Anda di halaman 1dari 7

PAPER

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN HIV/AIDS DENGAN SIKAP PENOLAKAN TERHADAP


ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) PADA MASYARAKAT INDONESIA

DISUSUN OLEH :

AYONG GRACELYA Y. SANTIKA

( PO7124318021 )

JURUSAN DIV KEBIDANAN TINGKAT II A

POLTEKKES KEMENKES PALU

2020
PENDAHULUAN

Sejak awal epidemi, Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi salah satu tantangan masalah
kesehatan yang paling serius. Berbagai upaya pencegahan dan pengendalian Human Immunodeficiency
Virus /Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) telah dilakukan sejak awal epidemi. Namun,
terlihat sangat jelas bahwa sikap penolakan (intoleran) pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan
hambatan utama.1 Sikap penolakan merupakan salah satu bentuk stigma, dimana stigma terkait AIDS
sendiri mengarah pada segala persangkaan, sikap negatif dan penolakan yang ditujukan kepada ODHA
serta individu, kelompok atau komunitas yang berhubungan dengan ODHA tersebut.2

Negara-negara yang memiliki data HIV/AIDS sebanyak hampir 35 persen menyatakan bahwa lebih dari
50 persen perempuan dan laki-laki ODHA mengalami sikap penolakan yang berujung pada diskriminasi
di lingkungannya.3 Sedangkan di Asia, suatu hasil survei menyatakan bahwa 80 persen responden
mengalami sikap penolakan dan diskriminasi termasuk di dalamnya sektor kesehatan (54%), komunitas
(31%), keluarga (18%) dan tempat kerja (18%).4 Pada penelitian Oktarina tentang sikap masyarakat
Indonesia terhadap ODHA menyebutkan bahwa sebagian besar responden memperlihatkan sikap
penolakan terhadap ODHA (62,7%) dan sisanya (37,3%) memperlihatkan sikap positif atau menerima.5
Sikap penolakan dan diskriminasi pada ODHA di masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Berbagai penelitian juga

menegaskan bahwa secara statistik, semua domain yang berhubungan dengan pengetahuan tentang
HIV/AIDS memiliki hubungan yang positif dengan sikap terhadap ODHA.6,7 Upaya meningkatkan
pengetahuan mengenai HIV/AIDS dalam banyak penelitian juga membuktikan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi terjadinya pengurangan sikap penolakan dan
diskriminasi terhadap ODHA.8,9

Pengetahuan penduduk Indonesia mengenai HIV/AIDS tergolong masih rendah.10 Data laporan SDKI
2012 tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia tentang HIV/AIDS masih
rendah terlihat dari data yang menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49 tahun yang pernah
mendengar tentang HIV AIDS hanya sebesar 76,7 persen. Sedangkan persentase pria umur 15-54 tahun
yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 82,3 persen. Beberapa penelitian sebelumnya lebih
banyak mengangkat studi terkait HIV/AIDS pada populasi berisiko atau populasi kunci. 6,7,8,9

Sedangkan untuk studi pada seluruh masyarakat Indonesia secara umum masih belum banyak dilakukan.
Selain itu, penelitian tentang hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap penolakan terhadap
ODHA yang mengukur sampai multivariat untuk melihat interaksi dan confounder masih belum ada.
Selain itu, penelitian tentang hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap penolakan terhadap
ODHA yang mengukur sampai multivariat untuk melihat interaksi dan confounder masih belum ada.
LANDASAN TEORI

responden yang memiliki pengetahuan yang buruk tentang HIV/AIDS justru memiliki sikap penerimaan
ODHA lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
HIV/AIDS.

PEMBAHASAN

Sikap terhadap ODHA adalah sikap yang ditujukan kepada orang yang terinfeksi HIV.11 Sikap penolakan
terhadap ODHA adalah sikap negatif yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak
menyetujui norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada sebagai respon tertutup seseorang
terhadap ODHA.12 Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, lebih dari setengah responden
memiliki sikap penolakan atau intoleran terhadap ODHA, yakni 67,2 persen. Hal ini sejalan dengan
rendahnya pengetahuan tentang HIV/AIDS masyarakat Indonesia yakni sebesar 61,7 persen.

Variabel yang terbukti berhubungan secara bivariat dengan sikap penolakan terhadap ODHA yaitu umur,
tempat tinggal, status kerja, tingkat pendidikan, dan keterpaparan media. Hanya variabel jenis kelamin
yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan

sikap penerimaan terhadap ODHA. Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini terlihat jumlah responden
wanita lebih banyak daripada responden pria dan jumlah kedua kelompok responden tersebut tidak
represenatif. Hasil ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa adanya
hubungan siginifikan antara jenis kelamin dengan sikap penolakan terhadap ODHA.5,13,14

Pengetahuan tentang HIV/AIDS di berbagai penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan
faktor yang paling dominan dalam menentukan sikap terhadap ODHA.15 Jika dilihat dari perhitungan
nilai crude ratio memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan
mengenai HIV/AIDS dengan sikap penolakan terhadap ODHA. Responden yang memiliki pengetahuan
HIV/AIDS yang buruk memiliki sikap penolakan terhadap ODHA 0,67 kali lebih rendah dibanding
kelompok responden yang memiliki pengetahuan

HIV/AIDS yang baik (p = 0,0001, 95% CI 0,64-0,70). Hubungan terlihat signifikan antara pengetahuan
HIV/AIDS dengan sikap terhadap ODHA namun berhubungan secara terbalik, dimana responden yang
memiliki pengetahuan HIV/AIDS yang baik memiliki sikap penolakan lebih tinggi dibandingkan
responden yang memiliki pengetahuan HIV/AIDS yang buruk.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan beberapa penelitian sebelumnya, salah satunya yaitu
penelitian T. Korhonen yang mengambil data pada sejumlah mahasiswa di Finlandia menyatakan bahwa
pengetahuan berhubungan secara positif dengan sikap secara umum kepada ODHA dimana
pengetahuan HIV/AIDS akan mengarahkan kepada sikap positif terhadap ODHA dan penyakit
HIV/AIDS.16 Penelitian lain juga menyatakan bahwa mengetahui terinfeksinya seseorang dengan HIV
maka dengan berbekal pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS akan mengurangi sikap penolakan
terhadap ODHA.7 Bertolak belakangnya hasil penelitian ini karena adanya kemungkinan bias akibat
pertanyaan kuesioner SDKI yang kurang tereksplore dan pada saat wawancara yang membuat seseorang
kurang terbuka saat menjawab sehingga pengukuran sikap dan pengetahuan menjadi under atau
overestimate.

Pada analisis multivariat antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap terhadap ODHA dihasilkan
pemodelan akhir yang memperlihatkan dua interaksi yaitu interaksi antara pengetahuan HIV/AIDS
dengan tingkat pendidikan dan interaksi antara pengetahuan HIV/AIDS dengan keterpaparan media
serta variabel confounder secara substansial yaitu tingkat pendidikan dan keterpaparan media. Hasil
interaksi ini menggambarkan adanya efek modifier positif pendidikan dan keterpaparan media terhadap
pengetahuan HIV/AIDS, dimana kedua variabel tersebut mengurangi sikap penolakan terhadap ODHA
pada responden.

Hal ini diperjelas dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif
antara tingkat pendidikan dan keterpaparan media dengan peningkatan pengetahuan dan berkurangnya
sikap penolakan terhadap ODHA. Salah satu penelitian yang mendukung hal tersebut yaitu yang
menyatakan bahwa secara statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
tingkat pengetahuan mengenai penyakit AIDS.5 Hasil ini menggambarkan semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Responden yang mempunyai tingkat pendidikan
cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih baik, demikian juga sebaliknya. Keadaan ini juga sesuai
dengan penelitian yang menyatakan bahwa pendidikan masyarakat yang rendah berhubungan dengan
tingkat pengetahuan yang rendah pula.17 Selain itu, peran media informasi di dalam meningkatkan
pengetahuan tentang HIV/AIDS berdampak pada sikap terhadap ODHA sangat signifikan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara keterpaparan media dengan sikap
terhadap ODHA, dimana terdapat hubungan positif antara keterpaparan media dengan sikap terhadap
ODHA, dimana semakin terpapar seseorang dengan media maka semakin positif sikap yang ditunjukkan
seseorang kepada ODHA.18 Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang. Menurut Lawrence Green dan Marshall Kreuter, pengetahuan seseorang merupakan
salah satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang.19 Berdasarkan
teori adaptasi apabila tingkat pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong untuk mempunyai sikap
dan perilaku yang baik pula.20 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pada siswa SMA kelas XI di
Surakarta yang menyimpulkan adanya pengaruh positif pendidikan kesehatan terhadap meningkatnya

pengetahuan HIV/AIDS.21 Sikap dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman pribadi yang
meninggalkan kesan yang kuat.22 Pendidikan dan informasi merupakan kunci dalam pengurangan
stigma. Informasi dan pendidikan harus fokus pada membongkar mitos, mengklarifikasi kesalahpahaman
dan mengurangi stigma.
Dari pembahasan kasus diatas, maka meningkatkan mutu pelayanan pada kasus tersebut dengan
pendekatan quality assurance sebagai berikut

Hal yang perlu kita lakukan adalah melakukan siklus PDCA


P
(R en
caP
l an
kig )

k n
A
erti
(B o k)
ati
d (Laks n
o
D a kan
)
h eckC
C
(P eriksa)

1. PLANNING

pada bagian ini kita akan membentuk TIM dalam mengatasi permasalahan yang ada , hal yang akan
dilakukan adalah menyusun langkah langkah penyelesaian masalah. Seperti hal yang harus kita ketahui
lebih dulu adalah mencari penyebab mengapa sampai terjadi adanya penolakkan ODHA di masyarakat,
seperti kurangnya pemahaman masyarakat mengenai HIV/AIDS maka kita akan meyusun rencana
melakukan sosialisasi atau sejenisnya dalam memberikan health education pada masyarakat. Dan pada
bagian ini kita akan membentuk TIM dalam mengatasi permasalahan yang ada

2. DO

Pada bagian ini adalah melaksanakan rencana yang telah disusun,seperti sosialisasi tadi, kita akan
menyiapkan pemateri yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat.

3. CHECK

Pada bagian ini kita bisa seperti memberikan kusioner untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang
mereka pahami setelah mengikuti sosialisasi tersebut.
4. AKTION

Pada bagian ini akan dilakukan penyempurnaan dari hasil survei pemahaman yang telah dilakukan, jika
belum mencapai target yang diharapkan maka diskusikan lagi dengan tim hal apa yang akan membuat
masyarakat mengerti seperti misalnya melakukan penyuluhan serta sekreatif mungkin misalnya
melakukan drama mengenai orang dengan AIDS agar masyarakat dapat menerima hadirnya ODHA
ditengah tengah mereka.

KESIMPULAN

Sikap penolakan terhadap ODHA pada masyarakat Indonesia masih tinggi. Hal ini juga seiring dengan
rendahnya pengetahuan HIV/AIDS pada masyarakat Indonesia. Dari hasil analisis, terlihat adanya
hubungan yang bermakna antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap terhadap ODHA dimana variabel
tingkat pendidikan dan keterpaparan media menjadi variabel yang berpengaruh terhadap sikap
penolakan terhaadap ODHA dan pengetahuan HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peretti-Watel P, Spire B, Obadia Y, Moatti J-P, Group V. Discrimination against HIV-infected people
and the spread of HIV: some evidence from France. PLoS One. 2007;2(5):e411.

2. UNAIDS. Focus on location and [Internet]. 2015. Available from:


www.unaids.org/sites/.../WAD2015_repor t_en_part01.pdf

3. Aggleton P, Wood K, Malcolm A, Parker R. HIV - Related Stigma, Discrimination and Human Rights
Violations Case studies of successful programmes by [Internet]. 2005. Available from:
http://data.unaids.org/publications/ircpub06/jc999-humrightsviol_en.pdf

4. UNAIDS. People Living with HIV Stigma Index. Asia Pacific Regional analysis. 2011 [Internet]. 2011.
Available from: http://www.unaids.org/sites/default/files/ media_asset/20110829_PLHIVStigmaInd
ex_en_0.pdf

5. Oktarina O, Hanafi F, Budisuari MA. Hubungan antara karakteristik responden, keadaan wilayah
dengan pengetahuan, sikap terhadap HIV/AIDS pada masyarakat Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat.
2009; 12(4).

6. Hinduan ZR, Suherman H, Lucas Pinxten WJ, Alisjahbana B, Hospers HJ. HIVrelated knowledge and
attitudes among Indonesian prison officers. Int J Prison Health. 2013;9(2):92–102.

7. Wang G, Wada K, Hoshi K, Sasaki N, Ezoe S, Satoh T. Association of knowledge of HIV and other
factors with individuals’ attitudes toward HIV infection: a national cross-sectional survey among the
Japanese non-medical working population. PLoS One. 2013;8(7): e68495. 8. Balfour L, Corace K, Tasca
GA, BestPlummer W, MacPherson PA, Cameron DW. High HIV knowledge relates to low stigma in
pharmacists and university health science students in Guyana, South America. Int J Infect Dis. 2010;
14(10): e881–7.

Anda mungkin juga menyukai