TINJAUAN PUSTAKA
yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
kesehatan adalah:
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya
gedung.
Puskesmas.
tujuan yaitu:
rehabilitatif)
screening kesehatan
kemenkes 2015-2019.
Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga
tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa
suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator.
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan
berikut:
dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer
dan lain-lain).
satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan
dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan atau
nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih
dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
bersangkutan:
2.3 Merokok
2.3.1 Definisi
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok
merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok,
namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu
sendiri maupun orang-orang disekitarnya. 3
2.4.2 Epidemiologi
Insidensi skizofrenia di seluruh dunia adalah 3.000 – 10.000 penderita.
Skizofrenia terjadi paling tinggi pada rentang usia 15 - 35 tahun. Prevalensi
global pada usia tersebut adalah 1,1%, sedangkan di Indonesia adalah 0,3% -
1%. 12
Skizofrenia merupakan penyakit mental yang paling menyebabkan suatu
kemunduran. Psikopatologi ini secara tipikal didiagnosis pada usia di antara
20 - 25 tahun, suatu fase kehidupan di mana hampir setiap manusia
memperoleh kebebasan dari orang tua, menjalin suatu hubungan romantis
yang intim, merencanakan pencapaian-pencapaian dalam hal pendidikan, dan
dimulainya kehidupan berkarir pada seseorang. Prevalensi skizofrenia di
Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen
dengan angka insidensi 1 per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis
kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam
onset dan perjalanan penyakit. Untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan
wanita 25 sampai 35 tahun. Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25
tahun yang lalu (PJPT I) diperkirakan 1/1000 penduduk dan proyeksi 25
tahun mendatang mencapai 3/1000 penduduk. Pada tahun 2013, skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 jiwa atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.6
2.4.3 Etiologi
Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa
penyebab skizofrenia, antara lain:
- Faktor Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia
terutama anak kembar satu telur/ monozigotik. Angka kesakitan bagi saudara
tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 – 15%; bagi anak dengan salah
satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua
menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%;
bagi kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%. Skizofrenia melibatkan lebih
dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci.
Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa
gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini
juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-
orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa
risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin
banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini. 13
- Faktor Biokimia
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang
disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-
neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa
skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan
di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal
terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine
yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa
neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga
memainkan peranan.14
- Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin
lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan
orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam
keluarga. Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam
keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah
schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan
tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang
diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya.14 Keluarga
pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan
kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan
tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orangtua
bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi
bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.
b. Halusinasi
Suatu persepsi terhadap panca indera tanpa adanya stimulus, baik
itu halusinasi auditorik (paling sering), halusinasi visual, dan panca indera
lainnya, sehingga muncul hal-hal sebagai berikut:
1) Perilaku aneh, tidak terorganisir.
2) Bicara sendiri, tidak teratur.
3) Gaduh dan gelisah.
4) Penuh kecurigaan dan memiliki rasa permusuhan.
2. Gangguan negatif
Gangguan negatif meliputi: 15
- Alogia (tidak mau bicara)
- Emosi tumpul
- Avolition (kehilangan motivasi)
- Anhedonia (kehilangan minat)
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Gangguan kognitif
- Gangguan perhatian
- Gangguan ingatan
2. Atau paling sedikit dua gejala yang harus selalu ada dengan jelas, yaitu:
- Halusinasi menetap dari indera apapun, disertai waham maupun ide
berlebihan.
- Adanya arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation).
- Perilaku katatonik.
- Gejala-gejala negative.
3. Gejala khas tersebut berlangsung minimal 1 bulan.
4. Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dalam overall quality
dari beberapa personal behavior.
2.4.6 Klasifikasi
Skizofrenia dapat dibedakan menjadi beberapa subtipe yaitu sebagai
berikut: 9
Tabel 2.1 Klasifikasi Skizofrenia
Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Hebefrenik Skizofrenia Katatonik
1. Kriteria umum (+) 1. Kriteria umum (+) 1. Kriteria umum (+)
2. Halusinasi dan 2. Diagnosis pertama 2. Minimal satu dari
waham (control, ditegakkan pada usia berikut
influence, 15-25 tahun mendominasi:
passivity, dikejar) 3. Kepribadian stupor, mutisme,
yang amat premorbid: pemalu, gaduh-gelisah,
menonjol. solitary posturing,
4. Selama observasi 2-3 negativism,
3. Gangguan afektif , bulan didapatkan rigiditas,
dorongan perilaku yang tidak fleksibilitas cerea,
kehendak, gejala bertanggungjawab, command
katatonik relatif mannerisme, solitary, automatism
tidak menonjol afek dangkal
inappropriate,
inkoherensi.
5. Gangguan afektif,
dorongan kehendak,
dan gangguan proses
pikir menonjol
Skizofrenia Tak Skizofrenia Residual Skizofrenia Simplek
Terinci
1. Kriteria umum (+) 1. Gejala negatif 1. Gejala negatif yang
2. Tidak memenuhi skizofrenia menonjol khas tanpa
kriteria skizofrenia 2. Riwayat satu episode didahului riwayat
paranoid, psikotik yang jelas di halusinasi, waham,
hebefrenik, atau masa lalu maupun manifestasi
katatonik 3. Melalui 1 tahun lain psikotik.
3. Tidak memenuhi dimana waham dan 2. Disertai perubahan
kriteria skizofrenia halusinasi sangat perilaku pribadi
residual atau berkurang, dan telah yang bermakna,
depresi post- timbul sindrom apatis atau seolah
skizofrenia negative tidak memiliki
4. Tidak ada kepentingan untuk
demensia/gangguan dirinya sendiri.
otak organik lain
2.4.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis dan
terapi psikososial.
1. Terapi Biologis
Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi
dengan menggunakan obat antipsikosis, terapi elektrokonvulsif, dan
pembedahan bagian otak. Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat
meredakan gejala-gejala skizofrenia. Obat yang digunakan adalah
chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat
tersebut termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), dan
haloperidol (haldol). Obat ini disebut obat penenang utama. Obat tersebut dapat
menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang
lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan
mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi penderita skizofrenia yang
tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak relevan. 14
Terapi Elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada
penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an, electroconvulsive therapy
(ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia.Tetapi terapi ini
telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa
alasan. ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai
gangguan jiwa, termasuk skizofrenia. Antusiasme awal terhadap ECT semakin
memudar karena metode ini kemudian diketahui tidak menguntungkan bagi
sebagian besar penderita skizofrenia meskipun penggunaan terapi ini masih
dilakukan hingga saat ini. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi
dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang sangat menakutkan pasien.
Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya
dan mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita
kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya, intensitas
kekejangan otot yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat
fisik.14
Pada terapi biologis lainnya seperti pembedahan bagian otak
memperkenalkan prefrontal lobotomy, yaitu proses operasi primitif dengan
cara membuang “stone of madness” atau disebut dengan batu gila yang
dianggap menjadi penyebab perilaku yang terganggu. Menurut Moniz, cara ini
cukup berhasil dalam proses penyembuhan yang dilakukannya, khususnya
pada penderita yang berperilaku kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950an cara ini
ditinggalkan karena menyebabkan penderita kehilangan kemampuan
kognitifnya, otak tumpul, tidak bergairah, bahkan meninggal.
2. Terapi Psikososial
Gejala-gejala gangguan skizofrenia yang kronik mengakibatkan situasi
pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton
dan menjemukan. Secara historis, sejumlah penanganan psikososial telah
diberikan pada pasien skizofrenia, yang mencerminkan adanya keyakinan
bahwa gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena
berbagai pengalaman yang dialami di usia dini. Pada terapi psikosial terdapat
dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga.14
Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik. Pada
terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist
berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta
terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami.
Peserta diposisikan pada situasi sosial yang mendorong peserta untuk
berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta dalam
kemampuan berkomunikasi.
Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi
kelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah
sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk
menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang bisa mengakibatkan penyakit
penderita kambuh kembali. Dalam hal ini, keluarga diberi informasi tentang
cara-cara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun
yang negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap
persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan
penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Dari beberapa penelitian, seperti
yang dilakukan ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam
proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit
penderita, dibandingkan dengan terapi-terapi secara individual.
2.4.8 Prognosis
Beberapa faktor penentu prognosis yang dapat dilihat antara lain
kepribadian pramorbid, gejala klinik, jenis kelamin, usia serangan, frekuensi
serangan, jenis serangan, dan faktor konstitusi fisik. Sekitar 10-20% pasien
skizofrenia menunjukkan hasil baik, 50% menunjukkan hasil buruk (berupa
rawat inap berulang, gangguan mood, dan usaha bunuh diri).17
Beberapa peneletian mengemukakan bahwa pasien skizofrenia yang
dirawayat pada masa periode 5 hingga 10 tahun hanya memiliki hasil
kekembuhan 10 – 20 % dari selururh pasien yang mengalami perawatan. 20
– 30 % pasien mengalami penyembuhan namun tidak sempurna dan 40m-
60 % pasien masih tetap dalam keadaan semula. Prognosis pasien dengan
skizofrenia dapat di bagi atas 2 keompok besar yaitu kelompok dengan
prognosis baik dan prognosis buruk. Hal hal yang menentukan suatu
prognosis baik atau buruk yaitu: 17
1. Prognosis baik
- Onset lambat/ pada usia tua
- Faktor pencetus jelas
- Durasi dari awitan bersifat akut
- Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan premorbid baik
- Adanya gangguan mood
- Menikah
- Riwayat keluarga gangguan mood
- Sistem pendukung yang baik
- Gejala positif
2. Prognosis buruk
- Onset muda/ pada usia muda
- Faktor pencetus tidak jelas
- Durasi dari awitan bersifat kronis
- Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan premodrbid jelek
- Tidak menikah, bercerai, atau janda/duda
- Sistem pendukung yang buruk
- Riwayat keluarga skizofrenia
- Gejala negative
- Tanda dan gejala neurologis
- Riwayat trauma perinatal
- Tidak ada remisi dalam 3 tahun
- Banyak relaps
- Riwayat penyerangan