Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019
Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019
CI LAHAN CI AKADEMIK
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi
antara 13-15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut WHO (1975) dikutip dari aplikasi
Nanda NIC-NOC 2015, yaitu :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,seperti perdarahan
pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis, Hematuri, dan melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau kurang)
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih
atau sama dengan 20 %). (Padila. 2013)
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Trombosit menurun
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan
diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-
butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi. (Hendarwanto, 2016).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak
dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau
asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
i. Pemberianterapicairanmelaluiinfus.Pemberian cairan intra vena ( biasanya diberikan
ringer lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan intra vena yg paling sering
digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. (Effendi, 2015)
8. Komplikasi
Komplikasi DHF adalah :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi
atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan
kegagalan hemostasis mengakibatkan perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas. (Effendi,
2015)
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnose medis.
b. Keluhan utama
meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat dating ke rumah
sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah. ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dam lembab, demam
disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, kepala
dan perut serta nyeri ulu hati.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan penderita yang pernah terjangkit penyakit DHF bisa berulang lagi.
Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang di derita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit DHF bias dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam suatu keluarga ada yang
menderita penyakit ini, kemungkinan untuk tertular besar.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari dan banyak genangan air.
g. Pola persepsi fungsional kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu
hati.
2) Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap lanjut).
3) Pola aktifitas dan latihan
Gejala : Keluhan lemah
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4) Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri
epigastrik, nyeri otot/ sendi.
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
6) Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
7) Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea, perdarahan
nyata (kulit epistaksis, melena hematuri), peningkatan hematokrit 20% atau lebih,
trombosit kurang dari 100.000/mm.
8) Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
9) Kebersihan
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. (Padila.
2013),
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut nanda 2015
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan, nyeri dan hipoventilasi
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran plasma
darah
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
f. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan berkurang
h. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopenia) (Nanda, 2015).
3. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, christantie. (2015). Perawatan pasien DHF. EGC. Jakarta
Hendarwanto. (2016). Ilmu penyakit dalam. Jilid I. edisi ketiga. FKUI. Jakarta
Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Media Aesculapius. Jakarta
Nanda. (2015), Diagnosis Keperawatan, definisi dan klasifikasi. Edisi Revisi Jilid 1. EGC.
Jakarta
Wijaya, S.A. & Putri, M. Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Keperawatan Dewasa,
Teori, Contoh askep. Nuha medika
Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019
CI LAHAN CI AKADEMIK
Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019
Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019
CI LAHAN CI AKADEMIK
Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019
CI LAHAN CI AKADEMIK
Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019
CI LAHAN CI AKADEMIK