Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN PANCASILA

“PELAKSANAAN KNSTITUSI UUD 1945 DI INDONESIA YANG


MASIH JAUH DARI HARAPAN”

Disusun Oleh :

Nama : Wanda Putri Pratama

NPM : 17218306

Kelas : 1EA20

UNIVERSITA GUNADARMA

PTA 2018/2019
PELAKSAAN KONSTITUSI UUD 1945 DI INDONESIA YANG
MASIH JAUH DARI HARAPAN

Konstitusi? mungkin beberapa orang sudah mengetahui apa itu konstitusi, tapi disini saya
ingin membahas sedikit mengenai konstitusi. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang biasa
disingkat menjadi UUD adalah sebuah norma sistem politik dan hukum pada pemerintahan
Negara yang di kodifikasikan sebagai hukum tertulis. Singkatnya konstitusi adalah dokumen
yang berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara.

Konstitusi di Republik Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan. Seperti


yang kita tahu perjalanan sejarah sudah mencatat ada empat Undang-Undang Dasar yang pernah
digunakan yaitu  :

 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945


   Konstitusi RIS 1949
 Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 dan,
 UUD 1945 amandemen.

Pembentukan dan perubahan pada UUD tentu memiliki sarat akan berbagai kepentingan
politik dan tentunya tidak terlepas dari banyaknya pro dan kontra yang timbul dikarenakan
pembentukan dan perubahan UUD ini. Dari catatan perjalan sejarah panjang mengenai beberapa
kali perubahan konstitusi (UUD) di negri ini, yang menjadi pertanyaan apakah UUD sudah
dijalankan dengan baik dan sesuai dengan apa yang di harapkan negara ini?

UUD sejatinya harus bisa menjadi alat dalam melindungai kepentingan warga Negara.
Seperti yang dikutip sebagai berikut “Jadi sebagus apapun sebuah konstitusi, jika tidak
dilaksanakan dengan baik,  maka hasilnya tidak akan baik,”  ujar Direktur Eksekutif
Constitutional & Electoral Reform Centre yang juga pakar Hukum Tata Negara, Senin (12/8/13)
di Jakarta.

Pada kenyataannya disini banyak sekali konstitusi yang masih jauh dari harapan, seperti yang
tercantum pada pasal 34 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi ““fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh Negara”. Namun kenyataannya tidak semua masyarakat miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh negara, seperti yang sering terjadi di daerah ibukota ini, masih banyak
masyarakat miskin dan anak kecil yang tinggal di tempat yang tidak layak, banyak juga
masyarakat kecil yang tidak mempunyai rumah untuk tinggal.

Selain pasal 34 ayat 1 , disini juga terdapat pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan” namun kenyataan disini tidak semua anak yang usia
sekolah mendapat pendidikan, masih banyak anak-anak yang belum pernah merasakan bangku
pendidikan. Tidak bisa dipungkiri lagi banyak sekali anak yang masih berusia sekolah justru
dipaksa untuk bekerja sebagai minta-minta atau pengamen.

Hal diatas terjadi bukan hanya karena kurang maksimalnya pemerintah menangani masalah
ini, tetapi hal ini juga bisa terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan hal itu dan tidak
ada kerja sama yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Jadi konstitusi yang ada di
Indonesia sebenarnya sudah berjalan dengan maksimal tetapi kurangnya kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat yang membuat konstitusi itu tidak sesuai dengan harapan.

Subtansi pada UUD di Indonesia banyak mengalami perbaikan, Contoh perbaikan substansi
yang signifikan pada UUD 1945 adalah soal pemilu langsung, dibentuknya Mahkamah
Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), dan  Dewan Perwakilan Daerah (DPD),  serta ada
perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.
Sudah jelas bahwa secara umum konstitusi Indonesia sudah menjamin hak asasi warga
negaranya, namun pelaksaannya pun tergantung kepada ketaatan penyelenggara negara dan
warga negaranya, jika konstitusinya saja yang menjamin hak asasi masyarakat tetapi tidak ada
kesadaran masyarakat dan tidak ada kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah,
bagaimana konstitusi bisa dibilang sesuai harapan? Maka dari itu dengan konstitusi yang sudah
baik sekarang sebaiknya masyarakat dan pemerintah menjalankannya juga lebih baik lagi.

Tetapi bagi budayawan Betawi, Ridwan Saidi,  Sabtu (17/8/13), perombakan UUD 1945 itu,
justru jauh meninggalkan naskah aslinya. Ini bagai konstitusi ketok magic atau konstitusi yang
dibuat secara asal-asalan.

Salah satu contohnya, kata dia, adanya rencana Menteri Dalam Negeri yang akan menghapus
pilkada langsung di Daerah Tingkat II,  sementara di Daerah Tingkat I tetap. Yang menjadi
tujuan dari perubahan pasal-pasal UUD 1945 itu adalah pemilihan presiden langsung dan masa
jabatannya dibatasi. “Tapi kok  malah menyasar ke mana-mana,” ujarnya.

Sedangkan Sekretaris Indonesia Tionghoa (INTI), Ulung Rusman mengatakan, “Yang pasti
implementasi yang dilakukan  seluruh pimpinan lembaga eksekutif, legislatif dan Yudikatif,
masih belum optimal.”

Tentu banyak sekali pro dan kontra mengenai konstitusi disini, ada yang setuju jika konstitusi
disini sebenarnya sudah baik tetapi pengaruh yang membuat konstitusi disini belum sesuai
harapan adalah masyarakat sendiri dan tidak adanya kerjasama antara masyarakat dan
pemerintah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa memang perubahan konstitusinya sendiri
yang masih jauh dari apa harapkan.

Konstitusi Indonesia ini lahir hasil reformasi, karena itu harus secara terus menerus
diupayakan agar menjadi lebih baik lagi. Sudah jelas perubahan konstitusi sebanyak 4 kali ini
tentu untuk menciptakan konstitusi yang lebih baik. Oleh karena itu sangat disayangkan jika
konstitusi yang sudah baik tersebut tidak di jalankan dengan baik juga.

Menurut Ulung,  sejak awal tujuan pembuatan  konstitusi Indonesia sudah jelas,  melindungi
segenap warga negara dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memenuhi kebutuhan dasar. “Namun dari semua itu implementasinya belum optimal.  Sampai
saat ini, kita kerap melihat potret betapa lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif
selalu disibukan dengan persoalan politik dan korupsi,” tambahnya.  “Mereka terlalu disibukkan
dengan persoalan-persoalan pertarungan politik dan perebutan kekuasaan yang tiada ujungnya.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan yang merupakan amanat konstitusi,
negara belum mampu mewujudkannya.”

Belum lagi di bidang lain seperti penguasaan blok-blok migas, yang kini dikuasai asing,
Indonesia tidak berdaulat menentukan harga. Ini bukti Indonesia  belum mampu mewujudkan
kedaulatan ekonomi. Jadi, menurut  Ulung Rusman, konstitusi Indonesia di atas kertas sudah
sangat baik, namun implementasinya terpulang kepada pelaksana-pelaksananya.

Jika hanya konstitusi di atas kertasnya saja yang sudah baik tetapi pelaksaan atau
implementasinya tidak dijalankan dengan baik atau kurang kesadaraan untuk melaksanakannya
dengan baik tidak menutup kemungkinan akan terjadi banyak konstitusi yang tidak sesuai
dengan tujuan awal negara ini membuat atau membentuk konstitusi untuk melindungi hak hak
warga negara.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD mengatakan, penegakan hukum harus


menjadi panglima dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa. Tapi berbagai penyimpangan
terjadi, muaranya adalah pelanggaran hukum. "Saya sering mengatakan,lebih dari separuh
persoalan di Indonesia ini selesai kalau penegakan hukum beres, yang lain itu ad hoc," kata
Mahfud MD di Magelang, Jawa Timur, Selasa (5/9/2017).

Sementara kondisi perekonomian bangsa saat ini tidak sejalan dengan data kemiskinan yang
ada di negeri ini. Di satu sisi secara makro, terjadi peningkatan ekonomi Indonesia setiap tahun
hingga mencapai 6,5 persen, tetapi angka kemiskinan masih sangat tinggi,  107,7 juta jiwa dari
total jumlah 237.641.326 jiwa penduduk Indonesia. Selain itu pendidikan di Indonesia juga
masih sangat memprihatinkan atau kurang perhatian dari pihak pemerintah. Selain banyaknya
anak-anak yang tidak bersekolah juga mengenai fasilitas pendidikan di daerah-daerah yang
kurang terlihat baik sarana prasana pendidikannya.

“Semua ketimpangan itu terjadi karena masih banyaknya penyimpangan di bidang penegakan
hukum. Karena itu, sangatlah diperlukan penegakan supremasi hukum sebagai perioritas
program guna mengatasi persoalan bangsa ini. Idealnya, pertumbuhan ekonomi harus searah
dengan laju penekanan jumlah penduduk miskin, bukan malah sebaliknya,” tambahnya.

Kemiskinan dan kurangnya pendidikan ini terjadi karena konstitusi yang meneggakan perihal
itu kurang di tekankan pada negara Indonesia ini, peneggak hukum harus bekerja lebih baik lagi
dalam menangani masalah ini, jika peneggak hukum saja kurang sigap akan hal ini, bagaimana
konstitusi itu berjalan sesuai harapan yang diinginkan seluruh rakyat Indonesia? Dari penjelasan
diatas kita bisa lihat bahwa konstitusi disini melindungi hak-hak warga negara Indonesia, berarti
peran penting disini adalah pemerintah dan peneggak hukum serta lembaga-lembaga yang
berwenang.

Kesimpulan akan pembahasan disini sebenarnya adalah konstitusi di negara Indonesia ini
sebenarnya sudah sangat baik dari sebelumnya, tetapi pelaksanaan atau implementasinya kurang
di terapkan dengan maksimal, untuk apa jika konstitusi yang tertulis sudah baik tetapi
pelaksanaannya kurang? Ini yang akan menyebabkan pelaksaan konstitusi di Indonesia ini yang
masih jauh dari harapan seluruh warga Indonesia.
REFERENSI

https://www.kompasiana.com/adelinewibawa/59f72c5398182759f36440b2/sistem-pemerintahan-di-
negara-kita?page=all

https://www.jia-xiang.biz/pelaksanaan-konstitusi-masih-jauh-dari-harapan/

https://www.kompasiana.com/mdwiyono/59f7618812ae9407ec370082/kritik-atas-sistem-
ketatanegaraan-indonesia?page=all

https://www.kompasiana.com/lisna98/57b70684c5afbd551b434b0c/kondisi-pendidikan-di-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai