Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DI

RUANGAN PERAWATAN PUSKESMAS PALELEH


KABUPATEN BUOL

Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DI
RUANGAN PERAWATAN PUSKESMAS PALELEH
KABUPATEN BUOL

Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019

CI LAHAN CI AKADEMIK

(Happy Kristianto) (Ns. Djuwartini, S.Kep., M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017
A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo,
2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi
fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat. Demam
berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF),
demam dengue, dan dengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2011).
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ) nyamuk aedes aegepty.
2. Anatomi fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah system sirkulasi.
System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana
untuk membuang sisa-sisa metabolism dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang
merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan darah.
a. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot
serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)
dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks
cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri
antara kosa V dan VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya
denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1) Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang
keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang
kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis
tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan
tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut
(kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang mengalir didalamnya tetapi
hanya untuk tunika intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat darah dari
pembuluh darah yang disebut vasa vasorum.
2) Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah
dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk susunan dan
juga pernafasan pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri.
Katup-katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya
untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar
diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang
tang lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
3) kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat halus.
Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel.
Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan.
Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh
karen itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah merembes
ke cairan jaringan antar sel.
c. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut plasma dan
bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya tidak tetap
bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang
banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam
darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa
terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
     Fungsi darah:
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh
dengan perantara leukosit dan antibody/ zat-zat racun.
3) Mengatur panas keseluruh tubuh (Hendarwanto, 2016).
3. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah adalah virus
dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae yang dikenal ada 4
serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk
aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur
hidup terhadap serotype  bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype
lain. (Wijaya,2013).
4. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran
limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah
pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis
pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan
gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada
system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin
serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
(Hendarwanto, 2016).

5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi
antara 13-15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut WHO (1975) dikutip dari aplikasi
Nanda NIC-NOC 2015, yaitu :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,seperti perdarahan
pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis, Hematuri, dan melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau kurang)
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih
atau sama dengan 20 %). (Padila. 2013)
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Trombosit menurun
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan
diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-
butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi. (Hendarwanto, 2016).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak
dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau
asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
i. Pemberianterapicairanmelaluiinfus.Pemberian cairan intra vena ( biasanya diberikan
ringer lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan intra vena yg paling sering
digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. (Effendi, 2015)
8. Komplikasi
Komplikasi DHF adalah :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi
atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan
kegagalan hemostasis mengakibatkan perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas. (Effendi,
2015)
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnose medis.
b. Keluhan utama
meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat dating ke rumah
sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah. ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dam lembab, demam
disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, kepala
dan perut serta nyeri ulu hati.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan penderita yang pernah terjangkit penyakit DHF bisa berulang lagi.
Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang di derita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit DHF bias dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam suatu keluarga ada yang
menderita penyakit ini, kemungkinan untuk tertular besar.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari dan banyak genangan air.
g. Pola persepsi fungsional kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu
hati.
2) Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap lanjut).
3) Pola aktifitas dan latihan
Gejala : Keluhan lemah
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4) Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri
epigastrik, nyeri otot/ sendi.
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
6) Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
7) Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea, perdarahan
nyata (kulit epistaksis, melena hematuri), peningkatan hematokrit 20% atau lebih,
trombosit kurang dari 100.000/mm.
8) Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
9) Kebersihan
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. (Padila.
2013),
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut nanda 2015
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan, nyeri dan hipoventilasi
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran plasma
darah
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
f. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan berkurang
h. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopenia) (Nanda, 2015).
3. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1 Hipertermi b/d proses NOC : Thermoregulation NIC :
infeksi virus dengue Kriteria Hasil : Fever treatment :
a. Suhu tubuh dalam a. Monitor suhu sesering
rentang normal mungkin
b. Nadi dan RR dalam b.  Monitor IWL
rentang normal c. Monitor warna dan suhu
c. Tidak ada perubahan kulit
warna kulit dan tidak d. Monitor tekanan darah, nadi
ada pusing, merasa dan RR
nyaman e. Monitor penurunan tingkat
kesadaran
f. Monitor WBC, Hb, dan Hct
g. Berikan anti piretik
h. Selimuti pasien
i. Berikan cairan intravena
j. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Temperature regulation
k. Monitor suhu minimal tiap 2
jam
l. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
m. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
n. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
o. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR

2 Nyeri berhubungan NOC : NIC :


dengan agen cedera v   pain level, Pain Management
biologis v   pain control, a. Lakukan pengkajian nyeri
v   comfort level secara komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri) presipitasi
b. Melaporkan bahwa b. Observasi reaksi nonverbal
nyeri berkurang dari ketidaknyamanan
dengan menggunakan c. Kurangi faktor presipitasi
manajemen nyeri nyeri
c. Mampu mengenali d. Pilih dan lakukan
nyeri (skala, intensitas, penanganan nyeri
frekuensi dan tanda (farmakologi, non
nyeri) farmakologi dan inter
d. Menyatakan rasa personal)
nyaman setelah nyeri e. Kaji tipe dan sumber nyeri
berkurang untuk menentukan intervensi
e. TTV dalam batas f. Ajarkan tentang teknik non
normal farmakologi
g. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
h. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
i. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
f. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
g. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

3 Risiko gangguan NOC : NIC :


pemenuhan kebutuhanv   Nutritional Status : food Nutrition Management
nutrisi kurang dari and Fluid Intake a. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d  Kriteria Hasil : b. Kolaborasi dengan ahli gizi
intake nutrisi yang a. Adanya peningkatan untuk menentukan jumlah
tidak adekuat akibat berat badan sesuai kalori dan nutrisi yang
mual dan nafsu makan dengan tujuan dibutuhkan pasien
yang menurun b. Berat badan ideal c. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tujuan meningkatkan protein dan
c. Mampu vitamin C
mengidentifikasi d. Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat
d. Tidak ada tanda-tanda untuk mencegah konstipasi
malnutrisi e. Ajarkan pasien bagaimana
e. Tidak terjadi membuat catatan makanan
penurunan berat badan harian
yang berarti f. Monitor jumlah nutrisi dan
v   kandungan kalori
g. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya penurunan
berat badan
c. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
f. Monitor mual dan muntah
g. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
h. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
i. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
j. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, christantie. (2015). Perawatan pasien DHF. EGC. Jakarta

Hendarwanto. (2016). Ilmu penyakit dalam. Jilid I. edisi ketiga. FKUI. Jakarta

Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Media Aesculapius. Jakarta

Nanda. (2015), Diagnosis Keperawatan, definisi dan klasifikasi. Edisi Revisi Jilid 1. EGC.
Jakarta

Padila. (2013), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta

Wijaya, S.A. & Putri, M. Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Keperawatan Dewasa,
Teori, Contoh askep. Nuha medika

http://erfansyah.blogspot.com/2011/11/askep-DHF.html diunduh pada 02 september 2017


http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/07/pathway-DHF.html diunduh pada 02 september
2017 pukul 17.56

RESUME KEPERAWATAN DENGAN KASUS DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)


DI RUANGAN PERAWATAN PUSKESMAS PALELEH
KABUPATEN BUOL

Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019

CI LAHAN CI AKADEMIK

(Heppy Kristianto) (Ns. Djuwartini, S.Kep., M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANGAN PERAWATAN PUSKESMAS PALELEH
KABUPATEN BUOL

Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)


DI RUANGAN PERAWATAN PUSKESMAS PALELEH
KABUPATEN BUOL

Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019

CI LAHAN CI AKADEMIK

(Heppy Kristianto) (Ns. Djuwartini, S.Kep., M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017
RESUME KEPERAWATAN PADA Tn.D DENGAN DIAGNOSA MEDIS VULNUS LACERATUM
DI RUANGAN UGD PUSKESMAS PALELEH
KABUPATEN BUOL

Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019

CI LAHAN CI AKADEMIK

(Heppy Kristianto) (Ns. Djuwartini, S.Kep., M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017
RESUME KEPERAWATAN PADA Tn.H DENGAN DIAGNOSA MEDIS TRAUMA TUMPUL THORAKS
DI RUANGAN UGD PUSKESMAS PALELEH
KABUPATEN BUOL

Oleh:
ESTI RETNANINGSI B. PASOLORAN, S.Kep
2017032019

CI LAHAN CI AKADEMIK

(Heppy Kristianto) (Ns. Djuwartini, S.Kep., M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017

Anda mungkin juga menyukai