Anda di halaman 1dari 33

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


Makassar, 2 Mei 2019

LAPORAN KELOMPOK PBL


“MODULMALNUTRISI ENERGI PROTEIN”
BLOK TUMBUH KEMBANG & GERIATRI

Pembimbing : dr. Moch. Erwin Rachman, M.Kes, Sp.S


Disusun Oleh :
Kelompok 5
S. Ahmad Gufran Idrus 110 2016
0125
Firmandi As. Saleh 110 2016
0112
Muhammad Syawal Rahis 110 2016
0079
Aulia Rizki Rahim 110 2016
0063
Aulia Pratiwi Nurul Suci 110 2016
0132
Ratih Pusmawati 110 2016
0103
Resky Karnita Dewi 110 2016
0072
Resky Asfiani Rahman 110 2016
0051
Ratu Sri Bestari 110 2016 0104
Ratu Fadhilah Waetenrigading 110 2016
0085

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

KASUS
SKENARIO 1 :

Seorang bayi perempuan, umur 5 bulan, dibawa ibunya ke


Puskesmas dengan keluhan berak encer dengan frekuensi > 3
kali sehari sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat pemberian makan:
ASI diberikan sampai usia 1 bulan, selanjutnya diberi susu kental
manis sampai sekarang. Riwayat kelahiran: BBL 3200 g, PBL 46
cm. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: BB 3200 g, PB 50 cm.
Anak nampak pucat. Nampak adanya wasting dan baggy pants.
Skor dehidrasi 13 dan Hb 7 g/dl.

Langkah Penyelesaian Masalah

1. Mengklarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario


diatas, kemudian tentukan kata/kalimat kunci skenario
diatas
2. Mengidentifikasi problem dasar skenario diatas dengan
membuat beberapa pertanyaan penting
3. Melakukan analisis dengan mengklarifikasi semua
informasi yang didapat
4. Melakukan sintesis informasi yang terkumpul
5. Mahasiswa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh
kelompok mahasiswa atas kasus diatas bila informasi
belum cukup. Langkah 1 s/d 5 dilakukan dalam diskusi
mandiri dan diskusi pertama bersama tutor
6. Mahasiswa mencari informasi tambahan informasi tentang
kasus diatas diluar kelompok tatap muka
7. Mahasiswa melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-
informasi baru yang ditemukan
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok dengan tutor.

A. KATA/KALIMAT KUNCI
1. Bayi perempuanumur 5 bulan
2. Keluhan berak encer dengan frekuensi > 3 kali sehari
sejak 1 bulan yang lalu.
3. Riwayat pemberian makan: ASI diberikan sampai usia 1
bulan, selanjutnya diberi susu kental manis sampai
sekarang.
4. Riwayat kelahiran: BBL 3200 g, PBL 46 cm
5. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: BB 3200 g, PB 50 cm.
Anak nampak pucat. Nampak adanya wasting dan baggy
pants
6. Skor dehidrasi 13 dan Hb 7 g/dl.

B. PERTANYAAN PENTING

1. Apakah etiologi berak encer yang diderita anak pada


skenario tersebut?

2. Jelaskan penyebab dan faktor yang berpengaruh pada


skenario tersebut?

3. Jelaskan klasifikasi malnutrisi !


4. Jelaskan hubungan pemberian susu kental dan
perbandingan kandungan gizi terhadap susu kental dan
ASI!

5. Interpretasikan status gizi anak, skor dehidrasi dan hb


berdasarkan skenario !

6. Bagaimana langkah- langkah diagnosis berdasarkan


skenario diatas?

7. Bagaimana penatalaksanaan berdasarkan skenario diatas?

8. Komplikasi apa yang bisa terjadi berdasarkan skenario


diatas?

9. Perspektif Islam

C. JAWABAN PERTANYAAN :

1. Apakah etiologi berak encer yang diderita anak pada


skenario tersebut?

Keunggulan dan keistimewaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi untuk
bayi sudah tidak diragukan lagi,Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI
mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk
makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan
mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90%nya
terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap
ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di
atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI
matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan
akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang
diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama
protein,ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun
berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI
sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental
dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare
pada bayi yang mendapat susu formula.Kandungan protein ASI cukup
tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu
sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan Casein.
Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih
mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
Jumlah protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding
susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%).
Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang
banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta
laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan
alergi. 

