FARMAKOLOGI II
ANTIDIABETES
OLEH :
-Agar mahasiswa dapat memahami gejala gejala dan dasar farmakologi efek toksis
obat penurun glukosa darah
2. Tinjauan pustaka
Patofisiologi
Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi
supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari
bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan
makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan
tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji,
dkk, 2002).
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah
menjadi bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi
asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan
diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke
seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai
bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus
masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan
terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya
adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme itu insulin meme peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai
bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel
beta di pankreas (Waspadji, dkk, 2002).
Gejala Diabetes
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak selalu
sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul dengan tidak
mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula penderita diabetes melitus
yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi “tiga P” yaitu:
Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut
dibawah ini :
1. Kesemutan.
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal pada kulit telapak kaki,
sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur.
Kram.
3. Capai, pegal-pegal.
4. Mudah mengantuk.
5. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
6. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita.
7. Gigi mudah goyah dan mudah lepas.
8. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam kandungan, atau
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg. (Tjokroprawiro, 1998).
Penggolongan Diabetes:
Diabetes Mellitus Tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Jika pada Diabetes Mellitus Tipe I penyebab utamanya adalah dari malfungsi
kelenjar pankreas, maka pada Diabetes Mellitus Tipe II, gangguan utama justru terjadi
pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah. Dalam kondisi ini
produktivitas hormone insulin bekerja dengan baik, namun tidak terdukung oleh kuantitas
volume reseptor yang cukup pada sel darah, keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin.
Dibawah ini terdapat beberapa fakor-faktor yang memiliki peranan penting terjadinya hal
tersebut :
1. Obesitas.
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
3. Kurang gerak badan (olahraga).
4. Faktor keturunan.
Diabetes Mellitus tidak mena kutkan bila diketahui lebih awal. Gejala-gejala yang
timbul sangat tidak bijaksana untuk dibiarkan, karena justru akan menjerumuskan
kedalam komplikasi yang lebih fatal. Jika berlangsung menahun kondisi penderita
Diabetes Mellitus berpel uang besar menjadi ke toasidosis ataupun hipoglikemia
(Soegondo, 2004).
Alat : Bahan :
4. Cara kerja
6. Pembahasan
Pada hari rabu kami melakukan praktikum yang berjudul antidiabetes yang
bertujuan Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan/obat,agar mahasiswa
mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah serta mahasiswa dapat
memahami gejala gejala dan dasar farmakologi efek toksis obat penurun glukosa
darah.
5. Baca hasil setelah kurang lebih 5 detik. Data yang terbaca pada
glucose meter dicatat sebagai t=30
Hasil dari setiap tes yang dilakukan tidak memberikan hasil yang
bervariasi, hal ini tergantung pada kondisi fisiologis mencit dan
waktu dilakukannya tes. Hasil yang diperoleh dari glukosa meter ini
dapat digunakan untuk mengontrol diabetes pasien dan menetapkan
tahap penyembuhan selanjutnya bagi pasien. Tes glukosa darah
dilakukan beberapa kali tergantung pada umur pasien, kesehatan
pasien, dan tingkat diabetes yang diderita. Untuk mendapatkan hasil
tes yang akurat, perlu diperhatikan beberapa hal seperti menjaga
kebersihan glukosa meter, menempatkan sampel darah sesuia batas
glucose test strips, dan tidak menggunakan glucose test strips yang
sudah kadarluarsa.
Herman F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos
Bulletin No.1.
Katzung G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba
Medika. Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa :
Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta .