Anda di halaman 1dari 16

PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA

Definisi bangsa dan negara


 Menurut Otto Bauer, bangsa adalah “die aus einer Schicksalsgemeinschaft erwachsende
Charaktergemeinschaft” terjemah bebasnya adalah: “komunitas karakter yang
berkembang dari komunitas pengalaman bersama”.

 (bangsa adalah suatu kelompok manusia yang memiliki karakter (watak) yang sama yang
terbentuk karena adanya perasaan senasib yang sama)

 Kata “negara” mengandung dua arti:

 Masyarakat atau wilayah yang merupakan satu kesatuan politis.

 Lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan
demikian menguasai wilayah itu

Suku Bangsa :Golongan sosial yang memiliki ciri fisik yang sama

Persamaan sejarah dan kepentingan

Bangsa :Persekutuan hidup yang merasa satu kesatuan

Perlu pemerintahan yang berdaulat

Negara :Organisasi tertinggi dalam suatu Masyarakat yg memiliki cita-cita untuk


Hidup di daerah tertentu dan mempunyai Pemerintahan yg berdaulat.

Unsur unsur negara : - Adanya rakyat

- Adanya pemerintah yang berdaulat

- Adanya wilayah

- Adanya pengakuan dari negara lain

Pengakuan kemerdekaan untuk Indonesia

 Dalam sidangnya pada tanggal 27 September 1950, Majelis Umum PBB dengan suara
bulat menerima Indonesia menjadi anggota PBB yang ke-60.

 Pada tanggal 28 September diadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih di


Markas Besar PBB di samping bendera-bendera dari 59 negara anggota lainnya.
BANGSA DAN NEGARA
Teori terbentuknya negara : - Pengakuan akan adanya Tuhan dan segala kekuasaanNYA

- Pengakuan akan mutlaknya kekuatan

- Pengakuan akan adanya konflik yang berkepanjangan


sehingga manusia butuh kesepakatan-kesepakatan
dengan kelompok manusia yang lain

- Pengakuan akan adanya konflik yang berkepanjangan


sehingga manusia butuh kesepakatan-kesepakatan
dengan kelompok manusia yang lain

Teori Ketuhanan (Thomas Aquinas & Frederich Julius Stahl)

o Negara adalah ciptaan Tuhan baik langsung maupun tidak langsung.

o “Negara timbul oleh pergaulan antar manusia yang ditentukan oleh hukum dan tata alam
yang terjadi karena kehendak dan menurut hukum Tuhan” (Thomas Aquinas)

Teori Kekuatan

Yang kuat (baik fisik, psikis, materi, maupun politik) memimpin yang lemah

Suatu negara terbentuk oleh adanya dominasi kelompok yang kuat atas yang lemah.

“Negara adalah suatu susunan masyarakat yang oleh golongan yang menang dipaksakan
kepada golongan yang ditaklukkan, dengan maksud mengatur kekuasaan golongan yang
satu atas yang lain dan melindungi terhadap ancaman pihak lain” (Franz Oppenheimer

Teori Perjanjian Masyarakat


Teori Integralistik

Negara terbentuk karena adanya susunan masyarakat yang saling berhubungan dan
merupakan kesatuan yang bersifat organis.

Negara akan menjamin semua kepentingan tanpa membedakan pusat vs daerah, kuat vs
lemah dsb.

NEGARA HUKUM DAN NEGARA INDONESIA


Negara Hukum
• Ubi societas ibi ius

• Penyelenggaraan pemerintahan yg baik adalah yang diatur oleh hukum (Plato, Nomoi,
abad ke-4 SM).

• Suatu negara yg baik adalah negara yg diperintah dg konstitusi dan berkedaulatan


hukum (Aristoteles, Politica). Bagi Aristoteles, tujuan negara adalah kesempurnaan
warganya yg berdasarkan atas keadilan.

• Negara hukum adalah negara yang baik pemerintah maupun rakyatnya sama-sama
tunduk pada peraturan-peraturan hukum yg berlaku (Wirjono Prodjodikoro)
Negara Hukum Indonesia

• Pasca amandemen, Indonesia menetralkan konsepsi negara hukum dengan menghapus


kata “rechstaat” dari UUD 1945. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945: “Negara Indonesia adalah
negara hukum”

• Tidak menganut pemisahan kekuasaan (separation of power) melainkan


pembagian/perimbangan kekuasaan (distribution of power).

• Menganut “equality before the law” berdasarkan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945: “Segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

• Mengadopsi adanya peradilan administrasi

• Mengadopsi adanya “judicial review” sebagai adanya jaminan HAM.

• Menjamin HAM dalam konstitusinya (Pasal 28A – 28J UUD 1945).


IDENTITAS NASIONAL
 Identitas berasal dari kata “identity” ciri, tanda, jati diri, atau sifat khas.

 Identitas bisa memiliki dua arti:

 Identitas atau jatidiri yang menunjuk ciri-ciri fisik.

 Surat keterangan yang menerangkan pribadi dan riwayat seseorang.

 Identitas dapat dibagi dalam:

 Identitas individu  berkaitan dengan keseluruhan ciri-ciri seseorang, terbentuk


melalui interaksi biologi dan kehidupan sosial.

 Identitas kolektif  interaksi antara individu yang satu dengan yang lain dalam
suatu kelompok dan melakukan tindakan serta perbuatan secara bersama-sama
untuk tujuan bersama.

 Identitas atau jatidiri muncul dan ada dalam interaksi.

 Dengan demikian, jatidiri baru muncul setelah adanya pengakuan dari orang lain
mengenai jatidirinya.

 Identitas atau jatidiri dibutuhkan dalam proses interaksi. Melalui interaksi ini, seseorang
akan ditempatkan pada porsi sesuai dengan identitas atau jatidirinya.

 Nasional berasal dari kata “nation”  bangsa.

 Identitas Nasional berasal dari kata “nation identity”

 Identitas Nasional  sifat khas yang melekat pada suatu bangsa  kepribadian suatu
bangsa.

 Identitas nasional dibutuhkan untuk interaksi.

Faktor Pembentuk Identitas Nasional

Identitas Nasional menurut Robert de Vantos terbentuk dari:

 Faktor primer terdiri dari: Etnisitas, Teritorial, Bahasa, Agama dan sejenisnya

 Faktor pendorong terdiri dari: Pembangunan komunikasi, Pembangunan teknologi,


Pembangunan kekuatan militer, dan Pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan

 Faktor penarik terdiri dari: Kodifikasi bahasa dan sistem pendidikannya


 Faktor reaktif terdiri dari: Penindasan, Dominasi, dan kolektifitas rakyatnya.

Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Sosial

FAKTOR OBYEKTIF:- Geografis

- Ekologis

- Demografis

FAKTOR SUBYEKTIF:

- Historis

- Sosial

- Politik

- Kebudayaan

- Identitas Fundamental, yakni Pancasila sebagai Pandangan hidup, Filsafat bangsa,


Hukum dasar, Etika politik, dan Paradigma pembangunan.

- Identitas Instrumental

- UUD 1945  konstitusi negara

- Bahasa Indonesia  bahasa persatuan

- Garuda Pancasila  lambang negara

- Sang Saka Merah Putih  bendera negara

- Bhinneka Tunggal Ika  semboyan negara

- Indonesia Raya  lagu kebangsaan

- Identitas Alamiah

- Indonesia sebagai negara kepulauan

- Kemajemukan budaya, suku, dan agama

- Identitas nasional mengharapkan adanya integrasi nasional

- Integrasi nasional akan kokoh jika ditopang oleh:

- Integrasi sosial
- Integrasi kebudayaan

- Eksistensi identitas nasional sangat ditentukan oleh kekuatan integrasi nasional


sementara integrasi nasional memerlukan identitas nasional sebagai sarana rekayasa
sosial dan politik dalam upaya mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
diinginkan.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

(1) Setiap orang berhak atas kewarganegaraan.


(2) Tidak seorangpun dengan semena-mena dapat dikeluarkan dari
kewarganegaraannya atau ditolak hanya untuk mengganti kewarganegaraannya.

(Article 15 Universal Declaration of Human Rights)

Warga Negara = Staatsburger (Belanda)

Warga Negara = Citizen (Inggris)

Warga Negara = Citoyen (Perancis)

Warga Negara = Kaula Negara (Jawa).

Warga Negara = Anggota dari suatu persekutuan yang didirikan atas kekuatan
berasama, dilaksanakan atas tanggungjawaba bersama dan ditujukan untuk
kepentingan bersama.

Model Kewarganegaraan
• Perspektif Legal-Formal

Kewarganegaraan adalah sebuah komunitas berdasarkan hukum.

• Perspektif Netralitas

Kewarganegaraan adalah keanggotaan yang permanen dalam sebuah komunitas


yang teratur (John Rawls).

• Perspektif Partisipatoris
Kewarganegaraan ditentukan oleh seberapa jauh keterlibatan seseorang dalam
ruang politik.

• Perspektif Kelas

Kewarganegaraan harus dikaitkan dengan upaya kelompok-kelompok di dalam


masyarakat untuk mendapatkan perlindungan hak-hak dasar.

• Perspektif Hermeneutik

Menekankan posisi aktor penafsir. Kewarganegaraan ditentukan oleh bagaimana


sang aktor menafsirkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Asas asas Kewarganegaraan


• Asas Keturunan (ius sanguinis)

Penentuan kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau keturunan.

