Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN
( PENDIDIKAN KESEHATAN PADA INDIVIDU DAN
KEBUTUHAN KELOMPOK )

DOSEN PEMBIMBING MATA KULIAH :


GUSMAN ARSYAD, SST., M.Kes

DI SUSUN OLEH :
RATNA APRILINA
PO7124318040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


D-IV KEBIDANAN TINGKAT IIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Daftar Isi
Cover .....................................................................................................................
Daftar isi ................................................................................................................
Kata pengantar ......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..........................................................................................
B. Rumusan masalah ....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan kesehatan ..............................................................................
B. Upaya pendekatan kesehatan pada kelompok masyarakat ......................
C. Perencanaan pendidikan kesehatan ..........................................................
D. Model perencanaan pendidikan Kesehatan ............................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA / REFERENSI

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya serta salam dan shalawat semoga senantiasa tercurah pada nabi
Muhammad SAW sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan berjudul Pendidikan Kesehatan Pada Individu, kelompok masyarakat
Dan Kebutuhan Kelompok.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah promosi kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pendidikan kesehatan pada individu dan dan
kebutuhan kelompok masyarakat bagi para pembaca dan juga penyusun makalah

Palu, 29 maret 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu
individu keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai kesehatan secara optimal . Semua petugas kesehatan mengakui bahwa
pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada
saat ini banyak sekali bentuk pelayanan kesehatan dalam menanggulangi masalah
kesehatan yang di alami oleh masayarakat.
Pada dasarnya pelayanan kesehatan ini bertujuan untuk melaksanakan
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit yang di alami oleh
masyarakat.Namun, bukan berarti semua orang bisa memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang mengalami masalah kesehatan. Pada
hakikatnya semua pelayanan kesehatan itu harus didasari oleh ilmu yang di dapat
dari pendidikan di bidang kesehatan. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam
keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari
masyarakat.
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan
kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan
untuk individu, kelompok atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan
melakukan perubahan-perubahan secara suka rela dalam tingkah laku individu
(Entjang, 1991)
Unsur program ksehatan dan kedoktern yang didalamnya terkandung rencana
untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk
membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan. Menurut Stewart dikutip dari Effendi (1997)
Dilihat dari pengertian tentang pendidikan kesehatan diatas maka tujuan
pendidikan yang paling pokok adalah:
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan
sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi pendidikan kesehatan ?
2. Bagaimana upaya pendekatan kesehatan pada kelompok ?
3. Bagaimana perencanaan pendidikan kesehatan ?
4. Bagaimana model perencanaan pendidikan kesehatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti & definisi pendidikan kesehatan
2. Mengetahui upaya pendekatan kesehatan pada kelompok
3. Mengetahui perencanaan pendidikan kesehatan
4. Mengetahui model perencanaan pendidikan kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan
kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang
direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarakat agar belajar tentang
kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela dalam
tingkah laku individu (Entjang, 1991)
Unsur program ksehatan dan kedoktern yang didalamnya terkandung rencana
untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk
membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Menurut Stewart dikutip dari Effendi
(1997)
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam
bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua
kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek
baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoadmodjo, 2012)
2. Tujuan pendidikan kesehatan
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO,
tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik
secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi
maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak,
2009).
Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :
1) Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
Menurut WHO(1954)pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah
perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip
kesehatan maka dapat menyebabkan Terjadinya gangguan terhadap
kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua kader
kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekedar
apa yang terlihat oleh mata yakni tampak badannya besar dan kekar.
Mungkin saja sebenarnya ia menderita batin atau menderita gangguan jiwa
yang menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya. Untuk
menapai sehat seperti definisi diatas, maka orang harus mengikuti berbagai
latihan atau mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-
benar menjadi sehat.
2) Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat istiadat,
tata nilai atau norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi
adat kepercayaan yang telah menjadi norma atau nilai disuatu kelompok
masyarakat, tidak segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu melalui
proses yang sangat panjang karena kebudayaan adalah suatu sikap dan
perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses belajar.
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan
mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat, namun
perilaku tersebut ternyata mencakup hal yang luas, sehingga perlu perilaku
tersebut dikategorikan secara mendasar. Susilo membagi perilaku
kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam yaitu :
a) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung
jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan pada keadaan bahwa cara-
cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
b) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya
dalam hal ini Pelayanan Kesehatan Dasar (PHC = Primary Health Care)
diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang
nyata adalah PKMD. Contoh PKMD adalah Posyandu. Seterusnya dalam
kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah mencegah timbulnya
penyakit.
c) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan
sarana kesehatan yang ada secara berlebihan. Sebaliknya sudah sakit
belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada sebagaimana
mestinya.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat yaitu:
a. Dimensi Sasaran
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
b. Dimensi Tempat Pelaksanaannya
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Upaya Kesehatan
Sekolah (UKS).
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat
Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun
khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.
c. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
1) Promosi kesehatan (Health Promotion) Misal : peningkatan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
2) Perlindungan khusus (Specific Protection) Misal : Imunisasi
3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment) Misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat
menghindari dari resiko kecacatan.
4) Rehabilitasi (Rehabilitation) Misal : dengan memulihkan kondisi cacat
melalui latihan-latihan tertentu.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat
mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan, Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah
seseorang menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi, Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat, Masyarakat kita masih sangat menghargai dan
menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat, Masyarakat lebih memperhatikan informasi
yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena
sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Masalah Kesehatan Masyarakat
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia
perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku
kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular.
Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum
atau komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu)
kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.
a. Masalah Perilaku Kesehatan
Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama
masalah kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan
kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait
tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat
untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon
terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan
terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin
(afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan
(perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang
searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon diatas.
Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk
tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.Proses
terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan
membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga
pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan
harapan sasaran dapat berperilaku sehat. Perilaku sendiri menurut
Lawrance Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling
factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab
tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan
perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas
sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai – nilai
kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
b. Masalah Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya
derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah
kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman,
penyedia air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta
pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
c. Penyehatan Lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan
salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan  manusia. Pertumbuhan
penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas rumah cenderung
menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat
tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah
kesehatan. Rumah sehat sebagai masyarakat berperilaku sehat
memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan
populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan.
Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2
per penghuni , fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja,
pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang
berkumpul keluarga serta gedung dan kandang ternak untuk rumah
pedesaan. Tidak terpenuhi sayarat rumah sehat dapat menimbulkan
masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial
yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya
mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.
d. Penyediaan air Bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, air mandi,
memasak dan mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus
memenuhi syarat minimal sebagai air yanng dikonsumsi. Syarat air
minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan
syarat kimia. Air minum sehat memiliki karakteristik tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara
sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat
bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang
dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-sumber air
minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air
sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut
memiliki karakteristik masing-masing yang membutuhkan
pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum. Tidak
terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah
kesehatan atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit
gigi dan mulut dan lain-lain.
e. Masalah Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat
kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai
standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan
prosedur pelayanan. Ketersediaan sumber daya yang akan
menunjang perilaku sehat masyarakat untuk manfaat pelayanan
kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber
daya manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber daya
sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) serta
sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).
f. Masalah Genetik
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh
faktor genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia,
Diabetes Melitus, infertilitas dan lain-lain. Tetapi juga masalah
sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian,
kemiskinan , dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang
timbul akibat faktor genetik lebih banyaak disebabkan kurang
paham terhadap penyakit genetik, disamping sikap penolakan
karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku
genetik yang sehat diperlukann intervensi pendidikan kesehatan
disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh
agama, tokoh masyarakat, dan penguasa wilayah). Intervensi
berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik,
penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya
pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit
atau masalah kesehatan pada keturunannya.
g. Petugas Kesehatan yang Profesional
Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenagamedis, paramedis
keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis
(administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan ayng memberi
pelayanan kesehatan ditunjukkan dengna kompetensi dan taat
prosedur. Saat ini masyarakat banyak menerima pelayanan
kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat di atas tidak
dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi akrena
kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara
merata melahirkan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
tidak sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif
ekonomi sering menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan
secara maksimal. Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut
karena ketidaktahuan dan keterpaksaan. Walaupun pemerintah
telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan di
Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga
kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan
pemerataan distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh
petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat
petugas kesehatan yang masih banyak menyimpang dari tujuan
awal keberadaannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan spek preventif dan
promotif dalam peayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat
masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh
perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya
pada sakit.
h. Pembiayaan Kesehatan
Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat
mendapatakan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor
yang merupakan faktor pendukung (enabling Factors)masyarakat
untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalaui
asuransi kesehatan maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi
kesehatan untuk pegawai negeri sipil (PT. Askes), polisi dan
tentara (PY Asabri), pekerja sektor industri ( PT JAMSOSTEK),
masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga Harapan),
masyarakat tidak mampu, (Jamkesda) bahkan masyarakat umum
(Jampersal dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah
pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan
kesehatan yang bermutu terkait kesdaran masyarakat berperilaku
sehat. Perilaku sakit masih dominan sehingga upaya kuratif yang
membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan dana tidak
tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan
perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma Sehat
melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas Kesehatan secara rutin.
i. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan Makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah,
pasar dan lain – lain sedangkan pengolahan makanan meliputi
tempat pengolahan makanan (pabrik atau industri makanan) dan
tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin, restoran,
cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan,
ketersediaan air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.
j. Pengelolaan Limbah dan Sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah
tangga, industri, atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah
merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah
tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan
sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap
kesehatan lingkungan. Pengelolaan kotoran manusia membutuhkn
tempat yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan
kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau
dan menganggu estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan
limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus
memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan
melalui perantaram kotoran. Pengelolaan sampah meliputi sampah
organik, anorganik serta bahan berbahaya, memiliki 2 tahap
pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampahserta
pemusnahan dan pengolahan sampah. Pengelolaan limbah
ditujukan untuk menghindarkan pencemaran airdan tanah sehingga
pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidak
berbahaya. Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik,
bakteriologis dan kimia. Pengelolaan air limbah dilakukan secara
sederhana dan modern.

k. Sarana Bangunan dan Pendukung


Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan
saat ini diatasi dengan konsep Desa Siagayaitu konsep
memandirikan masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisi tersebut
tidak di dukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih
dominannya perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain dana APBN
dan APBD, melalui program Bantuan Operasional Kegiatan (BOK)
Puskesmas dan program pengembangan sarana pelayanan
kesehatan di Indonesia.
B. Upaya Pendekatan kesehatan pada kelompok masyarakat
untuk setiap masalah kesehatan para ahli kesehatan masyarakat dan
promosi kesehatan serta peneliti kesehatan perlu membuat panduan bagi
para provider kesehatan dan peneliti kesehatan akan upaya yang dilakukan
pada populasi sasaran, komunitas sasaran dan analisa kebijakan, tidak
hanya berorientasi pada perubahan perilaku individu sebab keadaan
komunitas, kebijakan tingkat kota dan nasional mengakibatkan individu
tidak mungkin melaksanakan perilaku hidup sehat misalnya anjuran
berolahraga dan makan buah dan sayur, mustahil penduduk miskin
melakukannya bila sayur dan buah mahal, Lebih murah mi instan dan
jajanan berlemak disamping tidak adanya sarana serta waktu untuk berolah
raga, Untuk ini dibutuhkan kegiatan .
- Pembuatan panduan bagi pemberi layanan kesehatan dan pemerhati
kesehatan
- Upaya advokasi bagi pihak yang bertanggung jawab merancang
kegiatan promosi kesehatan
- Upaya advokasi bagi pihak dinas kesehatan
- Upaya advokasi bagi kelompok komunitas pemerhati kesehatan
dan lain lain termasuk masyarakat, individu dan keluarganya
- Penelitian kesehatan yang berorientasi pada analisis faktor
komunitas dan kebijakan yang mendukung perilaku sehat dan
menjadi sebab perilaku tidak sehat.

Panduan itu dapat diterapkan menggunakan kerangka yang umunmya ada


pada bidang promosi kesehatan dan perencanaan kesehatan dengan menerapkan
target sasaran, kegiatan yang dilakukan termasuk media yang dipakai serta siapa
yang melakukakan. Pada perencanaan promosi kesehatan itu lima prinsip Ottawa
Charter perlu diterapkan yaitu :

l. Keterampilan personal agar semua yang terlibat dalam kegiatan


mempunyai keterampilan' untuk meningkatkan kesehatan seperti
olah raga teratur, makan sayur dan buah, serta tahu faktor sosial
yang mempengaruhi perilaku itu
2. Adanya gerakan pada setiap tatanan untuk melaksanakannya
dengan menghilangkan faktor sosial ekologi yang menghambat dan
menguatkan faktor pendorong.
3. Reorientasi pelayanan klinik di klinik dan praktek dokter
4. Terciptanya kebijakan kesehatan yang mendukung seperti
ketersediaan makanan sehat dan olah raga teratur, disamping
mencegah dan menghapus kebijakan yang mendorong perilaku
tidak sehat misalnya yang berkaitan makanan, olah raga, rokok dan
lain lain
5. Terciptanya lingkungan yang mendorong keempat hal diatas.

sesuai juga dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
masyarakat. Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, salah satu unsur
pentingnya adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat
penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary targetmemiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka. Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran,
pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan
masyarakat, menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka, dan
menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan
atau perilaku sehat.

C. Perencanaan Pendidikan Kesehatan


1) Perencanaan Pendidikan individu & kelompok masyarakat
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan
sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan
dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung
dalam membuat keputusan yang sehat. Proses promosi kesehatan itu sendiri
diartikan sebagai rangkaian kegiatan pemecahan masalah yang ilmiah, logis,
sistematis, dan terorganisasi bertujuan membantu klien dapat berupa
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal sesuai dengan
kebutuhannya melalui langkah-langkah: pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi .
Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; artinya proses
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di
masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Kegiatan promosi
kesehatan diselenggarakan melalui proses : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi, dimana disetiap proses tersebut menentukan
berjalannya suatu promosi kesehatan.
- Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah
pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas
untuk menjadi sehat. Pengkajian tersebut adalah proses sistematis
dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien,
baik individu maupun kelompok. Fase ini mencakup dua langkah
yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan). Pengkajian bertujuan untuk
menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan,
pengalaman yang terkait, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya
hidup. Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan
upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Warga masyarakat
merupakan mitra dan berkontribusi terhadap keseluruhan proses.
Tujuannya dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi
faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi
kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan startegi
promosi kesehatan. Hancock dan Minkler (1997), mengemukakan
bahwa bagi profesional kesehatan yang peduli tentang membangun
masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan
pengkajian kesehatan komunitas, yaitu sebagai informasi yang
dibutuhkan untuk perubahan dan sebagai pemberdayaan.
Menentukan Kebutuhan Manusia Saat melakukan pengkajian promosi
kesehatan, kita perlu menentukan prioritas. Hirarki Maslow (1970) tentang
kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna untuk menetukan
prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar
dalam lima tingkat. Tingkat pertama atau tingkat paling dasar mencakup
kebutuhan seperti udara, air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup
kebutuhan keselamatan dan keamanan. Tingkat ketiga mengandung
kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan
dihargai dan harga diri. Tingkat kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi
diri. Lain halnya dengan Bradshaw (1972). Bradshaw secara umun
mengunakan suatu taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan
sosial menjadi empat tipe, yaitu
1.Normativ needs
2.Felt needs
3. Expressed needs
4. Comparative needs
- Tahapan kedua tahap Perencanaan, Perencanaan Promosi
Kesehatan
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi
kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang
sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan
terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun
masyarakat. Model perencanaan diperlukan dalam promosi
kesehatan karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu
pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan rasional
menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus
diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program komprehensif
disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning model)
memberikan pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang
mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai. Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang
akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan
memerlukan.
1) Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
2) Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
3) Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART;
Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited
4) Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian
tujuan
5) Evaluasi hasil.
- Tahapan ketiga adalah pelaksanaan dari perencanaan yang sudah
dilakukan .
- Tahapan keempat, tahapan keempat adalah implementasi Tahap
implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan penyelesaian yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni untuk mencapai
kesehatan yang optimal, implementasi merupakan pelaksanaan dari
rencana terhadap perilaku yang digambarkan dalam hasil individu
yang diusulkan.
- dan Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya
memiliki kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses
keperawatan secara umum.. Didalam tahapan evaluasi hal penting
yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan
untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari
tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu kegiatan
tersebut.

D. Model Perencanaan
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan
dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan .
Metode pendidikan kesehatan, Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk

Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;

1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.

3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan


kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku

b. Interview (wawancara)

1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima


perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran
yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.

2. Metode pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu


besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun
akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar
1)  Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah.

2)  Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan


pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.

b. Kelompok kecil

1) Diskusi kelompok ;

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan


diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih
tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan
pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan,
dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada
dominasi dari salah satu peserta.

2) Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan


memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan
jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya
mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun,
baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).


Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih
kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,


kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan
kelompok lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok
tersebut dan dicari kesimpulannya.

5) Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan


tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai
dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan
anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka
memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.

6) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan


disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan
menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main.
Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan
sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung.


Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :

a. Ceramah umum (public speaking)

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik


TV maupun radio

c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan


lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau
radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa

d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk


pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari
Sabtu siang (th 2006)

e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun


tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan


sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh :
Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).

2) Model Perencanaan Promosi Kesehatan


Menurut Elwes dan Simnett (1999), kerangka kerja perencanaan promosi
kesehatan dapat meliputi:
 Identifikasi kebutuhan dan prioritas
 Menentukan tujuan dan target
 Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan
Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan promosi kesehatan
yang akan dicapai dan memperhatikan segi objek
 Identifikasi sumber yang terkait Ketika objek dan metode telah
diputuskan
 Menyusun metode rencana evaluasi
 Menyusun rencana pelaksanaan
 Pelaksanaan atau Implementasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam
bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua
kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek
baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoadmodjo, 2012). Dan adapun
Tujuan pendidikan kesehatan Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara
ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan;
baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).
Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :
1) Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
2) Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Susilo membagi perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan
menjadi 3 macam yaitu :
a) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat.
b) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok
c) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat.
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan, Ruang lingkup pendidikan
kesehatan masyarakat yaitu: Pendidikan kesehatan individual dengan
sasaran individu, Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran
kelompok, Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia
perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku
kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular.
Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum
atau komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu)
kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.

Perencanaan Pendidikan individu & kelompok masyarakat, Promosi


kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup mereka sehat optimal. Promosi Kesehatan adalah proses
pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat; artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan
melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua
komponen masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan diselenggarakan
melalui proses : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,
dimana disetiap proses tersebut menentukan berjalannya suatu promosi
kesehatan.

B. Saran
Demikian makalah yang saya buat ini, Semoga makalah ini dapat menberikan
manfaat bagi para pembaca dan penyusun serta mohon maaf apabila banyak
kesalahan didalam penyusunan makalah ini.
Untuk kritik dan saran yang ingin disampaikan silahkan disampaikan kepada
penyusun .
Referensi

http://ajago.blogspot.com/2007/12/pendidikan-kesehatan-masyarakat.html

https://fatmalahandayani.wordpress.com/2015/09/22/konsep-dasar-pendidikan-
kesehatan/

https://kulonprogokab.go.id/v3/portal/web/view_berita/5255/MENINGKATKAN-
KESEHATAN-MASYARAKAT-MELALUI-LINGKUNGAN-KELUARGA

https://media.neliti.com/media/publications/83232-ID-penerapan-pendekatan-sosial-
dan-ekologi.pdf

https://www.kompasiana.com/hendhers/55183a7c813311fd689de76a/pentinganya-
pemberdayaan-masyarakat-di-bidang-kesehatan#

http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/tahapan-promosi-kesehatan.html

http://digilib.unila.ac.id/8870/12/bab%20i.pdf

Anda mungkin juga menyukai