Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNIKASI

TERAPEUTIK PADA KLIEN DI IGD


Untuk memenuhi salah satu tugas pembelajaran mata kuliah Komunikasi Keperawatan 2
Dosen Pembimbing : Yuyun Sarinengsih.,S.kep.,Ners.,M.Kep

Disusun :

Nina Tardiah

191FK03115
Salma Mua’limatul Zahra 191FK03101
Siti Alisa 191FK03119
Zaenal Arifin 191FK03125

TINGKAT 1 KELAS I(2)


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah yang bejudul Komunikasi Terapeutik
pada klien di IGD.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Bandung,22 April 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3
1.1 Latar Belakang .3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian gawat darurat 5
2.2 Konsep dasar keperawatan gawat darurat 5
2.3 Aspek psikologis pada situasi gawat darurat 7
2.4 SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu 8
2.5 Tujuan komunikasi pada gawat darurat 10
2.6 Tehknik komunikasi pada gawat darurat 10
2.7 Prinsip komunikasi gawat darurat 11
BAB III PENUTUP iii
3.1 Kesimpulan iii
3.2 Saran iii
DAFTAR PUSTAKA iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan
informasi yang akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien
sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang
diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik
dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara
terus – menerus ( Kariyo, 1998 ). Hubungan antara perawat dan klien yang
terapeutik bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar
keduanya, interaksi tersebut harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan
baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan itu adalah tahap pre
orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and
Sunden.1998 ). Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi yang
langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah Sakit merupakan tempat untuk
mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih
lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang
terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara
cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu
maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan
gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak
menambahkn kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal .

3
Klien dapat merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan petugas di IGD, baik yang
bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang
baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gawat darurat ?
2. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
3. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
4. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
5. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?
6. Apa prinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti pengertian dari gawat darurat.
2. Mahasiswa memahami kosep dasar keperawatan gawat darurat.
3. Mahasiswa memahami tentang SPGDT.
4. Mahasiswa mengerti tujuan dilakukan komunikasi gawat darurat.
5. Mahasiswa bisa melakukan tehknik komunikasi pada gawat darurat secara
benar.
6. Mahasiswa memahami prinsi-prinsip komunikasi gawat darurat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gawat Darurat


Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan
yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara
cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam
itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.
2.2 Konsep dasar keperawatan gawat darurat
1. Klien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan
Napas atau distress nafas, Luka Tusuk dada/perut dengan shock dan
sesak, hipotensi / shock.
2. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan
dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
3. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien
dengan Ca stadium akhir.

6
4. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label
kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
5. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di
lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
6. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir.
Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam
operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu. Selain
dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis
pada saat keadaan gawat darurat.
2.3 Aspek psikologis pada situasi gawat darurat
a. Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan
tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan,
seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui
selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.
b. Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses
emosi yang tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan
kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau
suatu kondisi
c. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak
tahu apa yang harus di perbuat.

7
2.4 SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu
sistem pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan
pra rumah sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit.
Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is
life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam
khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem
komunikasi.
a. Fase pra rumah sakit
Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita
gawat darurat yang melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas
kesehatan. Pada umunya yang pertma yang menemukan pendrita gawat
darurat di tempat musibah adalah masyarakat ynag dikenl oleh orang
awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih
pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan gawat darurat.
Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu dengan
meyakin warga bahwa seorang perawat, mengecek kesadaran korban
dengan menmanggil nama korban, menghubungi organisasi gawat darurat
terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah sakit.
Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat
ditolong masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk gawat
darurat, warga tadi menolong penderita gawat darurat mengamankan
korban di tempat yang lebih aman, melakukan pertolongan di tempat
kejadian seperti menolong menghentikan pendarahan, kemudian
melaporkan korban ke organisasi pelayanan kegwatdaruratan terdekat,
pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah
sakit.

8
b.Fase pelayanan rumah sakit
Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan
tenagan kesehatn yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga
di unit gawat darurat. Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama
dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang cepat
dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke
UGD, perawat menayakan identitas klien kemudian melakukan
pemasangan infus untuk menganti cairan yang keluar, dengan
menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.
c.Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )
Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan
yang melibatkan petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah
sakit lain atau rumah sakit satu dengan rumah sakit yang lain sebagai
rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan
penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa
memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa
menanggani krban sebut.
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit
tetap dirumhsakit tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan
segera untuk pertolongan, kemudian rumahsakit tersebut menghubungi
rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah itu pasien di kirim
ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi.

9
2.5 Tujuan komunikasi pada gawat darurat
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat
dan klien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan (Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan
kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis
atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat
tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.
2.6 Tehknik komunikasi pada gawat darurat
a. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat
ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara, menjaga
kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan
kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau
memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa
aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga
kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan.
Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang
menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara
sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan
sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.

10
c.Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an
berharap komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien
menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian.
Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan
kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
e. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan
oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi
dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan
2.7 Prinsip komunikasi gawat darurat
Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap
1. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
2. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
3. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
4. Empaty (merasakan perasaan pasien)
5. Trust (memberi kepercayaan)
6. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
8. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
9. Bahasa yang mudah dimengerti

11
10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
11. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
12. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat
darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi
dalam hal ini yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat
adalah tindakan yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan
tepat.
3.2 Saran
Meskipun yang lebih diutamakan tindakan gawat darurat, perawat
harus tetap melakukan komunikasi pada pasien, maupun keluarga pasien
yang ada.

iii
DAFRAT PUSTAKA
Kariyo, 1998, Komunikasi terapeutik diakses pada tanggal 20 April 2020 pukul
19.30 WIB
Stuart and Sunden.1998, Buku Keperaatan (Alih Bahasa),Achir Yani S.Hamid
diakses pada tanggal 20 April 2020 pukul 20.05 WIB
Purwanto, Heri. (1994). Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC diakses pada
tanggal 20 April 2020 pukul 21.17 WIB
Indah ferdi,2014, SPGDT (sistem penangulangan gawat darurat). [online]. diakses
pada tanggal 21 April 2020 pukul 17.23 WIB
Thamiiaaa. 2013. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.
diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 18.30 WIB
Sulfa Oktafiani. 2010 ,Keperawatan Gawat Darurat. [online] diakses pada
tanggal 22 April 2020 pukul 10.20 WIB

iv

Anda mungkin juga menyukai