertahanan Indonesia – Jerman

Hubungan bilateral Indonesia-Jerman sudah dimulai sejak tahun 1952, sejak diresmikannya
hubungan diplomatik untuk pertama kalinya melalui pendirian Kantor Perwakilan RI di
Bonn, Jerman Barat yang kemudian diresmikan menjadi Kedutaan Besar RI di Bonn pada
tahun 1954. Indonesia juga menjalin hubungan bilateral dengan Jerman Timur melalui
pendirian Kedutaan Besar RI di Berlin timur pada 1976. Sejak saat itu hubungan Indonesia
dan Jerman terus berkembang cukup erat di berbagai bidang kerjasama antara lain, politik,
ekonomi, perdagangan, investasi, sosial budaya, pertahanan, dan pendidikan. Hubungan
kerjasama bilateral Indonesia-Jerman sudah memasuki usia ke 65 tahun sampai saat ini dan
ketika hubungan bilateral Indonesia-Jerman memasuki usia 60 tahun, pada tahun 2012 lalu
dimaknai sebagai momentum yang kuat. Dimana bertepatan dengan 60 tahun usia hubungan

13
diplomatik Indonesia dan Jerman kerjasama ke dua negara dipererat dengan ditandai adanya
kesepakatan kerjasama kompherensif dan strategis17.

Kerja sama antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan
Republik Federasi Jerman diwujudkan dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU) antara
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Republik Federasi
Jerman mengenai Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Memorandum of Understanding (MoU)
between the Ministry of Defence of the Republic of Indonesia and the Federal Ministry of
Defence of the Federal Republic of Germany concerning Cooperation in the Field of
Defence) yang telah ditandatangani pada tanggal 27 Februari 2012 di Berlin. Berdasarkan
UU No. 5 Tahun 2016, kerjasama Indonesia dan Jerman dalam bidang pertahanan meliputi18:
1. Lingkup kerja sama, meliputi: a) kebijakan pertahanan; b) kebijakan keamanan dan
militer; c) pelatihan; d) penelitian dan pengembangan; dan e) bidang-bidang lainnya yang
telah disetujui.
2. Kerja sama antara kedua belah pihak dalam bentuk: a) kunjungan-kunjungan resmi dari
para pejabat tinggi, perwakilan-perwakilan baik militer dan sipil dari Kementerian
Pertahanan kedua Negara; b) kunjungan-kunjungan kerja dan belajar; c) menjadi peserta
kursus, pelatihan dan latihan bersama angkatan bersenjata antara kedua Negara; d)
hubungan yang setara antara lembaga-lembaga militer kedua Negara; e) pembicaraan
bilateral para ahli; f) pertukaran informasi dan pengalaman; dan g) bentuk-bentuk kerja
sama lainnya yang berdasarkan prinsipprinsip timbal balik yang saling menguntungkan.

Implementasi kerjasama dalam bidang pertahanan antara Indonesia dan Jerman dapat dilihat
dalam beberapa poin berikut ini19:
1. Penelitian dan pengembangan
Hasil yang dicapai dari kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat mendukung pembangunan nasional Indonesia. Hal
17
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia “Momentum 60 Tahun Hubungan Bilateral Indonesia Jerman.
http://www.setneg.go.id/index.php?opti on=com_content&task=view&id=6018 &Itemid=29”, diakses pada tanggal
12 April 2020.
18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Nota Kesepahaman (MOU) Antara
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Republik Federasi Jerman Mengenai
Kerja Sama di Bidang Pertahanan
19
Otnel, Kerjasama Militer Indonesia-Jerman Dalam Bidang Pertahanan Tahun 2012- 2014, “eJournal Ilmu
Hubungan Internasional, Vol. 4 No.1, 2016, hal. 32-33.
14
tersebut disampaikan menteri riset dan teknologi, Gusti M. Hatta saat menerima
kunjungan kehormatan Deputi Direktur Jenderal bidang kerjasama Internasional
Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman pada 2 april 2014, Menristek Indonesia
menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi untuk
memaksimalkan dukungan Iptek bagi pembangunan nasional melalui pengembangan
pusat-pusat unggulan IPTEK, saat ini sudah ada 17 buah pusat unggulan IPTEK tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Direktur Jendral Menristek Jerman merasa puas dengan
kegiatan kerjasama IPTEK selama ini. Harapan kerjasama IPTEK ke depan akan
semakin erat dan menguntungkan kedua belah pihak seperti dalam bidang biodiversitas,
geothermal dan manajemen air sebagai bidang kerjasama yang punya prospek baik di
masa mendatang. Dalam hal pendidikan,Mr, Metzger deputi direktur riset Jerman
mengapresiasi minat mahasiswa Indonesia yang tetap tinggal untuk belajar di Jerman.
Saat ini ada sekitar 2500 mahasiswa Indonesia belajar di Jerman. Pengembangan dan
penelitian yang dilakukan kedua negara juga mengarah kepada alat militer dalam hal ini
Indonesia yang membeli peralatan militer dari Jerman dijadikan program pengembangan
dalam negeri.

2. Pelatihan
Kerjasama yang dilakukan Indonesia-Jerman bidang pelatihan merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk lebih mengeratkan hubungan dengan negara lain, seperti yang
dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2014 Indonesia membuka latihan perang bersama
dengan 26 negara didunia termasuk Jerman sebagai mitra kerjasama bidang pertahanan,
pada kegiatan tersebut terdapat 3 tahap dalam latihan tersebut yaitu latihan senior
trainning seminardengan tujuanmeningkatkan pemahaman tentang aspek multidimensi
dari kemungkinan operasi perdamaian yang kompleks, membahas tantangan-tantangan
utama dalam misi perdamaian guna meningkatkan kemampuan kontingen dalam setiap
misi, selain itu juga memberikan saran serta tindakan nyata untuk mengatasi kendala
dalam latihan. guna meningkatkan kemampuan dalam kesiapan operasional, tahap kedua
yaitu staf trainning event dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan
personel dalam melaksanakan koordinasi pada operasi perdamaian multidimensi di
markas - markas PBB, dan mengembangkan kemampuan staf markas dan tahap terakhir
15
yaitu field training event bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan
personel TNI dan negara lain yang terlibat dalam latihan untuk melaksanakan tugas
sebagai Troop Contributing Countries (TCC) dalam suatu misi PBB, dan meningkatnya
interoperability personel TNI dan USPACOM dalam pelaksanaan tugas pokok operasi
pemelihara perdamaian (OPP).

3. Logistik militer
Alutsista yang dimiliki oleh Indonesia sudah lama tidak mengalami peremajaan
sehingga kemampuan pertahanan negara melemah. Kondisi industri pertahanan di dalam
negeri yang seharusnya mensuplai kebutuhan bagi militer Indonesia juga tidak berbeda,
banyak mesin produksi mereka yang sudah tua sehingga kebutuhan senjata yang dipesan
tidak dapat terpenuhi. Untuk meningkatkan kembali kemampuan industri pertahanan
dalam negeri, pemerintah mengeluarkan UU No.16 Tahun 2012 tentang industri
pertahanan. Peraturan ini ditujukan agar industri pertahanan dalam negeri bisa mandiri.
Dengan keluarnya aturan tersebut terbuka kesempatan untuk mengadakan kerjasama
dengan produsen senjata luar negeri dan mengadakan proses alih teknologi. Untuk
melengkapi alutsista, Indonesia membeli senjata dari Jerman dengan persetujuan
mengadakan alih teknologi kepada industri pertahanan Indonesia.

Adapun unsur-unsur kerjasama pertahanan Indonesia dan Jerman dalam hal logistik
militer terdiri dari sumber daya manusia, materiil/alat utama sistem senjata (Alutsista)
TNI, sarana pangkalan dan daerah latihan, industri pertahanan, organisasi, dan
anggaran20. Hasil dari kerjasama ini dapat dilihat dengan adanya pemberian izin
penjualan peralatan militer oleh pemerintah Jerman ke Indonesia pada tahun 2014.
Perusahaan yang membuat peralatan militer tersebut adalah Rheinmetall AG,
perusahaan Jerman ini bergerak dibidang produksi panser. Komisi keamanan Jerman
memberikan izin penjualan 104 panser modern Leopard 2, 4 panser gunung, 3 panser
pembuat jembatan, 3 panser pionier dan 50 panser model lama Marder ke Indonesia,
Panser Leopard 2 adalah panser perang modern yang pertama kali dibuat tahun 1979 dan
merupakan lanjutan seri Leopard 1, leopard 2 ini memiliki banyak tipe tergantung
20
Lampiran peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia nomor 19 tahun 2012 tentang kebijakan
penyelarasan Minimum Essential Force komponen utama
16
pemilihan spesifikasi,pertama kali digunakan pada perang Kosovo tahun 1998 dan
1999.Panser gunung digunakan untuk di gunung dan pengangkut peralatan berat, panser
pembuat jembatan digunakan untuk membuka jalan penyebrangan peralatan berat,
panser pionier fungsinya membebaskan jalan sedangkan panser tipe marder adalah
panser pelindung, pertama dibuat tahun 1959. Pada proses pengiriman pertama yaitu5 2
tank leopard pada 2014 sedangkan sisanya akan menyusul pada tahap berikutnya21. Dari
kerjasama yang dilakukan kedua negara dalam hal pengadaan logistik militer menempuh
jalan yang panjang karena ada pihak Jerman yang melarang penjualan alat militer
tersebut kepada Indonesia karena terkait pelanggaran HAM di Indonesia.

Kehadiran tank Leopard merupakan salah satu bagian dari penguatan postur pertahanan
Indonesia yang digariskan untuk membangun kekuatan pokok minimum (Minimum
essential force/MEF) TNI dengan daya pukul dahsyat, daya gentar (deterrent effect)
besar, dan mobilitas tinggi. Tank Leopard Indonesia, Main Battle Tank (MBT) Leopard
Revolution yang kini dimiliki TNI AD adalah MBT terbaik di dunia. Leopard
Revolution dilaporkan mampu mengungguli Tank MBT M1A2 Abrams, Tank
Chalenger, Tank Leclerc, dan Tank PT91M milik Malaysia, pada bagian proteksi,
persenjataan dan mobilitas. Leopard Revolution dan variannya sekarang ini
dipergunakan oleh negara-negara Jerman, Canada, Yunani, Belanda, Portugal dan
Spayol. Di Asia Tenggara, hanya dimiliki oleh Indonesia. Bobot MBT ini adalah 60,2
Ton, dilengkapi dengan persenjataan Rheinmetall 120 mm L55 buatan Rheinmetall
Waffe Munition of Ratingen, Germany, yang lebih akurat dan jangkauan tembak lebih
jauh bila dibandingkan yang dimiliki Singapura. Sebanyak 44 tank akan didisposisikan
di kawasan Kodam VI Mulawarman (Kalimantan) guna mengimbangi penggelaran MBT
Malaysia PT91M pada garis perbatasan Malaysia-Indonesia. Sebelumnya TNI AD
hanya mempunyai Tank FV-101 Scorpion-90 yang dibeli tahun1995 sebanyak 35 unit
dan pada 1997 sebanyak 45 unit. Tank ringan ini berbobot tempur 8,7 ton, diawaki 3
personel, senjata utama meriam Cockerill Mk III kaliber 90 mm. Armada terbesar tank
ringan AD Indonesia adalah AMX-13 Perancis yang dibeli dari Belanda. Sebanyak 130

21
Op.cit, Pindad dalam Berita.
17
unit AMX-13/150 dimiliki AD berupa tank tempur dengan meriam kaliber 105 mm
bekas AB Belanda yang dibeli pada 198022.

Pengadaan Tank Leopard di Indonesia sudah mengalami kajian selama bertahun-tahun


dan pada akhirnya disadari bahwa di Negara Indonesia ini belum memiliki teknologi
yang mumpuni dalam persoalan MBT namun, dengan hadirnya MBT atau Main Battle
Tank Leopard 2A4 ini dirasa cukup memiliki kemajuan yang diperlukan untuk
memodrenisasikan alutsista Indonesia. Pertimbangan lainnya dari pengadaan Tank
Leopard 2A4 ini untuk dihadirkan dalam tujuan memperkuat alutsista militer Indonesia
yaitu untuk merubah doktrin pertahanan Indonesia yang terbilang masih tertinggal
modern dengan negara-negara lain. Dengan hadirnya Tank Leopard ini baik Tank
Leopard 2A4 maupun Leopard RI diharapkan mengubah konstelasi pertahanan
Indonesia kearah yang lebih modern. Selain itu pertimbangan lain yang menjadi point
penting dalam pengadaan Tank Leopard ini adalah bahwa Tank Leopard yang dipesan
Indonesia itu sudah disesuaikan dengan kondisi geografis Indonesia yang beriklim
tropis. Hal ini dibuktikan dengan adaya penambahan konten tertentu seperti pendingin
udara yang berfungsi seperti air conditioner. Selain itu, penempatannya pun disesuaikan
dengan infrastruktur wilayahnya seperti penempatan tank-tank ini sebagian besar
ditempatkan di Pulau Jawa karena di Pulau Jawa infrastrukturnya cukup terbilang
memadai23.

22
Anonim, “RI-Jerman Kerjasama di Bidang Pertahanan dan Militer”, http://divisi.blogspot.com/2012/02/ri-jerman-
kerjasama-di-bidang.html. Diakses pada 13 April 2020.
23
Medcom.id, “Kehadiran Tank Leopard Membuat Indonesia Sejajar Negara Lain”,
https://www.medcom.id/nasional/politik/ybJXowWK-kehadiran-tank-leopard-membuat-indonesia-sejajar-negara-
lain. Diakses pada 13 April 2020.
18
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Perjanjian bilateral antara Indonesia dan Jerman merupakan bentuk kerjasama yang
dilatarbelakangi oleh kepentingan nasional masing-masing negara. Dalam usaha
pemenuhan kebutuhan keamanan pertahanan Indonesia, maka perlu dibuat kerjasama
dengan Jerman yang telah terbukti memiliki kapabilitas dibidang industri pertahanan dan
kemanan. Di sisi lain, bagi Jerman, kepentingan nasionalnya dalam kerjasama ini yaitu
mendapatkan pasar untuk memasarkan alutsistanya karena menurut pihak Rheinmetall
AG Indonesia merupakan pasar strategis bagi Jerman dimasa mendatang.
2. Dari bentuk-bentuk kerjasama yang disepakati pada Memorandum of Understanding
yang disebutkan dalam UU No. 5 Tahun 2012, ada tiga program kerjasama yang
terimplementasi diantara Indonesia dan Jerman. Kerjasama tersebut yaitu pelatihan,
penelitian dan pengembangan, serta pengadaan logistik militer. Sebagian kerjasama
yang disebut dalam MoU tidak terealisasi tentu memiliki alasan dan hambatan bagi
kedua negara.

5.2 Saran

Saran yang diberikan penulis terkait kerjasama pertahanan Indonesia dan Jerman yaitu
kerjasama pertahanan sudah waktunya ditingkatkan tidak hanya untuk kepentingan bilateral
tetapi juga untuk keamanan kawasan. Kerjasama melawan terorisme juga harus
dikembangkan lebih komprehensif lagi guna saling bertukar informasi tentang
kecenderungan baru ancaman terorisme di kawasan masing-masing. Indonesia, misalnya,
perlu memahami kecenderungan di Jerman dan Eropa di mana pelaku kejahatan terorisme
sudah melibatkan kriminal yang tidak religius. . Selain itu, dalam makalah ini belum dibahas
mengenai faktor-faktor yang menjadi alasan dan penghambat belum dilaksanakannya
beberapa bentuk kerjasama di MoU Indonesia dan Jerman. Oleh karena itu, permasalahan
tersebut dapat menjadi topik penelitian yang menarik di masa mendatang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Sejarah TNI sejak tahun 1960-an.


https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016841071/sejarah-tni-sejak-tahun-
1960-an/, diakses pada 10 April 2020.

Anonim. 2012. RI-Jerman Kerjasama di Bidang Pertahanan dan Militer.


http://divisi.blogspot.com/2012/02/ri-jerman-kerjasama-di-bidang.html. Diakses pada 13
April 2020.

Buzan,Barry. 1998. Security: a New Framework for Analysis. United States of America: Lynne
Rienner Publisher, Inc.

Dzikri, Ilman. 2016. Negara Dan Kapasitas Adopsi Inovasi: Studi Kasus Tranformasi Pertahanan
Indonesia Periode 1998-2014. Jurnal Politik Internasional 18(2); 131-151.

Hartati, S., dan Ade Muhammad. 2014. Indonesian Defense Industry Model Concept: A Study
Framework for Defense Industry Building. Journal of Advanced Management Science
2(4): 260-266.

Karomah, Titik. 2017. Kerjasama Pertahanan Indonesia-Jerman Melalui Deklarasi Jakarta Tahun
2012-2016. JOM FISIP 4(2): hal 1-15.

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2016. Momentum 60 Tahun Hubungan


Bilateral Indonesia Jerman. http://www.setneg.go.id/index.php?opti
on=com_content&task=view&id=6018 &Itemid=29. Diakses pada tanggal 12 April 2020.

Mearsheimer, J. J. 2001. The Tragedy of Great Power Politics. New York: W. W. Norton &
Company.

Medcom.id. 2014. Kehadiran Tank Leopard Membuat Indonesia Sejajar Negara Lain.
https://www.medcom.id/nasional/politik/ybJXowWK-kehadiran-tank-leopard-membuat-
indonesia-sejajar-negara-lain. Diakses pada 13 April 2020.

Miles da  Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif. (diterjemahkan Ole: Tjetjep Rohedi Rosidi).
Jakarta: Universitas Indonesia. 

Otnel. 2016. Kerjasama Militer Indonesia-Jerman Dalam Bidang Pertahanan Tahun 2012-
2014. eJournal Ilmu Hubungan Internasional 4(1): hal 27-36.

Pahlawan, Indra, and Bayu S. Setya. 2015. Kerjasama Jerman Dan Indonesia Dalam Hal
Pembelian Senjata Militer Untuk Modernisasi Alutsista TNI. Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau 2(1): hal 1-9.

20
Papp, Daniel S. 1994. Contemporary International Relations :Framework Forunderstanding. US:
Macmilan College.

Perwita, Anak A.B dan M. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Pindad Dalam Berita. 2014. Pembelian Tank Leopard Buka Babak Baru Kerjasama Militer
dengan Jerman. https://www.pindad.com/pembelian-tank-leopard-buka-babak-baru-
kerjasama-militer-dengan-jerman. Diakses pada 12 April 2020.

Schreer, B. 2013. Moving beyond ambitions? Indonesia’s military modernisation. Australia:


Australian Strategic Policy Institute.

Supriyanto, Makmur. 2014. Tentang Ilmu Pertahanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Undang-Undang dan Dokumen Kenegaraan

Lampiran peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia nomor 19 tahun 2012. Kebijakan
Penyelarasan Minimum Essential Force Komponen Utama. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2016. Pengesahan Nota Kesepahaman


(MOU) Antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian
Pertahanan Republik Federasi Jerman Mengenai Kerja Sama di Bidang Pertahanan.
Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai