Anda di halaman 1dari 4

Nama/No.

absen/NPM : Lambok Sihaloho / 20 / 2302190133

Sejarah Undang-Undang Keuangan Negara

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Sejarah perundang-undangan keuangan negara di Indonesia dibagi menjadi 3
fase, yaitu fase penjajahan atau zaman kolonial (ICW, IBW, IAR), fase atau era
kemerdekaan (1945-2003) dan fase reformasi keuangan (2003-sekarang).

Sejarah perundang-undangan keuangan negara dimulai sejak zaman penjajahan


atau kolonial. Peraturan perihal keuangan negara dari zaman kolonial terdiri dari 4
yaitu, ICW (Indische Compititi Wet), IBW (Indische Bedrijven Wet), RAB (Reglement
Voor Het Administratief Baheer) dan IAR. ICW pertama kali dirancang oleh Menteri
Panud pada 1855, kemudian untuk kedua kalinya diajukan oleh Menteri Rochussen
pada 1858, dan untuk ketiga kalinya diajukan oleh Menteri Fransen van de Putte pada
1863. ICW diberlakukan berdasarkan adanya tuntutan ganti rugi. ICW dikeluarkan pada
tahun 1864 dan diberlakukan pada tahun 1867 bersamaan dengan adanya IBW dan
RAB.

Dalam perkembangannya ICW telah mengalami beberapa kali perubahan pada


tahun 1865 sampai dengan tahun 1925. Perubahan pada tahun 1903 adalah
dicabutnya pasal tentang golongan terhadap belanda. Perubahan pada tahun 1912
adalah Nederland Hindie atau Hindia Belanda dinyatakan berpisah dengan belanda .
Perubahan pada tahun 1925 adalah ditetapkan bahwa gubernur jenderal harus
bekerjasama dengan volkstraat untuk penetapannya. Perubahan pada tahun 1917
menetapkan gubernur jenderal mempunyai wewenang untuk menetapkan anggaran
sementara serta menetapkan perhitungan anggaran dan berwewenang menggunakan
sisa anggaran lebih atau menuntut sisa anggaran kurang.

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia, ICW, IBW, dan RAB tetap digunakan
sampai dengan tahun 2003. ICW terakhir ditetapkan sebagai UUPI atau Undang-
Undang Perbendaharaan Indonesia dengan UU No.9 Tahun 1968. Menurut Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1968, pada tahun ini mengalami perubahan penetapan
anggaran. Yang sebelumnya 1 Januari – 31 Desember diganti menjadi 1 April – 31
Maret. Kemudia pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tahun
anggaran diubah kembali menjadi 1 Januari – 31 Desember yang tetap berlaku hingga
sekarang.

Tercatat ada 14 tim dibentuk dengan tugas untuk menyusun RUU Keuangan
Negara dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional yang di amanatkan oleh UUD
1945 dan sebagai upaya menghilangkan penyimpangan keuangan negara serta guna
mewujudkan sistem pengelolaan keuangan nagara yang berkesinambungan,
professional, terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Pada tahun 2003 pada tanggal 5 April UU No. 17 Tahun 2003 menjadi tonggak
sejarah pengelolaan keuangan negara di Indonesia. Pemerintah menetapkan undang-
undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara yang telah disahkan oleh DPR
tanggal 6 Maret 2003. UU No. 17 Tahun 2003 diundang-kan tanpa pengesahan
Presiden Megawati (kurang berkenan karena protes Ketua Bappenas dan Menteri
BUMN, keduanya dari PDIP). Pada tanggal 14 Januari 2004 terbitlah UU No.1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang ini merupakan kelanjutan dari
Undang-undang No. 17 tahun 2003 yang bertujuan untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Setelah UU No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara terbit maka ICW (1925 No. 448) dan RAB (1933) sudah tidak
berlaku lagi.

Pada tanggal 19 Juli 2004 terbitlah UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Tujuan terbitnya UU ini sebagai
salah satu dasar hukum yang mengatur pemeriksaan keuangan negara oleh BPK.
Selain ICW dan RAB yang fungsinya digantikan oleh UU No. 1 Tahun 2004, IAR juga
digantikan fungsinya oleh UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Reformasi Keuangan Negara terjadi karena terdapat kelemahan dalam
pengelolaan keuangan negara di bidang penganggaran, akuntansi dan pelaksanaan
anggaran. Kelemahan di bidang pengganggaran adalah fungsi perencanaan yang
belum tegas benang merahnya dengan pengganggaran, institusi penganggaran yang
terbelah antara anggaran rutin dan pembangunan, anggaran yang berorientasi pada
input, bukan output atau outcomes, dan landasan pelaksanaan hak bujet legislatif yang
belum tersedia. Lalu kelemahan di bidang akuntansi adalah belum tersedia standar
akuntansi bagi pelaporan keuangan pemerintah, dan belum jelas otoritas pembuat
standar dimaksud, laporan keuangan hanya meliputi realisasi anggaran dan
penyajiannya sangat lambat, dan fungsi pemeriksaan yang kurang efektif dan tumpeng
tindih. Dan kelemahan pelaksanaan anggaran adalah fungsi financial management
yang tidak terpadu, dan fungsi operasional yang belum optimal (let the managers
manage), dukungan pembiayaan alternatif yang belum tersedia setelah independensi
BI, duplikasi dan akumulasi sehubungan dengan pemisahan anggaran rutin dan
pembangunan, dan penyelenggaraan fungsi treasury (kas, piutang, utang, investasi,
aset lain) yang jauh dari optimal.

Lalu dibuat agenda reformasi di berbagai bidang pengelolaan keuangan negara


Dari Hulu Samapai ke Hilir dan Perangkat Perubahan. Agenda reformasi: dari Hulu
Sampai ke Hilir memuat reformasi bidang perencanaan dan penganggaran, reformasi
bidang pelaksanaan anggaran, reformasi bidang perbendaharaan,dan sistem
penerimaan dan pembayaran, reformasi bidang pengelolaan kas, piutang, barang milik
negara dan kewajiban pemerintah, reformasi bidang akuntansi, pelaporan dan
pertanggungjawaban, reformasi bidang pemeriksaaan dan sistem pengendalian. Dan
agenda reformasi: perangkat peruahan memuat perubahan hukum dan peraturan per-
UU-an, penataan ulang sistem, prosedur dan kalender, penyesuaian
kelembagaan/organisasi, perubahan kerangka perilaku, peningkatan kapasitas personil,
penyediaan sarana kerja dan perbaikan kesejahteraan pegawai, dan perwujudan
kepemimpinan baru.

Paket Undang-Undang Pengelolaan Keuangan Negara terdiri dari tiga yaitu, UU


No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan UU No. 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang disiapkan oleh Tim ke XIV dan
diajukan kepada DPR pada 29 September 2000. ICW, IBW, dan RAB tidak berlaku lagi
sepanjang telah diatur oleh UU Nomor 17 Tahun 2003 (Peralihan dan Penutup UU No.
17 Tahun 2003, Pasal 36 sampai dengan Pasal 39). Lahirnya paket undang-undang
keuangan negara tahun 2003 dan 2004 diharapkan dapat mengakomodasikan berbagai
perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan
keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia.

Masing-masing undang-undang memiliki hubungan dengan keuangan negara.


UUD 1945 mengenai prinsip dasar pengelolaan keuangan negara. UU No. 17 Tahun
2003 mengenai prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan negara (Hukum Tata
Negara). UU No. 1 Tahun 2004 mengenai kaidah administratif pengelolaan keuangan
negara (Hukum Administrasi Keuangan Negara). UU No.15 Tahun 2004 mengenai
prinsip-prinsip umum pemeriksaan keuangan negara.

Anda mungkin juga menyukai