Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME JURNAL

FENOMENA BIOLUMINENSENSI CUMI-CUMI (Loligo duvauceli) BERASAL DARI


BAKTERI SIMBION

MIKROBIOLOGI

Disusun Oleh:

Rusenda Puspareni 195050109111013

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Strategi cumi-cumi dalam mempertahankan diri yaitu dengan memancarkan cahaya
dari organ yang dimilikinya. Cumi-cumi tidak mampu untuk melakukannya sendiri. Bagian
pada bakteri tertentu memiliki potensi memancarkan cahata dalam kondisi tertentu, yaitu
kondisi ketika sudah terjadi quorum sensing, atau kondisi dimana ada system auto inducer
yang bekerja dalam kerapatan sel bakteri yang tinggi sehingga bakteri membutuhkan substrat
agar kondisi quorum sensing dapat berlangsung terus dalam kehidupannya. Proses kolonisasi
sel bakteri memerlukan strategi dalam mencapai kerapatan sel yang tinggi untuk
memanfaatkan kemampuan bercahaya yang dimiliki. Proses ko-evolusi yang panjang
menyebabkan terjadi proses simbiosis antara bakteri dan organ cahaya cumi-cumi sehingga
bakteri mendapatkan niche yang cocok untuk berkembang dan mengekspresikan kemampuan
bioluminesesnsinya, sehingga cumi-cumi dapat memancarkan cahaya untuk bertahan.
Terdapat perbedaan mengenai simbiosis cumi-cumi, yaitu simbiosis secara vertical yang
artinya proses simbiosis yang terjadi pada hewan berasal dari induk cumi-cumi kemudian
diturunkan ke generasi berikutnya. Simbiosis secara horizontal atau Meissner artinya
simbiosis berasal dari luar dan masuk untuk bersimbiosis melalui saluran yang terdapat pada
organ cumi-cumi. Penyebab dari cumi-cumi memancarkan cahaya belum diketahui
penyebabnya, apakah peristiwa bioluminesensi terjadi akibat proses simbiosis dengan bakteri
atau faktor lainnya, untuk mengetahui hal tersebut maka penelitian ini dilakukan.
Metode yang digunakan terdiri dari cumi-cumi juvenile umur 1 hari dan 2 hari di Balai
Budidaya Air Payau Situbondo, Jatim. Cumi-cumi 2 cm dan 18 cm (dewasa) diperoleh dari
laut Jepara. Sampel yang digunakan dalam analisis histologi adalah cumi-cumi dewasa dan
juvenil. Tujuan dari analisis histologi adalah mengkaji kompoen yang terdapat pada struktur
organ cahaya cumi-cumi. Masing-masing organ cahaya cumi-cumi dimasukkan ke dalam
botol sampel yang berisi larutan fiksasi 3% formaldehyde/glutaraldehyde dalam 0,1 M
phosphate buffer, kemudian dilakukan analisis histologi dipreparasi untuk mikroskop electron
payar (SEM) dan mikroskop electron transmisi (TEM).
Isolasi bakteri dilakukkan dengan organ cahaya dipisahkan dari cumi-cumi dengan
cara menggunting bagian dorsal mantelnya dari arah anterior ke arah posterior. Organ cahaya
dilepaskan dari kantung tinta, organ cahaya dipisahkan dari lensanya kemudian dibelah lalu
digerus. Koloni yang sudah tumbuh kemudian dipindahkan ke medium Nutrien Agar miring
(tabung) untuk dijadikan kultur stok lalu dilakukan perhitungan jumlah bakteri dengan
menggunakan Nutrien Agar (NA) dan trisalt (larutan tiga garam). Semua peralatan dan
medium digunakan dalam keadaan steril. Rongga mantel di dalamnya tampak organ insang,
lambung, gonad, pancreas, ginjal, sekum, rectum, kantong tinta, kelenjar penceraan. Pada
kantong tinta terdapat sepasang organ bulat menempel pada lateral pada bagian dorsal
kantong tinta.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan kantong tinta cumi-cumi dewasa berukuran 2-
2,5 cm, semakin panjang ukuran cumi-cumi maka semakin panjang ukuran kantong tintanya.
Kantong tinta berbentuk bulat panjang, yaitu kecil di bagian anterior dan melebar di bagian
posterior. Kantong tinta terletak pada rectum dekat anus, jadi cairan tinta dari kantong tinta ke
luar melalui anus dan terus keluar melalui corong. Permukaan dorsal kantong tinta berwarna
perak, sedangkan bagian ventralnya bewarna gelap. Bagian dorsal kantong ada garis tengah
memanjang dari anterior ke posterior yang bewarna lebih gelap dibandingkan warna
sekitarnya, kantong tinta bagian dalam terdapat kelenjar tinta. Organ cahaya adalah organ
bulat lonjong yang terdapat di lateral pada bagian dorsal kantong tinta. Posisi mudah
diketahui karena berwarna putih. Diameter panjang organ cahaya cumi-cumi berkisar antara
2-5 mm. Organ cahaya cumi-cumi berbentuk bulat, sebagian terdapat pada permukaan, dan
sebagian terbenam pada dinding kantong tinta. Organ cahaya yang terdapat pada permukaan
berbentuk bulat panjang, cembung, menonjol keluar, struktur kenyal, berwarna putih dan
bentuk permukaan putih, halus dan licin. Organ cahaya yang terdapat pada permukaan dan
sebagian terbenam pada dinding kantong tinta berbentuk seperti bola kecil, berwarna perak
mengkilap, struktur tidak keras dan permukaan tidak mulus. Organ cahaya pada permukaan
kantong mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan organ cahaya yang terbenam pada
kantong tinta. Organ cahaya yang terbenam pada kantong tinta terdapat cairan warna putih
keruh, sehingga organ tersebut disebut kantong organ cahaya.
Histologi organ cahaya pada mikroskop electron payar (SEM) menunjukkan hasil
bahwa pada organ cahaya yang berbentuk bola kecil di bagian dalam kantong tinta cumi-cumi
dewasa memperlihatkan bahwa kantong memiliki banyak lekukan dan diantara lekukan ada
lumen. Lekukan lebih banyak terjadi pada bagian tepi bawah bola sedangkan lekukan pada
bagian tengah bola lebih sedikit. Terdapat rongga/lumen lebih besar terjadi di bagian tepi atas
bola dekat dengan organ cahaya bagian luar kantong tinta. Lumen berbentuk seperti saluran
yang berhubungan dengan bagian luar bola. Lumen yang terdapat di antara lekukan berukuran
dalam. Permukaan lumen terdapat banyak dan bentuk tonjolan ini lebih jelas tampak dari hasil
mikroskop electron transmisi (TEM).
Hasil mikrografi mikroskop electron payar/scanning (SEM) organ cahaya cumi-cumi
dewasa pada perbesaran 50x menunjukkan bahwa lekukan lebih banyak pada bagian tepi luar
bola bagian bawah dibandingkan pada bagian tengah bola. Terdapat lumen besar pada tepi
luar bola bagian atas dekat kantong tinta berbentuk seperti saluran panjang.
Bakteri tidak memiliki flagella dan bakteri tampak hidup dalam cairan. Permukaan sel
bakteri ada yang berwarna putih terang seperti memancarkan cahaya, ada pula yang berwarna
gelap. Bakteri berkoloni didekat sel dan bakteri hidup bersimbiosis dalam lumen organ atau
ekstra-seluler.
Metode mikroskop cahaya pada kantong organ cahaya memiliki irisan 2.400 dengan
ketebalan 2 µm dan ditemukan saluran irisan antara 1.026 sampai 1.368 yang artinya saluran
ini ditemukan hanya pada bagian tengah kantong dan saluran bersilia sampai permukaan
epitel organ cahaya, merupakan saluran yang mengubungkan antara bakteri dari luar ke dalam
organ cahaya. Mikrogfari mikroskop cahaya pada bagian kantong menunjukkan bahwa dalam
lumen yang dibatasi lekukan pada kantong terdapat koloni bakteri. Koloni tersebut hadir
dalam setiap lumen dengan kepadatan tinggi pada satu lokasi tetapi kurang pada lokasi
lainnya. Mikrografi mikroskop electron transmisi menunjukkan koloni bakteri dalam lumen
kantong berbentuk batang atau silinder.
Mikrografi mikroskop electron transmisi pada saluran ditemukan sitoplasma pendek
dan panjang yang berjulur. Mikrografi mikroskop electron transmisi menunjukkan bahwa
tonjolan tersebut adalah silia dan mikrovili, karena pada silia aksonema komplek yang
dibentuk oleh sepasang mikrotubulus sentral dan dikelilingi oleh 9 pasang mikrotubulus dan
pada mikrovili tidak ada. Selanjutnya tonjolan mikrovili ada pada lumen dekat dengan saluran
bersilia, yaitu lumen besar yang terdapat pada tepi luar atas bola hasil mikroskop payar pad
(SEM). Hasil dari mikroskop electron transmisi memperlihatkan bahwa pada cumi-cumi umur
1 hari belum terdapat bakteri. Cumi-cumi umur 2 hari pada mikrografi mikroskop electron
transmisi menunjukkan bahwa pada kantong organ cahaya terdapat koloni bakteri pada
lumen. Terdapat perkembangan sel jaringan dari cumi-cumi umur 1 hari ke umur 2 hari.
Bakteri berbentuk bulat/oval dengan ukuran ±0,30 µm. Mikrografi mikroskop electron
transmisi (TEM) pada cumi-cumi umur 2 hari memperlihatkan koloni bakteri dalam lumen
pada perbesaran 8.000x, sedangkan pada perbesaran 30.000x memperlihatkan koloni bakteri.

Kultur
murni bakteri hasil
isolasi yang

ditumbuhkan dalam media agar dapat memancarkan cahaya di dalam ruangan gelap
membuktikan bahwa cahaya yang dipancarkan cumi-cumi berasal dari bakteri yang hidup
dalam kantung organ cahaya. Kultur bakteri dari organ cahaya cumi-cumi Loligo duvauceli
pada medium nutrient agar dalam cawan petri menunjukkan bakteri memancarkan cahaya
kebiruan dalam ruangan gelap.
Mekanisme masuknya sel-sel bakteri ke dalam kantung organ cahaya cumi-cumi yaitu
melalui saluran penghubung bersilia. Hal tersebut diyakini bahwa saluran bersilia berfungsi
sebagai saluran yang menyalurkan bakteri dari air laut masuk melalui sifon, rongga mantel,
muara saluran bersiliaa (di permukaan luar kantung tinta), saluran bersilia lalu ke kantung
organ cahaya. Bakteri tersebut juga ditemukan dalam kantung organ cahaya cumi-cumi
juvenile umur 2 hari. Diasumsikan cumi-cumi L. duvauceli memilih bakteri sebagai simbion
yang tepat untuk kelangsungan hidup hewan tersebut yang berarti, jenis bakteri lainnya tidak
dapat bersimbiosis. Faktor yang menyebabkan bakteri luminesen melakukan reaksi untuk
memancarkan cahaya yaitu enzim lusiferase, lusiferin tereduksi atau flavin mononukleotida
(FMN) tereduksi atau FMNH2, oksigen dan senyawa komplek aldehida.
Lusiferase berfungsi sebagai enzim yang mengatur kecepatan reaksi sehingga
terbentuk lusiferase tereksitasi. Ketikda terjadi reaksi electron tersebut akan dieksitasikan dari
tingkat energy terendah ke tingkat energy diatasnya. Ketika pada tingkat yang lebih tinggi,
electron tidak stabil dan akan kembali lagi ke keadaan dasarnya yang disebut relaksasi sambil
melepas paket energy yang disebut foton dalam bentuk cahaya. Bakteri P. phosphoreum
dalam bentuk lusiferase terkesitasi, bakteri memancarkan cahaya, jadi dalam reaksi ini yang
berperan adalah enzim lusiferase.
Cumi-cumi umur 1 hari diduga kondisi kantung organ cahaya belum sempurna atau
matang, metabolit dalam kantung belum aktif sehingga kantung organ cahata tidak memiliki
bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Kondisi lumen yang dilengkapi mikrovili belum
berkembang sempurna sehingga belum menjadi niche yang ideal untuk bakteri berkembang
biak. Cumi-cumi yang berumur 2 hari, metabolit dalam kanting kemungkinan sudah
mengalami pekermbangan, hal tersebut ditunjukkan pada meningkatnya jumlah sel, aktifitas
meningkat, metabolit sebagai medium cukup untuk terproduksi sehingga bakteri dapat
berkembang biak dengan cepat. Cumi-cumi umur 2 hari sudah terbentuk silia dalam saluran
bersilia organ cahaya sehingga banyak sel bakteri dapat menempel pada silia.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah cahaya yang dipancarkan cumi-cumu L.
duvauceli berasal dari bakteri jenis P. Phosphoreum dan terjasi ketika cumi-cumi dalam
keadaan tenang di lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai