Anda di halaman 1dari 28

ANALISA PULANG-POKOK

“PT. ARJUNA TEKNIK”

DISUSUN OLEH :

SARWAN

D021 17 1319

TEKNOPRENEURSHIP A

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirabil ’Alamin merupakan ungkapan yang sangat tepat
diucapkan ke hadirat Sang Maha segalanya, Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada seluruh makhluk di jagat ini, tak terkecuali kepada
penulis sehingga penulisan tugas besar ini dapat terselesaikan dengan baik. Salam
dan salawat penulis kirimkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang
merupakan manusia paling sempurna dan menjadi teladan bagi seluruh umat
manusia berkat akhlaknya yang sangat mulia. Begitupula ahlulbaitnya, semoga
mendapatkan ridho dan derajat yang pantas berkat tetesan keringat dan darahnya
dalam memperjuangkan agama yang suci ini, Amin.
Dalam proses penyusunan tugas besar ini, penulis telah melibatkan banyak
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada momentum ini, penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
memberikan support-nya sehingga tulisan ini dapat terealisasikan.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
LATAR BELAKANG .................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 5
TUJUAN PENULISAN ................................................................................. 5
LANDASAN TEORI .......................................................................................... 6
PENGERTIAN BREAK EVEN POINT ........................................................ 6
JENIS BIAYA BERDASARKAN BREAK EVEN POINT ........................ 10
METODE PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) ...................... 12
PEMBAHASAN ............................................................................................... 16
SECARA TEORI ......................................................................................... 17
SECARA COBA-COBA .............................................................................. 18
SECARA GRAFIK ...................................................................................... 18
PENUTUP ......................................................................................................... 26
KESIMPULAN ............................................................................................ 26
SARAN ........................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28

iii
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi
manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan
perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan
tergantung pada sistem informasi akuntansi manajemen (Mulyadi, 1993).
Dengan menggunakan informasi akutansi manajemen, maka akan
membantu manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif,
mengurangi ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif.
Dengan menggunakan informasi manajemen ini, bisa dilakukan
pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi
manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan
manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
pelaksanaannya.
Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia
kita kenal dengan Titik Impas (Titik Pulang Pokok) adalah salah satu bentuk
dari sekian banyak informasi akuntansi manajemen yang dipakai
menganalisa hubungan antara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit.
Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama
dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break
even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi,
harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan
untuk mengambil kebijaksanaan.
PT. ARJUNA TEKNIK adalah sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang penjualan material baja, salah satunya yaitu penjualan gergaji dan
bahan struktur bangunan. Jumlah penduduk yang besar dan kondisi ekonomi
yang stabil terus mendorong pertumbuhan industri properti. Permintaan
rumah pun terus melaju. Proyek-proyek pengembangan kawasan juga
menyebar hingga pinggir kota-kota besar. Tingginya permintaan hunian,
baik berupa rumah tinggal tapak atau aparte men, akhirnya menggairahkan

4
berbagai usaha yang berkaitan dengan bahan bangunan. Satu usaha yang
ikut tumbuh subur di masa kini adalah penjualan baja, hal inilah yang akan
mendasari didirikannya PT. ARJUNA TEKNIK.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka munculah rumusan masalah
sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan Break Even Point (Analisis Pulang
Pokok)
2) Apasaja asumsi – asumsi Analisis Break Even Point dan Bagaimana
model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP ?
3) Sejauh mana alat analisis ini bisa diterapkan dalam menjawab
persoalan bisnis ?
4) Apakah Break Even Point (BEP) memiliki suatu keterbatasan ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang
Break Even Point yakni meliputi :
1) Pengertian Break Even Point (Analisis Pulang Pokok);
2) Metode Perhitungan Break Even Point (BEP);
3) Jenis Biaya – Biaya Berdasarkan Break Even Point
4) Aplikasi Analisis Break Even Point Pada Suatu Kasus

5
LANDASAN TEORI

I. PENGERTIAN BREAK EVEN POINT


Break Even Point adalah titik dimana Entity/company/business dalam
keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi.
Jika dinyatakan dengan bahasa akuntansi keuangan jadinya : Suatu keadaan
dimana : Revenue – Cogs – Expenses = 0 dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Jika Revenue - Cogs – Expenses = 1, berarti di atas break even point
(untung)
 Jika Revenue - Cogs – Expenses = -1, berarti belum break even point
(masih rugi )
Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk
menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada
konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta
mendapatkan keuntungan / profit.
Break even point atau titik impas dapat pula diartikan sebagai suatu
keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh
laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya). (Munawir, 1986).
Menurut Rosyandi (1985) break even point merupakan titik produksi dimana
hasil penjualan akan tepat sama dengan total biaya produksi.
Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point
merupakan suatu analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan
yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak
menderita kerugian (keuntungan=0). Melalui analisa BEP dapat dibuat
perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar
perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena
harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP atau titik
impas. (Rosyandi, 1985).
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik
barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan
berapa besar laba yang ingin diperoleh.

6
Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus
dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah
ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih
dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah
produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan
nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis
keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan.
Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit
planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan
ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk
baru tentu berkaitan dengan maslah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian
penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau
dijual kekonsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil
penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik
BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap,
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi).
Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit
volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah
produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar
perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya dengan
memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya,
perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan
maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah
suatu keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak
memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya
dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah

7
biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh
keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.
Analisis break even point (Analisis Pulang Pokok) digunakan untuk
menentukan hal-hal seperti: (1) jumlah penjualan minimum yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan
minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat, (2)
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah
direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan
untuk memperoleh laba tersebut, (3) mengukur dan menjaga agar penjualan
dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP, dan (4) menganalisis
perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat
produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan
penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara
minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh
keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya
(Prawirasentono, 1997).
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun
rupiah yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui
titik tersebut, berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan
kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat
melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP
tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada.
Dalam kondisi lain, analisis BEP pun digunakan untuk membantu
pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau
proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan.
Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan
lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk
kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan antara
penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk sekaligus.
Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk
menggunakan fasilitas yang sama.

8
Manfaat analisis BEP menurut Sutrisno (2000) adalah: (1)
perencanaan produksi dan penjualan sesuai target laba yang di inginkan, (2)
perencanaan harga jual normal atas barang yang di hasilkan untuk mencapai
laba yang ditargetkan dengan memproyeksikan target penjualan, (3)
perencanaan dan pemilihan metode produksi yang digunakan dan (4)
penentuan titik tutup pabrik (shut down point), yaitu ketika penjualan tidak
mampu menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai.
Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi
kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan,
cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan
tertentu. Analisis Break Even Point dapat membantu pimpinan dalam
mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
b) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
c) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
d) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Dalam menggunakan analisis BEP, harus dipenuhi asumsi-asumsi
dasar sebagai berikut:
1. Biaya di dalam perusahaan digolongkan kedalam dua jenis biaya,
yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Jika ada biaya semi variabel
harus dialokasikan kedalam dua jenis biaya tersebut.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsionil
dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel
per unitnya adalah tetap sama.
3. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisis.
4. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi/penjualan. ini berarti bahwa biaya tetap
per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

9
5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila
diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan
penjualan antara masing-masing produk harus tetap.
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis Break
Even Point (BEP) yakni sebagai berikut :

1. Dengan Rumus Matematik

a. Analisis titik BEP dalam unit

FC
BEP 
P - VC

Keterangan :

BEP = Break Even Point


FC = Fixed Cost
VC = Variabel Cost
P = Price per unit
S = Sales volume
b. analisis titik BEP dalam rupiah

FC
BEP 
VC
1
S

II. JENIS BIAYA BERDASARKAN BREAK EVEN POINT


Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai
dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin
dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat
dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel
cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak
terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan

10
waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama
periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi
atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel
dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost.
Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi
salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau
volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan
muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break
even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai
biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara
totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan,
sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan
meskipun ada perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap
disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita
kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa
bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk
menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan
biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan
tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk
menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan
alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa
break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan
perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu
memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai
tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh
laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

11
III. METODE PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP)
Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis
BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan
tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini
dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis
BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi
yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya
sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa
asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan
analisis BEP bila kita mau menggunakannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP yakni sebagai berikut :
1. Biaya
Dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu
fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan
dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya
mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain.
Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif
sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk
memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai
berikut :
 Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur
biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta
sifat-sifat biaya tersebut.
 Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah
memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka
dan data biaya masa lampau.
2. Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan
(dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan

12
sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang
dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga
menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva
tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
3. Biaya variabel (Variable Cost)
Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah
sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya
asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan
jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima
maupun diberikan perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel
adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan
biaya variabel lainnya.
4. Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk
satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual


Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah
selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang
sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-
ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan
langsung dengan produk maupun tidak.

Rumus yang Digunakan

Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus.
Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan
pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau
kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu
memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya
informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai
contoh, dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah

13
mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan
model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat
dibuatkan grafik dengan mudah pula.
Untuk menentukan BEP suatu usaha bisnis dapat menggunakan
beberapa cara yaitu: (1) pendekatan trial and error, (2) pendekatan grafik,
dan (3) pendekatan matematis. Perhitungan break even point dengan
pendekatan trial and error (coba-coba), yaitu dengan menghitung keuntungan
operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu dan terus diulang
hingga menghasilkan volume produksi/penjualan yang menghasilkan
keuntungan = 0 (Total Revenu = Total Cost).
Apabila perhitungan menghasilkan keuntungan maka hitung kembali
dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah.
Sebaliknya, jika hasil perhitungan mengalami kerugian maka hitung kembali
dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian
dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana
penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.

PEMBAHASAN

14
Diketahui PT. ARJUNA TEKNIK memiliki usaha di bidang alat perkakas
gergaji dengan data sebagai berikut :

1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin gergaji.

2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit

3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel
sebesar Rp.250.000.000,-

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :

1. Fixed Cost

Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,-

Biaya disribusi Rp. 65.000.000,-

Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,-

Total biaya tetap Rp.150.000.000,-

2. Variable Cost

Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,-

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,-

Overhead pabrik Rp. 20.000.000,-

Biaya distribusi Rp. 45.000.000,-

Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,-

Total biaya variabel Rp.250.000.000,-

Pertanyaannya Cari BEP dalam unit maupun rupiah !

Penyelesaian :

1. Secara Perhitungan

15
Kapasitas produksi 100.000 unit

Harga jual per unit Rp. 5000,-

Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

150.000.00 0
Biaya tetap unit   Rp.1.500,/unit
100.000

250.000.00 0
Biaya variabel unit   Rp.2.500,/unit
100.000

Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut :

Total penjualan 100.000 unit x Rp.5000,-.......Rp.500.000.000,- (100 %)

Total biaya variabel ………………………..…Rp.250.000.000,- ( 50 %)

Marginal Income ……………………………..Rp.250.000.000,- ( 50 %)

Total biaya tetap ……………………………...Rp.150.000.000,- ( 30 %)

Laba …....................................................... Rp.100.000.000,- ( 20 %)

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

Rp.150.000.000,-
BEP unit   60.000 unit
Rp.5000,00 - Rp.2500,-

Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Rp.150.000.000,-
BEP rupiah   Rp.300.000.000,-
Rp.250.000.000,-
1
Rp.500.000.000,-

Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan

BEP = Unit BEP x harga jual unit

BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

2. Secara Coba-Coba

16
Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan
sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan seperti
berikut ini.

Q (unit) TR FC VC TC Laba/Rugi
10.000 50.000.000 150.000.000 25.000.000 175.000.000 (125.000.000)
20.000 100.000.000 150.000.000 50.000.000 200.000.000 (100.000.000)
30.000 150.000.000 150.000.000 75.000.000 225.000.000 ( 75.000.000)
40.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 250.000.000 ( 50.000.000)
50.000 250.000.000 150.000.000 125.000.000 275.000.000 ( 25.000.000)
60.000 300.000.000 150.000.000 150.000.000 300.000.000 0
70.000 350.000.000 150.000.000 175.000.000 325.000.000 25.000.000
80.000 400.000.000 150.000.000 200.000.000 350.000.000 50.000.000
90.000 450.000.000 150.000.000 225.000.000 375.000.000 75.000.000
100.000 500.000.000 150.000.000 250.000.000 400.000.000 100.000.000

3. Secara Grafik
Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit
penjualan terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya
tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen
dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh
komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari
segi unit maupun rupiah yang diperoleh.

17
P Q
(000)

TC

BEP
300

P
150

60 Q (000)

Tingkat Keamanan (Margin of Safety)

Tingkat kemanan atau margin of safety (MoS) merupakan hubungan


atau selisih antara penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada
titik impas. Batas aman digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan
yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak
mengalami kerugian.

Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah
sebagai berikut.

1. Penjualan MoS yang direncanakan

Penjualan per buget


MoS  x 100
Penjualan per titik impas

2. Penjualan MoS

Penjualan per buget - Penjualan per titik impas


MoS  x 100
Penjualan per budget

Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :

18
Rp. 500.000.00 0,-
MoS  x 100  166.66 %  167 %
Rp. 300.000.00 0,-

Rp. 500.000.00 0 - Rp.300.000.000


MoS  x 100  40 %
Rp. 500.000.00 0,-

Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari
tingkat penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik
impas yang telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan
hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut.

Pertama : 67 % x Rp.300.000.000,- = Rp. 201.000.000,-

Kedua : 40 % x Rp.500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-

BEP dengan Perubahan

Dalam praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring


dengan terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan.
Artinya pihak manajemen harus selalu mengantisipasi apabila terjadi
perubahan-perubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik
impas. Berikut ini adalah berbagai sebab yang mengakibatkan perubahan
titik impas.

1. Pengaruh Perubahan Harga Jual per Unit

Sebagai contoh dari kasus sebelumnya, apabila terjadi kenaikan harga


jual per unit dari Rp. 5000 menjadi Rp.6000 (kenaikan 20 %). Pengaruh
kenaikan harga jual ini akan berdampak terhadap BEP yang akan
berubah menjadi lebih kecil baik dalam rupiah maupun unit.

BEP yang baru sesudah kenaikan harga tersebut adalah sebagai


berikut :

19
Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah   Rp.257.142.857,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 500.000.00 0,- x 120 %

Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah   Rp.257.142.857,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 600.000.00 0,-

Nilai Rp.600.000.000,- dapat pula dicari dari jumlah kapasitas produksi


100.000 unit kali harga jual baru Rp.6000,-

Dari BEP rupiah tampak terjadi pennurunan sebesar Rp 42.855.673,-


yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.257.142.827,-

Rp.150.000.00 0
BEP (unit)   42.858 unit
Rp. 6.000 - Rp.2.500
atau
Rp. 257.142.85 7,-
BEP dalam unit   42.858 unit
Rp. 6.000,-

Dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit,
yaitu dari 60.000 unit menjadi 42.858 unit.

Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual perunit sebesar


Rp.1000,- misalnya dari Rp.5.000,- menjadi Rp.4000,- BEP yang baru
adalah sebagai berikut :

Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah   Rp.400.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 500.000.00 0,- x 80 %

Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah   Rp.400.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 400.000.00 0,-

dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.100.000.000,-


yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.400.000.000,-

Rp. 400.000.00 0
BEP dalam unit   66.667 unit
Rp. 6000,-

20
dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu
dari 60.000 unit menjadi 66.667 unit.

2. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Tetap

Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total
diasumsikan tetap (konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap,
otomatis BEP nya juga berubah. Dalam praktiknya, apabila biaya tetap
turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya diakibatkan
karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau
penurunan (efisensi).

Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah
dari Rp.150.000.000 menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan
biaya tetap sebesar Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena
adanya kenaikan biaya tetap.

Rp.150.000.00 0  Rp. 30.000.000


BEP rupiah   Rp.360.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 500.000.00 0,-

Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.60.000.000 yaitu


dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.360.000.000,-

Rp. 360.000.00 0
BEP dalam unit   Rp.72.000,-
Rp. 5.000,-

Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu
dari 60.000 unit menjadi 72.000 unit

Demikian pula jika terjadi penurunan biaya tetap, misalnya terjadi


penurunan biaya tetap sebesar 10 % dari semula Rp. 150.000.000,-
menjadi Rp.135.000.000,-

Maka untuk nilai dari BEP rupiah dan BEP dalam unit adalah sebagai
berikut :

21
Rp.150.000.00 0,- x 90 %
BEP rupiah   Rp.270.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 500.000.00 0,-

Rp. 270.000.00 0,-


BEP dalam unit   Rp.54.000,-
Rp.5000,-

3. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Variabel

BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap
peningkatan maupun penurunan biaya variabel.

Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan terhadap biaya variabel


sebesar 20 % dari sebelumnya, BEP akan berubah sebagai berikut

Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah   Rp.375.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,- x 120 %
1
Rp. 500.000.00 0,-

Rp. 375.000.00 0,-


BEP dalam unit   75.000 unit
Rp.5000,-

kemudian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya


variabel sebesar 20 %, BEP akan berubah sebagai berikut.

Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah   Rp.250.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,- x 80 %
1
Rp. 500.000.00 0,-

Rp. 250.000.00 0,-


BEP dalam unit   50.000 unit
Rp.5000,-

4. Pengaruh Perubahan Penjualan Campuran

Penjualan campuran (sales mix) merupakan gambaran perimbangan


penjualan antara beberapa macam produk yang dihasilkan suatu
perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh ini berlaku apabila perusahaan
memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi dikatakan bahwa
tidak ada perubahan dalam penjualan campuran sales mix-nya.

22
Sebagai contoh PT. ARJUNA TEKNIK memiliki dua macam produk
yaitu sebagai berikut :

Komponen Produk A Produk B Total


Sales 60.000 unit = Rp.300 juta 40.000 unit = Rp.300 juta Rp.600 juta
VC 60 % = Rp.180 juta 40 % = Rp.120 juta Rp.300 juta
FC = Rp. 60 juta = Rp.120 juta Rp.180 juta
TC = Rp.240 juta = Rp.240 juta Rp.480 juta
Net Profit = Rp. 60 juta = Rp. 60 juta Rp.120 juta

5. Penentuan Harga Jual Minimal

Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan


atau profit margin lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena
itu, sebelumnya perlu ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai
sehingga keuntungan yang telah ditargetkan dapat dicapai sehingga.
Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa penjualan yang dicapai.

Contoh :

Kegiatan PT. ARJUNA TEKNIK pada tahun 2007 mengalami titik


impas pada penjualan (S) sebesar Rp.300.000.000,- biaya teteap (FC)
yang dikeluarkan Rp.120.000.000 diperkirakan penjualan harus
ditetapkan untuk memperoleh keuntungan per tahun. Untuk tahun 2008
perusahaan menetapkan keuntungan sebesar Rp.50.000.000,-

Pertanyaan :

Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan ?

Jawab dan Penyelesaian :

Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama
dengan penjualan atau :

Sales = VC + FC

23
VC = Sales – FC
Jadi dari soal di atas :

VC = 300.000.000 – 120.000.000 = 180.000.000

Selanjutnya, terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC) :

Rp.180.000.00 0,-
RVC  x 100  60 %
Rp. 300.000.00 0,-

Sales minimal adalah sebagai berikut :

FC  Keuntungan
Sales Minimal 
VC
1
S

Rp.120.000.000  Rp.50.000.000
Sales Minimal 
180.000.00 0
1 J
300.000.00 0

Rp.120.000.000  Rp.50.000.000
Sales Minimal   Rp. 425.000.00 0
6
1
10

adi untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,- diperlukan


penjualan Rp. 425.000.0000,-.

24
PENUTUP

 Kesimpulan
Teknik analisis Break Even Point sudah umum bagi segenap pelaku
bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan
yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan
mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
1) Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2) Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang
didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam
pengambilan keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada
laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam
operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume
penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Dan
apabila penjualan hanya cukup menutupi sebagian biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya,
perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya
variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan
sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang
semaksimal mungkin, yang dapat dilakukan dengan tiga langkah yaitu :
1) Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-
rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan
kuantitas.
2) Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
3) Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan
secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang

25
erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat
terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah
perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk
memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

 Saran
Dengan kondisi bunga deposito yang semakin menurun, tentunya
tidak memberikan return yang cukup baik untuk meningkatkan daya beli kita
akan dana yang kita miliki. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat inflasi yang
lebih besar dari bunga deposito.

Bila kita mencoba untuk memulai suatu usaha baru dalam rangka
untuk meningkatkan return kita (apapun usaha yang kita pilih seperti toko
lampu, toko HP, toko stationary, usaha laundry dll), tentunya kita perlu
menghitung-hitung berapa dana yang diperlukan untuk menyewa tempat
usaha, membeli perabotan, mempekerjakan karyawan dan hal-hal lain, dan
kita juga harus membuat proyeksi ; a) Berapa volume penjualan yang perlu
diperoleh agar dapat minimal menutup seluruh biaya-biaya timbul. Ini dikenal
dengan istilah Break Even Point (BEP/Analisis Pulang Pokok) dimana
seluruh biaya yang timbul sama dengan total penjualan yang diperoleh,
sehingga perusahaan tidak memperoleh laba maupun kerugian, b) Berapa
volume penjualan yang diperlukan agar kita dapat memperoleh laba yang kita
targetkan.

Untuk dapat membuat proyeksi tersebut tentunya kita perlu


mengetahui bagaimana cara menghitung Break Even Point atau yang biasa
disingkat BEP. Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan
dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu :

1) Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa
tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang
tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2
unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.

26
2) Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit
penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi
salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan.
3) Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli

27
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku

Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit


EKONISIA, Yogyakarta.

Sumber dari Internet on-line

http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2010/11/16/pengertian-titik-impas-
break-event-point/

http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point
bep/2011/12/16

http://www.wealthindonesia.com/wealth-growth-and-accumulation/cara-simple-
menghitung-break-even-point-dalam-usaha.html

28

Anda mungkin juga menyukai