Anda di halaman 1dari 15

ek

SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

SISTEM PENYAMBUNGAN DIGITAL PADA STDI 1 KANDATEL UJUNG PANDANG


Ardi Amir*

Abstract
The progress of electronics and telecommunications technologies make increasingly small
world. Pulse of life and all activities related to public needs in a modern world, with an instant
can be known while others admired the world community. And the impact thereof shall
immediately be answered by the managers of telecommunications services in all States referred
to Indonesia.
By using large-scale integrated electronic circuit using the principle of Time Division Multiplex,
Switching Network (SN), a digital space requires only a little. In the central EWSD, Switching
Network using high-speed switching systems, Switching Network has a solid form that can
accommodate a large number concentrated in a small module. For example, to serve 1024
simultaneous conversations serviced by a Space Stage Module.
Sentaral digital phone is directed to the advent of ISDN (Integrated Service Digital Network) or
Integrated Services Digital Network, and this is not present in the analog network. ISDN Era is a
joy - joy that will simplify telecommunications services. With the increased telephone users, is
expected in the Indonesian economy will also rise.
Key words : ESWD, Line/Trunk Group, Switching Network, Processor

Abstrak
Kemajuan teknologi elektronika dan telekomunikasi menjadikan dunia semakin kecil saja.
Denyut kehidupan dan segala aktifitas yang menyangkut hajat modern di suatu belahan
dunia, dengan sekejab dapat diketahui sambil dikagumi masyarakat dunia lainnya. Dan
dampak daripadanya harus segera dijawab oleh para pengelola jasa telekomunikasi disemua
Negara termaksud Indonesia.
Dengan menggunakan rangkaian elektronik terintegrasi skala besar dengan menggunakan
prinsip Time Division Multiplex, Switching Network ( SN ) digital yang hanya memerlukan ruangan
yang sedikit. Pada sentral EWSD, Switching Network memakai system penyambungan dengan
kecepatan tinggi, Switching Network mempunyai bentuk yang padat yang dapat menampung
nomor yang besar yang dikonsentrasikan dalam modul yang sedikit. Misalnya untuk melayani
1024 percakapan secara simultan dilayani oleh sebuah Space Stage Modul.
Sentaral telepon digital diarahkan untuk menyambut era ISDN ( Integrated Service Digital
Network ) atau Jaringan Digital Pelayanan Terpadu, dan hal ini tidak terdapat pada jaringan
analog. Era ISDN merupakan cita – cita yang akan mempermudah dan mempermurah jasa
telekomunikasi. Dengan pengguna telepon yang meningkat, diharapkan perekonomian di
Indonesia akan meningkat pula.
Kata Kunci : ESWD, Line/Trunk Group, Switching Network, Processor

1. Pendahuluan ditingkatkan lagi. Sasaran di


Di penghujung abad 20, Indonesia saat ini adalah pemenuhan
walaupun kemajuan teknologi sudah permintaan untuk pelayanan dasar
semakinpesat, namun penyedian komunikasi yaitu telepon.
pelayana untuk pertukaran informasi Untuk mengajar kesenjangan
ternyata masih perlu dan bisa antara tuntutan masyarakat dan

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Sistem Penyambungan Digital pada SRDI 1 Kandatel Ujung Pandang
(Ardi Amir)

kema m p u a n penyediaannya, pada tahun 1984, yang di kenal


maka perlu dicari suatu system sebagai Sentral Telepon Digital
yang murah, berkualitas tinggi, Indonesia I atau ( STDI ).
sejalan dengan trend teknologi Dengan teknik digital, sub –
dan sasaran yang di masa system switching dan transmisi dapat
d a t ang. Jawaban dari tantangan ini di hubungkan tanpa proses konversi
adalah system digital. sehingga hal ini akan menghemat
Kecenderungan perkembangan biaya dan memperbaiki kualitas (
system telekomunikasi kearah system performance ) dari jaringan
digital didorong oleh tiga factor telekomunikasi. Pada system
utama yaitu: switching digital, Stored Program
‐ Keungg u l a n teknologi ( Control ( SPC ) dan Common
technological features ) Channel Signalling ( CCS )
dari system digital. merupakan standart features, dimana
‐ Dapat dicapainya SPC dan CCS ini akan meningkatkan
pengurangan biaya lanjut ( kualitas dan keandalan dari jaringan
e f i s i e n s i ). telekomunikasi.
‐ M e ni n g k a t n y a kebutuhan akan
Perkembangan teknologi
pelayanan komunikasi digital.
mikroelektron i k a dan
Sejak diperkenalkannya peningkatan jumlah pemakai (
sentral digital EWSD ( Electronic customer demand )s e c a r a
Wahler System Digital ) pada tahun cepat dan serempak, sehingga
1981 di dinua pertelekomunikasian penerapannya dalam praktek
internasional, saat ini sentral EWSD terasa sulit untuk diikuti.
merupakan jenis sentral digital yang Dengan demikian murahnya
cukup banyak digunakan di jaringan harga komponen digital, maka
telekomunikasi dunia. penerapan time s wi t c h i n g
Electronic Wahler System m e n j a d i l e b i h m urah dari pada
Digital ( EWSD ) merupakan system menggunakan space switching.
sentral telepon yang dapat Dengan demikian elemen – elemen
memenuhi berbagai aplikasi baik teknik switching cenderung ke arah
ditinjau dari segi ukuran, bentuk, system switching digital.
jangkauan pelayanan serta
v a ri a s i perangkat
t e l e k o m u ni k a s i y a n g t e l a h a d a 2. Tinjauan Pustaka
sebelumnya. 2.1 Hierarki Jaringan Telekomunikasi
Buntuk dasar jaringan
Hal ini di mungkinkan
telekomunikasi ada dua yaitu
karena sentral EWSD
jaringan bintang ( Star Network )dan
menggunakan processor
jaringan mata jala ( Mesh Network ).
control yang tersebar atau
Masing – masing bentuk jaringan ini
tidak terpusat, akan tetapi
mempunyai kelebihan dan
proses pekerjaan
kekurangan. Kadang – kadang
d i d i s t r i b u s i ka n ke beberapa
kedua bentuk tersebut di
processor di bawah kordinasi
kombinasikan dengan tujuan
central processor, sehingga modifikasi
mengambil sifat – sifat yang baik dari
mudah untuk dilaksanakan. Sentral
kedua bentuk jaringan tersebut.
EWSD mulai dioperasikan di Indonesia

243
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 242 - 256

a. Jaringan bintang b. Jaringan mata jala

Gambar 1. Bentuk Dasar Jaringan Telekomunikasi

Gambar 2. Hierarki Jaringan Telekomunikasi Indonesia

Adanya hierarki di dalam menjadi lima tingkatan seperti


jaringan telekomunikasi menunjukkan ditunjukkan pada gambar 2.
adanya saling ketergantungan Pembagian Hierarki sentral
diantara sentral penyambungan tersebut adalah:
berdasarkan derajat kepentingan ‐ Tingkat 0 : Local Exchange ( LE ),
masing – masing sentral. Setiap Remote Switching Until ( RSU ),
Negara menpunyai kebijakan sendiri Local Transit ( LT ).
didalam menentukan hierarki jaringan ‐ Tingkat 1 : Primary Center ( PC ).
telekomunikasi nasionalnya, dengan ‐ Tingkat 2 : Secondary Center ( SC
memperhatikan rekomendasi yang ).
dikeluarkan oleh Comitte Consultative ‐ Tingkat 3 : Tertiary Center ( TC ).
International Telegraphiqueet ‐ Tingkat 4 : Internasional Switching
Telephonique ( CCITT ). Center ( ISC ).
Untuk jaringan telekomunikasi Penyusunan hierarki ini
internasional, tidak ada hierarki khusus merupakan hasil optimasi dengan
yang direkomendasikan untuk pertimbangan bahwa semakin
penyusunan. Hierarki jaringan banyak tingkatan didalam hierarki
telekomunikasi di Indonesia membagi maka delay akan semakin lama,
sentral – sentral menyambung kualitas transmisi akan menurun

244
Sistem Penyambungan Digital pada SRDI 1 Kandatel Ujung Pandang
(Ardi Amir)

karena kemungkinan untuk menerima disampel tanpa kerugian ( losses


derau semakin besar serta system )informasi, maka digunakan
secara keseluruhan akan menjadi teorama sampling ( Niquist ).
rawan. Berdasarkan pertimbangan Menurut teorema sampling (
keandalan, maka struktur jaringan Kriteria Niquist ) bahwa untuk
menggunakan jaringan bintang dan memperoleh kembali sinyal
kombinasi jaringan bintang dan mata analog yang disampel tanpa
jala pada tingkat rendah. Sedangkan losses informasi, maka besarnya
pada tingkat yang lebih tinggi frekuensi sampling harus lebih
diterapkan jaringan mata jala ( Mesh besar atau sama dengan dua kali
Network ). frekuensi sinyal analog. Secara
matematis, criteria Niquist
memenuhi persamaan:
2.2 Pulsa Code Modulation ( PCM )
System transmisi yang digunakan
fs ≥ 2fa
dalam sentral telepon digital biasa disebut Dimana : fs = frekuensi sampling
Pulsa Code Modulation ( PCM ). Dalam fa = frekuensi sinyal
system ini terjadi perubahan sinyal analog
analog ( audio )
menjadi sinyal digital biner.
Karena band frekuensi audio yang
Secara blok diagram system PCM
ditunjukkan pada gambar 3.
digunakan dalam system telepon
adalah range 300 – 3400 Hz, maka
oleh CCITT menetapkan frekuensi
sampling sebesar 8 KHz. Artinya
satu periode ( T ) sinyal
pembicaraan disampling sebesar
8000 kali dalam satu detik.
Gambar 3. Diagram Blok Sistem PCM
b. Quantisasi
a. Sampling Menggambarkan harga – harga
Berdasarkan blok diagram diatas, analog yang telah di sample
input sinyal analog terlebih dahulu dengan suatu level tertentu
dilewatkan pada Low Pass Filter disebut quantisasi. Operasi
yanga bertujuan membatasi sinyal quantisasi seperti ditunjukkan
input analog pada band frekuensi pada gambar 4.
standart suara ( audio ) yaitu Quantisasi mengkonversikan
range 300 – 3400 Hertz. sample amplitude kontinyu
Proses sampling adalah proses menjadi sample amplitudo diskrit.
pengambilan sampel besaran Dengan kata lain, sumber analog
sinyal analog pada titik – tikit di transformasikan ke sumber diskrit
tertuntu secara kontunyu dan ( digital ).
berurutan serta mengkonversikan Nampak bahwa sinyal ter –
sampel tersebut menjadi level – quantisasi merupakan
level PAM ( Pulse Amlitudo pendekatan dari sinyal asli.
Modulation ) dengan amlitudo Kualitas pendekatan biasa
konstan. ditingkatkan dengan mengurangi
Untuk menentukan batas ukuran step – step quantisasi, yang
kecepatan minimum pada berarti memperbanyak jumlah
sebuah sinyal analog yang level yang diijinkan.

245
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 242 - 256

Gambar 4. Operasi Quantisasi

c. Coding a. Time Division Switching


Adalah proses pengkodean Time Division Switching memerlukan
besaran amplitudo sampling ke elemen memory untuk menukar
bentuk kode digital, kemudian kanal – kanal PCM Word. Kanal –
diproses secara elektronik oleh kanal tersebut ditulis sebagai input
encoding menjadi 8 bit PCM word data ke memory dan dibaca
sesuai dengan level amplitudo yang keluar sesuai dengan permintaan
telah ditentukan yaitu dari – 127 hubungan/panggilan. Jika satu
sampai + 127 interval kuantisasi. lokasi dari memory disediakan
untuk masing – masing kanal atau
PCM Word dalam format frame
2.3 Switching Digital
untuk TDM, maka informasi
Tidak seperti pada system pembicaraan dari masing – masing
sentral analog, dimana sinyal kanal TDM dapat disimpan secara
pembicaraan tidak mengalami lengkap dalam satu frame. Operasi
konversi dal;am proses
time switch ada dua cara yaitu
penyambungannya, pada system
berdasarkan:
sentral digital sinyal pembicaraan
a) Control Output ( Penulisan Siklis
terlebih dahulu dikonversikan dari
– Pembacaan Acak ).
analog ke digital.
b) Informasi yang ada didalam slot
Pada sentral STDI dituliskan kedalam memory
I,pengkodean pulsa PAM menjadi data secara acak sesuai
pulsa PCM menggunakan 8 bit dengan permintaan
sehingga membentuk PCM Word 8 bit sambungan yang dikontrol oleh
untuk setiap level. Switching digital memory kontrol.
biasanya disebut PCM Switching.
Jaringan penyambungan b. Space Division Switching
digital menggunakan 2 macam dasar Untuk menambah kapasitas system
teknik penyambungan ( switching ) Time Division Switching, biasanya
yaitu: digunakan tingkatan Space
Division yang menggunakan space

246
Sistem Penyambungan Digital pada SRDI 1 Kandatel Ujung Pandang
(Ardi Amir)

switch. Space switch dapat suatu aturan dan standar tertentu (


meneruskan beberapa PCM Word CCITT ).
pada incoming highway tanpa Berdasarkan
merubah kedudukan – kedudukan penggunaannya, signaling dapat di
time slot, sehingga PCM Word kelompokkan menjadi 2 jenis yaitu
tetap berada pada posisi time slot Line Signaling ( Sinyal pengawasan )
semula dan highway – nya yang dan Register Signaling ( Sinyal
berubah. Pemilihan highway diatur Informasi ).
oleh sifat – sifat space switch
adalah:
‐ Proses penyambungan 2.5 Perhitungan Parameter Network
Time slot PCM Word tidak untuk Sambungan Langsung
berubah, tetap dapat Jarak Jauh ( SLJJ )
dialokasikan ke sembarang Parameter Network untuk
outgoing highway. sambungan langsung jarak jauh
‐ Non Bloking: dalam susunan (SLJJ ) terdiri atas:
dengan “ m “ Incoming dan “ n ‐ Answer Call Ratio ( ASR )
“ Outgoing highway, dimana n Utuk sambungan langsung jarak
≥ m. jauh ( SLJJ ), harga Answer Seizure
Ratio yang diukur dari sentral toll
memenuhi persamaan :
2.4 System Signaling
Pensinyalan yang diterapkan ASR=
antara terminal pelanggan dan
sentral telepon, serta antara sentral Call seizure adalah outgoing call
yang satu dengan sentral yang dari suatu sentral toll kearah
lainnya merupakan pertukran sentral toll kota lain. Answered call
informasih yang diperlukan bagi adalah jumlah panggilan yang
pembentukan, pemantauan dan dijawab oleh langganan yang
pembubaran ( release ) hubungan dipanggil/called, yang diikuti oleh
melalui jaringan telekomunikasi. answered – signal yaitu
Pertukaran informasi tersebut langganan yang dipanggil
diwujutkan dengan sinyal – sinyal mengangkat handset.
yang telah disepakati artinya dalam

Seizure Answered

TE TE LE

Gambar 5. Perhitungan Answered Seizure Ratio

247
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 242 - 256

Originating Terminating
Call Attempt Answered

Loss call Loss call Loss call


Originating Network Terminating
LO LN LT

Gambar 6. Distribusi loss call

Originating Terminating
Call Attempt Answered Call

Loss call Loss call Loss call


Originating Network Terminating
LO LN LT

Gambar 7. Perhitungan Succesful Call Ratio

Dimana :
1, 2, 3, ……….. n = sentral-sentral yang dilalui
LO, L1, L2 …… Ln = Loss di setiap tingkat / sentral
N0, N1, N2, ….. Nn = Jumlah O / G disetiap tingkat
LO = Loss call originating
LN = Loss call di Network
LT = Loss call di terminating

‐ Seizure per Circuit per Hour ( SCH ) ‐ Distibusi Loss Call


Adalah parameter yang Distibusi Loss Call digunakan untuk
menunjukkan jumlah call seizure mengetahui kegagalan pangilan
selama satu jam atau kepadatan disetiap tingkat dan mengetahui
call/panggilan di sirkit transmisi titik lemah dari network.
dalam satu jam sibuk.
‐ Mean Holding Time per Seizure ( Macam – macam loss dan
MHTS ) penyebabnya
Parameter MHTS ( Mean Holding ‐ Loss call di sisi pemanggil
Time per Seizure ) digunakan (originating), LO adalah
untuk mengetahui tingkat disebabkan oleh:
efektifitas call di sirkit. Jika MHTS a) Tidak jadi memutar nomor
panjang maka call dikatakan karena:
efektif atau menghasilkan pulsa. • Tidak mendapat nada pilih

248
Sistem Penyambungan Digital pada SRDI 1 Kandatel Ujung Pandang
(Ardi Amir)

• Langganan belum siap / pada STDI I sentral balai kota Ujung


lupa nomor yang akan di Pandang.
dial. ‐ Studi literatur
b) Salah memutar nomor (wrong Hal ini dilakukan untuk memperoleh
dialing/wrong prefix) referensi tentang system
c) Memutar nomor tidak lengkap penyambungan ( switching ) digital
(incomplete dialling) dengan cara mencari buku – buku
Loss call di network (LN), yang pada perpustakaan diklat PT.
terdiri dari loss diperangkat dan Telkom dan manual instruction
loss di sirkuit. yang relevan.
Loss call ini disebabkan oleh :
a. Technician fault
b. Signaling fault 3.2 Desain penelitian
c. Congestion pada Desain penelitian meliputi
outgoing junctor, studi pustaka yaitu mengambil acuan
‐ Loss call di terminating (LT), terdiri dari beberapa sumber literatur ( tex
dari : book, jurnal, artikel ) dan buku
a. Langganan yang dipanggil inventaris dari PT. Telkom. Data – data
tidak menjawab (ringing no yang diperlukan dalam penelitian ini
answer ,RNA) diolah sesuai dengan proses
b. Langganan yang dipanggil penyambungan secara digital. Data
sedang sibuk. – data tersebut merupakan data
sekunder. Perhitungan analisa data
‐ Succesful Call Ratio (SCR) dimaksud agar tidak terjadi adanya
gangguan, serta mendapatkan solusi
dari penanganan masalah yang
3. Metode Penelitian ditimbulkan sehingga tidak terjadi hal
Penelitian ini merupakan – hal yang tidak diinginkan.
penelitian yang dilakukan di
PT.TELKOM sentral I 3.3 Metode analisis
( STDI ) Balai Kota Ujung Pandang. Pada penelitian ini, metode
Pengambilan data – data PT. Telkom analisis yang digunakan adalah
dimaksudkan sebagai objek analisis data pengukuran. Data –
penelitian untuk membandingkan data yang diperoleh berdasarkan
hasil penelitian tentang struktur kondisi – kondisi actual yang terjadi
hardware STDI dengan teori yang pada system. Data – data tersebut
telah didapatkan. akan dibandingkan dan dihitung
berdasarkan referensi atau literatur –
literatur melalui apa saja yang ada
3.1 Jenis penelitian kaitannya dengan bahasan
Metode pembahasan dalam penelitian ini, yang intinya
penelitian ini adalah : penyambungan secara digital.
‐ Observasi langsung
Suatu langkah yang dilakukan
3.4 Instrumen penelitian
untuk mendapatkan data – data
teknik mengenai struktur STDI serta Instrumen yang digunakan
mengadakan wawancara /tanya adalah hardware – hardware
jawab dengan para karyawan perangkat digital yang bekerja sama
secara otomatis dan terpadu yang

249
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 242 - 256

menyebabkan proses hierarki jaringan telekomunikasi dapat


penyambungan terjadi. Instrumen berfungsi sebagai:
pengukuran yang digunakan dalam a. Sentrallokal
pengambilan data dan dicocokkan Sentral lokal UP-1B merupakan
melalui perhitungan. sentral telepon digital EWSD yang
menggunakan SN tipe DE 5.1
b. Sentral Multi Exchange (Trunk)
4. Hasil dan Pembahasan Sentral Multi Exchange/Trunk Ujung
4.1 Konfigurasi Network Ujung Pandang (UPT), merupakan sentral
Pandang Area dan Trunk Witel – X EWSD yang menggunakan SN tipe
Ujung Pandang DE $ dan siemens switching
Sentral telepon digital processor 112D (SSP 112D).
Indonesia (STDI) ujung pandang
jl.Balai Kota No. 4, berdasarkan

Gambar 8. Konfigurasi trunk WITEL

250
Sistem Penyambungan Digital pada SRDI 1 Kandatel Ujung Pandang
(Ardi Amir)

Gambar 9. Konfigurasi Network Ujung Pandang Area

a. Sentral balai kota, UP-1B f. Sentral Maros, UP-6 menggunakan


menggunakan sentral EWSD SN sentral STOL-NEAX dengan
tipe DE 5.1 dengan Incoming/Outgoing sebesar 15/15.
kemampuan incoming/outgoing
trunk sebesar 150/150 CCT. 4.2 Analisis Succesful Call Ratio (SCR)
b. Sentral kakatua, UP-2B dan Loss Call Factor Sentral Lokal
menggunakan sentral EWSD SN UP-1B
tipe DE 5.1 dengan Untuk mengetahui besarnya
kemampuan incoming/outgoing ratio kebehasilan panggil, successful
trunk sebesar 105/105 CCT. Call Ratio (SCR) dan rincian distribusi
c. Sentral panakkukang; UP-3B loss call, maka penulis mengambil
menggunakan sentral NEAX-61E sampel pengukuran trafikability dan
dengan kemampuan distribusi loss call periode bulan
incoming/outgoing trunk sebesar oktober 2005 sampai bulan juli 2006
45/45. (data trafik bulan April 2006 tidak
d. Sentral kawasan industry Makassar terukur) pada sentral Ujung pandang
(KIMA), UP-4 menggunakan 1B (UP-1B).
sentral NEAX-61E dengan
Incoming/Outgoing sebesar 30/30. a. Distribusi Loss Call Sentral Lokal
e. Sentral Sungguminasa, UP-5
UP-IB
merupakan sentral EWSD SN tipe
DE 4 dengan Icoming/Outgoing Rincian distribusi loss call untuk
sebesar 15/15. sentral local Balai Kota UP-1B
adalah :

251
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 242 - 256

a) Loss Call di sisi pemanggil (loss Call Attempt = CC Originating


Originating, LO). Counter
1) Carried Call No Dial Release
A (CC No Dial Rel A) b) Loss Call di Sentral (LS),
Menunjukkan banyakannya terdiriatas :
pendudukan peralatan 1) Carried Call Unsuccesful SN
switching (Carried Call) Busy (CCU SN Busy)
tanpa dial dan diputus di A. Menunjukan banyaknya
losses ini diakibatkan oleh seizure yang tidak berhasil
pelanggan (subs A) yang (unsuccessful) karena
mengangkat handset tanpa switching network dalam
mendial dan diputus di A, kondisi sibuk atau internal
namun terdeksi oleh counter. bloking.
2) Technician Irreguler
2) Carried Call No Dial Time Adalah losses akibat
out (CC No Dial Tiout) kesalahan teknis dari sistem.
Menunjukkan banyaknya Besarnya prosentase losses
pendudukan (carried call di sentral adalah :
tanpa mendial nomor yang
dituju dan terkena time out
%LS = X 100%
oleh supervise dial tone time
atau sebelum digit pertama
di dial. Waktu time out 3) Loss di Sirkit, LC yang
adalah 20 detik. disebabkan oleh trunk yang
3) Carried Call Incomplete Dial sibuk.
Release A. Prosentase loss sirkit
Adalah banyaknya adalah :
pendudukan (carried call)
dengan memutar nomor %LC= X 100%
tidak lengkap dan diputus di
A.
4) Losses di Terminating, LT
4) Carried Call Incomplete Dial terdiriatas :
Time Out 9 Complete dial Time Out
Adalah banyaknya (Cmp Dial TiOut)
pendudukan (carried call) Menunjukkan jumlah
dengan memutar nomor seizure dengan mendial
tidak lengkap dan terkena tidak lengkap dan
time out oleh monitor terkena Time Out oleh ring
interdigit time. duration monitor.
Besarnya prosentase Loss 9 Complete Dial release A
originating adalah : (Cmp Dial rel A)
Menunjukkan jumlah
%LO = X 100% seizure dengan mendial
secara lengkap dan
LO = CC No Dial Rel A + dilepaskan (release) oleh
CC Dial TiOut + CC subs A.
Incmp 9 Carried Call unsuccessful
TiOut = CC Incmp Dial Rel Subscriber Busy
A.

252
Sistem Penyambungan Digital pada SRDI 1 Kandatel Ujung Pandang
(Ardi Amir)

Menunjukkan jumlah % LS = X 100%


Carried Call yang tidak
berhasil disebabkan
karena subscriber yaitu % LS = 0,3%
dituju dalam kondisi sibuk
(busy). (d) Loss di sirkit (LC)
Besarnya prosentase loss di Dari data diperoleh :
Terminating adalah : ‐ CC bidangsirkit = 20384
‐ Loss Trunk Busy = 2117
Berdasarkan persamaan diatas
%LT= X 100%
maka diperoleh :

Sebagai bahan perbandingan % LC= X 100%


untuk menentukan besarnya
prosentase loss call disetiap
tingkat, dibawah ini diberikan % LC= 10,38%
sampel untuk data bulan juni dan
juli 2006. (e) Loss di Terminating (LT)
(a) Prosentase Distribusi loss Call Dari data diperoleh :
bulan juni 2006. ‐ Terminating Call = 19805
(b) Loss call di originating dari data ‐ Loss Terminating = 8898
di peroleh: Berdasarkan persamaan maka
‐ Call Attempt = CC originating besarnya:
= 51848
‐ LO=(CC No Dial Rel A + CC No %LT = X 100%
Dial TiOut +CC
Incmp dial Rel A + CC
IncmpTiOut) = 44,9%
= 13 091 + 744 +0
= 13835 c) Prosentase
Berdasarkan persamaan diatas, Distribusi loss Call
maka: bulan juli 2006.
c) Loss call di originating
% LO = X 100% dari data di peroleh :
‐ Call Attempt = CC originating
= 51848
% LO = 26,68% ‐ LO = (CC No Dial Rel A + CC
(c) Loss di Sentral (LS) No Dial TiOut +CC Incmp
Dari data diperoleh : dial Rel A + CC IncmpTiOut)
‐ CC bidang sentral = Call = 1249 + 566 +0
Attemp - Jumlah LO= = 13415
= 51848 – 13835 = 38013
Berdasarkan persamaan diatas,
‐ Loss di Sentral = CCU SN maka :
Busy + Tech. Irreg
% LO = X 100%
= ( 0 + 114 )
= 114 % LO = 28,2%
Berdasarkan persamaan diatas
maka besarnya :

253
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 242 - 256

d ) Los s d i S e n t r a l (L S )
Dari data diperoleh :
SCR = X 100%
‐ CC bidang sentral =
Call Attemp - Jumlah
Dimana:
LO
= 47579 – 13415 Call Attempt = Origin Seizure
= 34164 = Incoming Seizure
‐ Loss di Sentral = CCU SN
Busy + Tech. Irreg D i b a w a h i n i d i b e ri k a n
= ( 0 + 27 ) sampel successful Call Ratio
= 27 s e n t r a l L o k a l UP - 1 B u n t u k b u l a n
Berdasarkan persamaan juni dan juli 2006.
diatas maka besarnya :
% LS = X 100% a. SCR untuk bulan juni 2006
Berdasarkan data diperoleh:
% LS= 0,1% - Origin Seizure = 47579
- Incoming Seizure = 19721
e ) L o s s d i s i r k i t (L C ) - A n s we r e d C a l l = 26370
Dari data diperoleh :
‐ CC bidangsirkit = 19723 Berdasarkan persamaan
‐ Loss Trunk Busy = 43 diatas maka besarnya SCR
Berdasarkan persamaan adalah :
diatas maka diperoleh :
SCR = X 100%
% LC = X 100% = 36,48 %
% LC = 0,2%
b. SCR untuk bulan juli 2006
f) Loss di Terminating, LT Berdasarkan data diperoleh:
terdiri atas: - Origin Seizure = 47579
Dari data diperoleh: - Incoming Seizure = 19721
‐ Terminating Call = - A n s we r e d C a l l = 25860
16810 Berdasarkan persamaan
‐ Loss Terminating = 7040 diatas maka besarnya SCR
Berdasarkan persamaan adalah :
maka besarnya :
SCR = X 100%
%LT = X 100% = 38,42 %
= 41,9%

5. Kesimpulan dan Saran


4 . 2 S u c c e s s f u l C a l l R a t i o (S C R ) 5.1 Ke s i m p u l a n
u n t u k s e n t r a l l o k a l UP - 1 B a. Jaringan penyambung
Berdasarkan data-data digital menggunakan dua
E v a l u a si T r a f i k a bi l i t y S T D I S e ntral macam dasar teknik
lokal UP-1B, maka besarnya successful penyambungan yaitu Time
Call Ratio SCR memenuhi persamaan D i v i si o n S wi t c h i n g dan
: S p a c e D i v i si o n S wi t c h i n g .

254
Sistem Penyambungan Digital pada SRDI 1 Kandatel Ujung Pandang
(Ardi Amir)

b . P a d a s y s t e m t i m e s wi t c h , jaringan akan beralih satu


dalam proses system pensinyalan standar.
penyambungannya terjadi
b. Pihak penyelenggara jasa
perubahan time slot PCM
t e l e k o m u ni k a s i ( P T . T e l k o m
Wo r d ( hi g h wa y t e t a p ) .
) agar terus menggalakan
Sedangkan pada system
kesadaran para pemakai
space s wi t c h dapat
jasa telekomunikasi
meneruskan beberapa PCM
terutama cara bertelepon
word pada incoming
yang baik dan benar.
h i g h wa y tanpa
mendudukan time slot,
tetapi highwaynya berubah.
6. Daftar Pustaka
c. Untuk sentral lokal, A pi p Noor Hakim, Sentral
k o n s t r i b u si l o s s c a l l t e r b e s a r Telepon Digital :
a d a l a h d i s i s i o ri g i n a t i n g Line/Trunk Group ( LTG ),
( 26.7 % sampai 30.4 % ) dan Pusdiklat Perumtel
sisi terminating ( 40.2 % Bandung.
sampai 44.9 % ). Loss call Dahlia Nur, Ir. Laporan Kerja
d i s i si s e n t r a l h a n y a b e r k i s a r Praktek Sentral Gerbang
0.1 % sampai 3.4 % dan loss Internasional, PT Indosat
d i s i si s e r k i t b e r k i s a r 0 % 1992
sampai 10.4 %. ________, Petunjuk Pelaksanaan
d. Karena sentral Uj u n g Perhitungan dan Analisa
Pandang Trunk ( UP T ) P a r a m e t e r N e t wo r k , S u b
merupakan sentral trunk Dit Binajar Kantor Pusat
murni ( tidak mempunyai Perumtel Bandung 1990
pelanggan ), maka loss call
________, E WS D Sistem
di sisi originating dan
Description, Siemens
terminating dapat
diabaikan. ________, Struktur dan Fungsi
Sentral Telepon Digital,
e. Pada jam sibuk
Pusdiklat Perumtel
menyebabkan timbulnya
Bandung 1990
l o s s c a l l d i s i si s i r ki t a k i b a t
trunk sibuk ( busy trunk ) ________, Manual Command
sehingga rasio keberhasilan STDI, Siemens
panggil ( SCR ) akan
menurun. ________, Fundemental
Technician Plan, 1993
PT. Telekomunikasi
5.2 Saran Indonesia
a. Untuk setiap pembangunan
sentral atau transmisi baru Hardi Nusantara, Ir. Sistem
harus dapat memenuhi Penyambungan Telepon
persyaratan pensinyalan Otomat Digital, Sekolah
standart sebagai Ahli
kemampuan minimumnya. Teknik Telekomunikasi
Dengan d e m i ki a n 1990
diharapkan agar seluruh

255
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 242 - 256

Roody, Dennis dan Coolen,


John Alih Bahasa Kamal
I d ri s , Ir. Elektronika
Komunikasi Jilid 2,
Penerbit Erlangga 1990

________, Pengenalan Sistem


STDI, Diklat PT. INTI

256

Anda mungkin juga menyukai