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari
profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis
asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu
contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan
dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai
peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam
jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin
ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi
prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik
yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat)
dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah
sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding
susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan
pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik
dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.

2. Jelaskan penyebab dan faktor yang berpengaruh pada


skenario tersebut?

Asupan Makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan
secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat
makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah.
Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Setiap
gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan
karbohidrat 4 kalori.Distribusi kalori dalam makanan balita
dalam keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35% dari
lemak, dan 50% dari karbohidrat.Kelebihan kalori yang
menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan
kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu.
Pada saat bayi berumur 0-6 bulan berikan ASI saja
(ASI Eksklusif) tanpa tambahan cairan ataupun makanan
lain. WHO merekomendasikan ASI diberikan secara Eksklusif
hingga usia bayi 6 bulan. Dalam kajian WHO, melakukan
penelitian menunjukkan bahwa ASI mengandung semua
nutrisi yang diperlukan bayi. ASI adalah makanan bayi yang
paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan. ASI juga
mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar
tumbuh optimal.
Tabel Kandungan Berbagai Zat Gizi Dalam ASI

Macam Zat Gizi Kadar Gizi / 100 ml


Protein 1,2 g
Lemak 3,8 g
Laktose 7,0 g
Kalori 75,0 kal
Besi 0,15 mg
Vitamin A 53,0 k
Vitamin B1 0,11 mg
Vitamin C 4,3 mg

Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI


juga mengandung antibodi atau zat kekebalan yang akan
melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini yang
menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap
penyakit dan dapat berperan langsung terhadap status gizi
balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan
bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu
formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini
pada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi.
Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar. Apabila
pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan diare.

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam


penentuan konsumsi makanan dalam keluaga khususnya
pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu
berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan
keanekaragaman makanan yang berkurang. Selain itu,
gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya
kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam
kehidupan sehari-hari. Rendahnya pendidikan dapat
mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang
selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi
pangan yang merupakan penyebab langsung dari
kekurangan gizi pada anak balita. Tingkat pendidikan
terutama tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi
derajat kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh
terhadap kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan
yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap
informasi dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari.

Penyakit Penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya
sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan,
penyakit-penyakit tersebut justru menambah rendahnya
status gizi anak. Penyakit tersebut adalah:
Diare : Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan
konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan
terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran
tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. 2

3. Jelaskan klasifikasi malnutrisi !

Pada anak-anak yang kekurangan gizi, Malnutrisi Energi


Protein hadir dalam berbagai sindrom klinis, semua ditandai
dengan asupan protein dan kalori yang tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kedua ujung spektrum
sindrom Malnutrisi Energi Protein dikenal
sebagai marasmus dan kwashiorkor . Dari sudut pandang
fungsional, ada dua kompartemen protein yang diatur secara
diferensial dalam tubuh: kompartemen somatik, diwakili oleh
protein di otot rangka, dan kompartemen viseral, diwakili
oleh penyimpanan protein di organ visceral, terutama
hati. Seperti yang akan kita lihat, kompartemen somatik
dipengaruhi lebih parah di marasmus dan kompartemen
visceral sangat berkurang di kwashiorkor.
a. Marasmus adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh
kekurangan energy atau kalori makanan yang
berkelanjutan. Seorang anak dianggap
memiliki marasmus ketika berat badan turun hingga
60% dari normal untuk jenis kelamin, tinggi, dan
usia. Respon terhadap kekurangan energi adalah
penurunan metabolisme energi basal, perlambatan
pertumbuhan, dan hilangnya massa otot dan deposit
lemak subkutan. Manajemen marasmus melibatkan
rehabilitasi gizi yang hati-hati; koreksi
ketidakseimbangan elektrolit dan pengobatan agresif
komplikasi seperti infeksi, dehidrasi, anemia, dan gagal
jantung. Seorang anak marasmic menderita retardasi
pertumbuhan dan kehilangan otot, yang terakhir
dihasilkan dari katabolisme dan penipisan kompartemen
protein somatik. Ini tampaknya merupakan respons
adaptif yang menyediakan tubuh dengan asam amino
sebagai sumber energi. Kompartemen protein viseral,
yang mungkin lebih penting untuk bertahan hidup,
hanya sedikit terkuras, dan karenanya tingkat serum
albumin normal atau hanya sedikit berkurang. Selain
protein otot, lemak subkutan juga dimobilisasi dan
digunakan sebagai bahan bakar. Produksi leptin rendah,
yang dapat merangsang aksis hipotalamus-hipofisis-
adrenal untuk menghasilkan tingkat tinggi kortisol yang
berkontribusi terhadap lipolisis. ekstremitas menjadi
kurus ; dengan perbandingan, kepala tampak terlalu
besar untuk tubuh. Terdapat anemia dan manifestasi
dari berbagai kekurangan vitamin dan ada bukti
terjadinya defisiensi imun , khususnya imunitas yang
diperantarai sel-T. Oleh karena itu, infeksi biasanya
tampak.
Gejala klinis :
 Wajah seperti orang tua
 Sering terdapat penurunan kesadaran
 Kulit kering, dingin dan kendor
 Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat
jelas
 Sering disertai diare atau konstipasi
 Tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi
pernafasan  berkurang
 Terlihat tulang belakang lebih menonjol dan kulit di
pantat berkeriput (baggy pant)
b. Kwashiorkor adalah kondisi yang diakibatkan oleh
kekurangan protein yang dikaitkan dengan penurunan
berat kompartemen protein viseral, dan
hipoalbuminemia yang menyebabkan edema
yang umum . Kwashiorkor ditandai oleh membran sel
bocor yang memungkinkan gerakan kalium dan ion
intraseluler lainnya ke dalam ruang ekstraseluler,
menyebabkan gerakan air dan edema. Perut menonjol
karena otot perut yang melemah, distensi usus, dan
hepatomegali. Di negara berkembang, kwashiorkor
lebih sering disebabkan oleh kelaparan atau pasokan
makanan yang tidak mencukupi. Fitur kwashiorkor
termasuk edema pedal, apati, pembesaran hepatik,
atrofi kulit dan depigmentasi, dan penurunan massa
otot. Organisasi Kesehatan Dunia merancang
pendekatan manajemen tiga fase. Di fase 1, pasien
diresusitasi dan distabilkan; pada fase 2, pasien
menjalani rehabilitasi nutrisi; dan fase 3 melibatkan
evaluasi tindak lanjut terakhir dan pencegahan
kekambuhan
Gejala klinis :
• Penampilan seolah-olah seperti anak gemuk (gemuk
air)
• Bentuk muka bulat seperti bulan (moon face)
• Penurunan kesadaran (lebih sering dari anak
dengan marasmus)
• Edema pada seluruh tubuh
• Otot-otot mengecil, anak berbaring terus-menerus
• Anak sering menolak segala jenis makanan
• Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
• Gangguan kulit berupa bercak merah dan meluas
dan berubah menjadi  
 hitam terkelupas
 Kulit kering, hiperpigmentasi dan bersisik, serta ada
tanda lain crazy pavement dermatosis (bercak-
bercak putih/merah muda dengan tepi  hitam dan
ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan
• Pembesaran hati (hepatomegali)
 
c. Marasmus Kwashiorkor adalah suatu kondisi
kekurangan energi dan protein
Gejala Klinis :
 Gabungan dari tanda marasmus danKwashiorkor
 Gangguan pertumbuhan
 Crazy pavement dermatosis
 Rambut tipis, pirang dan mudah dicabut
 Muka seperti orang tua
 Edema hanya pada anggota gerak bagian bawah.3

4. Jelaskan hubungan pemberian susu kental dan


perbandingan kandungan gizi terhadap susu kental dan ASI !

Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat


dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu
formula. Namun demikian angka kejadian diare yang
disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi
laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal
ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar lemak
dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk
mendukung  pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi.
profil lemak berbeda dengan susu sapi atau susu formula.
Lemak omega 3 dan omega 6 untuk perkembangan otak bayi
banyak dalam ASI. ASI juga mengandung banyak asam lemak
rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan
asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap
perkembangan jaringan saraf dan retina mata. Jumlah lemak
total di dalam kolostrum lebih sedikit. Konsentrasi karnitin bayi
yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan  bayi yang
mendapat susu formula.
- Vitamin K Berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin
K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi
yang hanya mendapat ASI  berisiko untuk terjadi perdarahan,
walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu
pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya
dalam bentuk suntikan.
- Vitamin D ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, menjemur
bayi pada pagi hari maka  bayi akan mendapat tambahan
vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Pemberian ASI
eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada
sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit
tulang karena kekurangan vitamin D.
- Vitamin E Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya
tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi
penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah
merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan darah (anemia hemolitik).
- Vitamin A Fungsi : untuk kesehatan mata, dan mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI
mengandung vitamin A dan bahan bakunya yaitu beta karoten
dalam jumlah tinggi tumbuh kembang dan daya tahan tubuh
yang baik.
- Kalsium : Mineral utama di dalam ASI berfungsi untuk
pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan
saraf dan pembekuan darah. Kadar kalsium ASI lebih rendah,
tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan :
dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan
lemak.Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih
banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula
dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
- Zat Besi : Rendah baik di dalam ASI maupun susu formula.
Risiko kekurangan zat besi kecil karena lebih mudah diserap,
yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula.
Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan  pemberian
makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan
masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi.
Mengacu pada Standardisasi Nasional Indonesia (SNI) 01-
6366-2000 (Badan Standardiasasi Nasional, 2000) ada empat
macam susu yaitu susu segar, susu pasteurisasi, susu bubuk
dan susu steril/UHT.
Susu pasteurisasi adalah susu yang sudah dipanaskan pada
suhu 63C selama 15 menit atau dipanaskan pada suhu 72C
selama 15 detik yang biasa disebut dengan HTST (high
tempetature short time) pasteurisasi. Proses pasteurisasi
bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme
baikpembusuk maupun patogen. Susu pasteurisasi memiliki
umur simpan hanya sekitar 14 hari pada suhu rendah (5C
sampai 6C).
1. Susu bubuk adalah susu sapi yang telah diubah bentuknya
menjadi bubuk dengan perlakuan pengeringan. Pada
ummumnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan
spray dryer atau roller drayer. Berdasarkan SNI 01-2970-
1992 (Badan Standardisasi Nasional, 1992) ada 2 macam
susu bubuk yaitu susu bubuk berlemak (full cream milk
prowder) dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk prowder).
Umur simpan susu bubuk dalam penanganan yang baik dan
benar maksimal dua tahun.
2. Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang
diolah menggunakan pemanasan pada suhu 135C dan
dalam waktu yang singkat selama 2-5 detik (SNI 01- 3950-
1998) (Badan Standardisasi Nasional, 1998). Pemanasan
pada suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh
mikroorganisme baik pembusuk maupun patogen dan spora.
Waktu  pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk
mencegah kerusakan nilai gizi susu, serta untuk
mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak
berubah seperti susu segarnya. Susu UHT dapat disimpan
pada suhu kamar selama tidak lebih dari 8 minggu.
3. Susu kental manis adalah cairan kental yang terdiri dari
sebagian  penambahan air dan susu encer yang diuapkan,
gula, dengan atau tanpa  penambahan lemak nabati dan
atau penambahan vitamin D (SNI 01-2971-1992) (Badan
Standardisasi Nasional, 1992). 4
5. Interpretasikan status gizi anak, skor dehidrasi dan hb
berdasarkan skenario !
Status gizi anak
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan
menggunakan tabel Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun
ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis
“Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika
BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median. Sedangkan
anak didiagnosis gizi kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2
SD atau 80% median”

Berdasarkan skenario anak berumur 5 bulan dengan


berat badan adalah 3200 gr . Menurut z-score berat
badan anak berada pada <-2 SD artinya anak
mengalami gizi kurang.

Penilaian Anemia
Anemia secara umum didefinisikan sebagai
berkurangnya volume eritrosit atau konsentrasi
hemoglobin. Anemia bukan suatu keadaan spesifik,
melainkan dapat disebabkan oleh bermacam-macam
reaksi patologis dan fisiologis. Anemia ringan hingga
sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif,
namun dapat berlanjut ke keadaan anemia berat dengan
gejala-gejala keletihan, takipnea, napas pendek saat
beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal
jantung.
Anak anemia berkaitan dengan gangguan
psikomotor, kognitif, prestasi sekolah buruk, dan dapat
terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak usia kurang dari 12 bulan dengan anemia terutama
defisiensi besi kadar hemoglobinnya bisa normal, dengan
nilai prediktif positif 10-40%. Oleh karena itu diperlukan
anamnesis dan pemeriksaan fi sik teliti untuk
mendeteksi dan menentukan penyebabnya sehingga
pemeriksaan laboratorium dapat seminimal mungkin.
Tubuh bayi baru lahir mengambil dan menyimpan
kembali besi menyebabkan hematokrit menurun selama
beberapa bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu,
pada bayi cukup bulan kekurangan zat besi dari asupan
gizi jarang menyebabkan anemia sampai setelah enam
bulan. Pada bayi prematur, kekurangan zat besi dapat
terjadi setelah berat dua kali lipat berat lahir. Penyakit
terkait kromosom X seperti defi siensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD), harus dipertimbangkan pada
anak laki-laki. Defisiensi piruvat kinase bersifat
autosomal resesif dan berhubungan dengan anemia
hemolitik kronis.

UMUR NILAI
Lahir Rata-rata 16,6 g/dl (-2SD :
13.5g/dl)
1-3 hari Rata- rata 18,5 g/dl (-2SD :
14,5 g/dl)
1 bulan Rata-rata 14 g/dl (-2SD : 10
g/dl)
2 bulan Rata-rata 11,5 g/dl (-2SD : 9
g/dl)
3-6 bulan Rata-rata 11,5 g/dl (-2SD :
9,5 g/dl)
0.5-2 tahun Rata-rata 12 g/dl (-2SD : 11
g/dl)
2-6 tahun Rata-rata 12,5 g/dl (-2SD :
11,5 g/dl)
6-12 tahun Rata-rata 13,5 g/dl (-2SD :
11,5 g/dl)

Anemia dianggap ada jika Hb atau hematokrit (Hct)


dibawah dari 2 standar deviasi (-2SD). Pada Skenario
hasil pemeriksaan kadar Hb anak adalah 7gr/dl artinya
anak mengalami anemia.
Penilaian Dehidrasi.5
6. Bagaimana langkah- langkah diagnosis berdasarkan
skenario diatas?

Anamnesis awal (untuk kedaruratan):


 Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
 Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan
dari bahan muntah dan diare (encer/darah/lendir)
 Kapan terakhir berkemih
 Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin
anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, serta harus
diatasi segera.
Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab
dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan
setelah kedaruratan ditangani):
 Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit
 Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa
(KLB) kolera
 Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau
pengobatan lainnya
 Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan
pada bayi).
 Riwayat pemberian ASI
 Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi
beberapa hari terakhir
 Hilangnya nafsu makan
 Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis
paru
 Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
 Batuk kronik
 Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
 Berat badan lahir
 Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara
dan lain-lain
 Riwayat imunisasi
 Apakah ditimbang setiap bulan
 Lingkungan keluarga (untuk memahami latar
belakang sosial anak)
 Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan fisis
 Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema
pada kedua punggung
 kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-
PB
 Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor
buruk (hati-hatimenentukan status dehidrasi pada gizi
buruk).
 Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time
yang lambat, nadi
 lemah dan cepat), kesadaran menurun.
 Demam (suhu aksilar≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu
aksilar < 35.5° C).
 Frekuensi dan tipe pernapasan:pneumonia atau gagal
jantung
 Sangat pucat
 Pembesaran hati dan ikterus
 Adakah perut kembung,bising usus
melemah/meninggi,tanda asites, atau adanyasuara
seperti pukulan padapermukaan air (abdominal splash
 Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
— Konjungtiva atau kornea yang kering,bercak Bitot
— Ulkus kornea
— Keratomalasia
 Ulkus pada mulut
 Fokus infeksi: telinga, tenggorokan,paru, kulit
 Lesi kulit pada kwashiorkor:
o hipo- atau hiper-pigmentasi
o deskuamasi
o ulserasi (kaki, paha, genital, lipatanpaha, belakang
telinga)
o lesi eksudatif (menyerupai luka bakar),seringkali
dengan infeksi sekunder (termasuk jamur).
 Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).
 Tanda dan gejala infeksi HIV.6
7. Bagaimana penatalaksanaan berdasarkan skenario diatas?
Penatalaksanaan pasien dengan MEP serta edukasi

Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk


dengan dosis sesuai umur pada saat pertama kali ditemukan

Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan local atau


pabrikan

 Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeuticatau


gizi siap saji, F100 atau makanan local dengan densitas
energy yang sama terutama dari lemak
(minyak/santan/margarin)
 Pemberian jenis makanan untuk pemulihan gizi
disesuaikan masa pemulihan (rehabilitasi):
- 1 minggu pertama pemberian F100
- Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi
seiring dengan penambahan makanan keluarga.
 Memberikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan
mental dan perilaku karenanya harus diberikan :

1. Kasih sayang
2. Lingkungan yang ceria
3. Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit /hari
(permainan ci luk ba, dll)
4. Aktifitas fisik segera setelah sembuh
5. Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain
dan sebagainya)
 Tindak Lanjut di rumah bagi anak gizi buruk.
1. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB >-2 SD, dapat dikatakan
anak sembuh
2. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah setelah penderita dipulangkan
 Berikan contoh kepada Orang Tua :
- Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan
energi dan zat gizi yang padat, sesuai dengan umur berat
badan anak
- Terapi bermain terstruktur
 Sarankan :
- Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering,
sesuai dengan umur anak
- Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur :
o Bulan 1 : 1x/minggu
o Bulan II : 1x/2 minggu
o Bulan III VI : 1x/bulan
- Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
- Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali
(dosis sesuai umur). 7

8. Komplikasi apa yang bisa terjadi berdasarkan skenario


diatas?

Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk


bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di
alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah
kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia
(kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan
kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut
tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik
akibatnya anak tidak dapat ”catch up” dan mengejar
ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini
berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka
pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah
anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan
gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak
jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan
perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori,
gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa
percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak.
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi
gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu
banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang
terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang
terganggu maka jenis gangguannya sangat
banyak.Beberapa organ tubuh yang sering terganggu
adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas,
ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin
pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat
Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah
anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan
sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah
gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon
(hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon
meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon
tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan tersering mengakibatkan kematian. Mortalitas
atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP,
khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian
menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar,
adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena
penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi
saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.
Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering
mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh.
Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi
beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga
mengancam jiwa.8

9. Perspektif Islam

Q.S.AL-Baqarah ayat 233


Artinya:

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya


selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Q.S.AL-Hajj ayat 5

Artinya:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di
antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah
DAFTAR PUSTAKA
1. .
2. Khairuniyah. 2014. Pemberian ASI Ekslusif ditinjau
dari Faktor Motivasi, Persepsi, Emosi dan Sikap pada
Ibu yang Melahirkan. Bandung: Tesis Universitas
Padjadjaran
Hanson,M, Heller Stedt W, Desvarleux M, Duvall S.
2013. Correlates of Breastfeeding in a Rural
Population. AM j Health Behavior

3. Manary MJ, Trehan I. 215 - Protein-Energy


Malnutrition. Twenty Fifth Edition. Elsevier Inc.; 2018.
doi:10.1016/B978-1-4557-5017-7.00215-4
Bahan Presentasi “Malnutrisi Energi Protein” oleh dr.
Ratna Dewi,Sp.A
Carson J, Al-mousawi A, Rodriguez NA, Finnerty CC,
Herndon DN. Metabolism in Surgical Patients.
Twentieth Edition. Elsevier Inc.; 2018.
doi:10.1016/B978-0-323-29987-9.00005-9
4. Hans Demmelmair, PhD*, Berthold Koletzko, MD, PhD
.Variation of Metabolite and Hormone Contents in
Human Milk. Elsevier on April 19, 2018.
5. Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jilid 1. Jakarta :
Depkes RI. 2010. Hal 377
Kemenkes RI. Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Hal 1,23.
Irawan, H. Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak.
Jurnal Kalbemed vol 40 no. 6. Jakarta : FK Katolik
Atma Jaya.2013
WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis
of anaemia and assessment of severity Brian Yang
Merrit, MD.2014 Hemoglobin Concentration.
Medscape
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak. 2011.
Bagian Anak Tatalaksana Gizi Buruk.
7. Buku I dan IIMaredante, Karen,J.Nellson. Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Ed ke-6. Saunders
8. Fitri, yaumil. “Hubungan Aktifitas Fisik dengan Status
Nutrisi pada Anak Usia SD”, Skrips : Yogyakarta,
2017

Anda mungkin juga menyukai