Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

UJI KUALITATIF PROTEIN

NAMA :
NIM :
KELAS :
KELOMPOK :
ASISTEN :

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

BAB IV
UJI KUALITATIF PROTEIN

TUJUAN :
 Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif protein
 Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode

A. Pre-lab
1. Bagaimana prinsip analisis protein dengan metode ninhidrin?

Prinsip analisis protein dengan ninhidrin yaitu mengidentifikasi adanya protein dalam suatu
bahan dimana asam amino bebas (asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat) akan
bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi
dinyatakan positif jika terjadi perubahan warna larutan sampel menjadi ungu, dan reaksi
dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan warna. Reaksi ninhidrin harus didahului oleh
reaksi hidrolisis protein, ninhidrin ditambahkan pada dalam larutan dan kemudian larutan
tersebut dipanaskan. Terjadi 2 tahap yaitu reaksi pembentukan warna dan reaksi
pembentukan ninhidrin tereduksi. Warna yang terbentuk adalah warna ungu sampai biru
yang dikenal dengan kompleks ruhemann (Wallace, 2008).

2. Bagaimana prinsip analisis protein dengan metode biuret?

Prinsip penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah menganalisis adanya ikatan
peptida dengan cara menambahkan reagen biuret kedalam sampel yang kemudian diukur
absorbansinya. Ion Cu2+ pada reagen akan bereaksi dengan ikatan peptida yang berada
pada sampel suasana basa membentuk senyawa kompleks yang memiliki warna ungu.
Reaksi akan menunjukan hasil positif apabila sampel mengandulng 2 ikatan peptida atau
lebih, dan akan menunjukan hasil negatif jika diujukan pada asam amino bebas. Intensitas
warna yang terbentuk bergantung pada jumlah iktan peptida yang terdapat pada sampel,
jika semakin banyak jumlah ikatan peptida maka warna senyawa kompleks yang dihasilkan
akan semakin gelap/pekat (Nigam, 2007).

3. Mengapa pengujian protein selalu dilakukan pada kondisi alkali/basa?


Karena CuSO4 dalam suasana basa akan bereaksi dengan ikatan peptida yang kemudian
dapat memebentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Protein memiliki sifat amfoter, tetapi
dalam keadaan basa barulah pereaksi seperti ion Cu2+ pada biuret dapat bereaksi dengan
polipeptida untuk membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu akibat adanya reaksi
antara cadangan N dari peptida dan O dari air jika reaksi tersebut berlangsung positif.
Warna yang dihasilkan tergantung dengan panjang ikatan peptidanya. Jika ikatan peptida
semakin panjang maka warna akan semakin gelap tetapi jika ikatan peptida semakin
pendek warna akan memudar (Falk, 2011).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

B. Tinjauan Pustaka
1. Protein
Protein merupakan persenyawaan kompleks yang dihasilkan dari polimerisasi asam
asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptide(-CO-NH-). Protein
merupakan senyawa yang sangat penting dalam sistem kehidupan karena protein
memainkan peran yang sangat vital dalam semua aktivitas sel-sel tubuh makhluk hidup.
Protein tersusun beberapa atas asam amino yang terikat dalam rantai lurus yang disebut
ikatan peptida. Ada dua jenis protein yaitu protein sederhana dan protein kompleks.
Protein memiliki karakteristik sebagai katalis biokimia, pengukur pergerakan, penunjang
mekanisme tubuh dan pengendali pertumbuhan (Ash, 2010).

2. Uji ninhidrin
Uji ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino dalam zat yang di
uji. Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam amino.
Ninhidrin akan bereaksi dengan α-asam amino dan asam amino bebas untuk mrmbentuk
senyawa kompleks berwarna biru-ungu atau dikenal dengan nama ruhemann’s purpel.
Asam α-amino jika bereaksi dengan ninhidrin akan membentuk senyawa aldehid, gas
CO2, NH3, dan hidrindantin. Hidrindantin yang bercampur dengan NH 3 dan ninhidrin akan
menyebabkan timbulnya warna biru. Prolin dan hidroksiproline jika diuji dengan
menggunakan ninhidrin akan menimbulkan warna kuning hal ini dikarenakan tidak adanya
asam α-amino (Scopes, 2013).

. (Scopes, 2013).

3. Uji biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya
ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji.
Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya
protein, karena asam amino berikatan dengan
asam amino yang lain melalui ikatan peptida
membentuk protein. Uji biuret dilakukan pada
komponen yang memiliki 2 atau lebih ikatan
peptida. CuSO4 akan bereaksi dengan NaOH
untuk membentuk Cu(OH)2 yang bereaksi
dengan ikatan peptida membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu dalam kondisi basa.
(Nigam, 2007). Reaksi akan menunjukan hasil positif apabila
terdapat ikatan peptida 2 atau lebih (Falk, 2011).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

4. Fungsi reagen:
4.1 Reagen ninhidrin
Semua asam amino dan peptida yagn mengandung gugus α-amino bebeas
memberikan reaksi ninhidrin positif dengan menunjukkan reaksi terbentuknya warna
biru sampai ungu. Khusus untuk asam amino prolin dan hidroksi prolin akan terbentuk
warna kuning. Senyawa ninhidrin bersifat korosif sehingga bahaya jika tertelan,
menyebabkan iritasi kulit, mata, serta pernafasan Reagen ninhidrin berfungsi sebagai
suatu oksidator yang sangat kuat sehingga menyebabkan terjadinya dekarboksilasi
oksidatif asam α-amino yang menghasilkan senyawa aldehid (Ishanda, 2014).

(Kristianti, 2009).

4.2 Reagen biuret


Reagen biuret yang mengandung CuSO4 yang terurai menjadi ion Cu 2+. Ion tersebut
kemudian akan bereaksi dengan ikatan peptida membentuk senyawa kompleks. Jadi,
secara garis besar reagen biuret berfungsi sebagai membentuk senyawa kompleks
sehingga kandungan dalam sampel dapat diidentifikasi (Machin, 2012).

(Machin, 2012).

5. Tinjauan bahan:
5.1 Gelatin
Gelatin tinggi akan kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak.
Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 %
mineral. Gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial
yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan (Chapman, 2007). .

(Nigam, 2007).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

5.2 Susu skim


Susu skim atau biasa disebut dengan susu non fat. Susu skim adalah susu yang
memiliki kadar lemak yang telah dikurangi hingga batas maksimal. Susu skim
mengandung semua kandungan susu murni kecuali lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak (Ishanda, 2014).

(Kristianti, 2009).

5.3 MSG
MSG adalah garam sodium dari glutamat. Komposisi monosodium glutamate adalah
natrium 12 %, glutamate 78 % dan air 10 %. Sehingga MSG adalah unsur nutrisi bukan
unsur kimia berbahaya. MSG diperoleh melalui proses fermentasi dari bahan tetes
tebu atau pati-patian (Arisman, 2008).

(Arisman, 2008).
5.4 Aspartam
Aspartam memiliki rumus struktur C14H18N2O5 tergolong pada zat pemanis buatan.
Tingkat kemanisan yang dimiliki aspartam 200 kali lebih manis dari pada sukrosa.
Aspartam mudah terhidrolisis dan mengalami reaksi kimia. Bila terhidrolisis maka
aspartam akan kehilangan rasa manisnya (Kristianti, 2009).

(Ishanda, 2014).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

C. Diagram Alir

1. Uji Ninhidrin

Tabung Reaksi
2ml larutan sampel

2ml larutan ninhidrin

Dimasukkan dalam air mendidih selama 15-20 detik

Diamati warna larutan

Hasil

2. Uji Biuret

3ml larutan sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi

1ml NaOH 10%

Dikocok
1-3 tetes Cu2SO4 0,1%

Diamati perubahan warna

Hasil
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan

1. Uji Ninhidrin

No. Sampel Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan Hasil uji


1 Susu Skim Putih keruh Terjadi perubahan warna
menjadi keunguan di bagian
atas larutan +

2 MSG Bening agak keruh susu Terjadi perubahan warna


menjadi ungu pekat +++

3 Aspartam Keruh kekuningan Terjadi perubahan warna ungu


pekat, di bawah terdapat ++
endapan
4 Gelatin Putih susu, ada endapan Tidak terjadi perubahan warna
-

Tujuan pada uji ninhidrin adalah mengetahui adanya asam amino bebas dalam
sampel dapat diketahui dari terbentuknya kompleks warna ungu.
Prinsip pada uji ninhidrin ini adalah menguji ada tidaknya protein dalam suatu
senyawa dengan menambahkan reagen ninhidrin untuk mengetahui jumlah asam amino
bebas yang terkandung dalam suatu zat. Adanya reaksi antara ninhidrin dengan asam amino
sehingga membentuk CO2, H2O, aldehid dan kompleks warna ungu (Harmata, 2009).
Mekanisme reaksi ninhidrin jika ditambah asam amino mengakibatkan ninhidrin
tereduksi serta menghasilkan NH3. Sedangkan karbondioksida dan gugus aldehidnya lepas
ke lingkungan. Kemudian ninhidrin tereduksi dan NH3 ditambah ninhidrin baru diproses
secara kondensasi menghasilkan garam diketo-hydrihalide-diketo-hydramine yang
membentuk senyawa kompleks warna ungu (Bruckner, 2012).

(Bruckner, 2012).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

Analisis Hasil
Berdasarkan data hasil pengamatan, pada sampel pertama, susu skim, warna yang
teramati sebelum pemanasan adalah putih keruh. Setelah dilakukan pemanasan selama 20
detik, warna yang terbentuk menjadi keunguan di bagian atas larutan, sehingga dapat
dikatakan sampel hasil uji positif. Pada sampel MSG, sebelum pemanasan warna sampel
bening agak keruh susu, tetapi setelah pemanasan sampel berubah warna menjadi ungu
pekat, sehingga dapat dikatakan sampel hasil uji positif. Pada sampel aspartam, sebelum
pemanasan, sampel berwarna keruh kekuningan, tetapi setelah pemanasan warna berubah
menjadi ungu pekat dan terdapat endapan sehingga hasil uji sampel positif. Pada sampel
keempat, gelatin, warna yang teramati sebelum pemanasan adalah putih susu dan terdapat
endapan setelah pemanasan tidak terjadi perubahan warna. Sehingga dapat dikatakan hasil
uji sampel negatif.
Pada sampel pertama, susu skim, hasil ujinya positif. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur. Susu skim mengandung protein yang sedikit kompleks, sehingga tidak lagi
mengandung asam amino bebas (Lundblad, 2014). Tetapi pada percobaan kali ini diperoleh
warna ungu yang menandakan bahwa larutan tersebut positif. Pada literatur lain mengatakan
bahwa pada susu skim yang semula berwarna putih keruh setelah dipanaskan terdapat
berwarna keunguan. Protein yang dikandung oleh susu skim adalah kasein, albumin dan
globulin. Asam amino bebas berasal dari protein albumin yaitu glutamin dan trisin (Krull,
2007).
Pada sampel kedua, MSG, hasil uji ninhidrinnya positif yang ditunjukkan dengan
terbentuknya kompleks warna ungu pekat. Hasil uji yang didapat juga sudah sesuai dengan
literatur. MSG hanya mengandung satu asam amino yang terkristalisasi yaitu asam glutamat.
Sehingga hasil uji sangat positif dan warna yang dihasilkan juga sangat pekat (Krull, 2007).
Berbeda dengan sampel ketiga, aspartam, aspartam juga menunjukkan hasil positif,
namun kompleks warna ungu yang terbentuk tidak sepekat pada MSG. Hasil yang didapat
juga sudah sesuai dengan literatur. Aspartam tersusun dari 2 macam asam amino yaitu
asam aspartat dan fenilalanin. Gugus amina yang bebas terdapat pada salah satu gugus
asam aspartat. Namun karena kandungan asam aminonya lebih banyak dibanding MSG,
kompleks warnanya juga berupa ungu muda (Simanjutak, 2009).
Pada sampel keempat, gelatin hasil uji ninhidrinnya negatif, ditunjukkan dengan tidak
adanya perubahan warna baik sebelum maupun sesudah pemanasan. Hal ini juga sudah
sesuai dengan literatur. Gelatin merupakan bagian dari kolagen, salah satu jaringan ikat
dalam tubuh hewan. Kolagen merupakan salah satu jenis protein kompleks, sehingga tidak
mungkin mengandung asam amino bebas. Selain itu ikatan peptidanya juga kuat sehingga
sulit bereaksi dengan reagen ninhidrin (Simanjutak, 2009).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

2. Uji Biuret
No. Sampel Sebelum ditambah reagen Sesudah ditambah Hasil uji
reagen
1 Susu skim Putih keruh Terdapat perubahan
warna menyerupai cincin +
ungu
2 MSG Bening agak keruh susu Tidak terjadi perubahan
warna -

3 Gelatin Keruh kekuningan Terdapat cincin ungu


++

4 Aspartam Putih susu, ada endapan Tidak terjadi perubahan


warna -

Tujuan pada uji biuret ini adalah mengetahui adanya ikatan peptida dalam suatu
protein tertentu
Prinsip dari uji biuret ini adalah mengetahui adanya protein berdasarkan ikatan
peptida di dalam suatu senyawa dengan menambahkan reagen CuSO 4 ke dalam senyawa
yang sudah diberi suasana basa oleh NaOH
Mekanisme reaksi pada uji biuret adalah senyawa yang mengandung gugus amina
asam (–CONH2) yang bersama gugus amida asam yang lain terbentuk dari larutan protein
yang dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO 4 encer. Reaksi
biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein. Suatu peptida yang mempunyai
dua buah ikatan peptida atau lebih dapat bereaksi dengan ion Cu 2+ dalam suasana basa
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Poedjiadi, 2011).

(Bruckner, 2012).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

Analisa Hasil
Berdasarkan data hasil pengamatan, pada sampel pertama, susu skim, warna
sebelum ditambahkan reagen biuret dan setelah ditambahkan berbeda. Sebelum
ditambahkan reagen biuret, sampel berwarna putih keruh, namun setelah ditambahkan
biuret, terbentuk cincin ungu sehingga ujinya positif. Pada sampel kedua, MSG, sebelum
ditambahkan reagen biuret, sampel berwarna bening, namun setelah ditambahkan reagen
biuret, tidak terjadi perubahan warna. Pada sampel ketiga gelatin, sebelum ditambahkan
reagen sampel berwarna keruh kekuningan. Setelah ditambahkan reagen biuret, terbentuk
cincin berwarna biru ungu. Pada sampel keempat aspartam, sebelum ditambahkan reagen
berwarna putih susu dan terdapat endapan. Namun setelah ditambahkan reagen biuret hasil
yang ditunjukkan negatif. Ditandai dengan tidak ada perubahan warna.
Pada sampel pertama dan ketiga susu skim dan gelatin hasil yang ditunjukkan positif,
berupa terbentuknya cincin berwarna ungu. Hal ini sudah sesuai dengan literatur. Susu skim
dan gelatin merupakan salah satu jenis protein kompleks, sehingga di dalamnya terdapat
lebih dari 2 ikatan peptida. Karena memiliki lebih dari dua ikatan peptida, maka dihasilkan
cincin berwarna ungu pada permukaan larutan. Semakin panjang ikatan peptida maka
semakin pekat pula warna ungu yang dihasilkan (Poedjiadi, 2009).
Pada sampel kedua, MSG, hasil yang ditunjukkan negatif, berupa terbentuknya cincin
berwarna biru. Hal ini juga sudah sesuai dengan literatur. Pada MSG, hanya terdapat satu
asam amino terkristalisasi, sehingga tidak mengandung ikatan peptida sama sekali. Karena
MSG hanya mengandung satu asam amino bebas terkristalisasi (Harmata, 2009).
Pada sampel keempat aspartam, hasil yang didapat negatif. Hasil tersebut sudah
sesuai dengan literatur. Aspartam masih mengandung ikatan peptida. Namun ikatan peptida
yang dimiliki aspartam masih berjumlah satu. Hasil positif uji biuret hanya ditunjukkan
apabila sampel memiliki lebih dari satu ikatan peptida (Sudarmadji, 2013).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