• Asas tempat kelahirannya (ius soli)

Tolok ukurnya pada dimana seseorang dilahirkan (AS, Kanada, Australia, Saudi
Arabia)

• Asas Campuran

Penentuannya berdasarkan ius sanguinis dan ius soli secara bersamaan (India
dan Pakistan)

• WNI adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa asing yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

• Cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia:

– dengan kelahiran (ius soli) dan karena keturunan (ius sanguinis);

– Karena dikabulkan permohonannya;

– Karena pewarganegaraan;

– Karena perkawinan;

– Karena telah berjasa kepada negara Indonesia;

– Karena pengangkatan,
• Penentuan hak warga negara merupakan hak mutlak dari negara yang bersangkutan
(Pasal 1 Konvensi Den Haag 1930).

• Namun hak mutlak ini dibatasi oleh prinsip-prinsip umum sbb:

– Tidak boleh bertentangan dengan konvensi-konvensi internasional;

– Tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan internasional;

Tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum umum yang secara


internasional diterapkan dalam hal penentuan kewarganegaraan

• HAM adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku
seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun.

• Kewajiban negara atas HAM:

– To protect  hak hidup, hak politik

– To respect  hak sipil politik

– To fulfill  hak dasar (pendidikan, kesehatan).

• Alasan mengapa HAM harus dijamin dalam konstitusi:

– Karena negara sebagai organisasi kekuasaan cenderung menyalahgunakan


kekuasaannya, maka HAM harus diatur dalam konstitusi untuk memberikan
jaminan perlindungan terhadap HAM.

– Negara selalu dikonotasikan sebagai suatu lembaga yang mempunyai keabsahan


untuk memaksakan kehendaknya, maka konstitusi hadir untuk menjamin tidak
disalahgunakannya kekuasaan oleh negara.

HAM DALAM UUD 1945 (setelah amandemen)

• Disusun dalam suasana reformasi yang menuntut dibukanya hak dan


diimplementasikannya demokrasi dalam arti yang sesungguhnya.

• Diatur pertama kali dengan Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 yang salah satu
konsiderannya menyatakan: “bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia
patut menghormati hak asasi manusia yang termaktub dalam Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa serta berbagai instrumen internasional
lainnya mengenai hak asasi manusia.

HAM DALAM UUD 1945 (setelah amandemen)


• Diatur dalam Bab X, bab XA dan Bab IX melalui amandemen ke I dan II UUD 1945.

• Terdiri dari 13 Pasal yakni Pasal 27, 28, 28A, 28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I, 28J,
dan Pasal 29 ayat (2).

Rumusan pasal-pasal HAM dalam konstitusi hasil amandemen diatur secara sangat
rinci sehingga muncul penilaian bahwa pengaturan HAM dalam konstitusi setelah
amandemen merupakan upaya ‘adopsi’ atas ketentuan dalam UU No. 39 Tahun
1999

• Pengaturan HAM dalam UUD 1945 hasil amandemen dan UU No. 39 tahun 1999
merupakan upaya untuk mempersatukan pemahaman sifat universalitas dan
kontekstualitas HAM.

• Sifat universalitas HAM bermakna bahwa HAM pada hakikatnya bersifat umum dan
tidak terikat oleh waktu dan tempat.

• Sifat kontekstualitas HAM bermakna bahwa penerapan HAM didasarkan pada tempat
berlakunya HAM itu sendiri.

• UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia
Dalam UU ini yang dimaksud Warga Negara Indonesia adalah:

 setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan


dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia
dengan negara lain sebelum Undang- Undang ini berlaku sudah
menjadi Warga Negara Indonesia

 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia

 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Indonesia dan ibu warga negara asing

 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia

 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
 anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya
Warga Negara Indonesia

 anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia;

 anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara
Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum
anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

 anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada


waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

 anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik


Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;

 anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah


dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya;

 anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari


seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;

 anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Pasal 4 menunjukkan siapa saja yang dapat disebut Warga Negara Indonesia (WNI). Terutama

dalam pasal 4 huruf c, d, h dan l serta pasal 5 menyangkut tentang anak dari perkawinan

campuran. Dengan adanya aturan tersebut maka anak dari perkawinan campuran dapat

memiliki status kewarganegaraan ganda dari ayah maupun ibunya, atau yang biasa disebut

dengan Anak Berkewarganegaraan Ganda atau Dwikewarganegaraan.

Bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK


INDONESIA menganut beberapa asas-asas yakni sebagai berikut: 
1. Asas  ius sanguinis (law of the blood)  adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat
kelahiran. 

2. Asas  ius soli (law of the soil)  secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini. 

3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas  yang menentukankan satu


kewarganegaraan bagi setiap orang.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan


kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang ini. 

Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun


tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam
Undang-undang ini merupakan suatu pengecualian. 

Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar penyusunan Undang-
Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, 

1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan


mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan
kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri. 

2. Asas perlindungan maksimum adalah asas  yang menentukan bahwa pemerintah wajib
memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam
keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri. 

3. Asas persamaan di dalarn hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan
bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sarna di dalam hukum
dan pemerintahan. 

4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat


administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. 

5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ikhwal
yang berhubungan dengan warga negara  atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin
dan gender. 
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin,
melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara
pada khususnya.  

7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal
yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka. 

8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh
atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia 

Bahwa asas kewarganegaraan ius sanguinis; ditambah dengan ius soli terbatas dan asas

kewarganegaraan ganda terbatas sebagaimana juga untuk hal ini telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 2007 adalah dianggap merugikan bagi

sebahagian warga negara Indonesia.


Pembagian Status Kewarganegaraan
Status kewarganegaraan terbagi atas dua, yaitu :
a. Status Kewarganegaraan Apatride
Status kewarganegaran apatride adalah keadaan dimana seseorang tidak mempunyai
kewarganegaraan,atau keadaan dimana seseorang tidak menjadi warganegara salah Satu
Negara manapun.
b. Status Kewarganegaraan Bipatride
Status kewarganegaraan bipatride adalah suatu keadaandimana seseorang mempunyai
kewarganegaraan ganda(mempunyai 2 kewarganegaraan

Warga Negara adalah warga suatu Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-

undangan, atau dengan kata lain warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau

secara resmi merupakan anggota resmi dari suatu Negara tertentu. Sedangkan

Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

Asas-Asas Kewarganegaraan
a. Azas Kelahiran (Ius Soli) : Azas kelahiran adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang.
b. Azas Keturunan (Ius Sanguinis) : Azas keturunan adalah pedoman kewarganegaraan
berdasarkan pertalian darah atau keturunan.
c. Azas Perkawinan : Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang memiliki
asas kesatuan hukum
d. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi) : yakni seseorang menggunakan hak opsi untuk
memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara (aktif) atau
seseorang yang menolak untuk diwarganegarakan atau tidak mau diberikan status warga
negara dengan menggunakan hak repudiasi (pasif)

Berdasarkan ayat-ayat dari pasal 1 UU. No. 12 Tahun 2006 tersebut di atas, kami akan mengkaji
ayat ke (4)/ poin d. yang berbunyi :
” Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga Negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia”.
Di Indonesia, yang dimaksud perkawinan campuran sebagaimana termaktub dalam Undang-
undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 57 adalah perkawinan antara dua orang
yang tunduk pada hukum berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak
berkewarganegaraan Indonesia.
Menurut UU tentang Kewarganegaraan (UU No. 12 Tahun 2006), Pengaturan Mengenai Anak
Hasil Perkawinan Campuran, mengikuti asas-asas kewarganegaraan umum atau universal. Asas-
asas adalah: Asas ius sanguinis (law of the blood). Kewarganegaraan seseorang berdasarkan
keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
 Asas ius soli (law of the soil). Kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang.
 Asas kewarganegaraan tunggal. Menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
 Asas kewarganegaraan ganda. Menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang.
Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) atau
pun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak
dalam Undang-Undang ini merupakan suatu pengecualian.
Berdasarkan UU ini anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI dengan pria WNA,
maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan pria WNI, sama-sama
diakui sebagai warga negara Indonesia. Anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda , dan
setelah anak berusia 18 tahun atau sudah menikah maka ia harus menentukan pilihannya.
Pernyataan untuk memilih tersebut harus disampaikan paling lambat tiga tahun setelah anak
berusia 18 tahun atau setelah kawin. Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan
terobosan baru yang positif bagi anak-anak hasil perkawinan campuran.
Anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki kemungkinan bahwa ayah dan ibunya
memiliki kewarganegaraan berbeda sehingga tunduk pada dua yurisdiksi hukum yang beda.
Berdasarkan UU Kewarganegaraan yang lama, anak hanya mengikuti kewarganegaraan
ayahnya, namun berdasarkan .
Tujuan pkn : PENGETAHUAN, PEMAHAMAN, MEMBANGUN DAN MEMPERTAHANKAN
NATIONAL CHARACTER BUILDING.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah hasil sintesis antara civic education, democracy education,
serta citizenship yang berlandaskan pada filsafat Pancasila serta mengandung identitas nasional
Indonesia serta materi muatan tentang bela negara (Mansoer)

Anda mungkin juga menyukai