20 - Lambok Sihaloho - 2302190133 - HKN
20 - Lambok Sihaloho - 2302190133 - HKN
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Sejarah perundang-undangan keuangan negara di Indonesia dibagi menjadi 3
fase, yaitu fase penjajahan atau zaman kolonial (ICW, IBW, IAR), fase atau era
kemerdekaan (1945-2003) dan fase reformasi keuangan (2003-sekarang).
Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia, ICW, IBW, dan RAB tetap digunakan
sampai dengan tahun 2003. ICW terakhir ditetapkan sebagai UUPI atau Undang-
Undang Perbendaharaan Indonesia dengan UU No.9 Tahun 1968. Menurut Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1968, pada tahun ini mengalami perubahan penetapan
anggaran. Yang sebelumnya 1 Januari – 31 Desember diganti menjadi 1 April – 31
Maret. Kemudia pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tahun
anggaran diubah kembali menjadi 1 Januari – 31 Desember yang tetap berlaku hingga
sekarang.
Tercatat ada 14 tim dibentuk dengan tugas untuk menyusun RUU Keuangan
Negara dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional yang di amanatkan oleh UUD
1945 dan sebagai upaya menghilangkan penyimpangan keuangan negara serta guna
mewujudkan sistem pengelolaan keuangan nagara yang berkesinambungan,
professional, terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pada tahun 2003 pada tanggal 5 April UU No. 17 Tahun 2003 menjadi tonggak
sejarah pengelolaan keuangan negara di Indonesia. Pemerintah menetapkan undang-
undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara yang telah disahkan oleh DPR
tanggal 6 Maret 2003. UU No. 17 Tahun 2003 diundang-kan tanpa pengesahan
Presiden Megawati (kurang berkenan karena protes Ketua Bappenas dan Menteri
BUMN, keduanya dari PDIP). Pada tanggal 14 Januari 2004 terbitlah UU No.1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang ini merupakan kelanjutan dari
Undang-undang No. 17 tahun 2003 yang bertujuan untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Setelah UU No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara terbit maka ICW (1925 No. 448) dan RAB (1933) sudah tidak
berlaku lagi.
Pada tanggal 19 Juli 2004 terbitlah UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Tujuan terbitnya UU ini sebagai
salah satu dasar hukum yang mengatur pemeriksaan keuangan negara oleh BPK.
Selain ICW dan RAB yang fungsinya digantikan oleh UU No. 1 Tahun 2004, IAR juga
digantikan fungsinya oleh UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Reformasi Keuangan Negara terjadi karena terdapat kelemahan dalam
pengelolaan keuangan negara di bidang penganggaran, akuntansi dan pelaksanaan
anggaran. Kelemahan di bidang pengganggaran adalah fungsi perencanaan yang
belum tegas benang merahnya dengan pengganggaran, institusi penganggaran yang
terbelah antara anggaran rutin dan pembangunan, anggaran yang berorientasi pada
input, bukan output atau outcomes, dan landasan pelaksanaan hak bujet legislatif yang
belum tersedia. Lalu kelemahan di bidang akuntansi adalah belum tersedia standar
akuntansi bagi pelaporan keuangan pemerintah, dan belum jelas otoritas pembuat
standar dimaksud, laporan keuangan hanya meliputi realisasi anggaran dan
penyajiannya sangat lambat, dan fungsi pemeriksaan yang kurang efektif dan tumpeng
tindih. Dan kelemahan pelaksanaan anggaran adalah fungsi financial management
yang tidak terpadu, dan fungsi operasional yang belum optimal (let the managers
manage), dukungan pembiayaan alternatif yang belum tersedia setelah independensi
BI, duplikasi dan akumulasi sehubungan dengan pemisahan anggaran rutin dan
pembangunan, dan penyelenggaraan fungsi treasury (kas, piutang, utang, investasi,
aset lain) yang jauh dari optimal.