Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II
ANTIDIABETES

OLEH :

NAMA : INDRI CYINTIA


NIM : 1800022
KELAS : DIII-4A
GRUP : GENAP
JADWAL PRAKTIKUM : RABU ( 08:00 – 11:00 )
DOSEN PEMBIMBING : Novia Sinata, M.Si,Apt
ASISTEN DOSEN : 1. Margareta Febiola Ferdiansyah
2. Yolanda Maharani

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
T.P. 2020/2021
1. Tujuan

-Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan/obat

-Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah

-Agar mahasiswa dapat memahami gejala gejala dan dasar farmakologi efek toksis
obat penurun glukosa darah

2. Tinjauan pustaka

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya


gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan
sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar
pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua
jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja
insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan
terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan
Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan kurangnya
insulin yang diproduksi oleh sel β pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik
absolut maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008).
Kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme
karbohidrat. Oleh karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan
kadar glukosa dalam plasma darah (Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari
rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes
mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan
atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia,
poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan
kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat
menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis.
Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang
diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak,
diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et al, 2002).

Patofisiologi
Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi
supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari
bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan
makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan
tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji,
dkk, 2002).
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah
menjadi bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi
asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan
diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke
seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai
bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus
masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan
terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya
adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme itu insulin meme peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai
bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel
beta di pankreas (Waspadji, dkk, 2002).
Gejala Diabetes
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak selalu
sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul dengan tidak
mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula penderita diabetes melitus
yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi “tiga P” yaitu:

-Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan).

-Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum).

-Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing).


Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus meningkat,
bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan ini jumlah insulin
masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro,
1998).
Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala yang disebabkan
oleh kurangnya insulin, yaitu :
1. Banyak minum.
2. Banyak kencing.
3. Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu).
4. Mudah lelah.
Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi
500 mg/dl, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut
koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa
darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik, gejala dan penurunan
berat badan inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke
dokter (Tjokroprawiro, 1998).

Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut


(mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa bulan atau
beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal dengan gejala
kronik atau menahun (Katzung, 2002).

Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut
dibawah ini :
1. Kesemutan.
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal pada kulit telapak kaki,
sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur.
Kram.
3. Capai, pegal-pegal.
4. Mudah mengantuk.
5. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
6. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita.
7. Gigi mudah goyah dan mudah lepas.
8. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam kandungan, atau
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg. (Tjokroprawiro, 1998).

Penggolongan Diabetes:

Diabetes Mellitus Tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).


Penyebab utama Diabetes Mellitus Tipe I adalah terjadinya kekurangan hormon
insulin pada proses penyerapan makanan. Fungsi utama hormon insulin dalam
menurunkan kadar glukosa secara alami dengan cara :
Meningkatkan jumlah gula yang disipan didalam hati.
Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula.
Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula.
Jika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula dalam
darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula
disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormone insulin
sebagai “stabilizer” alami terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan
sekresi (produksi) hormone insulin ataupun terjadi gangguan pada proses penyerapan
hormone insulin pada sel-sel darah maka potensi terjadinya Diabetes Mellitus sangat
besar sekali (Soegondo, 2004).

Diabetes Mellitus Tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Jika pada Diabetes Mellitus Tipe I penyebab utamanya adalah dari malfungsi
kelenjar pankreas, maka pada Diabetes Mellitus Tipe II, gangguan utama justru terjadi
pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah. Dalam kondisi ini
produktivitas hormone insulin bekerja dengan baik, namun tidak terdukung oleh kuantitas
volume reseptor yang cukup pada sel darah, keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin.
Dibawah ini terdapat beberapa fakor-faktor yang memiliki peranan penting terjadinya hal
tersebut :
1. Obesitas.
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
3. Kurang gerak badan (olahraga).
4. Faktor keturunan.
Diabetes Mellitus tidak mena kutkan bila diketahui lebih awal. Gejala-gejala yang
timbul sangat tidak bijaksana untuk dibiarkan, karena justru akan menjerumuskan
kedalam komplikasi yang lebih fatal. Jika berlangsung menahun kondisi penderita
Diabetes Mellitus berpel uang besar menjadi ke toasidosis ataupun hipoglikemia
(Soegondo, 2004).

3. Alat dan bahan

Alat : Bahan :

-Gunting -Glukosa 0,4 mg/ml

-Spuit oral dan i.m -Glibenclamid 0,1 mg/ml

-Timbangan analitik -Insulin 50 ui/ml

-Stopwatch -Na cmc 1%

-Strip glukosa -Mencit

4. Cara kerja

-Siapkan alat dan bahan.

-Timbang mencit yg telah dipuasakan.

-Hitung vao untuk mencit.

-Siapkan alat glucometer dan strip tes glukosa.

-Cek glukosa normal mencit,dengan cara memotong ekor mencit seoanjang + 1


cm. Letakkan darah mencit pada strip tetes.
-Kemudian suntikkan insulin secara intra muscular,tunggu selama 5 menit.

-Setelah 5 menit larutan glukosa dioral kan,hidupkan stopwatch.

-Pada menit 15 dan 60 cek kadar glukosa darah mencit.

5. Hasil serta tabel

6. Pembahasan

Pada hari rabu kami melakukan praktikum yang berjudul antidiabetes yang
bertujuan Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan/obat,agar mahasiswa
mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah serta mahasiswa dapat
memahami gejala gejala dan dasar farmakologi efek toksis obat penurun glukosa
darah.

Diabetes merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar


gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pelepasan
insulin yang tidak adekuat disebabkan oleh glukagon yang berlebihan.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering
terjadi. Salah satu kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal.
Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu:
1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM (tipe I))
Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh
lesi atau nekrosis sel β berat. Akibat dari dekstruksi sel β, pankreas gagal merespon
adanya glukosa dan diabetes tipe I menunjukkan gejala seperti polidipsia, polifagia
dan poliuria. Diabetes tipe ini biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan
mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis,
kerusakan retina dan gagal ginjal. Diabetes tipe I memerlukan insulin endeogen
untuk menghindari hiperglikemia dan ketoasidosis yang mengancam kehidupan.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM (tipe II))
Penyakit ini disebabkan oleh penurunan fungsi sel β yang menyebabkan kadar
insulin bervariasi dan tidak cukup untuk memelihara homeostasis glukosa. Pada
diabetes tiepe II ini terjadi resistensi insulin yang disebabkan oleh penurunan
jumlah reseptor insulin. Tipe ini sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun.
Diabetes tipe II memerlukan obat-obat hipoglikemik oral untuk memelihara
konsentrasi glukosa darah dalam batas normal. Pengurangan berat badan,
melakukan program diet juga dapat menurunkan resistensi insulin dan
memperbaiki hiperglikemia pada penderita.
Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah polyuria yaitu volume urin
yang banyak atau sering buang air kecil, polydipsia yaitu cepat merasa haus,
polyphagia yaitu banyaknya makan yang dapat menyebabkan meningkatnya
glukosa dalam darah.
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl
(kurang dari 110 mg/dL). Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa
yang lebih tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan
hampir semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam
plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar
ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai
glikosuria. Adapun tabel kontrol gula darah adalah sebagai berikut:
Tabel Kontrol Gula Darah
Kadar gula darah penderita Kadar gula darah
Pemeriksaan
diabetes (mg/dL) normal (mg/dL)
Sebelum makan 90-130 < 110
(puasa)
Setelah makan 90-130 < 110
Dua jam setelah 120-160 < 140
makan
Sebelum tidur 110-150 < 120

Pratikum ini menggunakan mencit yang dipilih secara acak


untuk di gunakan sebagai hewan percobaan menggunakan
glucose meter dan glucose test strips.
Secara prosedur akan dibahas tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
mengevaluasi penyakit diabetes pada hewan percobaan. Sebelum
dilakukan percobaan, hewan yang akan diuji (mencit) dipuasakan
dengan cara tidak diberi makan tetapi tetap diberi minum. Hal ini
bertujuan untuk menormalkan kadar glukosa dalam darah mencit dan
agar glukosa darah yang nantinya terukur tidak dipengaruhi oleh glukosa
yang berasal dari makanan mencit. Jika mencit diberi makan, kadar
glukosa dalam darahnya menjadi tidak stabil (berubah-ubah).
Mencit dikelompok kan menjadi 8 kelompok. Kelompok 1
menggunakan Na cmc sebagai kontrol,vao yang diberikan sebanyak 0,28
ml. Pada kelompok 2 menggunakan glibenklamid,vao yg diberikan
sebanyak 0,22 ml. Pada kelompok 3 menggunakan glibenklamid,vao yg
digunakan sebanyak 0,42 ml. Pada kelompok 4 digunakan
novorapid,vao yang diberikan 0,013 ml. Pada kelompok 5 digunakan
novorapid,vao yg diberikan sebanyak 0,023 ml. Pada kelompok 6
diberikan novomix,vao yg diberikan sebanyak 0,011 ml. Pada kelompok
7 diberikan ,vao yang diberikan sebanyak 0,024 ml. Pada kelompok 8
diberikan novomix,vao yang diberikan 0,054 ml.
Pengambilan darah dilakukan dengan memotong bagian ujung ekor
mencit dan mengeluarkan sedikit darahnya. Pemilihan bagian ekor untuk
mengambil darah mencit dikarenakan pada bagian ini terdapat banyak
pembuluh darah yaitu pembuluh darah vena. Selain itu metode ini adalah
metode termudah untuk mengambil darah mencit. Berikut adalah
prosedur pengukuran kadar glukosa darah menggunakan glucose meter:
1. Pasang strip ke slot

2. Cek nomor kalibrasi. Kalibrasi glucose meter bertujuan agar data


yang terbaca lebih akurat.
3. Lakukan sampling darah.
4. Sentuhkan sampel darah ke salah satu sisi strip.

5. Baca hasil setelah kurang lebih 5 detik. Data yang terbaca pada
glucose meter dicatat sebagai t=30
Hasil dari setiap tes yang dilakukan tidak memberikan hasil yang
bervariasi, hal ini tergantung pada kondisi fisiologis mencit dan
waktu dilakukannya tes. Hasil yang diperoleh dari glukosa meter ini
dapat digunakan untuk mengontrol diabetes pasien dan menetapkan
tahap penyembuhan selanjutnya bagi pasien. Tes glukosa darah
dilakukan beberapa kali tergantung pada umur pasien, kesehatan
pasien, dan tingkat diabetes yang diderita. Untuk mendapatkan hasil
tes yang akurat, perlu diperhatikan beberapa hal seperti menjaga
kebersihan glukosa meter, menempatkan sampel darah sesuia batas
glucose test strips, dan tidak menggunakan glucose test strips yang
sudah kadarluarsa.

Dari data percobaan yang dilakukan pada kelompok 1 yaitu Na.CMC


sebagai kontrol didapatkan peningkatan kadar glukosa setelah
pemberian obat setelah pemberian dengan interval 0', 15` dan
60`mengalami peningkatan sebesar 120 mg/dl,125 mg/dl hingga 122
mg/dl.
Hal ini dikarenakan selain Na.CMC sebagai kontrol negative yang tidak
memiliki efek antidiabetik, Na.CMC juga merupakan selulosa yang
tergolong polisakarida sehingga dapat semakin meningkatkan kadar gula
dalam darah.
Selanjutnya pada kelompok 2 yaitu Glibenklamid merupakan obat
antidiabetik yang efektif dimana didapatkan peningkatan kadar glukosa
setelah pemberian obat setelah pemberian dengan interval 0’, 15’, dan
60’ dari hasil yang didapat mengalami penurunan sebesar 110 mg/dl,98
mg/dl hingga 85 mg/dl. Pada kelompok 3 juga menggunakan
glibenklamid setelah pemberian dengan interval 0’, 15’, dan 60’ hasil
yang didapat mengalami penurunan 135 mg/dl,130 mg/dl hingga 83
mg/dl.
Glibenklamid merupakan obat pertama dari antidiabetika oral generasi
kedua dengan khasiat hipoglikemis lebih kuat daripada tolbutamida.
Glibenklamid bekerja dengan cara menstimulasi sekresi insulin setiap
pemakaian glukosa. Insulin yang dihasilkan akan mengubah glukosa
dalam darah menjadi glikogen yang akan disimpan dalam jaringan otot
atau jaringan adiposa. Glibenklamid akan menjadi metabolit kurang
aktif di dalam hati karena terjadi first pass efect , lalu obat ini
dieksresikan melalui kemih dan feses.
Pada kelompok 4 yaitu novorapid. setelah pemberian obat setelah
pemberian dengan interval 0', 15` dan 60' mengalami penurunan kadar
glukosa 125 mg/dl,83 mg/dl hingga 55 mg/dl.
Pada kelompok 5 yaitu menggunakan novorapid setelah pemberian obat
setelah pemberian dengan interval 0', 15` dan 60' mengalami penurunan
dari 100 mg/dl,50 mg/dl hingga 42 mg/dl. Obat ini mengandung insulin
aspart sebagai bahan aktif utamanya. Insulin aspart ini merupakan
insulin buatan manusia yang menyerupai dengan insulin yang diproduksi
di dalam tubuh secara alami.yang diproduksi secara alami di dalam
tubuh dan dapat diserap cepat. Selain itu, ia juga membantu
memindahkan gula dalam darah menuju jaringan tubuh lainnya sehingga
bisa digunakan sebagai sumber energi. Obat ini digunakan untuk
mengobati diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada penderita diabetes
tipe 1, pasien memang tidak bisa memproduksi insulin secara alami,
sehingga tidak bisa mengontrol jumlah gula darah. Sementara, pada
pasien diabetes tipe 2, tubuh pasien memproduksi insulin namun tidak
bekerja sebagaimana mestinya, sehingga gula darah pun tidak
terkontrol.
Pada kelompok 6 yaitu novomix.setelah pemberian obat setelah
pemberian dengan interval 0', 15` dan 60' mengalami penurunan dari
115 mg/dl,91 mg/dl hingga 60 mg/dl.
Pada kelompok 7 yaitu novomix.setelah pemberian obat setelah
pemberian dengan interval 0', 15` dan 60' mengalami kenaikan dari 92
mg/dl,113 mg/dl, hingga penurunan menjadi 55 mg/dl.
Pada kelompok 8 yaitu novomix.setelah pemberian obat setelah
pemberian dengan interval 0', 15` dan 60' mengalami penurunan kadar
glukosa dari 118 mg/dl,35 mg/dl hinggal 24 mg/dl.
7. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa:


1. Diabetes merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar
gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolute.
2. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM (tipe I)). Penyakit ini ditandai
dengan defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β
berat.
3. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM (tipe II)). Penyakit ini
disebabkan oleh penurunan fungsi sel β yang menyebabkan kadar insulin
bervariasi dan tidak cukup untuk memelihara homeostasis glukosa.
3. Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah polyuria, polydipsia, dan
polyphagia
4. Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl
(kurang dari 110 mg/dL).
5. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari
110 mg/dl.
8. Daftar pustaka
Adam J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin
Dunia Kedokteran No. 127

Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C. Miranda, L. M. G.


Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar.2002. Studies on hypoglycemic activity of
mexican medicinal plants. Proc. West. Pharmacol. Soc. 45: 118-124

Herman F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos
Bulletin No.1.

Katzung G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba
Medika. Jakarta.

Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa :
Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .

Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Reinauer, H. P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory Diagnosis


and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization. Geneva.

Soegondo,S., Semiardji, G., Adriansyah, H. 2004. Petunjuk Praktis Penatalaksanaan


Dislipidemia. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta.

Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta .

Waspadji, S. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai