Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEISSERIA GONORRHOEAE

OLEH

KELOMPOK V :

Nenie Wahyuni NIM :


18.72.019240
Akhmad Ariandy NIM : 18.72.019243
Elvina Juniarti NIM : 18.72.019246
Desi Destriana Damayanti NIM : 18.72.019262
Eyae Pratisia Tumon NIM : 18.72.019266

KELAS : A
SEMETER : III

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Neisseria
gonorrhoeae”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat tentang isi dari
makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama. Semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita
mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Palangka Raya, Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan makalah............................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 6
2.1 Klasifikasi Ilmiah............................................................................ 6
2.2 Morfologi........................................................................................ 6
2.3 Patogenitas...................................................................................... 6
2.4 Karakteristik Biakan....................................................................... 6
2.5 Penyakit Neisseria Gonorrhoeae.................................................... 7
2.6 Patogenitas dan Temuan Klinis...................................................... 10
2.7 Diagnosis Uji Laboratorium).......................................................... 11
2.8 Pengobatan...................................................................................... 12
2.9 Identifikasi Bakteri.......................................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria
gonorrhoeae merupakan bakteri diplokokkus gram negatif dan manusia merupakan
satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus, infeksi gonore hampir selalu
ditularkan saat aktivitas seksual (Sari et al., 2012). Menurut Irianto (2014) bahwa
setiap tahunnya kasus gonore lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.
Ties et al. (2015) memperkirakan setiap tahun terdapat 78 juta penderita baru
penyakit menular seksual dan pada tahun 2012 tercatat data yang diperoleh untuk
penderita baru penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae
sebanyak 78,3 juta diseluruh dunia. Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun
2007 dan 2011 melakukan survei yang dikenal dengan nama surveilans terpadu
biologis dan perilaku (STBP) dilakukan di 11 provinsi dan 33 kota di Indonesia. Hasil
STBP 2007 yang ditulis Mustikawati et al. (2009) menyebutkan prevalensi penyakit
gonore berjumlah 4.339 kasus terdiri dari wanita pekerja seks langsung (WPSL)
sebanyak 1.872 kasus, wanita pekerja seks tidak langsung (WPSTL) sebanyak 1.105
kasus, waria sebanyak 512 kasus dan lelaki seks lelaki (LSL) sebanyak 850 kasus.
Hasil STBP 2011 yang ditulis oleh Kementerian Kesehatan RI (2011)a menyebutkan
prevalensi penyakit gonore berjumlah 4.644 kasus terdiri dari WPSL sebanyak 2.279
kasus, WPSTL sebanyak 1.484 kasus, waria sebanyak 468 kasus dan LSL sebanyak
413 kasus. Dalam profil kesehatan provinsi Jawa Tengah yang ditulis oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2014) menyebutkan bahwa jumlah kasus baru
penyakit menular seksual pada tahun 2011 sebanyak 10.752 kasus, tahun 2012
sebanyak 8.671 kasus, tahun 2013 sebanyak 10.471 kasus.
Heryani (2011) telah melakukan penelitian terhadap penderita gonore meliputi
insidensi, karakteristik dan penatalaksanaan pengobatan pada periode 2008-2010 di
RS Al-Islam Bandung. Hasil penelitian tersebut dari 83 data rekam medis penderita
gonore, insidensi tertinggi yaitu pada tahun 2010 (48,2%), mayoritas penderita gonore
adalah laki-laki dengan usia kategori dewasa 25-40 tahun (54,22%), bekerja sebagai
wiraswasta (38,55%) dan berstatus telah menikah (53,01%), mayoritas
penatalaksanaan adalah pemberian antibiotik siprofloksasin (33,74%). Penelitian
tersebut belum mencakup aspek evaluasi pengobatan dengan menggunakan antibiotik.
Evaluasi penggunaan obat khususnya antibiotik merupakan tanggung jawab
penting bagi tenaga farmasi apoteker yang berada di lingkungan rumah sakit untuk
mencapai tujuan pengobatan yang rasional. Penggunaan antibiotik secara bebas tanpa
adanya pemantauan dari tenaga kesehatan seperti dokter dan farmasis akan
menimbulkan beberapa masalah seperti meningkatnya angka resistensi, munculnya
penyakit lain akibat ketidaktepatan dan ketidakpatuhan, meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas, meningkatkan biaya dan waktu pengobatan untuk

4
mencapai kesembuhan. Menurut Kemenkes RI (2011)b penyakit gonore yang tidak
ditangani dan diobati dengan tepat akan beresiko terjadi infeksi ulang, terjadi
komplikasi seperti orkitis (peradangan pada testis) pada pria dan salpingitis
(peradangan pada tuba falopi) pada wanita, dan bahkan jika terjadi ulkus akan
mengarah pada HIV dengan masuknya virus HIV melalui hubungan seksual.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan evaluasi penggunaan
antibiotik pada pasien gonore di RSUD Dr. Moewardi karena rumah sakit tersebut
merupakan salah satu rumah sakit pusat rujukan tingkat provinsi Jawa Tengah untuk
wilayah Surakarta dan sekitarnya berdasarkan Perda Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2006 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan
Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa
Tengah.

1.2 Rumusan Masalah


1.) Apa yang dimaksud dengan Neisseria gonorrhoeae?
2.) Penyakit apa yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae?

1.3 Tujuan Makalah


1) Mengetahui klasifikasi ilmiah, penyebaran, morfologi, struktur antigen, dan
karakteristik biakan terhadap bakteri Neisseria gonorrhoeae.
2) Mengetahui patogenitas dan temuan klinis, jenis penyakit meningitidis,
diagnosis, dan pengobatan terhadap bakteri Neisseria gonorrhoeae.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Ilmiah


Klasifikasi ilmiah Neisseria gonorrhoeae: (Kuswiyanto, 2017)
- Kingdom : Bacteria
- Phylum : Proteobacteria
- Class : Betaproteobacteria
- Order : Neisseriales
- Family : Neisseriaceae
- Genus : Neisseria
- Species : N. gonorrhoeae

2.2 Penyebaran
Gonore telah menyebar ke seluruh dunia. Di Amerika Serikat, angka kejadiannya
meningkat secara konstan sejak tahun 1955 hingga akhir 1970 dengan 500 kasus per 100
ribu populasi. Kemudian, terkait dengan epidemi AIDS dan perkembangan perilaku seks
yang aman, insiden penyakit menurun mendekati 100 kasus setiap 100 ribu populasi.
Gonore yang secara khusus ditularkan melalui hubungan seksual kebanyakan merupakan
infeksi yang tanpa gejala.

2.3 Struktur Antigen


Neisseria gonorrhoeae adalah antigen yang heterogen dan mampu berubah struktur
permukaannya pada tabung uji (in vitro) yang diasumsikan berada dalam organisme
hidup (in vivo) untuk menghindar dari pertahanan inang (host). Struktur permukaannya
mencakup pili, por, opa, rmp, lipooligosakarida, protein lain.

2.4 Karakteristik Biakan

Gambar 2.1 Neisseria gonorrhoeae


Neisseria gonorrhoeae tumbuh secara anaerob dan fakultatif anaerob. Bakteri ini
tumbuh baik di media yang mengandung serum, asites, dan darah, serta dalam suasana

6
asam arang (CO2) 10% ketika perlu inkubasi dalam candle jar. Suhu optimum untuk
pertumbuhan adalah 35-36oC dan Ph 7,2 – 7,6.
Kuman ini bersifat fastidious, dan untuk pertumbuhannya diperlukan media yang
lengkap dan baik. Akan tetapi, kuman ini juga rentan terhadap suhu panas dan
kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup lama diluar inangnya. Penularan
umumnya terjadi secara kontak seksual dan masa inkubasi berlangsung sekitar 2-8 hari.
Untuk identifikasi dilakukan pembiakan dengan menggunakan media selektif yang
diperkaya yaitu Media Thayer Martin yang mengandung vankomisin, dan niastatin yag
dapat menekan pertumbuhan bakteri Gram positif, Gram negatif dan jamur, di mana
tampak koloni berwarna putih keabuan, mengkilat dan cembung. Kultur diinkubasi pada
suhu 35-37℃ dan atmosfer yang mengandung CO2 5%. Pemeriksaan kultur dengan baan
dari duhuretra pria, sensitivitasnya lebih tinggi 94-98% daripada duh endoserviks 85-
95%, sedangkan spesifisitasnnya sama yaitu 99%.

Media yang digunakan :


- Thayer-Martin Agar

Gambar 2.1 Media Thayer-Martin Agar

2.5 Penyakit Neisseria Gonorrhoeae


Gonore merupakan penyakit menular seksual dengan insiden tertinggi di Indonesia.
Kuman penyebabnya adalah Neisseria gonorrhoeae. Ada masa tenggang selama 2-10
hari setelah kuman masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seksual. Penyakit GO
seringkali menyebabkan kemandulan pada laki-laki dan perempuan. Pada perempuan
bisa juga terjadi radang panggul,dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir
berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Tanda-tanda penyakitnya
adalah nyeri, merah, bengkak, dan bernanah. Pada perempuan 60% kasus tidak
menunjukkan gejala. Namun, ada juga rasa sakit saat berkemih dan keluar rabas kental
berwarna kekuningan.

7
Gambar 2.3 Penyakit Gonore (GO)

Gonore disebabkan oleh suatu diplokokus negative-Gram, Neisseria gonorrhoeae


(juga dikenal sebagai gonokokus atau GC). Organisme ini melekat ke mukosa uretra dan
serviks dengan pilinya. Galur laboratorium yang tidak memiliki pili tidak bersifat
patogenik. Bakteri dapat bertahan hidup dalam neutrophil. Neisseria gonorrheaea cepat
mati dalam keadaan dingin dan kering. Kuman ini tidak dapat bertahan hidup lama di
luar penjamu, yang menjelaskan mengapa penularan terutama terjadi melalui hubungan
seksual. Apabila sekresi serviks mengandung gonokokus, mata bayi dapat terinfeksi
sewaktu ia melalui jalan lahir (menyebabkan “mata lengket’’ atau oftalmia neonatorum).
Centers for Disease Control and Prevention (2015) mengklasifikasikan gonore
menjadi 4 golongan yaitu :
1. Infeksi gonokokal non komplikasi/Uncomplicated Gonococcal Infections.
Infeksi gonokokal yang termasuk dalm golongan ini adalah infeksi gonokokal
urogenital (serviks, uretra, dan rectum), faring dan gonokokal konjungtivitis.

8
Contoh infeksi gonokokal non komplikasi (A) infeksi gonokokal serviks (B) infeksi
gonokokal Uretra (C) Infeksi gonokokal Faring (D) infeksi gonokokal konjungtivitis (centers
for Disease Control and Prevention, 2005).

2. Infeksi gonokokal pada bayi dan anak/ Gonococcal Infections Among Infants and
Children.
Golongan klasifikasi ini sama dengan golongan infeksi gonokokal non komplikasi
dan infeksi gonokokal diseminasi, tetapi golongan ini dibuat untuk memberikan
panduan pengobatan yang lebih efektif berdasarkan usia.

Contoh infeksi diseminasi gonokokal (A) infeksi gonokokal lesi pada jari (B)
infeksi gonokokal lesi pada kaki (C) infeksi gonokokal arthritis (centers
forDisease Control And Prevention, 2005).

3. Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infections Among Neonates.


Infeksi gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang terinfeksi
dikarenakan dapat mengakibatkan ophtalmia neonatoroum/ infeksi konjungtivitis
pada bayi baru lahir sehingga terjadi kebutaan pada bayi baru lahir. Infeksi
gonokokal pada neonatus terdiri dari ophtalmia neonatoroum dan gonococcal
scalp abscesses, untuk lebih jelas ditunjukan pada gambar dibawah ini.

Contoh infeksi gonokokal neonatus (A) ophalmia neonatorum (B) gonococcal


scalp abscesses (centrers for DiseaseControl and prevention,2005).

9
2.6 Patogenitas dan Temuan Klinis

Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui


penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel kolumnar
dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis gonore terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:
 Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput
lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
 Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi selama
infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili.
 Fimbriae terutama terdiri dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk
melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran
luar PII Oppacity associated protein (OPA) kemudian membantu bakteri
mengikat dan menyerang sel inang.
 Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses yang
disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel kolumnar,
membentuk vakuola.
 Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang, dimana
bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel dengan
proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo Oligo Sakharida)
dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan mengubah banyak
jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau
TNF, yang akan mengakibatkan kerusakan sel.
 Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil. Selaput
lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan neutrofil
pada jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria gonorrhoeae
untuk menghasilkan protease IgA ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya
aktivitas antibodi dan mempromosikan virulensi.

10
Gambar 2.4 Patogenesis gonore

Gejala Neisseria Gonorrhoeae :


 Nyeri
 Merah
 Bengkak
 Dan bernanah

2.7 Diagnosis (Uji Laboratorium)


 Gonore merupakan penyakit menular seksual dengan insiden tertinggi di
Indonesia. Kuman penyebabnya adalah Neisseria gonorrhoeae. Ada masa
tenggang selama 2-10 hari setelah kuman masuk ke dalam tubuh melalui
hubungan seksual. Penyakit GO sering kali menyebabkan kemandulan pada
laki-laki dan perempuan. Pada perempuan bisa juga terjadi radang panggul,
dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada mata
yang dapat menyebabkan kebutaan. Tanda-tanda penyakitnya adalah nyeri,
merah,bengkak,dan bernanah.
 Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan basah terhadap bahan
yang diambil dengan menggunakan apusan (swab). Days hidup Neisseria
gonorrhoeae di luar penjamu sangat rendah sehingga pemeriksaan
mikroskopis harus dilakukan di klinik sesegera mungkin setelah apusan
diambil. Jika pengambilan spesimen tidak dilakukan di laboratorium,
spesimen dapat diambil oleh tenaga medis (dokter wanita) dengan bantuang
spekulum pada daerah endoserviks menggunakan swab (lidi kapas ) steril.
Media yang diguanakan adalah Thayer Martin Agar.
11
2.8 Pengobatan
Siprofloksasin dan ofloksasin merupakan antimikroba yang direkomendasikan
untuk terapi infeksi gonore tanpa komplikasi. Karena penggunaan penicillin yang
sudah meluas, resistensi gonokokus terhadap penisilin G dalam konsentrasi tinggi
yang dpat menghambat pertumbuhan bonokokus tersebut (MIC ≥ 2 mg-ml).
Neissseia gonorrhoeae yang memproduksi penisilinase (Penicillinase Producing
Neisseia, PPNG) juga meningkat secara luas. Karena adanya masalah resistensi
Nesseirria gonorhase terhadap antimikroba.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekommendasikan untuk mengobati
infeksi genital dengan setriakson 125 mg dua kali sehari seperti selama tujuh hari
(peroral_oral)

2.9 Identifikasi Bakteri


1. Isolasi dan identifikasi kuman gonore

Isolasi kuman dilakukan pada medium Thayer-Martin Agar dan diinkubasi pada
suhu 37℃ dalam lingkup lilin. Pengamatan adanya koloni kuman gonore
dilakukan hingga 48 jam. Identifikasi kuman dilakukan dengan cara berikut:
a. Koloni yang dicurigai diuji oksidase dan katalase (hasil oksidase dan katalase
postif).
b. Kuman dengan hasil uji oksidase dan katalase positif kemudian diui biokimia
(gula-gula) pada medium Cystein Trypticase Agar.
c. Konfirmasi selanjutnya dilakukan uji iodometri untuk mengetahui produksi
enzim betalaktamase (PPNG).

2. Uji sensivitas kuman


Pemeriksaan ini merupakan glod standard untuk diagnosis gonore, dalam
pemeriksaan 2 media yaitu medua transport dan media pertumbuhan. Media

12
transport yang dapat digunakan adalah media Stuart dan Transgrow. Sedangkan
media pertumbuhan yang dapat digunakan antara lain agar cokelat Mc Leod, agat
Thayer-Martin, atau agar Thayer-Martin modifikasi.

Gambar 2.4 Koloni Neisseria pada medium Thayer-Martin dan medium cokelat.

Dilakukan dengan uji difusi agar metode Kibry Bauer pada medium Agar
Chocolate Base (Oxoid) pada cawan petri dengan konsentrasi kuman 0,5 Mc
Farland. Antibiotik yang diujikan adalah antibiotic yang biasa digunakan dalam
penatalaksaan PMS melalui pendekatan sindrom, yaitu ampisilin 10µg, tetrasiklin
30µg, sulfametoksazol 25µg, kanamisin 30µg, spektinomisin 30µg, sefuroksim
30µg, ceftriakson 30µg, dan siprofloksasin 5µg (produksi Oxoid). Penentuan
tingkat sensivitas kuman isolate terhadap antibiotic menurut besarnya zona
hambatan dilakukan berdasarkan standar NCCLS (National Committee for
Clinical Standarzation).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram
negatif dan manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus,
infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual (Sari et al., 2012).
Media yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Thayer Martin. Adapun
Tanda-tanda penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak, dan bernanah.
Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui
penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel
kolumnar dan epitel kuboidal manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Eric M. Chen, Sanjay S. Kasturi. 2006. Deja review : microbiology and immunology.
McGraw-Hill Medical. ISBN 978-0-07-14866-4. Page. 56-57.

Francisco de Assis Aquino Gondim, Manish K Singh, Sindey E Croul. 2009.


Meningococcal Meningitis. Medscape.

Kuswiyanto. 2017. Bakteriologi 3 : buku ajar kesehatan. Jakarta : EGC.

Monica Gandhi, Paul Baum. 2003. Blueprints notes and cares microbiology and
immunology. Lippincott Williams and Wilkins. ISBN 978-1-4051-0347-3. Page. 29-30.

Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta : Akademi Analis
Kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai