Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME

TEKNIK IB PADA KAMBING ATAU DOMBA

Manajemen Reproduksi dan Inseminasi Buatan

Disusun oleh :

Rusenda Puspareni 195050109111013

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
PENDAHULUAN

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang dikenal di Indonesia sebagai ternak
penghasil daging dan susu. Kambing adalah salah satu ternak yang telah didomestikasi di
Indonesia sejak lama. Kambing popular di kalangan para petani, kebanyakan pemeliharaan
masih menggunakan secara tradisonal dan masih sedikit yang menjadikan usaha kambing ini
secara komersial. Kurangnya minat tersebut menyebabkan kurangnya populasi ternak
kambing di Indonesia.
Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang tidak sulit dilakukan dalam
pemeliharaannya, hal ini dikarenakan domba memiliki badan yang relatif kecil dan cepat
dewasa sehingga dapat menguntungkan karena dapat menghasilkan wol dan daging. Daging
domba merupakan produk peternakan yang mejadi salah satu alternative untuk pemenuhan
daging masyarakat, afar dapat memenuhi kebutuhan makan diperlukan upaya untuk
meningkatkan populasi domba di Indonesia.
Tindakan yang dapat dilakukan dalam usaha pengembangan populasi kambing dan
domba adalah melalui Inseminasi Buatan (IB). Namun para peternak umumnya tidak
memiliki pengetahuan yang baik untuk meningkatkan kemampuan reproduksi hewan ternak
sehingga dapat mempengaruhi kualitas bibit hewan ternak tersebut. Bibit ternak merupakan
salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan produksi ternak. Upaya untuk
memaksimalkan potensi adalah dengan memperbaiki mutu genetic ternak kambing dan
domba di Indonesia, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan.
Inseminasi buatan memegang peranan penting dalam mencegah penyebaran penyakit seksual
menular yang ditularkan melalui proses perkawinan, meningkatkan efisiensi penggunaan
pejantan unggul, menurunkan biaya pemeliharaan ternak pejantan, dengan inseminasi buatan
pejantan maka dapat membuahi banyak betina tanpa melakukan perkawinan seksual.
Melalui teknologi IB menggunakan pejantan unggul yang terpilih dari bangsa
kambing dan domba local, memungkinkan penyebaran kualitas genetic yang akan terwujud di
masyarakat. Pada kenyataannya IB kekurangan, kelemahan dari IB itu sendiri adalah
dibutuhkan ketrampilan bagi inseminator, seleksi pejantan, proses pembekuan, penyimpanan
semen beku, transportasi semen beku, deteksi birahi, dan teknik Inseminasi Buatan pada
ternaknya. Teknik IB pada kambing dan domba ada beberapa macam, hal tersebut juga dapat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya IB yang dilakukan.
Keuntungan dan Kekurangan IB

Salah satu tujuan dari inseminasi buatan adalah untuk mengatur perkawinan guna
memperbaiki mutu genetic pada ternak dan untuk pelestarian plasma nutfah.
Keuntungan dari IB terdiri dari:
- Pemanfaatan pejantan yang bermutu genetic baik semaksimal mungkin
- Dapat mengawini betina dalam jumlah banyak pada areal luas dengan waktu yang tak
terbatas
- Dapat mencegah penularan penyakit kelamin (veneral disease)
- Hampir tidak membutuhkan biaya pemeliharaan pejantan

Kekurangan dari IB terdiri dari:


- Apabila seleksi pejantan salah, maka dapat menyebarkan sifat jelek dalam areal luas
dalam jumlah yang banyak
- Dibutuhkan ketrampilan relatif tinggi dalam seleksi pejantan, proses pembekuan,
penyimpanan semen beku, transportasi semen beku, deteksi birahi, dan teknik
Inseminasi Buatan pada ternaknya
- Sistem persilangan yang tidak terkontrol dapat menghilangkan sifat menguntungkan
yang dimiliki oleh ternak local (Susilawati, Kuswati, dan Winarto, 2010).

IB dalam breeding kambing sangat penting, khususnya dalam system produksi


intensif untuk meningkatkan produksi susu, daging, dan bulu serta jumlah anak per-
kelahiran. Kaitannya dengan perbaikan mutu genetic kambing, IB akan memberikan
keuntungan berupa kemampuan untuk mempercepat kemajuan genetic dan memfasilitasi
aplikasi teknik genetic molekuler dalam program seleksi.
Permasalahan utama dalam aplikasi teknologi IB pada kambing adalah kualitas semen
beku rendah, kinerja reproduksi betina akseptor IB bervariasi, teknik dan waktu
inseminasi belum tepat, dan manajemen pemeliharaan ternak yang belum optimal,
khususnya manajemen reproduksi (Tambing, Gazali dan Purwantara, 2001).
Teknik IB Secara Pembedahan

Struktur serviks pada domba yang berbelit-belit maka metode IB utama yang
digunakan untuk menyingkirkan organ anatomi ini, dan secara konsisten mencapai deposisi
semen uterus pada domba baik menggunakan prosedur pembedahan. IB intrauterine (dalam
kandungan) pada domba biasanya dilakukan melalui laparotomy pertengahan ventral, dengan
atau tanpa bantuan laparoscopi. Laparoscopi melibatkan pembuatan dua sayatan dengan
anestesi local, satu sayatan untuk memasukkan endocope sementara pipet inseminasi
dimasukkan ke dalam lumen uterus melalui yang lainnya. Meskipun dianggap sebagai
prosedur bedah yang sederhana, IB intrauterine laparoscopi dapat menyebabkan tekanan pada
ternak. Hal tersebut juga memakan waktu, mahal, dan membutuhkan peralatan khusus dan
orang-orang yang memenuhi syarat untuk melakukan prosedur. Demikian pula, struktur
berliku leher rahim menghambat rute transcervikal untuk pengendapan embrio yang dipanen
pada induk penerima selama prosedur transfer embrio, untuk melakukan transfer embrio pada
domba, prosedur bedah serupa dengan yang digunakan untuk IB diperlukan untuk
menyimpang embrio langsung di rahim (Ivanka et al., 2011).

Teknik IB Secara Laparoscopi

IB secara laparoscopi sekarang digunakan dalam industry domba di seluruh dunia


sebagai metode untuk memperluas penggunaan domba jantan unggul. Hal tersebut membawa
peluang bagi peternak untuk memaksimalkan potensi reproduksi domba.
Prosedur inseminasi laparoscopi yaitu domba betina dipasangkan laparoscopi pada
posisi dorsal sebelum inseminasi. Setelah mencukur wol pada bagian perut di depan ambing,
kulit disemprot dengan larutan povidone iodine dan injeksi subkutan 2 ml procaine (liodine-
chloride 1%, Galenika) diaplikasikan di sebelah kiri dan sisi kanan, 10 cm secara kranial dari
ambing dan 2 cm lateral ke garis tengah. Sayatan sepanjang 1 cm dilakukan di tempat
anestesi local dengan pisau bedah sekali pakai. Domba dimiringkan pada sudut 40o dengan
system hidrolik cradle laparoskopi, menghadap ke bawah kepala. Dengan cara ini, organ-
organ internal digeser secara kranial karena efek gravitasi, mengurangi tekanan pada daerah
ekor. Sisi kanan dinding perut ditusuk dengan trocar 7 mm dengan kanula, diarahkan secara
kaudal. Udara meningkat menggunakan pompa dengan filter udara dan laparoscopi dengan
sumber cahaya dingin dimasukkan ke dalam rongga peritoneum. Trocar 5 mm dengan kanula
dimasukkan melalui dinding perut dengan cara yang sama di sisi kiri, di lokasi sayatan kedua.
Setelah melepas trocar, senapan inseminasi yang dilengkapi khusus untuk inseminasi
laparoscopi diposisikan melalui pembukaan kanula. Pistol inseminasi laparoscopi terdiri dari
dosis semen yang dimuat dalam selongsong plastic dengan jarum halus di bagian atas (aspic
atau selongsong plastic kaku dengan panjang 25 cm dan diameter 3 mm, dengan ujung
meruncing dengan jarum diameter eksternal 0,7 mm). Semen dengan aspic diatur dalam baki
baja (transkap) dengan penyedot khusus semen memungkinkan ekstruksi terkontrol dari
jumlah semen pada straw.
Setelah visualisasi tanduk uterus dengan laparoscopi dan posisi pistol di sepertiga atas
tanduk, ujung jarung dilepaskan dari transkap dan didorong untuk masuk ke lumen uterus.
Tusukan terus dilakukan pada 3-5 cm dari ujung tanduk uterus. Setengah dosis semen
dikeluarkan ke lumen kiri, dan setengah dosis ke lumen tanduk uterus kanan. Setelah operasi
luka pada kulit disemprot dengan larutan povidone iodine dan dibiarkan sembuh. Persiapan
IB laparoscopi (posisi yang baik dari sedotan di aspic) sangat penting untuk mencegah
ekstruksi sedotan dari pistol laparoscopi AI (bukan hanya semen). Dengan memperoleh
keterampilan operator dan kru pembantu, seluruh proses mulai dari persiapan ternak hingga
inseminasi berlangsung 5 hingga 8 menit. Tindakan inseminasi (mulai dari sayatan kulit
hingga pelepasan alat Laparoscopi AI) berlangsung 1 sampai 3 menit (Milovanovic et al.,
2013).
Tingkat kesuburan pada inseminasi laparoscopi secara bertahap menurun dari tahun
1.5 sampai 2.5 tahun, dan meningkat hingga tahun 3.5 sampai 4.5 tahun dan umur inseminasi
vagina (Kukovics et al., 2011).

Teknik IB Secara Intra/Transcervix

Inseminasi buatan akan berhasil apabila terdiri dari beberapa tahapan diantaranya
umur, kesehatan, kumpulan dan penyimpanan semen, deteksi estrus, dan dasar teknik
inseminasi. Teknik inseminasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu inseminasi pembedahan dan
non-pembedahan. Inseminasi servik merupakan inseminasi non-invasif dan teknik dengan
harga yang rendah dan termsauk dalam inseminasi non- pembedahan. Bagaimanapun,
kompleksitas dari anatomi servik dari ruminansia kecil merupakan batasan primer dari
penilaian keberhasilan dalam metode ini. Hal ini dilakukan dengan memindahkan semen
kedalam servik dengan bantuan pipa yang dimasukkan kedalam tubuh yang memadai dan
speculum (Tekin, 2019).
Teknik IB transserviks merupakan metode dimana semen disimpan jauh di dalam
serviks atau ke dalam rahim melalui serviks. Metode ini melibatkan penyimpanan semen
sedalam mungkin di serviks. Semakin besar kedalaman inseminasi, semakin tinggi tingkat
kehamilan dan kelahiran yang diharapkan. Kemungkinan kerumitan anatomi serviks domba
dapat membatasi IB transerviks. Pemeriksaaan histologis menunjukkan kerusakan pada
lapisan epitel saluran serviks setelah penetrasi serviks dengan pipet inseminasi lurus
konvensional yang tidak dimodifikasi, baik ke dalam rahim atau di tengah serviks
(Leethongdee, 2009).
Metode transervikal paling sederhana menggunakan speculum seperti tabung.
Speculum, dengan cahaya yang dapat dilepas, dimasukkan ke dalam vagina betina dan
digunakan untuk memvisualisasikan os serviks eksternal yang merupakan titik masuk ke
saluran serviks. Semen beku tersedia dalam straw 1/40 cc atau ½ cc harus dicairkan sebelum
digunakan. Setelah straw disiapkan, disiapkan dan dimasukkan dalam pistol inseminasi,
selubung yang bersih dilapis untuk melindungi semen dan mengurangi kontaminasi silang di
antara keduanya. Selubung dapat memiliki ujung standar (bulat) dan runcing yang dapat
membantu mencapai penetrasi serviks yang lebih dalam. Pistol inseminasi dimasukkan
melalui speculum dan inseminator berusaha untuk melewatkan inseminasi melalui serviks
dan memasukkan semen ke dalam rahim. Setelah inseminasi, pistol dan speculum dilepaskan,
dan speculum didisinfeksi di antara keduanya. Sarung pistol inseminasi dibuang (Farin,
2015).

PENUTUP
Berdasarkan ringkasan tersebut dapat diketahui bahwa teknik IB mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari sistem IB sangat baik digunakan untuk
pengembangan genetic pada ternak kambing atau domba. Teknik IB yang dapat dilakukan
pada kambing atau domba adalah dengan menggunakan teknik pembedahan, teknik
laparoscopi, dan teknik intra/transervix. Teknik yang efektif digunakan adalah teknik
transervix.
DAFTAR PUSTAKA

Farin, C. E. 2015. Artificial Insemination and Embryo Transfer in Goats. Department of


Animal Science, North Carolina State University, Raleigh, NC USA.

Ivanka, B. R., Candappa., and P. M. Bartlewski. 2011. A Review of Advances in Artificial


Insemination (AI) and Embryo Transfer (ET) in Sheep, with the Special Reference to
Hormonal Induction of Cervical Dilation and its Implications for Controlled Animal
Reproduction and Surgical Techniques. The Open Reproductive Science Journal. 3(3)
: 162-175.

Kukovics, S., E. Gyoker. T. Nemeth., and E. Gergatz. 2011. Artificial Insemination of Sheep.
InTech Europe : Rijeka, Croatia.

Leethongdee, S. 2009. Development Of Trans-Cervical Artificial Insemination In Sheep With


Special Reference To Anatomy Of Cervix. Suranaree J. Sci. Technol. 17(1) :57-69.

Milovanovic, A., N. Maksimovic., T. Barna., M. Lazarevic., and N. Delic. 2013.


Laparoscopic Insemination Of Sheep In Republic Of Serbia. Biotechnology in Animal
Husbandry. 29(3) : 449-456.

Susilawati, T., Kuswati., dan P. S. Winarto. 2010. Agribisnis Kambing. UB Press : Malang.

Tambing, S. N., M. Gazali., dan B. Purwantara. 2001. Pemberdayaan Teknologi Inseminasi


Buatan Pada Ternak Kambing. Wartazoa. 11(1) : 1-9.

Tekin, K. 2019. Cervical Insemination with Frozen Thawed Semen in Goats at Different
Breeding Age. Kocatepe 12(3): 357 – 362. DOI: 10.30607/kvj.604959.

Anda mungkin juga menyukai