E. ANALISA PROSEDUR

a. Uji Ninhidrin
Pada uji ninhidrin ini, alat yang dibutuhkan di antaranya tabung reaksi sebanyak 4
buah, penjepit tabung reaksi, pipet ukur, rak tabung reaksi, gelas ukur, bulb, serta label.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah reagen ninhidrin dan 4 buah sampel, yaitu susu
skim, aspartam, MSG, dan gelatin.
Label digunakan untuk menandai sampel dan pipet agar tidak sampai tertukar,
penjepit tabung reaksi untuk menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan, rak tabung reaksi
untuk tempat tabung reaksi, tabung reaksi untuk mereaksikan sampel dengan reagen
ninhidrin, bulb dan pipet ukur untuk mengambil sampel dan reagen.
Langkah pertama, tandai tabung reaksi dan pipet ukur dengan label untuk sampel
yang akan digunakan. Selanjutnya setelah semua sudah ditandai, ambil sampel sebanyak 2
ml dengan menggunakan pipet ukur, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2
ml reagen ninhidrin. Untuk susu skim jangan langsung diambil dengan menggunakan pipet
ukur, tetapi gunakan gelas ukur dulu dan ambil susu skim menggunakan pipet tetes. Baru
kemudian pindahkan ke tabung reaksi.
Langkah selanjutnya, siapkan beaker glass berisi air. Panaskan hingga mendidih.
Masukkan tabung reaksi berisi reagen dan sampel ke dalam beaker glass berisi air
mendidih, panaskan hingga 20 detik. Amati perubahan warna yang terjadi, lalu catat hasilnya
pada tabel. Lakukan hal yang sama pada keempat sampel, lalu catat hasilnya pada tabel.

b. Uji Biuret
Pada uji biuret ini, alat yang dibutuhkan di antaranya tabung reaksi sebanyak 4
buah, penjepit tabung reaksi, pipet ukur, rak tabung reaksi, gelas ukur, bulb, serta label.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah reagen biuret berupa larutan CuSO4 5 %, larutan
NaOH 10 % dan 4 buah sampel, yaitu susu skim, aspartam, MSG, dan gelatin.
Label digunakan untuk menandai sampel dan pipet agar tidak sampai tertukar,
penjepit tabung reaksi untuk menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan, rak tabung reaksi
untuk tempat tabung reaksi, tabung reaksi untuk mereaksikan sampel dengan reagen
ninhidrin, bulb dan pipet ukur untuk mengambil sampel dan reagen.
Langkah pertama, tandai tabung reaksi dan pipet ukur dengan label untuk sampel
yang akan digunakan. Selanjutnya setelah semua sudah ditandai, ambil sampel sebanyak 3
ml dengan menggunakan pipet ukur, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1
ml larutan NaOH 10 % dengan menggunakan pipet ukur. Kocok larutan untuk
menghomogenkan. Tambahkan larutan CuSO4 5 % sebanyak 5 tetes dengan menggunakan
pipet tetes. Amati perubahan yang terjadi, catat hasilnya pada tabel.
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

F. PERTANYAAN

1. Bagaimana mengidentifikasi adanya gugus amino pada sampel dengan menggunakan uji
Ninhidrin?

Identifikasi gugus asam amino bebas pada suatu sampel dapat dilihat dengan cara
menambahkan  reagen ninhidrin pada sampel. Reagen ninhidrin akan bereaksi dengan
gugus amino yang terdapat pada sampel kemudian perubahan warna larutan sampel setelah
penambahan reagen ninhidrin dan pemanasan selama kira kira 20 detik. Sampel yang
mengandung gugus asam amino akan berubah warna menjadi ungu muda hingga tua.
Kompleks warna ungu terbentuk karena reaksi antara asam amino dan ninhidrin dengan
hasil samping lainnya berupa H2O dan aldehid (Winarno, 2012).

2. Bagaimana reaksi yang terjadi antara sampel dengan reagen pada uji Biuret?

Syaratnya adalah sampel harus bersuasana basa agar polipeptida sampel dapat
bereaksi dengan Cu2+ pada biuret. Uji ini sendiri didasarkan pada reaksi pembentukan
kompleks Cu2+ yang dihasilkan oleh CuSO4 dengan gugus –CO dan –Na pada ikatan peptida
dalam larutan bersuasana basa dan menghasilkan senyawa kompleks ungu (Winarno,
2012).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

G. KESIMPULAN

Praktikum analisis kualitatif protein yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui
prinsip dasar uji protein dan mengetahui prinsip dari masing masing metode.
Prinsip uji ninhidrin adalah menguji ada atau tidaknya protein dalam suatu sampel
dengan menambahkan reagen ninhidrin untuk mengetahui jumlah kadar asam amino bebas
yang terkandung di dalamnya, dimana asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk kompleks warna ungu.
Prinsip uji biuret adalah menguji ada atau tidaknya protein dalam suatu sampel
dengan penambahan NaOH dan CuSO4, dimana ion Cu2+ dalam pereaksi biuret akan
bereaksi dengan polipeptida dan membentuk cincin warna ungu.
Pada uji ninhidrin, hasil uji sampel positif ditunjukkan oleh MSG, susu skim dan
aspartam dengan perubahan warna setelah pemanasan menjadi ungu dibagian atas larutan,
sedangkan hasil uji sampel negatif ditunjukkan gelatin.
Pada uji biuret, hasil uji positif ditunjukkan oleh susu skim dan gelatin dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu sedangkan hasil uji sampel negatif ditunjukkan oleh MSG
dan aspartam.
LAMPIRAN

Uji biuret

Sebelum direaksikan sesudah di reaksikan

Uji ninhidrin

Sebelum direaksikan sesudah direaksikan


DAFTAR PUSTAKA

Arisman, Dias. 2008. Buku Ajar Pedoman Mahasiswa Ilmu Gizi. Semarang: Grafindo

Ash, Michael. 2010. Handbook of Fillers, Extenders, and Diluents. New York: John Wiley &
Sons

Chapman, Hall. 2007. Food Science and Nutrition Second Edition. London: Elsiever

Falk, Ian. 2011. Managing Biosecurity Across Borders. Heidelberg: Springer

Ishanda, Lanang. 2014. Prinsip Kimia Organik Edisi III. Jakarta: Erlangga

Kristianti, Elizabeth. 2009. Struktur Kimia Pangan dan Gizi untuk Mahasiswa. Jakarta:
Pustaka Aksara

Machin, Troy. 2012. Remington of Chemistry Structure. Philadephia: Wolters Kluwer Health

Nigam, William. 2007. Chemistry: Principles and Reaction. Washington DC: ASM
International

Scopes, Robert K. 2013. Protein Purification: Principles and Practice. Pennsylvania:


Cengage Learning

Wallace, Thomas H. 2008. Methods of Testing Protein Functionality. London: Elsiever


DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Bruckner, Reinhard. 2012. Organic Mechanisms: Reactions, Stereochemistry and Synthesis.


Berlin: Springer-Verlag

Harmata, Michael. 2009. Food Chemistry Third Edition. California: Elsiever

Krull, Ira S. 2007. Reaction Detection in Liquid Chromatography. California: Deepublish Inc

Lundblad, Roger L. 2014. Biochemistry and MolecularBiology Compendium. New York:


Elsiever

Poedjiadi, Anna. 2011. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia

Simanjutak, Tiurma P. 2009. Komponen Gizi dan Terapi Pangan Masyarakat. Medan:
Pustaka Baca

Soedarmadji, dkk. 2013. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta

Winarno, F. G. 2012. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai